Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TUTORIAL

Skenario 2

Oleh

Muhammad Alfaridzi H1A320008

Ni Gusti Ayu Made Sintya Dwi Cahyani H1A320015

I Wayan Manacika Surya Dharma H1A320019

Baiq Nopria Dwi Cahyani H1A320025

Eva Hikmatul Damayanti H1A320032

Yaumu Syifa Al Uzhma H1A320048

Makiyatunnisa H1A320053

Pembimbing: dr. Decky Aditya Zulkarnaen

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEPULAUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2020
SKENARIO 2
Pada Juli 2015 dilaporkan oleh tim SAR Linmas Pantai Parangtritis, Yogyakarta, ada 661 orang
tersengat ubur-ubur di pantai Parangtritis. Peringatan telah diberikan agar wisatawan tidak mandi
di laut karena sedang musim ubur-ubur sekitar Juli-September. Korban sebagian besar ibu-ibu
dan anak-anak. Mereka mengeluhkan panas dan ada dua orang yang pingsan. Penanganan dari
tim SAR menyebutkan bahwa korban terkena sengatan di kaki, tangan, dan tubuh. Sebagai
penanganan awal, diberikan cuka. Menurut tim, stok alkohol dan amoniak mulai menipis,
padahal kedua zat tersebut diperlukan untuk penanganan awal.
http://news.liputan6.com/read/2276241/661-orang-tersengat-ubur-ubur-di-pantai- parangtritis
Dilaporkan oleh Elise Dwi Ratnasari, CNN Indonesia pada Minggu, 20/08/2017 19:54 WIB:
Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan wisatawan yang berkunjung ke objek wisata pantai di
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tersengat ubur-ubur dalam sepekan
terakhir. Anggota SAR Satlinmas Korwil II Pantai Baron Saryanto di Gunung Kidul mengimbau
seluruh wisatawan agar menggunakan alas kaki atau tidak menyentuh biota laut yang ada. "Kami
juga meminta agar wisatawan tidak sembarangan memegang biota laut yang ada. Sering kali
binatang laut beracun menyerupai karang dan sulit terlihat," kata Saryanto seperti dikutip Antara,
Minggu (20/8). Data SAR Satlinmas Korwil II Pantai Baron menunjukkan dalam sepekan
terakhir lebih dari 20 wisatawan menginjak berbagai hewan beracun mulai dari ubur-ubur,
bahkan bulu babi. Hewan-hewan beracun ini diakui petugas SAR sering keluar saat posisi air
laut sedang surut. Hewan-hewan itu diduga terbawa air laut yang menuju ke daratan dan tak bisa
kembali ke tengah laut karena terjebak batu karang. "Kami berharap para wisatawan berhati-hati,
dan kami juga berupaya memberikan imbauan, baik melalui pengeras suara maupun papan
peringatan," katanya. Salah seorang wisatawan, Tulasmin warga Plosokerep, Desa jeruksawit,
Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar kesakitan usai terserang ikan beracun atau
yang sering disebut oleh warga pesisir sebagai ikan dook. Ia mengaku merasakan nyeri hebat
usai menginjak sesuatu saat dia tengah mencari ikan bersama sang anak di Pantai Drini. "Sakit
tidak tahu menginjak apa, tiba-tiba kaki terasa nyeri," katanya. Tim SAR Satlinmas Korwil II
Pantai Baron langsung melakukan pertolongan pertama dengan memberikan cairan alkohol serta
pembersih luka agar kaki Tulasmin tidak terkena infeksi.
Dikutip dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170820194919-269- 236060/puluhan-
wisatawan-di-gunung-kidul-tersengat-ubur-ubur
Pada 6 September 2015 diberitakan bahwa ada 2 turis asal Jerman yang sedang berenang di
sebuah pantai di Thailand tersengat ubur-ubur. Salah satu turis tersebut mendapatkan sengatan
beberapa kali yang berakibat pada reaksi sistemik tubuh dan berakhir pada kematian. Sedangkan
rekannya yang juga tersengat ubut-ubur dapat selamat. Polisi setempat melaporkan bahwa
peristiwa sengatan ubur-ubur kotak ini sudah ketiga kalinya dalam 14 bulan yang berakhir tragis.
http://news.okezone.com/read/2015/10/08/18/1228570/turis-di-thailand-tewas-tersengat- ubur-
ubur
Data dari sebuah penelitian di Amerika Serikat (O’neil et al., 2007), menyebutkan bahwa trauma
akibat hewan laut dari tahun 2001-2004 di Amerika Serikat sebanyak 4012, dengan rincian 724
akibat sengatan ubur-ubur, 2459 akibat sengatan ikan pari (sting ray) dan 829 akibat hewan lain.
Total kejadian tersebut adalah sekitar 0,4 % dari seluruh kasus kegawatdaruratan akibat gigitan
atau sengatan hewan secara umum. Hewan-hewan lain yang juga perlu diwaspadai saat
snorkeling di laut selain hewan-hewan yang telah disebutkan di atas adalah bulu babi, ikan batu
(stonefish), bulu seribu dan ular laut.

