Anda di halaman 1dari 15

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT PESISIR TERHADAP

PENGOBATAN PADA SERANGAN BINATANG LAUT

Untuk skripsi sebagai syarat memperoleh gelar


sarjana kedokteran

DISUSUN OLEH :
ALMAJID
2009-83-019

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITA PATTIMURA
AMBON
2013

HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL : TINGKAT PENGETAHUAN

MASYARAKAT PESISIR

TERHADAP

PENGOBATAN
PADA SERANGAN BIATANG LAUT
NAMA

: ALMAJID

NIM

: 2009-83-019

PROPOSAL INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI,


Ambon, 22 januari 2013

Pembimbing I

Dr.june luhulima

pembimbing II

dr. vina latuconsina

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Serangan binatang laut (gigitan dan sengatan) adalah serangan berupa gigitan atau
sengatan beracun dari segala jenis kehidupan dilaut termasuk didalamnya jellyfish.
Walaupun pada umumnya binatang laut tidak selalu menyerang manusia, namun
jika mereka merasa terancam, maka biasanya mereka akan menyerang secara tiba-tiba dengan
berupa gigitan maupun sengatan. Beberapa serangan binatang laut ini biasanya tidak terlalu
berbahaya dan tidak perlu penangana khusus. Namun terdapat beberapa serangan binatang
laut tertentu seperti hiu, stonefish dan lain lain yang membutuhkan penanganan khusus dan
bahkan harus segera untuk menyelamatkan nyawa orang yang terkena serangan tersebut.
Di Indonesia data mengenai tingkat morbiditas, mortalitas dan hal lainnya yang
berhubungan dengan serangan binatang laut belum terdata secara baik. Oleh karena itu maka
perlu dilakukan penelitian ini sehingga kita mampu setidaknya mengetahui sedikit gambaran
tingkat pengetahuan masyarakat pesisir terhadap pengobatan pada serangan binatang laut,
sehinggga mempengaruhi tinggi ataupun rendahnya tingkat morbiditas sampai mortalitas
terutama pada masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya berasal dari laut (nelayan)
1.2 Permasalahan penelitian
Adapun permasalahan yang didapat :
1. Apakah masyarakat pesisir mengetahui cara penanganan korban gigitan hiu?
2. Apakah masyarakat pesisir mengetahui cara penanganan korban sengatan stingray
(ikan pari)?
3. Apakah masyarakat pesisir mengetahui cara penanganan korban infeksi racun
stonefis?
4. Apakah masyarakat pesisir mengetahui cara penanganan korban sengatan box
jellyfish?
5. Apakah masyarakat pesisir mengetahui cara penanganan korban keracunan cone
shell?
6. Apakah masyarakat pesisir mengetahui cara penanganan korban gigitan blue ringed
octopus?

7. Apakah masyarakat pesisir mengetahui cara penanganan korban gigitan sea snake
(ular laut)?
8. Apakah masyarakat pesisir mengetahui cara penanganan korban sengatan scorpion
fish?
9. Apakah masyarakat pesisir mengetahui cara penanganan korban barracuda dan moray
eels (belut laut)?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat pesisir terhadap pegobatan
pada seranngan binatang laut
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat pesisir terhaadap
penanganan pada korban gigitan hiu
1.3.2.2 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat pesisir terhaadap
penanganan pada korban sengatan stingray
1.3.2.3 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat pesisir terhaadap
penanganan pada korban infeksi racun stonefish
1.3.2.4 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat pesisir terhaadap
penanganan pada korban sengatan jellyfish
1.3.2.5 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat pesisir terhaadap
penanganan pada korban keracunan coneshell
1.3.2.6 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat pesisir terhaadap
penanganan pada korban gigitan blue ringed octopus
1.3.2.7 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat pesisir terhaadap
penanganan pada korban gigitan sea snake
1.3.2.8 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat pesisir terhaadap
penanganan pada korban sengatan scorpion fish
1.3.2.9 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat pesisir terhaadap
penanganan pada korban gigitan barracuda dan moray eels

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1

Sebagai bahan informasi bagi dinas kesehatan ambon mengenai tingkat

1.4.2

pengetahuan masyarakat pesisir terhadap pengobatan pada serangan binatang laut


Sebagai bahan masukan bagi penelitian lain yang berminat pada kedokteran
kepualauan

1.4.3

Sebaga sumber referensi bagi perpustakaan fakultas kedokteran universitas

1.4.4

pattimura ambon
Sebagai sarana meningkatkan wawasan dan pengetahun penulis dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh selama proses perkuliahan di fakultas
kedokteran Universitas Pattimura Ambon dan sebagai salah satu syara untuk
mencapai gelar sarjana kedokteran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Serangan binatang laut (gigitan dan sengatan) adalah serangan berupa gigitan atau
sengatan beracun dari segala jenis kehidupan dilaut termasuk didalamnya jellyfish.

