1. Firrman Rumakabis
2. Marni Hayoto
3. Liset Tahapary
4. Claudia Erupley
5. Christin M Luhulima
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkann kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang ditugaskan kepada kami.
Dalam penulisan makalah ini kami menemukan banyak sekali masalah, untuk itu ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari ada masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untk itu saran serta dari para
pembaca sangat kami butuhkan untuk perbaikan kedepan serta mohon maaf jika ada banyak
kekurangan.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keracunan ikan atau yang biasa di sebut dengan ciguatera merupakan merupakan kondisi keracunan
pada manusia yang di akibatkan oleh konsumsi hewan laut(ikan dan tumbuhan), penyakit ini telah di
kenal sejak berabad-abad yang lalu. Ciguetera telah sering terjadi di kawasan tropis dan subtropis
samudra pasifik dan samudra hindia.
Gigitan atau sengatan binatang laut yang sampai merusak kulit kadang kala dapat mengakibatkan
infeksi, beberapa luka gigitan perlu di tutup dengan jahitan , sedangkan beberapa lainnya cukup di
biarkan saja sembuh dengan sendirinya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Toksin adalah suatu substansi yang mempunyai gugus fungsional spesifik dan letaknya di dalam
molekul daan menunjukkan aktivitas yang kuat. Adapun batasan dari toksin adalah substansi
tersebut terdapat dalam tubuh hewan, tumbuhan, bakteri dan makhluk hidup lainnya yang
merupakan zat asing bagi korbannya atau bersifat anti gen bersifat merugikan bagi kesehatan
korbannya.
1. PENATALAKSANAAN
Apabila terjadi kasus keracunan , sebaiknya korban segera di bawa ke dokter untuk di berikan
pengobatan sesuai tingkat keparahannya , tindakan pengobatan yang mungkin di berikan antara
lain : pemberian obat antihistamin, cairan infus yang berfungsi menggantikan cairan yang hilang
karena muntah dan diare, obat untuk menghentikan muntah , obat untuk reaksi alergi yang parah,
(jika di perlukan)dan bantuan pernapasan(kasus yang jarang terjadi).
Pencegahan absorpsi keracunan ikan dan tumbuhan laut, di pengaruhi oleh keadaan lingkungan
Jumlah bakteri di air laut banyak dipengaruhi oleh bahan pencemar yang dihasilkan olehmanusia,
misalnya nutrien dari pertanian, banjir sungai, dan limbah kota. Dilaporkan terdapatkorelasi yang
signifikan antara jumlah dinoflagelata G. Toxicus dengan NO2, NO3, NH4, PO4 dan total posfat.
• Hindari ikan karang (dasar) di air yang hangat, khususnya yang sudah dikenal pernah
beracun, dan
• Hindari ikan pelagis (atas) yang makan ikan tersebut, terutama dikawasan yang
mempunyai sejarah ciguatera.
• Hindari semua jenis ikan yang berasal dari lokasi-lokasi yang menjadi
sumberciguatera.
• Hindari konsumsi belut laut, kecuali yang ditangkap dari lokasi yang tidak
memilikisejarah ciguatera.
• Hindari mengkonsumsi ikan, daging dan jerohan dari ikan yang
berpotensimenyebabkan ciguatera.
Hanya konsumsi sedikit ikan (<50 gram) dalam sekali duduk makan.Untuk mendukung upaya
masyarakat dalam menghindari ciguatera, pemerintah daerah perlu melakukan penyuluhan pada
masyarakat dan pemetaan lokasi-lokasi yang pernah memiliki sejarah sebagai sumber ciguatera.
Dosis berulang karbon aktif secara oral meningkatkan eliminasi beberapa obat setelah obat diserap:
dosis yang berulang diberikan pada keracunan : karbasepin kuinidin, dapson eovilin fenobardital
Dosis lazim karbonaktif untuk dewasa mula-mula adalah 50g kemudian 50g setiap 4 jam. Muntah
sebaiknya diterapi(misal dengan obat antiemetik) karena muntah dapatmengurangi efikasi dari
terapi karbon aktif. Pada kasus intoleransi, dosis dapat dikurangi dan frekuensi ditingkatkan (misal
25 mg tiap 2 jam atau 1,5gr tiap jam), namun hal ini juga dapat mempengaruhi efikasi.
Bilas lambung jarang digunakan dan hanya digunakan untuk bahan yang tidak dapat dikeluarkan
dengan cara lain ( contohnya zat besi), tindakan ini hanya dipertimbangkan bila jumlah dan jenis
bahan yang baru saja tertelan ( <4 jam) dapat mengancam jiwa. Tindakan ini hanya dapat dilakukan
bila jalan napas te;lah terlindungi dengan baik. Bilas lambung dikontraindikasikan pada kasus
tertelannya bahan korosif dan destilat petroleum.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keracunan ikan atau yang biasa di sebut dengan ciguatera merupakan merupakan kondisi keracunan
pada manusia yang di akibatkan oleh konsumsi hewan laut(ikan dan tumbuhan), penyakit ini telah di
kenal sejak berabad-abad yang lalu. Gigitan atau sengatan binatang laut yang sampai merusak kulit
kadang kala dapat mengakibatkan infeksi, beberapa luka gigitan perlu di tutup dengan jahitan ,
sedangkan beberapa lainnya cukup di biarkan saja sembuh dengan sendirinya.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA