Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang
tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang
mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua
jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Racun adalah zat
atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering
dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan
hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan
dan hewan.
Salah satunya adalah gigitan ikan beracun, masuknya zat racun
kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran nafas, atau melalui
kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Keracunan merupakan
kondisi kedaruratan yang sering terjadi pada penyelam bila tidak ditangani
segera maka kondisi tersebut akan mengancam jiwa. Ikan beracun paling
berbahaya adalah familia Scorpaenidae, contohnya stonefish (Synanceja
verrucosa) memiliki sengat beracun sangat mematikan. Spesies dari anggota
genus Pterois (turkey fish, scorpion fish dan zebra fish) juga beracun. Duri-
duri sirip dorsal, ventral maupun anal adalah beracun. Zat racun diproduksi
oleh glandula pada epithelium duri tersebut. Ikan beracun ditemukan di
semua perairan hangat di dunia, tetapi paling banyak ditemukan di perairan
Pasifik dan kawasan Karibia. Ikan puffer (Arothron hispidus) menyebabkan
kematian mencapai 60 % lebih setelah 20 menit memakan jenis ini.
Meskipun telah dikenal beratus ikan beracun, tetapi masih banyak yang
belum diketahui. Di daerah tropis, banyak kasus keracunan ikan dari jenis
pompano, red snapper, sea bass, tuna dan mackerel. Racun sering terdapat
pada organ visceral seperti gonad. Produksi racun pada beberapa spesies
berhubungan dengan masa reproduksi. Mengingat masih sering terjadi
keracunan akibat gigitan atau sengatan ikan beracun maka untuk dapat
menambah pengetahuan masyarakat terkhususnya para penyelam, maka
penyampaian informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan
atau sengatan ikan beracun.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas pada
makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan pada gigitan serangga dan
binatang berbisa?
2. Apa saja penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa?
3. Bagaimana penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah :
1. Mahasiswa mampu memahami gangguan kesehatan akibat gigitan
binatang laut berbahaya
2. Mahasiswa mengetahui cara pertolongan pertama pada pasien yang
mengalami gangguan kesehatan akibat gigitan binatang laut
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gigitan Binatang

Gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari

binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu

yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi

dua jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada

umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka

biasa. Seseorang yang tergigit mempunyai resiko terinfeksi. Pada umumnya

bila tergigit binatang, perlu mendapatkan pemeriksaan medis.

Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun yang masuk

kedalam tubuh melalui suntikan. Gigitan bintang atau engatan serangga

dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan/ atau pembengkakan. Gigitan

dan sengatan berbagai binatang walaupun tidak selalu membahayakan jiwa

dapat menimbulkan reaksi alergi yang hebat dan bahkan kadang-kadang

dapat berakibat fatal.

Kesadaran akan penyebab dari gigitan dan sengatan ini dapat

mengurangi atau mencegah timbulnya korban. Pengetahuan tentang

penanganan yang cepat dari tindakan pertolongan pertama dapat

mengurangi parahnya cedera akibat gigian dan sengatan tersebut dan

menjaga penderita dari sakit yang parah.


B. Pengertian Gigitan Binatang Laut Berbahaya
Sengatan dari hewan ini menyebabkan nyeri dan kemerahan. Ini juga
umumnya menyebabkan lemas, berkeringat, demam, muntah, kram otot,
kelumpuhan, atau bahkan terkejut.

C. Jenis-Jenis Ikan Beracun Dan Penanganannya


1. Gigitan ikan pari (Sting Ray)
Ikan pari (stingray) merupakan
salah satu flora laut dari  family
Dasyatidae, bertulang rawan, memiliki
ekor menyerupai cambuk, dengan sirip
dada menyerupai sayap dengan sisi 
bagian depan menyatu dengan kepala,
dan ekor pada beberapa spesies sangat
tajam dan menyerupai cambuk.

