TUGAS KELOMPOK 5
KEGAWATDARURATAN KELAUTAN
SPO KEGAWATDARURATAN PADA KAPAL
TERKENA TSUNAMI
DISUSUN OLEH :
Grace Sojow (211201024)
Crista Popo (2114201023)
Stessy Sharon Tambuwun (2114201015)
Emy Christania Newnuny (2114201001)
Anjeli Goni (2114201005)
Dosen Pengampuh :
Ns. Yannerith Chintya, S. Kep., M. Kep
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini, kiranya makalah ini dapat di terima oleh pembaca.
Makalah ini disusun dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari dosen Ns. Yammerith
Chintya, S. Kep., M. Kep. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka
dari itu kami mohon maaf jika ada kesalaha – kesalahan dalam penyusunan kata dalam
makalah ini, untuk itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca makalah ini agar kami
dapat lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kedepannya.
Penulis
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertisn
B. Penyebab
C. Menifestasi Klinik
D. Factor Risiko
E. Klarifikasi Kejadian
F. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Keperawatan
BAB
III
PENUT
UP
- Kesimpulan
- saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Gempa bumi yang mengakibatka tsunami, terjadi pada laut dalam dan diikuti oleh
devormasi bawah laut. Letusan gunung berapi di bawah laut juga dapat mengakibatkan
terjadinya tsunami, selain karena lunturnya palung laut dan jatuhnya meteor kedalam laut
tetapi jarang t erjadi diwilayah Indonesia. Tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi terjadi
apabila lempengan Samudera berubah bentuk secara vertical dan dapat mengganggu posisi
air laut yang ada di atasnya menjadi gelombang yang besar. Perubahan bentuk lempengan
tersebut terjadi karena lempeng saling bertumbukan, sehungga salah satu lempeng naik ke
atas mengganggu posisi air laut dan menimbulkan gelombang yang besar atau disebut dengan
tsunami.
Pemberian pelayanan yang diberikan selama korban perta kali ditemukan, selama
proses transportasi hingga pasien sampai di rumah sakit. Penanganan korban selama pre
hospital dapat menjadi penentu kondisi korban selanjutnya. Pemberian perawatan pre
hospital yang cepat dan tepat dapat menurunkan angka kecatatan dan kematian akibat trauma.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat perlu mendapatkan
penanganan atau Tindakan segera untuk menghilangakan ancaman nyawa korban.
Jadi, gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa yang harus dilakukan
tindakan segera untuk menghindari kecatatan atau kematian korban.
Tsunami adalah gelombang atau serangkaian gelombang, yang dihasilkan oleh
gangguan seperti gempa bumi bawah laut yang menggeser bawah laut, tanah longsor,
letusan gunung berapi, atau dampak asteroid.
Secara kompleks, tsunami terjadi ketika ada perubahan tiba-tiba dalam volume
besar air laut, yang dapat disebabkan oleh gempa bumi, letusan gunung berapi, atau
longsor bawah laut. Gempa bumi di dasar laut seringkali menjadi pemicu utama.
Ketika lempengan tektonik bergerak, mereka dapat menyebabkan pergeseran besar di
dasar laut, mengubah volume air dan menciptakan gelombang tsunami yang dapat
merambat ribuan kilometer dengan kecepatan tinggi. Saat gelombang mendekati
pantai, amplitudonya meningkat, menyebabkan banjir yang merusak ketika mencapai
daratan.
Tsunami dapat memiliki dampak serius pada kesehatan masyarakat, termasuk
risiko cedera fisik, kontaminasi air bersih, dan penyebaran penyakit akibat kerusakan
infrastruktur sanitasi. Selain itu, dampak psikologis seperti stres dan trauma juga
umum terjadi setelah bencana tersebut.
B. Penyebab
Tsunami dapat dipicu oleh gangguan pada dasar laut yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air. Dalam proses kembalinya air yang terganggu ini
menuju ekuilibrium atau keadaan tenang, suatu gelombang dapat membentuk dan
menyebar meninggalkan pusat gangguan, sehingga menyebabkan tsunami. Peristiwa –
peristiwa yang dapat menyebabkan perpindahan air seperti ini meliputi gempa bumi
bawah laut, longsor yang terjadi di dasar laut, jatuhnya benda kedasar laut seperti
letusan gunung, meteor dan ledakan senjata.
C. Manifestasi Klinik
- Batuk – batuk
- Muntah
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Area sekitar perut yang membengkak
- Wajah yang membiru dan dingin
SYARAT
1. Penolong memiliki pengalaman atau menguasai Teknik water rescue
Seorang rescue harus memiliki keterampilan dan kemampuan dasar pertolongan di
air (water rescue), dan lebih di utamakan lagi bagi yang sudah memiliki
pengalaman.
