Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN KELAUTAN PADA KAPAL


YANG TERKENA TSUNAMI”

MK : KEGAWATDARURATAN KELAUTAN

DOSEN : Ns. Yanerit Purba, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 5 Kelas A3/V

1. Karolina W. Yokbari (1814201071)


2. Elsaday A. Kowal (1814201111)
3. Valentine M. Q. Sumolang (1814201069)
4. Joandi R. L. Kukus (1814201074

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

FAKULTAS KEPERAWATAN

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

Gempa bumi yang mengakibatkan tsunami, terjadi pada laut dalam dan diikuti adanya
devormasi bawah laut. Letusan gunung berapi dilaut juga dapat mengakibatkan terjadinya
tsunami, selain faktor runtuhnya palung laut dan jatuhnya meteor kedalam laut tetapi jarang
terjadi di wilayah indonesia. Tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi terjadi apabila lempeng
samudera berubah bentuk secara vertikal dan dapat mengganggu posisi air laut yang ada di
atasnya menjadi gelombang yang besar. Perubahan bentuk lempeng tersebut terjadi karena
lempeng saling bertumbuksn , sehingga salah satu lempeng naik ke atas mengganggu posisi air
laut dan menimbulkan gelombang besar atau yang disebut dengan stunami ( BNPB , 2010 ).

Pemberian pelayanan yang diberikan selama korban pertama kali ditemukan, selama
proses transportasi hingga pasien rumah sakit. Penanganan korban selama pre hospital dapat
menjadi penentu kondisi korban selanjutnya. Pemberian perawatan pre hospital yang tepat dan
cepat dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian akibat trauma ( WHO, 2005 )
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan
penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa korban. Jadi,
gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa yang harus dilakukan tindakan
segera untuk menghindari kecacatan bahkan kematian korban.
Tsunami adalah gelombang atau serangkaian gelombang, yang dihasilkan oleh
gangguan seperti gempa bumi bawah laut yang menggeser dasar laut, tanah longsor,
letusan gunung berapi, atau dampak asteroid.
B. Penyebab
Tsunami dapat dipicu oleh gangguan pada dasar laut yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air. Dalam proses kembalinya air yang terganggu ini menuju
ekuilibrium atau keadaan tenang, suatu gelombang dapat terbentuk dan menyebar
meninggalkan pusat gangguan, sehingga menyebabkan tsunami. Peristiwa-peristiwa yang
dapat menyebabkan perpindahan air seperti ini meliputi gempa bumi bawah laut, longsor
yang terjadi di dasar laut, jatuhnya benda ke dalam air seperti letusan gunung, meteor,
atau ledakan senjata.
C. Manifestasi Klinis
- Batuk-batuk
- Muntah
- Sesak Napas
- Nyeri dada
- Area sekitar perut yang membengkak
- Wajah yang membiru dan dingin
D. Faktor Risiko terjadinya masalah tersebut :
1. Pria lebih berisiko mengalami kejadian tersebut
2. Tidak memakai pelampung ketika didalam kapal
3. Kondisi air melebihi kemampuan , arus kuat dan air sangat yang dalam
4. Terhimpit disuatu tempat bagian kapal
E. Komplikasi
Berikut adalah beberapa penyakit yang rentan terjadi setelah gempa dan tsunami:
1. Diare
Bencana alam seperti gempa dan tsunami membuat warga yang menjadi korban
kesulitan untuk mencari sumber air bersih, sehingga risiko diare menjadi sangat tinggi.
Diare terjadi akibat mengonsumsi makanan atau sumber air yang mengandung bakteri
maupun virus berbahaya seperti norovirus, salmonella, dan rotavirus. Seseorang yang
terkena penyakit ini akan mengalami sakit perut, buang air besar encer lebih dari tiga kali
sehari, dan demam. Jika terjadi secara berkelanjutan atau tidak segera diatasi dengan
tepat, diare bisa menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) hingga kematian.
2. Hepatitis A
Tidak tersedianya sumber air bersih di tempat pengungsian korban gempa dan
tsunami membuat risiko hepatitis A menjadi sangat tinggi. Penyakit ini dapat menular
dari satu orang ke orang lainnya melalui sumber air yang tercemar feses. Orang yang
mengalami hepatitis A akan mengalami beragam gejala, misalnya merasa letih, badan
lemas, nyeri di bagian perut kanan atas, nyeri sendi dan otot, demam ringan, hilang nafsu
makan, mual, sakit kepala, sembelit atau diare, juga kulit dan mata menjadi berwarna
kuning.
3. Meningitis
Meningitis alias radang selaput otak terjadi akibat infeksi bakteri, virus, jamur,
maupun protozoa. Penyakit ini dapat menular melalui kontak jarak dekat, batuk, bersin,
atau lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya. Meningitis memberikan gejala awal
berupa demam tinggi, yang kemudian diikuti dengan sakit kepala, terasa kaku pada leher,
muntah, penurunan kesadaran hingga kejang.
4. ISPA
ISPA alias infeksi saluran pernapasan akut merupakan penyakit yang terjadi
akibat adanya infeksi virus maupun bakteri. Salah satu jenis dari ISPA yang paling sering
ditemui adalah common cold, yang ditandai dengan gejala batuk dan pilek. Korban
gempa dan tsunami yang berada di pengungsian berisiko tinggi mengalami ISPA, karena
penyakit ini bisa menular melalui droplet atau cairan yang dikeluarkan penderita saat
batuk atau bersin. Meski terlihat sepele, ISPA yang tidak segera diatasi bisa
menyebabkan berbagai komplikasi hingga kematian.
5. Leptospirosis
Ini adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, dan bisa terjadi
akibat adanya paparan langsung pada air kencing tikus. Sumber air atau makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri tersebut juga bisa menjadi media penyebaran penyakit ini.
Orang yang terjangkit leptospirosis akan mengalami gejala, seperti demam tinggi hingga
menggigil, nyeri kepala, nyeri otot di daerah betis, sakit tenggorok disertai batuk kering,
mata merah dan kulit menguning, mual, muntah-muntah, serta diare.

