SECONDARY SUVEI
DOSEN PENGAMPUH
Ns.Meta Rosaulina, S.Kep.,M.Kep.,CWCCA
DISUSUN OLEH
Kel 7
BENARTA DIANA SISCA 18.11.016
MELATI 18.11.081
MUHAMAD RIZKY FADILAH 18.11.084
MULYANI 18.11.089
NENGSI KLESYA HASUGIAN 18.11.093
REBEKA NOVERIA 18.11.124
RENI 18.11.125
RETNO WIDYA ASTUTI 18.11.126
FAKULTAS KEPERAWATAN
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syuur atas kehadirat ALLAH yang telah memberikan rahmat dan
hidayanya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah Matakuliah
Keperawatan Gawat Darurat. Makalah ini berjudul Primary Survey Dan
Secondary Survey.
A. Kesimpulan ................................................................................. 31
a. Head tilt
bila tidak sadar, pasien dibaringkan dalam posisi telentang dan horizontal,
kecuali pada pembersihan jalan napas dimana bahu dan kepala pasien harus
direndahkan dengan posisi semilateral untuk memudahkan drainase lender,cairan
muntah atau benda asing. Kepala diekstensikan dengan cara meletakan satu
tangan di bawah leher pasien dengan sedikit mengankat leher ke atas. Tangan lain
diletakan pada dahi depan pasien sambil mendorong / menekan ke belakang.
Posisi ini dipertahankan sambil berusaha dengan memberikan inflasi bertekanan
positif secara intermittena ( Alkatri,2007 )
b. Chin lift
jari-jemari salah satu tangan diletakan bawah rahang, yang kemudian
secara hati-hati diangkat ke atas untuk membawa dagu kearah depan. Ibu jari
tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut,
ibu jari dapat juga diletakan di belakang gigi seri (incisior ) bawah dan,secara
bersamaan, dagu dengan hati-hati diangkat. Maneufer chin lift tidak boleh
menyebapkan hiperekstensi leher. Maneufer ini berguna pada korban trauma
karena tidak membahayakan penderita dengan kmungkinan patah ruas tulang
leher atau mengubah patah tulang tanpa cedera spinal menjadi patah tulang
dengan cedera spinal.
c. Jaw thrust
penolong berada disebelah atas kepala paien. Kedua tangan pada
mandibula, jari kelingking dan manis kanan dan kiri berada pada angulus
mandibula , jari tengah dan telunjuk kanan dan kiri berada pada ramus mandibuka
sedangkan ibu jari kanan dan kiri berada pada mentum mandibula, kemudian
mandibular diangkat keatas melewati molar pada maxilla ( Arifin,2012 )
d. Oropharingeal Airway ( OPA )
Airway orofaringeal digunakan untuk membebaskan jalan nafas pada
pasien yang kehilangan reflex jalan nafas bawah ( kene,davis,2007 ).
Teknik yang dapat dilakukan adalah : posisikan kepala pasien lurus
dengan tubuh. Kemudian pilih ukuran pipa orofaring yang sesuai dengan pasien.
hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan ukuran pipa oro-faring dari tragus
( anak telinga ) sampai ke sudut bibir. Masukan pipa orofaring dengan tangan
kanan, lengkunganya menghadap ke atas lalu masukan ke dalam rongga mulut.
Setelah ujung pipa mengenai palatum durum putar pipa kea rah 180 derajat.
Kemudian dorong pipa dengan cara melakukan jaw thrust dan kedua ibu jari
tangan menekan sambil mendorong pangkal pipa oro-faring dengan hati-hati
sampai bagian yang keras dari pipa berada diantara gigi atas dan bawah, terakhir
lakukan fiksasi pipa orofaring. Periksa dan pastikan jalan nafas bebas. Fiksasi
pipa orofaring dengan cara memplester pinggir atas dan bawah pangkal pipa,
rekatkan plester sampai ke pipi pasien ( Arifin,2012 ).
e. Nasopharyngeal Airway
pada penderita yang masi memberikan respon, airway nasofaringeal lebih
disukai dibandingkan airway orofaring karena lebih bisa diterima dan lebih kecil
kemungkinanya merangsang muntah ( ATLS, 2004 ).