Pasien biasanya mengalami


luka akibat sengatan ikan pari karena
secara tidak sengaja menginjak ikan
pari, yang secara reflek ikan pari
tersebut menyerang orang yang
menginjaknya sebagai mekanisme
pertahanan diri. Sengatan ikan pari
merupakan perlukaan yang paling sering dialami oleh para penyelam. Ekor
pari dapat menyebabkan luka robek dan luka tusuk ikan pari tidak akan
menyerang kecuali saat ikan tersebut merasa terganggu. Sengatan akibat
ikan pari sendiri sering terjadi namun jarang yang fatal.
Ikan pari mungkin menyebabkan beberapa tipe perlukaan pada
manusia yang tidak fatal seperti, gigitan, laserasi superfisial tanpa disertai
adanya racun yang terlibat, laserasi yang dalam, serta dapat juga kombinasi
luka penetrasi disertai proses envenoming. Walaupun banyak yang tidak fatal,
namun luka penetrasi pada dada dapat menyebabkan tamponade jantung
segera atau dalam waktu tertentu, selain itu luka-luka pada leher yang dapat
menyebabkan gangguan jalan nafas, luka penetrasi yang mengenai pembuluh
darah yang dapat menyebabkan syok, dan infeksi lanjutan disertai adanya
kerusakan jaringan serta syok septik merupakan komplikasi-komplikasi yang
dapat muncul dan dapat menjadi hal yang fatal dari sengatan ikan pari.
Gejala-gejala yang biasanya dirasakan oleh pasien yang mengalami
sengatan ikan pari antara lain:nyeri sedang, tajam dan seperti ditusuk-tusuk,
luka yang berdarah, area disekitar luka biasanya bengkak dan kemerahan
atau membiru, adanya pembesaran kelenjar limfa, mual, muntah, demam,
kram otot, tremor, kelemahan, peningkatan heart rate, penurunan tekanan
darah mungkin terjadi, bahkan kematian.

Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien sengatan ikan pari adalah :

1. Melakukan pemeriksaan luka, jangan lupa melakukan pemeriksaan


cermat kemungkinan luka lain, apabila terjadi perlukaan pada region
thorakoabdominal, segera lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tersier
yang memiliki peralatan dan staf medis yang lengkap.
2. Pastikan kondisi pasien stabil, keluarkan pasien dari air, lakukan
pembilasan luka untuk membuang serpihan duri ekor ikan pari, jaringan
kelenjar ikan pari, namun jika luka yang dihasilkan hanya berupa laserasi
superfisial, bukan luka yang menyebabkan penetrasi ke dada, perut
ataupun leher, serta pada duri yang menancap dalam pada ekstremitas.
3. Jika mengalami perdarahan, lakukan tekanan langsung pada luka, jangan
memberikan ikatan atau torniket untuk menghentikan perdarahan.
4. Bersihkan luka dengan menggunakan larutan irigasi steril  atau dengan air
bersih, beberapa rekomendasi lain antara lain dengan merendam luka ke
dalam air hangat ( maksimal 43,3 0C, atau pada suhu yang dapat ditolerir
oleh kulit dan tidak menyebabkan luka bakar) antara 30-90 menit, hal ini
karena racun pada duri ekor ikan pari bersifat heat labile,  sehingga racun
dari duri ekor ikan pari dapat mengalami denaturasi dan dapat
mengurangi nyeri yang timbul, namun pada percobaan pada kontrol acak
tidak terlalu efektif dan beresiko menimbulkan perlukaan tambahan akibat
panas yang ditimbulkan.
5. Gunakan pinset untuk mencabut duri ekor yang masih menancap, basuh
luka dengan menggunakan air bersih. Lakukan debridemen luka, untuk
membersihkan luka yang ada, untuk menghindari kerusakan jaringan dan
infeksi. Debridemen luka menggunakan larutan salin atau air yang bersih
serta penanganan jaringan nekrosis segera dan secepat mungkin
memberikan hasil penyembuhan yang lebih cepat.
6. Beberapa rekomendasi lain adalah pemberian anastesi lokal dengan
lidokain ataupun bupivakain untuk mengurangi nyeri, lalu selanjutnya
memberikan serum anti tetanus untuk pencegahan. Pemberian anti nyeri
juga dapat dipertimbangkan.
7. Penggunaan antibiotik rutin tidak direkomendasikan pada luka akibat
sengatan ikan pari, antibiotik dapat dipertimbangkan untuk diberikan pada
luka-luka yang berpotensi menjadi infeksi. Antibiotik yang dapat diberikan
antara lain kloramfenikol, trimetropim/sulfamethoxazole, golongan
quinolon, golongan aminoglikosida ataupun cefalosforin.  Biasanya
pemberian antibiotik profilaksis diberikan secara oral dengan jangka waktu
minimal 5 hari.