2. Situasi dan lingkungan memungkinkan untuk melakukan tinfdakan penyelamatan.
Situasi lingkungan yang membahayakan kondisi ipenolong seperti badai dan
gelombang arus yang terlalu bersar yang dapat membahayakan penolong harus di
pertimbangkan apakan dilakukan Tindakan rescue pada korban atau tidak.
3. Kemampuan renang, kemampuan renang merupakan modal utama bagi penolong,
tetapi tidak semua metode penyelamatan mengahruskan penolong berada dalam
air.
TAHAPAN PENYELAMATAN
1. Berteriak sekuat mungkin untuk menarik perhatian orang lain. Hal ini dilakukan
untuk menambah bantuan.
2. Hubungi nomor telfon gawat darurat sesegera mungkin.
3. Lakukan penolongan seaman mungkin. Jangan masuk kelokasi tersebut tanpa
pengaman, kecuali anda mengenal lingkungan lokasi. Bila tidak yakin dengan
kemampuan diri sendiri sebaiknya cari bantuan. Lebih baik kehilangan satu orang
dari pada dua orang.
4. Membawa korban kedaratan dan letakan ditempat yang aman.
5. Mengecek kesadaran korban dengan meransang suara atau nyeri. Jika korban tidak
sara maka lakukan pertolongan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan rumus C-A-
B
6. Selanjutnya korban dibawa ke klinik atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pertolongan yang intensif.
7. Untuk korban yang sadar tapi kesulitan bernafas maka lakukan Langkah –
Langkah berikut :
Posisikan korban dalam posisi istirahat
Bersihkan benda – benda yang menyumbat rongga mulut korban, contoh :
gigi palsu atau makanan
Kembalikan posisi normal tekan dahi dan naikan dagu (posisi ini untuk
memperlancar jalan nafas
Bila diperlukan diberikan nafas buatan dua kali dari mulut ke mulut (untuk
menghindari penyakit sebaiknya menggunakan alat bantu pemberian nafas
dari mulut kemulut)
8. Untuk korban yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum
bernafas Langkah – langkanya sebagai berikut :
- Pada posisi normal dengan dagu di angkat sambal mengecek nadi di leher
- Jika tidak ada maka di lakukan pertolongan CAB
Untuk menghadapi bencana tsunami saat berada di kapal laut, penumpang awam perlu tahu
cara-cara yang tepat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Jangan kembali ke dermaga jika terdapat peringatan tsunami: Kembali ke dermaga mungkin
berbahaya karena banyak sisa bangunan yang hancur
2. Pergi menjauh dari garis pantai lebih lama: Menjauh dari garis pantai akan meminimalisir
gelombang tsunami yang mungkin terjadi
3. Tunggu informasi dari radio laut: Tunggu kabar dari petugas pelabuhan waktu yang tepat
untuk kembali ke daratan
4. Lakukan evakuasi jika air laut tiba-tiba surut: Evakuasi dengan menjauhi pantai sejauh-
jauhnya supaya tidak banyak korban berjatuhan
5. Pindahkan ke tempat yang tinggi: Jika Anda berada di perahu atau kapal di tengah laut dan
mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, perhatikan untuk mendengar ke tempat yang
tinggi seperti perbukitan atau bangunan tinggi
6. Siapkan persediaan pengungsian: Pastikan Anda memiliki persediaan pengungsian dalam
suatu tempat yang mudah di bawa, seperti tas siaga bencana
7. Upaya penyelamatan diri saat terjadi tsunami: Ketahui cara menyelamatkan diri dan
mengantisipasi bahaya yang mungkin terjadi
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan masyarakat pesisir adalah peningkatan
keterampilan dan pengetahuan dalam bidang teknologi dan informasi. Teknologi dan informasi
dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Masyarakat pesisir perlu dilengkapi dengan
pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan teknologi dan informasi untuk mendukung
pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan.