2.2 Penyebab
Penyebab serangan binatang laut termasuk gigitan dan sengatan bias berasal dari
berbagai tipe atau jenis dari spesies laut, bias berupa jellyfish, Portuguese man-of-war,
stingray (ikan pari), stonefish, scorpionfish, catfish, sea urchins, sea anemone, hydroid, coral,
cone shell, hiu, ikan barracuda, dan moray atau electric eels.

2.3 Gejala
Beberapa gejala pada serangan binatang laut ini dapat berupa nyeri, rasa terbakar,
bengkak, kemerahan, atau perdarahan sekitar area atau bagian ang digigit atau disengat.
Beberapa gejala lain berupa efek ke selluruh tubuh yang mungkin termasuk :
1. Kram / kejang
2. Diare
3. Kesulitan bernapas
4. Nyeri pada pangkal paha dan axilla
5. Demam
6. Mual atau muntah
7. Paralisis
8. Berkeringat
9. Kelemahan, pingsan, pusing
10. Sianosis
11. Kehilangan banyak darah
12. Gagal jantunng
13. Asfiksia
14. Distress pernapasan

2.4 Penatalaksanaan
2.4.1 Penatalaksanaan Umum
Beberapa penatalaksanaan yang umumnya dilakukan untuk menangani kasus atau
korban serangan binatang laut ini dapat berupa :
1. Sebisa mungkin gunakan sarung tangan ketika mengeluarkan duri yang yang
menempel pada korban
2. Bersihkan duri atau tentakel dengan handuk kering
3. Cuci area yang terkena dengan air asin
4. Basahi atau rendam luka pada air panas atau hangat yang pasien bias mentoleransi /
menahan panas suhunnya selama 30-90 menit
5. Untuk beberapa sengatan atau gigitan dapat diberikan cuka atau bahan pelunak
daging/ water solution untuk menetralisis venom

Disamping itu ada juga beberapa hal yang tidak boleh dilakukan selama melakukan
pertolongan, yaitu :
1. Tidak boleh mengeluarkan duri tanpa menggunakan pelindung pada tangan
2. Jangan memposisikan bagian tubuh yang terkena serangan lebih tinggi disbanding
dengan posisi jantung
3. Pasien atau korban tidak diizinkan untuk melakukan aktivitas
4. Jangan dulu melakukan medikasi, kecuali atas instruksi dari pelayanan kesehatan

Adapun jika terjadi beberapa keadaa seperti kesulitan bernapas, nyeri dada, nausea,
muntah, atau perdarahan yang tidak terkontrol, jika sengatan mengakibatkan pembengkakan
atau perubahan warna atau perubahan lain pada tubuh, segera hubungi layanan kesehatan
terdekat untuk melakukan penanganan lebih lanjut

2.4.2 Penatalaksanan Khusus


2.4.2.1 penatalaksanaan pada korban gigitan ikan hiu

Hal yang paling ditakutkan pada serangan ikan hiu yaitu perdarahan yang
massif yang dapat mennyebabkan syok. Adapun penalaksanaan pada serangan
ikan hiu yaitu :
1. kontrol perdarahan
kontrol perdarahan dapat dilakukan dengan melakukan
penekanan pada daerah luka, misal dengan menggunakan kasa (lebih
diutamakan yang steril) jika luka berukuran sekitar 3 mm. jika
perdarahan lebih dari itu, maka dapat dilakukan penekanan langsung
dengan menggunakan ibu jari. Jika luka lebih besar dan penekanan
dengan menggunakan ibu jari tidak berhasil, dapat digunakan
tourniquet. Penggunaan tourniquet harus dilepas setiap 10-20 menit
untuk mengembalikan darah ke jaringan normalnya.
2. Tangani syok
-

Jika terjadi syok, segera tangani syoknya, misalnya dengan


membaringkan pasien dan mengangkat kakinya

Jika terdapat petugas kesehatan, gunakan ringer laktat secara IV


atau normal saline dengan kateter ukuran besar (16 atau 18). Jika
perdarahan sangat massif, beberapa liter infuse harus dilakukan
secara cepat. Perubahan warna pada kulit, nadi dan tekanan darah
pasien dapat digunakan sebagai patokan untuk mengetahui
volume cairan yang dibutuhkan. Pertahankan jalan napas dan
berikan oksigen. Jangan berikan cairan lewat oral. Jika pasien
dengan status kardiovaskular sudah stabil, maka dapat diberikan
obat golongan narkotik seperti morphin untuk menghilangkan
nyeri.

Lakukan prosedur stabilisasi yang termasuk airway, breathing,


circulation (ABC) diikuti oleh evaluasi lengkap untuk trauma
yang multiple.