Hewan ini menyuntikan racunnya dengan menusukkan duri-durinya / jarum-


jarumnya Tanda dan Gejala :
 Pembengkakan
 Mual,muntah dan diare
 Kejang-kejang bahkan terkadang disertai kelumpuhan otot - otot               
Penanganan :
 Amankan diri dan lingkungan sekitar
 Nilai keadaan airway, breathing, dan sirkulasi (ABC)
 Bersihkan luka dengan sabun dan air hangat selama 30-60 menit (efektif
untuk menonaktifkan racun yang tidak tahan panas)
 Bawa segera ke Rumah Sakit

Ikan Lepu Batu (Stonefish)

Ikan Lepu Batu atau Stonefish


merupakan Ikan yang paling berbisa di
dunia ini. Seperti namanya, Ikan ini
berbentuk seperti Batu atau karang yang
biasanya kita temukan di laut sehingga
sangat sulit untuk melihatnya.  Stonefish
termasuk ke dalam famili Synanceiidae,
yang terdiri atas 9 genus dan 11 spesies, dimana tiap spesies dari ikan dalam
famili ini termasuk ikan yang beracun, berbahaya, dan bahkan dapat
mengakibatkan dampak yang fatal bagi manusia. Ikan dari genus
Synanceia dikenal sebagai ikan Stonefish yang paling umum dan juga yang
paling beracun yang pernah ada. Ikan ini juga termasuk ke dalam Ordo
Scorpaeniformes, sehingga ikan ini memiliki kekerabatan dengan ikan
Scorpionfish (Lepu ayam) yang juga beracun. Secara taksonomis, Ikan Stonefish
memiliki klasifikasi sebagai berikut : Biota > Animalia (Kingdom) > Chordata
(Filum) > Actinopterygii (Kelas) > Scorpaeniformes (Ordo) > Synanceiidae
(Famili) > Synanceia (Genus).

Stonefish umumnya hidup di perairan laut dengan dasar substrat berupa


karang ataupun batuan, tak jarang pula ikan ini ditemukan mengubur dirinya di
dalam pasir. Stonefish dari jenis Synanceia horrida lebih cenderung hidup di
daerah estuari atau muara sungai dengan dasar substrat berupa lumpur. Ikan ini
tersebar di perairan tropis Indo-Pasifik, termasuk di dalamnya perairan
Indonesia, Australia, dan Pulau - pulau disekitarnya. Ikan ini termasuk ikan yang
tidak aktif berenang, ikan ini cenderung berdiam diri di dasar perairan untuk
waktu yang sangat lama. Ikan ini menunggu mangsa untuk lewat di dalam
jangkauannya dan kemudian memakannya dengan gerakan yang sangat cepat.
Makanan ikan ini adalah ikan - ikan kecil dan udang - udangan. Ikan ini juga
dikenal tenang, mereka tidak akan berenang menjauh ketika ada bahaya datang,
namun ikan ini cukup menegakkan duri - duri punggungnya yang beracun untuk
menghalau musuhnya. 
Ikan ini memiliki ukuran rata - rata 15 - 30 cm panjangnya, meskipun
'monster' sebesar 50 cm juga umum ditemukan. Duri ikan ini dikenal mampu
menembus alas kaki, sehingga pengunjung pantai mungkin harus lebih waspada
akan keberadaan ikan ini, karena ikan ini juga seringkali muncul ke permukaan
ketika air sedang surut dan dapat bertahan di luar air selama 24 jam. Racun
yang dikeluarkan ikan ini adalah racun yang menyerang sistem kardiovaskular
dan neuromuskular secara bersamaan. Menyebabkan rasa sakit yang luar biasa
disekitar sumber sengatan, kematian jaringan kulit, dan pelemahan atau
kelumpuhan otot. Tingkat gejala yang dialami bergantung kepada seberapa
dalam duri itu menembus otot, dan berapa jumlah duri yang menembus otot.
Metode yang paling sering digunakan untuk memberikan pertolongan pertama
bagi penderita adalah dengan merendam daerah yang tersengat dengan air
panas yang dapat mengurangi efek racun stonefish sebelum dilakukan
penanganan medik lebih lanjut.
Sengatan Ikan Karang dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa
serta kelumpuhan. Jika tidak segera diobati akan menyebabkan kematian
ataupun amputasi bagian tubuh yang terkena sengatan.