Teknik yang dapat dilakukan adalah : posisikan kepala pasien lurus
dengan tubuh. Pilihlah ukuran pipa naso-faring yang sesuai dengan cara
menyesuaikan ukuran pipa naso-faring dari lubang hidung sampai tragus ( anak
telinga ). Pipa nasofaring diberi pelican dengan KY jelly ( gunakan kasa yang
sudah diberi KY jelly ). Masukan pipa naso-faring dengan tangan kanan,
lengkungkungkan menghadap kea rah mulut (kebawah). Masukan ke dalam
rongga hidung dengan perlahan sampai batas pangkal pipa. Pastikan jalan nafas
sudah bebas.
f. Airway definitif
Terdapat tiga jenis airway defenitif yaitu : pipa orotrakeal, pipa
nasotrakeal, dan airway surgical (krikotiroidotomi atau trakeostomo ). Penentuan
pemasangan airway definitive didasarkan pada penemuan penemuan klinis antara
lain (ATLS, 2004 ) :
1. Adanya apnea
2. ketidakmampuan mempertahankan airway yang bebas dengan cara-cara lain
3. kebutuhan untuk melindungi airway bagian bawah dari aspirasi darah
4. ancaman segera atau bahaya potensial sumbatan aiway
5. adanya cedera kepala yang membutuhkan bantuan nafas (GCS<8)
6. ketidakmampuan mempertahankan oksigenisasi yang adekuat dengan
pemberian oksigen tambahan lewat masker wajah
Apabila pernafasan membaik, jaga agar jalan nafas tetap terbuka dan
periksa dengan cara (Haffen, karren,1992 ) :
Lihat (look), melihat naik turunya dada yang simetris dan pergerakan
dinding dada yang adekuat
Dengan (listen), mendengar adanya suara pernafasan pada kedua sisi dada
Rasa (feel), merasakan adanya hembusan nafas.
2. breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi
Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Sel-sel tubuh memrlukan pasukan
konstan O2 yang digunakan untuk menunjang reaksi kimiawi penghasil energy,
yang menghasilkan CO2 yang harus dikeluarkan secara terus menerus (Shetwood,
2001). Pada keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernafas dan diedarkan
dalam aliran darah ke seluruh tubuh (Smith,2007).Airway yang baik tidak
menjamin pasien dapat bernafas dengan baik pula (Dolan, Holt,2008). Menjamin
terbukanya airway merupakan langkah awal penting untuk pemberian oksigen.
Apabila pernafasan tidak adekuat, ventilasi dengan menggunakan teknik
bag-valve-face-mask merupakan cara yang efektif,teknik ini lebih efektif apabila
dilakuakan oleh dua orang dimana kedua tangan dari salah satu petugas dapat
digunakan untuk menjamin kerapatan yang baik (ATLS,2004). Cara melakukan
emasangan face-mask (Arifin,2012):
a. Posisikan kepala lurus dengan tubuh
b. Pilihlah ukuran sungkup muka yang sesuai ( ukuran yang sesuai bila
sungkup muka dapat menutupi hidung dan mulut pasien, tidak ada
kebocoran )
c. Letakan sungkup muka ( bagian yang lebar di bagian mulut )
d. Jari kelingking tangan kiri penolong diposisikan pada angulus mandibula,
jari manis dan tengah memgang ramus mandibula, ibu jari dan telunjuk
memgang dan memfiksasi sungkup muka
e. Gerakan tangan kiri penolong untuk mengekstensikan sedikit kepla pasien
f. Pastikan tidak ada kebocoran dari sungkup muk yang sudah dipasangkan
g. Bila kesulitan, gunakan dengan kedua tangan bersama-sama ( tangan
kanan dan kiri memegang mandibula dan sungkup muka bersama-sama )
h. Pastikan jalan nafas bebas (lihat,dengar,rasa)
i. Bila yang digunakan AMBU-BAG, maka tangan kiri memfiksasi sungkup
muka, sementara tenaga kanan digunakan untuk memegang BAG reservoir
sekaligus pompa nafas bantu (squeeze bag)
Range skor : 3-15 ( semangkin rendah skor yang diperoleh, semangkin jelek
kesadaran ). Penurunan tingkat kesadaran perlu diperhatikan pada empat
kemungkinan penyebanya (Pre-Hospital Trauma Life Support Committee 2002) :
a. Penurunan oksigenasi atau penurunan perfusi ke otak
b. Trauma pada sentral nervus system
c. Pemgaruh obat-obatan dan alcohol
d. Gangguan atau kelainan metabolic
5. Exposure/environmental control,membuka baju penderita,tetapi cegah
hipotermia
Merupakan bagian akhir dari primary survey, penderita harus dibuka
keseluruhan pakaianya, kemudian nilai pada keseluruhan bagian tubuh. Periksa
punggung dengan memringkan pasien dengan cara logroll. Selanjutnya selimuti
penderita dengan selimut kering dan hangat, ruangan yang cukup hangat dan
diberikan cairan itra-vena yang sudah dihangatkan untuk mencegah agar paien
tidak hipotermi.
B. Secondary Survei
Suvey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan
secara head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary suvey hnya dilakukan
setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-
tanda syok telah membaik.
1. Anamnesis
Pemeriksaan data subjektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang
merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. riwayat pasien meliputi
keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat
keluarga, social, dan system. Pengkajian riwayat pasien secara optimal harus
diperoleh langsung dari pasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya, usia, dan
cacat atau kondisi pasien terganggu, konsultasikan dengan anggota keluarga,
orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat kejadian.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari
pasien dan keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan )
M : Medikasi/obat obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani
pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis atau penyalahgunaan obat.