Mitigasi
Dalam proses mitigasi tsunami, penumpang awam dan kapal laut harus berkoordinasi dengan
pihak-pihak yang berwenang dan mengikuti perintah yang diberikan oleh petugas pelabuha
Mitigasi tsunami bagi daerah pesisir pantai melibatkan beberapa upaya yang bertujuan untuk
mengurangi risiko dan dampak bencana tersebut. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat
diadopsi:
1. Penataan ruang wilayah pesisir: Penataan ruang wilayah pesisir dapat membantu mengurangi
risiko tsunami. Hal ini mencakup pembuatan green belt atau penanaman tanaman mangrove dan
bakau di sepanjang kawasan pantai, serta pembangunan tanggul pantai (breakwater) dan
seawall sebagai pemecah gelombang air laut
2. Pemasangan sistem peringatan dini (early warning system): Sistem peringatan dini dapat
membantu menginformasikan masyarakat tentang gemparan bumi yang berpotensi tsunami
sebelum terjadinya
3. Relokasi permukiman: Relokasi permukiman dengan jarak sekitar 3 km dari tepi laut dapat
membantu menghindari akibat hantaman tsunami
4. Pemasangan alat sign s sistem peringatan dini: Pemasangan sign s sistem peringatan dini,
seperti siren atau panduan arah evakuasi, dapat membantu masyarakat menginformasikan dan
mengambil tindakan dengan cepat saat terjadinya bencana
7. Koordinasi dan kerjasama: Kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam
penanganan risiko tsunami dapat membantu meningkatkan keterlibatan dan kemampuan
menghadapi bencana
1. Mengirimkan pesan peringatan dini kepada institusi yang berkaitan, seperti badan penyelamat dan
stasiun broadcast, agar mereka dapat mempersiapkan sesuai dengan peran mereka
2. Menginformasikan publik melalui media radio dan televisi mengenai kejadian tsunami
4. Mengatur peringatan dini tsunami secara langsung, termasuk informasi tentang tinggi wave tsunami
yang diwathakan oleh stasiun pengamatan laut
InaTEWS saat ini menggunakan 176 seismograf dan sensor laut yang terdistribusi di berbagai daerah di
Indonesia
Dengan sistem InaTEWS, diharapkan berdampaknya pemerintah Indonesia dapat mengantisipasi
kecelakaan dan penurunan kehidupan mengatur keberlanjutan tsunami, seperti yang terjadi pada
incident tsunami di Aceh pada tahun 2004
1.1.3 Diagnosa
Pola napas tidak efektif
Penurunan curah jantung
Risiko syok
INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi Keperawatan
o
1 Pola napas tidak efektif Setelah melakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
keperawatan selama 1x24 Obserasi
jam maka diharapkan pola - monitor pola napas
napas Membaik dengan (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil: saha napas)
- kapasitas vital meningkat - monitr bunyi napas
- tekanan ekspirasi tambahan (mis. Mengi,
meningkat heezing, ronkhi kering)
- tekanan inspirasi - posisikan semi-Fowler
- dispnea menurun - berikan minum hangat
- penggunaan otot bantu - lakukan fisioterapi
napas menurun dada, jika perlu.
- pemanjangan fase ekspirasi - berikan oksigen, jika
menurun perlu
- ortopnea menurun
- pernapasan pursed-lip Edukasi
menurun - Anjurkan asupan cairan
- pernaasan cuping hidung 2000 ml/hari, jika tidak
menurun konraindikasi
- frekuensi napas membaik
- kedaaman napas membaik Kolaborasi
- ekskursi dada membaik - Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik,
jika perlu.
2. Penurunan Curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung
Jantung keperawatan kelama 1x24 Observasi
jam maka di harapkan curah - Identifikasi tanda/gejala
jantung meningkat dengan primer penurunan curah
kriteria hasil: jantung (meliputi
- kekuatan nadi perifer meliputi dyspnea,
meningkat kelelahan, edema,
- cardiac index (CI) ortopnea, paroxysmal
meningkat nocturnal dyspnea,
- left ventricular stoke work peningatan CPV
index (LVSWI) meningkat - monitor keluhan nyeri
- stroke volume idex (SVI) dada (mis. Intensitas,
meningkat lokasi, radiasi, durasi
preivitasi yang
mengurangi nyeri)
- monitor nilai
laboraturium jantung
(mis. Elektroli, enzim
jantung, BNP, NTpro-
BNP)
- periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
Terapeutik
- posisikan pasien semi
Fowler atau Fowler
dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
- berikan diet jantung
yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium,
kolesterol dan makanan
tinggi lemak)
- berikan dukungan
emosional dan spiritual
Edukasi
- anjurkan beraktivits
fisik yang sesuai toleransi
- anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
- anjurkan berhenti
merokok
- ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan outut cairan
harian
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
- rujuk ke program
rehabilitasi jantung
3. Risiko shok Setelah dilkuka tindakan Pencegahan syok
keperwatan selama 1x24 jam Observasi
maka diharapkan tingkat - monitor status
shok menurun dengan kritria kardiopulmonal
hasil: (frekuensi kekuatan nadi,
- kekuatan nadi meningkat frekuensi napas, TD,
- output urine meningkat MAP)
- tingkat kesadaran - monitor atasus
meningkat oksienasi (oksimetri nadi,
- saturasi oksigen meningkat AGD)
- monitor tingkat
kesadaran dan respon
pupil
Terapeutik
-persiapkan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika
perlu
Edukasi
-jelaskan penyebab/faktor
risiko syok
- jelaskan tanda dan
gejala syok
- anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejaa awal
syok
- anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
IV, jika perlu
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Kepada masyarakan untuk menambah sedikit wawasan mengenai bencana
tsunami atau bencana lain atau bencana lain agar dapat menghindari hal – hal
yang tidak di inginkan dengan cara evaluasi, mempersiapkan bekal mengingat
bencana itu akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
https://daek-chin,blogspot.com/2014/10/asuhan-keperawatan-pasien-tenggelam.html
https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/edukasi-menghadapi-bencana-tsunami-72