Stonefish yang juga disebut dengan Ikan Karang ini banyak ditemukan di
perairan tropikal Samudera Pasifik dan Samudera India.

Ikan Buntal (Puffer Fish)

Ikan Buntal atau Puffer Fish


merupakan Hewan Vertebrata paling
beracun kedua di Dunia setelah Katak
Panah Beracun (Poison Dart Frog). Ginjal,
hati dan kulitnya mengandung racun
Tetrodotoxin yang sangat berbahaya bagi
yang memakannya. Hanya dengan racun 1
Ekor Ikan Buntal sudah dapat membunuh
30 orang dewasa yang sehat. Keracunan Ikan Buntal dapat menyebabkan mati
rasa di bibir dan lidah, muntal, mual, sulit bernafas, pening, jantung berdetak
dengan cepat, lumpuh dan kematian. Kebanyakan mereka yang keracunan Ikan
Buntal akan meninggal dunia dalam waktu 4 hingga 24 jam. Namun di Jepang
dan Korea, daging beberapa spesis Ikan Buntal dijadikan sebagai makanan
tetapi harus disiapkan oleh juru masak yang berlisensi dan berpengalaman
sehingga mereka mengetahui bagian mana yang dapat dimakan dan bagian
manapula yang tidak dapat dimakan.

Racun Dalam Ikan Fugu

Bagian ikan fugu yang paling beracun adalah hati, telur serta saluran
pencernaanya. Tapi bahkan bagian daging pun bisa beracun jika dalam
pengolahannya tidak benar dan terkontaminasi oleh bagian organ dalam. Daging
fugu yang terkontaminasi akan berakibat kematian bagi yang mengkonsumsinya.

Zat racun yang terkandung dalam ikan fugu ini bernama Tetrodotoksin.
Dosis tetrodotoksin sebanyak 2 mg sudah mampu untuk membunuh manusia.
Tetrodotoksin pada ikan fugu akan bereaksi dalam tubuh sekitar kurang dari
setengah jam. Oleh karenanya, di restoran Jepang, untuk menjamin
keamamanan sajian yang dihidangkan, koki yang mengolah ikan fugu akan
mencicipinya masakannya terlebih dahulu setengah jam sebelum disajikan pada
konsumen. Sayangnya, racun pada ikan fugu belum ada penangkalnya
(antidote). Daging ikan fugu yang tercemar racun tidak akan hilang meskipun
sudah dimasak.

Gejala keracunan akibat ikan fugu

 Mual dan muntah-muntah


 Rongga mulut mati rasa
 Rasa gatal di bibir, kaki dan tangan sebagai penanda adanya gangguan
fungsi saraf
 Kelumpuhan otot

Gejala-gejala di atas akan timbul dalam waktu 10 hingga 30 menit


pertama setelah seseorang mengkonsumsi racun dalam ikan fugu. Hingga
akhirnya berakhir dengan kematian akibat sulit bernafas serta serangan jantung.