F. Klasifikasi kejadian :

1.      Tenggelam (Drowning)

Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga
air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan
mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui
oleh udara yang sangat sedikit.

2.      Hampir Tenggelam (Near Drowning)

Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.

G. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Keperawatan :


1. Pastikan keadekuatan ABC ( Airway, Breathing, Circulation ).
2. Pertimbangkan cedera lain selain pada pernafasan saat tenggelam.
3. Lakukan hospitalisasi jika terdapat; gangguan respiratori, penurunan saturasi oksigen,
serta perubahan tingkat kesadaran.
4. Observasi pemberian oksigenasi, ventilasi, serta fungsi jantung.
5. Pemberian obat-obatan; vekuronium (untuk otot skeletal paralis), furosemid/ lasix
(untuk diuresis, manitol/ manitor (untuk mengendalikan hipertensi intrakarnial dan
untuk sedasi).

H. SPO
PRINSIP

1. Tidak menambah korban Respon atau penanganan yang sesegera


mungkin dan penolong tidak melupakan factor keselamatan diri sendiri
(safety self) dapat meminimalisir jumlah korban, dalam artian tidak
menambah jumlah korban, baik korban dari penolong ataupun orang-
orang yang berada di daerah penyelamatan. Perlu diperhatikan bahwa
dalam setiap tindakan penyelamatan, keselamatan penolong lebih
diprioritaskan daripada keselamatan orang lain.
2. Tidak menambah cedera korban
3. Efektif dan efisien Setiap teknik pertolongan apapun hendaknya
dilakukan dengan metode-metode yang efektif sehingga tujuan rescue
dapat terpenuhi dan efisien sehingga faktor resiko akibat tindakan
rescue dapat diminimalisir serta dapat memudahkan penolong dalam
melakukan tidakan penyelamatan.

SYARAT

1. Penolong memiliki pengalaman atau menguasai teknik water rescue


Seorang rescuer harus memiliki kemampuan dan keterampilan dasar
pertolongan di air (water rescue), dan lebih diutamakan bagi yang sudah
memiliki pengalaman.

2. Situasi dan lingkungan memungkinkan untuk dilakukan tindakan


penyelamatan. Situasi dan lingkungan yang membahayakan penolong
seperti badai dan gelombang arus laut yang terlalu besar yang dapat
mebahayakan penolong harus dipertimbangkan apakah dilakukan tindakan
rescue pada korban atau tidak. Hal ini terkain prinsip rescue yang tidak
menambah cedera korban
3. Kemampuan renang Kemampuan renang merupakan modal utama bagi
penolong, tetapi tidak semua metode penyelamatan mengharuskan
penolong berada di dalam air.
TAHAPAN PENYELAMATAN