STEP 1: KATA SULIT


KATA SULIT
1. Biota  keseluruhan flora dan fauna yang terdapat di dalam suatu daerah.
2. SAR  search and rescue : tim pencarian dan penyelamatan. Tim ynag berugas mencari,
menolong dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dalam bahaya.

KEYWORDS: biota laut, sengatan ubur-ubur, kegawatan, penanganan awal, reaksi sistemik,
ikan pari, bulu babi, ikan batu , ular laut.
STEP 2: RUMUSAN MASALAH
1. Apakah jenis-jenis trauma yang disebabkan oleh hewan laut?
2. Selain dari di scenario, hewan laut apa lagi yang dapat menyebabkan trauma?
3. Apa saja jenis ubur-ubur?
4. Apa saja gejala yang bisa ditimbulkan oleh ubur-ubur, ikan pari, bulu babi, ular laut, ikan
batu beserta penanganannya?
5. Apa saja tatalaksan awal dari sengatan hewan laut?
6. Apa fungsi cuka dalam penanganan pada pasien?
7. Apakah mengencingi bekas sengatan ubur-ubur itu ada efeknya?
8. Kapan harus dirujuk jika terdapat sengatan dari hewan laut?
9. Bagaimana cara mencegah dan mengedukasi pasien agar terhindar dari trauma hewan
laut?
STEP 3 DAN STEP 4 BRAIN STORMING
1. Jenis-jenis trauma yang disebabkan oleh hewan laut
- Bisa (envenomasi) : menyengat dan mengeluarkan venom. Cth: gigitan ular laut.
- Melalui duri : scorpionfish, ikan pari, ikan batu, lionfish, zebrafish, catfish.
- Gigitan (tidak ada racun) : hiu, belut laut, anjing laut, ular laut. menimbulkan luka
dan perdarahan massif.
- Keracunan: akibat memakan makanan laut contohnya ikan buntal. Menimbulkan
reaksi antigen dan antibody.
- Cambukan: ekor ikan pari
- Iritasi: jellyfish yang merupakan manifestasi dermatitis kontak yang
menyebabkan kemerahan dan perdarahan.
2. hewan laut apa lagi yang dapat menyebabkan trauma
- jenis spons  karang. gejala gatal, rasa terbakar, pembengkakan pada sendi-
sendi, demam, menggigil, malaise, pusing, mual, muntah. Gejala lanjut: eritema
multiforme, anafilaksis.
- Karang api  cutaneous: rasa terbakar, gatal, kemerahan, reaksi granulomatous.
Gejaa sistemik: myalgia, demam, malaise, mual, muntah.
- Karang  bisa menyebbakan trauma jika ada injury. Gejala: dermatitis
inflamatorik dan infeksi kronik.
- Bintang laut sama seperti bulu babi
- Briester worm nyeri dan kemerahan
- Lionfish  dengan cara envenomasi karena ada sirip yang dipunggung yang
menyebabkan terjadinya trauma.
- Gurita: blue ring octopus  dengan cara envenomasi.
- Weeverfish  memiliki duri yang beracun yang mengakibatkan nyeri hebat, rasa
terbakar.
3. Jenis ubur-ubur
a. Scyphozoan/ubur-ubur sejati  ada tentakel yang menempel di bagian mulut dan
paying yang berbentuk lonceng
b. Cubuzoa  bentuk kubbus dan tentakel di setiap sudut. Ada 2 familia yaitu
caryndeids: tentakel di bagian bawah sudut, chirodropids: multitentakel jellyfish yang
mempunyai lebih dari satu tentakel di setiap tubuhnya. Chironeks yang paling
berbahaya yang terjadii 1 kematian setiap tahun di Australia, merupakan agen
kardiotoksik yang poten. Box jellyfish: irukandji jellyfish yang beracun dan terkenal
dengan irukandji syndrome.
c. Hydrozoa
 physalia sp : beracun dan memiliki penyengat di tentakelnya dan paling sering
ditemukan di Indonesia. Contohnya bluebottle jellyfish/portugueise man o war
salah satu jenis yang dapat menyebabkan kematian karena venomnya dapat
menyebabkan hemolysis dan gangguan konduksi saraf dan paralisis flaccid dan
meningkatkan kontraksi pad otot polos.
 Gonionemus: ubur ubur yang menempel yang memiliki warna transparan dengan
inti tengahnya bewarna merah, orange atau ungu serta memiliki tentakel 60-90
yang mengandung neurotoksin.