Transpor ke tempat dengan fasilitas yang memadai secepat


mungkin

Lakukan debridement, kemudian dapat dilakukan x-ray untuk


mengevaluasi potensi dari kerusakan pada tulan. Beberapa crash
injury dapat menyebabkan gagal ginjal.

Operasi mungkin diperlukan untuk mengeluarkan sisa gigi ikan


hiu yang tertinggal pada pasien atau korban

Berikan profilaksis tetanus : tetanus toxoid 0,5 ml intramuscular


(IM) dan tetanus immune globulin 250 400 unit IM

Dapat juga dilakukan kultur untuk mengetahui jenis bakteri


sebelum pemberian antibiotic.

Hyperbaric

oxygen

juga

diperlukan

untuk

meningkatkan

oksigenasi jaringan

2.4.2.2 Penatalaksanaan pada korban sengatan stingray


Pada serangan stingray biasanya pasien bisa sampai pingsan. Kematian
biasanya jarang, kecuali organ vital seperti jantung yang terkena. Adapun
penatalaksanaan pada korban stingray yaitu :
-

Resusitasi basic life support dibutuhkan.

Celupkan pada air hangat (100oF) sekitar 30 sampai 90 menit atau


dapat menggunakan injeksi anastesi lokal

Cuci dengan sabun dan air (sebanyak mungkin sehingga toksin dan
materi asing yang masuk bersama duri stingray dapat dikeluarkan)

X-ray, CT atau MRI dapat digunakan untuk mengetahui duri yang


tertinggal yang tidak bias dikeluarkan kecuali dengan operasi

Pakai local antibiotic krim ataupun oral antibiotik (missal


doxycycline)

2.4.2.3 Penatalaksanaan pada korban infeksi racun stonefish

Infeksi racun pada stonefish dapat menyebabkan distress pernapasan,


gangguan jantung, dan sinkop dengan penurunan tekanan darah. Kematian
biasanya sangat jarang, kecuali pada anak-anak. Penatalaksanaannya :
-

celupkan pada air hangat (45oC) untuk meredakan nyeri

angkat daerah luka untuk mengurangi udem

nyeri yang parah dapat diredakan dengan injeksi local anastesi

bersihkan daerah luka

berikan antivenom, antibiotic, profilaksis tetanus

2.4.2.4 Penatalaksanaan pada korban sengatan box jellyfish


Pada serangan box jellyfish biasanya mengakibatkan kolaps, henti napas,
sianosis, tidak sadar. Kematian biasanya terjadi pada anak kecil dan orang tua.
Penalaksanaanya :
-

Selamatkan pasien agar tidak tenggelam

Jika pasien tidak sadar, perlu dilakukan prosedur basic life support

Gunakan cuka yang banyak pada tentakel yang melekat pada


korban, kemudian angkat perlahan tentakel tersebut.

Jangan menggosok atau menghancurkan tentakel sebelum diangkat


pada pasien

Bawa pasien sesegear mungkin ke rumah sakit.

2.4.2.5 Penatalaksanaan pada korban keracunan cone shell


Cone shell biasanya ditemuka di semua region yang hidupnya di bawah
karang ataupun koral. Efek dari toksin cone shell ini bisa menyerang jantung,
tulang, otot pernapasan. Kematian biasanya terjadi pada pada gagal napas.

Adapun penatalaksanaannya yaitu :


-

Baringkan pasien

Imobilisasi

dan

gunakan

perban

dengan

menekan

untuk

menghambat penyebaran venom


-

Ada beberapa pendapat yang menyatakan untuk melakukan insisi


pada daerah yang terkena, kemudian dilakukan suction. Insisi tidak
boleh lebih dari 1 cm..

Gunakan anastesis tanpa epinefrin bila nyeri terlalu hebat

Berikan profilaksis tetanus

Pada umumnya digunakan prinsip basic life support sampai


paralisis pernapasan telah berhenti.

2.4.2.6 Penatalaksanaan pada korban gigitan blue ringed octopus


Binatang laut ini dapat menyebabkan paralisis muscular dalam hitungan
menit yang akan mengakibatkan henti napas. Korban sepenuhnya sadar, tapi tidak
bias berbicara. Kematian bias terjadi pada gagal napas, kecuali diberikan
pengobatan. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yatu :
-

Penggunkan artificial respiration secara kontinu (4-12 jam) sampai


pasien sembuh dari paralisis

Penanganan berbasi basic life support

Perban yang ditekan dan imobilisasi untuk memperlambat


penyebaran venom

2.4.2.7 Penatalaksanaan pada korban gigitan sea snake (ular laut)


Sebenarnya gigitan ular laut jarang terjadi, namun jika terjadi perlu
penanganan yang serius, sebab venom dari sea snake ini lebih poten dari venom

dari ular kobra. Venom atau bisa dari sea snake ini dapat menyebabkan paralisis
otot pernapasan, asfiksia, dan akhirny gagal jantung. Pada umumya gigitan sea
snake itu sendiri sudah dapat menyebabkan laserasi yang berat dan kehilangan
darah. Adapun penanganan dari korban sea snake ini yaitu
-

Perban yang ditekan dan tehnik imobilisasi dapat memperlambat


gejala sampai bantuan medis, fasilitas resusitasi dan antivenom
didapatkan

Insisi dan lakukan suction

Lakukan basic life support pertama kali, bisa dilakukan pemberian


napas mouth to mouth.