Upaya Penanganan :

Jika seseorang mengalami keracunan ikan fugu, sebaiknya segera di bawa ke


rumah sakit. Penanganan pertama yang dilakukan biasanya adalah memompa
perut pasien untuk mencegah masuknya racun ke bagian tubuh yang lain.
Penanganan ini harus dilakukan sebelum 30 menit pertama setelah makanan
masuk ke dalam tubuh. Pada kasus-kasus tertentu, racun ikan fugu ini bahkan
masih dapat bereaksi 6 jam setelah proses ‘pemompaan’ selesai.

Cara Ikan Fugu Bertahan

Pertanyaan yang cukup membuat penasaran adalah bagaimana bisa ikan fugu
bertahan hidup dengan racun mematikan yang ada di tubuhnya?. Berdasarkan
beberapa penelitian, yang salah satunya dilakukan oleh para peneliti dari
universitas di Singapura, National University of Singapore mengungkapkan
bahwa racun tetrodotoxin yang terdapat pada ikan Fugu memiliki kekuatan 20
kali lebih mematikan daripada sianida sekalipun. Racun tersebut digunakan oleh
ikah fugu untuk membantu proses perkembangbiakan serta untuk melindungi diri
dari pemangsa.
Ikan fugu bertahan karena adanya proses adaptasi evolusi dimana kekebalan
tubuhnya akan semakin tinggi seiring dengan berjalannya waktu. Racun pada
ikan fugu diduga berasal dari hewan lain yang mengandung bakteri tetrodotoxin-
laden.

Ikan Fugu Bebas Racun

Kini, seiring dengan berjalannya waktu, telah banyak petambak yang


memproduksi Fugu bebas racun yaitu dengan cara menjauhkan ikan fugu dari
hewan-hewan yang mengandung bakteri tetrodotoxin-laden.

Menurut statistik yang dipublikasikan oleh Jepang, terdapat rata-rata 6 kasus


kematian dalam setahun yang dikarenakan oleh keracunan Ikan Buntal.

Surgeonfish

Biasa sering disebut dengan


ikan Botana atau kulit pasir, jenis
ikan herbivora ini hidup didaerah
terumbu karang dan umumnya
dikonsumsi oleh masyarakat pesisir.
Namun jika diperhatikan dengan
seksama dibagian pangkal sirip
ekor (penducle) terdapat duri yang
menyerupai mata pisau dan setajam pisau bedah, oleh karena ciri khas ini
sehingga ikan ini dberi nama Surgeonfish.

Scorpionfish and Lionfish


Sama halnya dengan
stonefish, namun bentuknya jauh
lebih elegan dengan sirip –sirip yang
memanjang. Pada bagian ujung dari
Sirip-sirip keras tersebut terdapat
kelenjar racun juga, apabila terkena
tubuh manusia dapat menyebabkan
sakit yang berlangsung selama 6
jam. Untuk mengurangi rasa sakitnya kalian dapat menggunaka air panas
dicampur cuka atau irisan lemon.

Lined Catfish
Sembilang, cukup familiar kan dengan
nama lele laut ini. Ikan ini biasa ditemukan
bergerombol dalam jumlah besar. Seperti lele
pada umumnya ikan ini dapat mematil, yaitu
menggunakan duri yang terletak di bagian sirip
dada (pectoral) dan sirip punggung (dorsal),
duri-duri tersebut kadang tidak terlihat karena
terselubung dibalik kulitnya. Ketika menyelam
sebaiknya menjauhi gerombolan ikan ini,
dikhawatirkan mereka akan bersifat agresif jika merasa terganggu oleh
kehadiran kalian

Rabbitfish
Ikan baronang adalah ikan
yang enak rasanya namun sirip
bagian punggung, perut dan anal dari
ikan baronang terdapat duri yang
beracun, walaupun tidak berdampak
fatal terhadap manusia, namun
cukup membuat nyeri dalam waktu
yang lama, racunya pun masih ada
hingga ikan ini sudah mati bahkan kalau bisa kurangi memakan ikan herbivora
ini, karena mereka membantu mengurangi kompetitor karang untuk tumbuh di
substrat.