d. Staurozoa  ubur ubur pengintai yang berukuran kecil dan tidak berenang bebas
banyak ditemukan di batu karang.tampak statis tapi dinamis dengan menggunakan
ombak untuk berpindah ke tempat lain.
4. gejala yang bisa ditimbulkan oleh ubur-ubur, ikan pari, bulu babi, ular laut, ikan batu
beserta
a. ubur-ubur  eritema, lesi urtikaria, mual muntah, sesak nafas, edema paru, kematian
physalia: cutaneous (muncul edema dan nekrosis dan nyeri ) sistemik (nyeri perut,
mual, muntah, kram otot, respiratory distress)
box jellyfish: cutaneous (plak berbentuk linea warna ungu dan nyeri, edema, eritema)
sistemik (cardiac failure, pulmonary edema, respiratory distress).
Irukandji syndrome: nyeri, sakit kepala, nyeri punggung, nyeri sendi, mual, muntah,
pulmonary edema, intracerebral hemmorage.
b. bulu babi  gejala lokal (nyeri terasa terbakar 24 jam terakhir) sistemik (mual,
muntah, kelumpuhan otot, nyeri perut, hipotensi, gangguan pernafasan, px fisik
ditemukan edema lokal eritema dan rasa hanta di sekitar lokasi tusukan).
c. Ikan pari  mekanikal (nyeri, edema, perddarahan, hemmorharge lemak otot,
nekrosis), sisemik (mual, muntah, kram otot, diare, takikardi, hipotensi, aritmia,
kejang, kematian)
d. Ular laut  laserasi tusukan, kelemahan atau kelumpuhan yang progresi, perdarahan ,
nyeri, gangguan dan henti nafas, serangan jantung, depresi pernafasan hingga
kematian, trismus(gangguan saat membuka mulut).
e. Ikan batu  cutaneous (eritema, nyeri, edema, nekrosis lokal) sistemik (edema
semakin parah, hipotensi, myotoxicity, edema pulmonary.
5. Tatalaksana
a. UBUR-UBUR  mengairi area dengan cuka rumah tangga, tentakel yang terlihat
dilepas dengan penjepit halus, bersihkan dengan air laut atau garam, obat penghilang
rasa sakit inflamasi dan anastesi topical, monitor reaksi alergi dan infeksi.
Keluarkan dari perairan dengan secepatnya dan jangan panic, basic life support
(ABC), syok anafilaksis berikan epinefrin, mengurangi nyerianalgesik oral atau
penyiraman air panas yang ditoleransi pasien 40-450C sekitar 90 menit jenis airnya
yaitu air tawar, berikan cuka/alkohol/ammonia/baking soda dengan 50% baking soda
dicampur air laut diberikan beberapa menit dan dibilas dengan air laut, dicabut
dengan menggunakan silet/pisau dan menggunakan sarung tangan, dibawa ke faskes
terdekat.
b. Ular laut  berikan penekanan di tempat trauma dan imobilisasi,
c. Ikan batu  merendam luka dengan air panas 40-450c selama 90 menit karena
protein venom tdk bisa bertahan, anastesi untuk mencabut duri dari ikan,
d. Bulu babi pasien dijauhkan dari area yang banyak bulu babi, cacbut duri, cuci
dengan betadine atau aur bersih yang mengalir, berikan antibiotic dan antinyeri,
bagian pediselaria yang mengahsilkan venom untuk melepaskannya dengan pisau
cukur.
e. Ikan pari  Berishkan luka dengan menggunakan air bersih, air panas maksimal suhu
43,30c direndam selama 30-90 menit karena venom bisa hancur, berikan oral NSAID
dan opioid, diberikan antibiotic jika perlu untuk mencegah infeksi, debridemen luka.
6. Fungsi cuka dalam penanganan pasien  memiliki efek bisa melisiskan protein toksin
sehingga venom dari nematosit tidak terpompa lebih lanjut, efek analgesic sperti lidokain.
Untuk mencegah maslah lebih serius dan delay yang lebih lama.
Kadar cuka dapur  dapat menyebabkan rasa pedih
Cuka yang digunakan 4-6%  tidak terlalu pekat dan tidak pedih ketika disiramkan ke
luka pasien.
7. Mengencingi bekas sengatan ubur-ubur apakah ada efeknya beberapa artikel
mengatakan hanya suatu mitos karena tidak ada efek yang ditemukan pada pasien, luka