Berikan intubasi dan ventilasi mekanik

Pasien harus dibawa kerumah sakit secepat mungkin dan


diberikan antivenom

Pasien

harus

dimonitor

fungsi

ginjalnya.

Peritoneal

dan

hemodialisis dapat diperlukan.


-

Berikan profilaksis tetanus.

Karena posibilitas delayed symptom, semua pasien dengan gigitan


seasnake harus dimonitor selama 12 jam

2.4.2.8 Penatalaksanaan pada korban gigitan baraccuda dan moray eel (belut laut)
Barakuda biasanya menyerang objek yang terang. kematian karena
barakuda jarang terjadi. Moray eels biasanya menyerang orang yang memasuki
teritorinya. Luka akibat moray eels dapat berupa gigitan kecil yang multiple
bahkan sampai berupa robekan.
Adapun penatalasanaannya mempunyai prinsip yang sama dengan
penanganan pada korban gigitan ikan hiu.

2.5 Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari serangan binatang laut yaitu ;
-

Berenang didekat penjaga pantai

Observas tanda-tanda bahaya dari jellyfish dan hewan laut berbahaya lainnya

Jangan menyentuh binatang laut yang tidak familiar, karena meskipun sudah mati atau
terluka parah, tentakelnya dapat berisi venom atau racun.

Hindari kegiatan yang dapat memprovokasi hewan laut yang berada dalam wilayah
tersebut.

Hindari penggunaan benda-benda berkilau (untuk barakuda)

Hindari penangkapan ikan dengan menggunakan tombak karena bau darah dari ikan
yang ditombak dapat memancing hiu

Gunakan pakaian renang yang tidak mengekspos kulit secara langsung dan face mask
untuk menghindari box jellyfish

Jika berjalan di tepi pantai yang merupakan habitat dari stingray harus berjalan seperti
orang pinjang sehingga membiarkan untuk binatang laut ini berpindah tempat.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis pada penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberi gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross

sectional adalah suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor independen dan
faktor dependen, di mana observasi dilakukan pada waktu yang sama.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di

desa lamena, kecamatan mawasangka timur,

kabupaten buton, provinsi Sulawesi tenggara


3.2.2 Waktu peneitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari sampai dengan bulan februari tahun
2013.
3.3 Populasi dan sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat asli desa lamena yang tinggal di
lamena dan tidak akan keluar lamena dalam kurun waktu januari sampai dengan
akhir februari 2013
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah seluruh masyarakat asli desa lamena yang tinggal di
lamena dan tidak akan keluar lamena dalam kurun waktu januari sampai dengan
akhir februari 2013.

3.4 Subjek Penelitian


3.4.1 Kriteria inklusi
seluruh masyarakat asli desa lamena yang tinggal di lamena dan tidak akan
keluar lamena dalam kurun waktu januari sampai dengan akhir februari 2013

dan

masyarakat lamena yang sudah pernah diserang binatang laut.


3.4.2 Kriteria eksklusi
3.4.2.1 Masyarakat lamena yang berada diluar lamena
3.4.2.2 Masyarakat lamena tidak pernah diserang binatang laut
3.5 Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
Defenisi operasional adalah mengartikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi.
3.5.1 Binatang laut adalah makhluk hidup yang habitatnya dilaut sekitar yang berpotensi
membahayakan masyarakat setempat.

3.5.2 Serangan binatang laut (gigitan dan sengatan) adalah serangan berupa gigitan atau
sengatan beracun dari segala jenis kehidupan dilaut termasuk didalamnya jellyfish.
3.5.3 Pengobatan pada serangan binatang laut adalah pengobatan yang berdasarkan jenis
binatang laut yang menyerang dan sesuai dengan tatacara penatalaksanaan medis
yang benar
3.5.4 Pencegahan pada serangan binatang laut adalah kegiatan yang diilakukan agar
terhindar dari serangan binatang laut yang dapat membahayakan nyawa.

3.6 Metode pengumpulan data


Teknik pengambilan data disini menggunakan probability sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang memberi peluang yang sama dari setiap anggota populasi yang
bersifat homogen.

3.7 Pengolahan dan analisis data


Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan komputer program Microsoft
office excel kemudian data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk table dan
grafik.

Anda mungkin juga menyukai