Ikan Singa
Menjadi ikan favorit penghuni
aquarium, ikan singa terkenal
dengan duri-durinya yang beracun.
Walaupun tidak terlalu mematikan
pada manusia, racunnya dapat mengakibatkan sakit kepala, muntah-muntah,
dan gangguan pernafasan. Menurut beberapa laporan, gejala tersebut
berlangsung selama beberapa minggu.

Gigitan ubur-ubur

Kelompok hewan-hewan laut ini menimbulkan cedera dengan sengatan


dari sel-sel penyengat dari alat-alat penangkap (tentakel- tentakel)-nya yang
menyebabkan rasa panas terbakar dan sedikit perdarahan ada kulit. Ubur-ubur
ada banyak jenisnya dan hidup di daerah tropis. Racun ubur-ubur di buat oleh
beribu-ribu duri halus yang terdapat di permukaan badannya. Bila duri halus itu
di sentuh oleh perenang di laut, ubur-ubur akan menyuntukkan racun melalui duri
halus itu.
Kulit yang bersentuhan dengan duri ubur-ubur, akan merasa gatal
bercampur panas. Beberapa menit kemudian akan timbul urtikaria yang dapat
berubah menjadi (lepuh-lepuh visikel). Perasaan sakit biasanya akan hilang
sendiri dalam beberapa jam, tetapi dapat kambuh lagi beberapa hari kemudian.
Tanda dan gejala :
 Rasa panas dan terbakar serta sedikit perdarahan pada kulit.
 Urtikaria
 Mual
 Muntah
 Kejang otot
 Syok
 Kesulitan bernafas
 Keluar air mata terus-menerus
 Mata menjadi merah bengkak, pupil melebar
Penanganan

 Aman diri dan lingkungan sekitar


 Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
 Bebaskan anggota badan yang cedera dari tentakel-tentakel dengan
handuk basah.
 Cuci luka dengan larutan Aromatic Ammonia Spirit atau alcohol 70%
 Berikan 10 ml larutan Na Glukonat.
 Asang tourniket dan berikan antidote Sea Wasp Antivenome (SWA)
bila ada
 Bawa segera ke rumah sakit

Gigitan Gurita (Blue Ringed Octopus)


Gurita tidak akan menggigit kecuali terinjak atau di ganggu.
Gigitannya sangat beracun dan seringkali menimbulakan kematian.

Tanda dan gejala

 Kegagalan nafas secara progresif terjdi dalam 10-15 menit.


 Luka bekas gigitan kecil, tidak terasa nyeri yang mungkin berwarna
merah dan benjolan (tampak seperti meleuh berisi darah).
 Kehilangan rasa raba (di mulai sekitar mulut dan leher).
 Mual, muntah
 Kesulitan menelan
 Kesulitan bernafas
 Gangguan penglihatan
 Inkoordinasi
 Kelumpuhan otot
 Pernapasan berhenti
 Denyut nadi berhenti
 Dapat diikuti kematian
Penanganan
 Aman diri dan lingkungan sekitar
 Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
 Tenangkan penderita
 Bersihkan/cuci luka bekas gigitan dengan air hangat
 Lakukan pressure imobilisasi pada bagian yang cidera
 Monitor tanda-tanda vital
 Lakukan RJP jika diperlukan

Gigitan lintah
Ludah lintah mengandung zat anti
pembekuan darah. Darah akan terus
mengalir keluar dan masuk ke perut
lintah.
Tanda dan Gejala
 Pembengkakan
 Gatal
 Kemerahan.