yang masih ada bis aberpotensi meningkatkan venomasi makin dalam, paparan urin dapat
menimbulkan efek negative pada spesies c. capilata.
8. Kapan harus dirujuk 
Ubur-ubur  dirujuk jika sengatan separuh tangan, kaki, separuh tubuh dan genital,
memilik alergi yang hebat spt sulit bernafas, pusing, sakit kepala, nyeri hebat.
Ular laut jika terdapat gangguan neurologis, ada tanda tanda early neurogical warning
sign: disfagia, midriasis, penglihatan ganda.
Secara umum  jika ada tanda-tanda syok
Bulu babi  jika duri butuh pembedahan untuk dikeluarkan areanya di sekita sendi yang
susah dikeluarkan, breathing problem atau chest pain, tanda-tanda infeksi seperti suhu
mneingkat, nyeri, pus.
9. Pencegahan
Sengatan ubur ubur menggunakan baju renang ketat dan enutupi seluruh bagian tubuh,
menggunakan sepatu selam dan helm, berenang dii daerah yang diawasi penjaga pantai,
mematuhi tanda peringatan, berenang di dalam jaring pengaman.
Bulu babi  menggunakan alas kaki
STEP 5: LEARNING OBJECTIVE
1. Apa fungsi cuka dengan konsentrasi 4-6% mengapa digunakan pad apasien pada
scenario?
2. Kapan pasien dengan sengatan hewan laut harus dirujuk?
3. Bagaimana pencegahan dan edukasi dari sengatan hewan laut?
4. Bagaimana patofisiologi trauma akibat hewana laut?
STEP 6: BELAJAR MANDIRI
STEP 7: PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
1. Apa fungsi cuka dengan konsentrasi 4-6% mengapa digunakan pad apasien pada
scenario?
Cdc asam asetat dengan konsentrasi >10% berbahya dan bersifat korosif. Pada
beberapa penelitian pada hewan asam asetat 10% belum meminbulkan efek, ketika
diberikan baru mempunyai efek.
NIOSHbatasan asam asetat yang bisa berkontak dengan kulit <10%, terkena mata <5%
Cuka 4-6% pada sengatan ubur-ubur  pemberian asam asetan, aseton jika diberikan
dengan konsentrasi 1:15 dapat menybabkan pelepasan nematosit secara spontan.
Pada physalia jika diberikan cuka <5% nematocyst tidak bisa tercabut sehingga
konsentrasi yang diberikan 5-6%.
Efektifitas cuka <5% khususnya 2% dengan ph 2 lebih banyak manfaatnya pada otitis
media.
Cuka >4% khususnya diatas 20% akan menimbulkan rasa perih pada pasien.
First aid  cuka 4-6% dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Cuka 5%  untuk melisiskan protein pada sengatan hewan laut, jika >20% dapat
melisiskan protein sel pada tubuh.
2. Kapan pasien dengan sengatan hewan laut harus dirujuk?
Secara umum
- Penurunan kesadaran
- Timbul gangguan neurologis
- Terdapat luka dengan laserasi yang luas dan perdarahan yang massif
- Syok
Warning sign
Ubur-ubur  kemerahan melebihi separuh lengan kaki atau badan, sindrom irukandji,
rasa terbakar, dan distress pernapasan.
Ada 2 tipe yang dilakuakan perujukan major box jellyfish ditransportasikan ke rs untuk
mendapatkan antivenom dan analgetik. Irukandji untuk mendapatkan analgetik oral atau
iv dan monitoring, observasi cardac effect.
Sindrom irukandji  gejala klinis terlambat 20-30 menit baru muncul yaitu nyeri hebat,
mual muntah, nyeri sendi, sakit kepala, nyeri abdominal, peningkatan sistolik, blood
pressure >300/180 dan efek sistemik (takikardia, agitasi, hipertensi, cardiac injury,
pulmonary edema). Spesies yang menimbulkan sindrom irukandji yaitu carukia barnesi
(small box jellyfish). Jika ditangani lebih cepat dapat improve 4-24 jam pertama. Paling
banyak ada cardiac injury dan pulmonary edema.
Ikan pari dan bulu babi  resiko pada luka yang masih ada benda asing diperlukan
irigasi dan debridement dan jika luka dalam perlu pembedahan