1. Berteriak sekuat mungki untuk menarik perhatian orang lain. Hal ini
dilaksankan untuk menambah bantuan.
2. Hubungi nomor telpon gawat darurat sesegera mungkin.
3. Lakukan penolongan seaman mungkin. Jangan lakukan masuk kelokasi
tersebut tanpa pengamanan, kecuali anda menegenal lokasi. Bila tidak
yakin dengan kemampuan diri sendiri sebaiknya cari bantuan. Lebih baik
baik kehilangan satu orang dari pada kehilangan dua orang.
4. Membawa korban kedaratan dan letakan ditempat yang aman.
5. Mengecek kesadaran korban dengan merangsang suara atau
merangsang nyeri. Jika korban tetep tidak sadarkan diri lakukan
pertolongan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan rumus C-A-B
6. Selanjutnya korban dibawa ke klinik atau rumah sakit terdekat untuk
mendapatkan pertolongan yang intensif.
7. Untuk kasus korban yang sadar tapi kesulitan bernafas maka lakukan
langkah-langkah seperti berikut :
 Posisikan korban dalam posisi istirahat
 Bersihkan benda-benda yang menyumbat ronnga mulut
korban contoh : gigi palsu, makanan
 Kembalikan posisi normal tekan dahi dan naikan dagu
(posis ini bertujuan untuk memperlancar jalan nafas)
 Bila diperlukan diberikan nafas buatan dua kali dari mulut ke
mulut (untuk menghindari penularan penyakit sebaiknya
menggunakan alat bantu pemberian nafas dari mulut kemulut)
8. Untuk korban yang tidak sadar , mempunyai nafas yang tidak kuat atau
belum bernafas langakah-langkahnya sebagai berikut :
- Pada posisi normal dengan dagu diangkat sambil mengecek nadi
di leher
- Jika tidak ada maka dilakukan pertolongan CAB
I. Edukasi
Untuk mewaspadai terjadinya tsunami, masyarakat harus mengenal tanda-tanda tsunami,
diantaranya adalah :

1. Terjadinya gempa atau getaran yang terjadi dibawah laut.

Gempa dibawah laut memicu terjadinya gelombang tsunami, apabila pusat gempa memiliki
kedalaman kurang dari 30 meter dan getarannya melebihi 6,5 Skala Richter

2. Surutnya air laut secara tiba-tiba

Air laut yang surut secara tiba-tiba dapat menjadi tanda yang paling terbaca akan terjadi tsunami.
Semakin surut air laut, semakin besar tsunami akan terjadi. Surutnya air laut ini sebenarnya
karena disebabkan oleh permukaan laut turun secara mendadak sehingga terdapat kekosongan
ruang dan menyebabkan air laut pantai tertarik. Dan ketika gelombang tsunami telah tercipta
yang baru, maka air akan kembali ke pantai dengan wujud gelombang yang sangat besar.

3. Terdengar suara gemuruh keras

Suara gemuruh keras terjadi di dalam laut seperti suara kereta pengangkut barang dan suara
ledakan di bawah laut.

4. Terdapat tanda-tanda alam yang tidak biasa.

Tanda- tanda alam yang tidak biasa ini seperti gerakan angin yang tidak biasa, perilaku hewan
yang aneh. Beberapa perilaku hewan yang aneh ini contohnya adalah aktifnya kelelawar di siang
hari, kemudian banyak burung- burung terbang bergerombol (padahal biasanya tidak pernah
terlihat), dan juga beberapa perilaku binatang darat. Contoh di Thailand, sebelum terjadinya
tsunami, gajah- gajah Thailand saling berlarian menuju ke bukit untuk menyelamatkan diri.

Setelah mengenal tanda-tanda terjadi tsunami, maka masyarakat juga harus mengetahui apa yang
harus dilakukan ketika bencana tsunami terjadi :

1. Tinggalkan bibir pantai apabila berada di pantai


2. Carilah tempat setinggi-tingginya
3. Jika air laut tiba-tiba surut, segera lakukan evakuasi, dengan menjauhi pantai sejauh-
jauhnya supaya tidak banyak korban berjatuhan.