Tindakan pertolongan

o Dengan hati-hati lepaskanlah lintah dari tempat ia menggigit.


o Menyiram minyak atau air tembakau ke tubuh lintah, akan membantu
mempercepat usaha melepaskan gigitan lintah.
o Apabila ada tanda-tanda reaksi kepekaan seperti tersebut di atas,
cukup digosok dengan obat atau salep anti gatal biasa.

Ikan Hiu
Ikan hiu, disamping dapat menggigit manusia, ada pula yang
mengeluarkan racun. Ikan hiu yang beracun mempunyai sirip di
punggungnya. Ikan hiu yang mengandung racun adalah born shark,
memunyai sirip di punggung yang berhubungan dengan kelenjar
pembuat racun. Orang yang tertusuk sirip beracun ikan hiu ini,
Tanda dan Gejala

 Sakit yang berlangsung beberapa jam


 Daerah tusukan itu menjadi merah dan bengkak
 Dapat menimbulkn kematian.

Pengobatan hanya simptomatis dan luka gigitan dirawat seperti luka


gigitan lainnya.

D. Penatalaksanaan Gigitan Binatang


Prinsip penatalaksanaan ada penderita dengan gigitan binatang
sama dengan pentalaksanaan pada penderita keracunan. Yang harus
selalu diperhatikan pada penderita keracunan maupun gigitan binatang
hendaknya selalu monitor dan catat setiap perubahan-perubahan yang
terjadi (ABC). Bersihkan bagian yang tersengat dengan air laut untuk
melemahkan racun kemudian keluarkan berbagai partikel sirip ikan pari
yang tertinggal di luka kemudian rendam bagian yang terinfeksi dengan air
panas (43-45°C) selama 30 menit. Air panas menetralisir berbagai racun
dari ikan atau bulu babi dan membantu mengurangi nyeri.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gigitan dan cakaran binatang yang sampai merusak kulit

kadang kala dapat mengakibatkan infeksi. Beberapa luka gigitan

perlu ditutup dengan jahitan, sedangkan beberapa lainnya cukup

dibiarkan saja dan sembuh dengan sendirinya. Dalam kasus tertentu

gigitan binatang (terutama oleh binatang liar) dapat menularkan

penyakit yang berbahaya terhadap nyawa manusia. Binatang laut

berbahaya bagi kesehatan manusia diantaranya ikan pari, ubur-ubur,

lintah laut, ikan hiu dll.

Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun yang masuk

kedalam tubuh melalui suntikan. Gigitan bintang atau engatan

serangga dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan/ atau

pembengkakan. Gigitan dan sengatan berbagai binatang walaupun

tidak selalu membahayakan jiwa dapat menimbulkan reaksi alergi

yang hebat dan bahkan kadang-kadang dapat berakibat fatal.

B. PENUTUP
Demikian makalah gangguan kesehatan akibat gigitan binatang
laut ini dibuat, semoga bermanfaat dan segala kiritik masukan saran
yang membangun kami terima untuk kemajuan pada masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTKA

Sumber: https://pulauherbal.com/jurnal/2489-racun-ikan-fugu-ikan-buntal-
yang-mematikan.html

Suling, Pieter L.2011.Cutaneus Lesions From Coastal and Marine


Organism.surabaya.Dermatoses & STIs Associated with Travel to Tropical
Countries

White J. CSL Antivenom Handbook 2001. CSL Ltd: Parkville, Melbourne,


Victoria

Lee JYL, Teoh LC, Leo SPM. Stonefish envenomation of the hand – a
local marine hazard. A series of 8 cases and review of the literature.
Annals of the Academy of Medicine, Singapore 2004; 33:515–520

Little M. Stonefish (Synanceia species) sting. Emergency Medicine 1990;


2(4):5.

Sutherland SK, Tibballs J. Australian animal toxins: the creatures, their


toxins and care of the poisoned patient. South Melbourne: Oxford
University Press, 2001.
LAMPIRAN SOAL

1. Beberapa dampak buruk akibat gigitan binatang laut berbahaya,


kecuali..?
a.
b. Lumpuh
c.
2.

Anda mungkin juga menyukai