Ikan batu  warna kulit ungu, nyeri hebat, mual muntah, stress pernapasan, cardiac
arrest.
Ular laut  timbul rasa kaku , nyeri hebat, paralisis, mual, muntah, sulit berbicara dan
menelam. Early neurological sign ada ptosis, midriasis, diplopia, sulit berbicara dan
menelam.
Ikan pari  nyeri hebat dan alergi
3. Bagaimana pencegahan dan edukasi dari sengatan hewan laut?
- Fire coral  hindari menyentuh fire coral karena biasanya mirip dengan kerang-
kerang yang keras di laut yang tidak berbahaya. Ketika menyelam harus
memperhatikan warna dan tekstur dari karang-karang sekitar. Fire coral iasanya
bercabang-cabang
- Blue ring octopus  tidak agresif, jika bertemu hindarilah dan menjauhlah.
Karena ukuran kecil hindari mengambil botol di dasar laut dan biasanya
bersembunyi di tempat keci
- Cone snail  susah dibedakan dengan kerang-kerang yang ada di pantai. Jika
melihat yang tidak familiar dan mencolok maka hindarilah. Jika tersentuh sangat
berbahaya karena mempunyai bisa
- Ikan pari  menghindari tempat-tempat yang sulit terlihat terutama di daerah
pantai landau. Biasanya bersembunyi di bawah pasir. Jika berada di pantai
tersebut maka geserlah pasir dengan kaki secara perlahan yang dinamakan
stingray shuffle karena ikan pari sensitive dengan getaran.
- Ikan batu  jauhi pada perairan dangkal, daeerah yang ada pasirr dan berlumpur.
Jauhi daerah terumbu dan daerah batu.
4. Bagaimana patofisiologi trauma akibat hewana laut?
- Ubur –ubur
Pada tentakel ubur-ubur mengandung cnidoblast  cnidoblast mengeluarkan
nematocyst yang menembakkan benang tajam dapat menembus kulit manusiadan
menyebarkan racun  deposisis langsung racun-racun ke dlam kapiler  onset
cepat dan toksisitas pada manusia. Mekanismenya yaitu menghambat masuknya
ion calcium ke reticulum sarkoplasma
- Irukandji jellyfish
Venomnya memicu pelepasan katekolamin yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah.
- Physalia
Toksinnya menyababkan degranulasi sel mast yang diikuti pelepasan histamine
yang disebabkan eksositosin granule yang cepat diikuti dengan lisis sel mast yang
lambat, vasodilatasi dan gangguan konduksi.
- Bulu babi
Envenomasi menembus jaringan lunak. Envenomasi menyebabkan degranulasi sel
mast, gangguan metabolisme sel, gangguan transmisi syaraf dan sepresi miokard.
Envenomasi yang lebih lanjut menyebabkan nyeri yang signifikan, dermatitis,
keumpuhan dan gagal napas
- Ikan pari
Pada bagian ekornya mempunyai venom yang menganddung serotonin, 5
nukleutidase yang berinteraksi dengan pospodieterase yang menimbulkan
terbentuknya luka nerkorsis yang parah
- Ikan batu
Venomnya terdiri dari 3 stonutoksin, veruoctooksin, trakinilisin berfungsi
menunjukkan efek hialuronidase dan mempunyai miotoksisitas pada kontraksi
otot, dan kardiotoksisitas.
- Ular laut
Mempunyai neurotoksi dan beberapa enzim yaitu asetikolinesterase,
hialuronidase, leusinaminopeptidase, 5 nucleutidase, phospomonosperase dan
phospholipase khususnya phospholipase A. Gigitannya menembus kulit dan
masuk ke pembuluh darah dan menggagung proses presinaps dan postsinaps yang
menyebabkan gangguan pada saraf(paralisis), kelumpuhan otot rangka,
mengganggu otot diafragma.
5. Kapan diberikan anti venom pada ular laut?
Diberikan dalam 8 jam setelah serangan. Antivenom diberikan segera setelah gigitan ular
laut. Antivenom yang diberikan 1000 unit dengan diencerkan NaCl 0.9% 1:10 diberikan
IV selama 30 menit. Dosis yang diberikan 1 ampul dilusi dalam 500 ml normalsaline
dalam 20 menit dan bisa diberikan maksimal 3 ampul.
DAFTAR PUSTAKA