Untuk mencegah timbulnya kerusakan dan korban apabila tsunami terjadi, yang harus dilakukan
adalah :

1. Membuat rumah tahan gempa bumi dan tsunami

Pada saat terjadi gempa, permukaan tanah adalah salah satu komponen alam yang paling
terpengaruh. Untuk memastikan desain rumah tahan gempa, pastikan tanah di mana hunian
berdiri memiliki kepadatan cukup baik, keras, dan tidak porus sehingga getaran yang terjadi
akibat gempa tidak mengubah permukaan tanah terlalu ekstrem yang berakibat rusaknya
struktur bawah bangunan.Di Sumatera Barat, Rumah tradisional minang ternyata merupakan
rumah tahan gempa bumi karena memang sejak dulu wilayah sumatera barat merupakan
wilayah yang kerap terjadi gempa dan berpotensi tsunami, sehingga konstruksi rumah gadang
adalah konstruksi tahan gempa bumi, terbukti ketika gempa bumi terjadi, tidak banyak rumah
gadang di Sumatera Barat rusak.

Bangunan tahan gempa adalah bangunan yang :

a. Digoyang gempa ringan, tidak mengalami kerusakan apa-apa,


b. Digoyang gempa sedang, hanya mengalami kerusakan pada elemen  non struktural saja,
c. Digoyang gempa besar, boleh mengalami kerusakan pada elemen non struktural maupun
struktural, tetapi bangunan harus tetap berdiri dan tidak boleh rubuh.

2. Struktur Pantai

Didaerah pantai dimana gempa biasa terjadi sebaiknya dibangun struktur bangunan penahan
ombak berupa dinding pantai (sea wall or coastal dike) yang merupakan bangunan pertahanan
(defense structure) terhadap tsunami. Struktur ini akan efektif, bila ketinggian tsunami relatif
tidak terlalu tinggi. Jika ketinggian tsunami melebihi 5 meter, prasarana ini kurang begitu
berfungsi. Pohon-pohon pantai seperti tanaman bakau (mangrove) juga cukup efektif untuk
mereduksi energi tsunami, terutama untuk tsunami dengan ketinggian kurang dari 3 meter.

3.  Penataan Wilayah

Korban terbanyak bencana tsunami adalah perkampungan padat didaerah pantai


disamping daerah wisata pantai. Cara paling efektif mengurangi korban bahaya tsunami
adalah dengan memindahkan wilayah pemukiman pantai ke daerah bebas tsunami
(tsunami-free area). Menurut catatan, sudah banyak peristiwa tsunami yang menyapu
habis pemukiman nelayan disekitar pantai, mereka terperangkap dan tidak sempat
menyelamatkan diri ketika tsunami datang. Kedatangan tsunami yang begitu cepat sangat
tidak memungkinkan penduduk didaerah pesisir pantai untuk meloloskan diri. Perkiraan
tentang daerah penggenangan tsunami (tsunami inundation area) diperlukan untuk
merancang daerah pemukiman yang aman bagi penduduk.

4. Sistem Yang Terpadu

Sistem pencegahan tsunami (tsunami prevention system) akan meliputi hal hal sebagai berikut:
peramalan, peringatan, evakuasi, pendidikan masyarakat, latihan, kebiasaan untuk selalu
waspada terhadap bencana, dan kesigapan pasca bencana.

Bencana alam adalah sesuatu yang tidak dapat kita cegah  datangnya, karena siklus alam
terjadi  atas kehendak Allah SWT, namun sebagai manusia, hendaknya memiliki usaha
untuk menghindar dari bencana, dan menolong sesama apabila terjadi bencana ketika
orang lain menjadi korban (Early F/ PS Muda)
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

- Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu


mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman
nyawa korban.
- Tsunami adalah gelombang atau serangkaian gelombang, yang dihasilkan oleh
gangguan seperti gempa bumi bawah laut yang menggeser dasar laut, tanah
longsor, letusan gunung berapi, atau dampak asteroid.
- Untuk mewaspadai terjadinya tsunami, masyarakat harus mengenal tanda-
tanda tsunami, diantaranya adalah :
 Terjadinya gempa atau getaran yang terjadi dibawah laut.
 Surutnya air laut secara tiba-tiba
 Terdengar suara gemuruh keras

Saran

- Kepada masyarakat untuk menambah sedikit wawasan mengenai bencana


tsunami atau bencana lainnya agar dapat menghindari hal-hal yang tidak di
inginkan dengan cara evakuasi , mempersiapkan bekal mengingat ketika
bencana itu terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

 WMO (World Meteorological Organization), 2017


 Hutabarat & Putra, 2016
 Wikipedia/Tsunami
 http://daek-chin.blogspot.com/2014/10/asuhan-keperawatan-pasien-
tenggelam.html
 https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/edukasi-menghadapi-bencana-tsunami-72
 Pengenalan_Tsunami.pdf
 https://www.alodokter.com/tenggelam

Anda mungkin juga menyukai