Balhara KS, Stolbach A. Marine envenomations. Emerg Med Clin North Am. 2014
Feb;32(1):223-43. doi: 10.1016/j.emc.2013.09.009. PMID: 24275176.

Berling, I., Isbister, G., 2015. Marine Envenomations. Article. Volume 44 No. 1.

DAN. -. First Aid for Hazardous Marine Life Injuries. Dapat diakses pada
https://www.research.usf.edu/.../hmli-firstaid
Gibbs, C.R., Corkeron, M.,Blake, D.F. 2014. Vinegar and Chironex fleckeri stings.
Diving and Hyperbaric Medicine Volume 44 No 2 June 2014.

Fuehrer J, Kong EL, Murphy-Lavoie HM. Sea Snake Toxicity. [Updated 2021 Jan 11].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532973/

DANBOATER. -. First Aid for Hazardous Marine Life Injuries. Dapat diakses pada
https://danboater.org/travel-health-and-safety/first-aid-for-hazardous-marine-life-
injuries.html

https://litfl.com/sea-snake-antivenom/

Wilcox, C. L., Headlam, J. L., Doyle, T. K., & Yanagihara, A. A. (2017). Assessing the
Efficacy of First-Aid Measures in Physalia sp. Envenomation, Using Solution- and Blood
Agarose-Based Models. Toxins, 9(5), 149. https://doi.org/10.3390/toxins9050149

Anda mungkin juga menyukai