P : Pertinent medical history ( riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah
diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal )
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,dikonsumsi berapa
jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam
komponen ini )
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebapkan adanya keluhan utama)
Selain itu dapat dilakukan pengkajian PRST saat pasien mengeluhkan
nyeri, adapun pengkajian PQRS adalah :
P (Parovokes/Palliates) : Apa yang menyebapkan nyeri ? apa yang
membuat nyerinya lebih baik ? apa yang menyebapkan nyerinya lebih
buruk ? apa yang anda lakukan saat nyeri ? apakah rasa nyeri itu membuat
anda terbangunsaat tidur ?
Q ( Quality ) : bisakah anda menggambarkan rasa nyerinya ? apakah
seperti diiris, tajam, ditekan, ditusuk-tusuk, rasa terbakar, kram, kolik,
diremas ? ( biarkan pasien mengatakan dengan kata-katanya sendiri ).
R ( Radiates ) : apakah nyerinya menyebar ? menyebar kemana ? apakah
nyerinya terlokalisasi di satu sisi atau bergerak ?
S ( Severity ) : seberapa parah nyerinya ? dari rentang skala 0-10 dengan 0
tidak ada nyeri dan 10 adalah nyeri hebat
T ( Time ) : kapan nyeri itu timbul ? berapa lama nyeri itu timbul ? apakah
terus menerus atau hilang timbul ? apakah pernah merasakan nyeri ini
sebelumnya ? apakah nyeri sama dengan nyeri sebelumya atau berbeda ?
Terkadang pada usia bayi dan anak tekanan darah tidak diperiksa. Hanya
pada remaja dan dewasa saja tekanan darah perlu diperiksa.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubtuh untuk menentukan adanya
kelainan-kelainan dari suatu system atau suatu organ tubuh dengan cara melihat
( inspeksi ), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi), dan mendengarkan
(auskultasi). (Raylene M Rospond,2009)
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat
kesehatan pasien. pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
waancara. Focus pengkajian fisik adalah pada kemampuan fungsional pasien.
Metode dan langakah pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung seluruh
tubuh pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan. Inspeksi adalah
kegiatan aktif, proses ketika perawat harus mengetahui apa yang dilihatnya
dan dimana lokasinya.
Cara pemeriksaan :
Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
Bsgin tubuh yang diperiksa harus terbuka
Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan
abnormalitas
b. Palpasi
Palpasi adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan perabaan dan
penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Tangan
dan jari adalah intrumen yang sensitive digunakan untuk mengumpulkan
data. Teknik palpasi dibagi menjadi dua :
Palpasi ringan : ujung-ujung jari pada saatu atau dua tangan
digunakan secara simultan. Tangan diletakan arean yang
dipalpasi,jari-jari ditekan kebawah perlahan sampai ada hasil.
Palpasi dalam : untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua
tangan. Satu tangan untuk merasakan bagian yang dipalpasi, tangan
lainya untuk menekan kebawah.
Cara pemeriksaan :
Posisikan pasien bisa duduk,tidur atau berdiri
Pastikan pasien dalam keadaan rileks dengan posisi yang nyaman
Kuku jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering
Minta pasien untuk menarik nafas dalam agar meningkatkan
relaksasi otot
Lakukan palpasi dengan sentuhan perlahan dengan tekanan ringan
Palpasi daerah yang dicurgai, adanya nyeri tekan, menandakan
kelainan
Lakukan palpasi secara hati-hati apabila didug adanya fraktur
tulang
Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah
Rasakan dengan seksama kelainan organ atau jaringan, adanya
nodul, tumor bergerak/tidak dengan konsistensi
padat/kenyal,bersifat kasar atau lembut, ukuranya da nada atau
tidaknya getaran/trill, serta rasa nyeri raba atau tekan.
c. Perkusi
Adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran
atau golongan suara yang dihantarkan ke permukaan tubuh dari bagian
tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau
tangan pada permukaan tuuh karakter bunyu yang dihaslkan dapat
menentukan lokasi, ukuran, bentuk dan kepadatan struktur dibawah kulit.
Sifat gelombang suara yaitu semangkin banyak jaringan, semangkin lemah
hantaranya dan udara atau gas paling responan.
Cara pemeriksaan :
Posisi pasien dapat tidur,duduk, atau berdiri
Pastikan pasien dalam keadaan rileks
Minta pasien untuk nafa dalam agar meningkatkan relaksasi otot
Kuku jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering
Lakukan perkusi secara seksama dan sistematis
Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.
Bunyi timpani mempunyai identitas keras, nada tinggi, waktu agak
lama dan kualitas seperti drum (lambung).bunyi resonan
mempunyai insensitas menegah, nada rendah, waktu lama, kualitas
bergema (paru normal). Bunyi hipersonar mempunyai insensitas
amat keras,waktu lebih lama, kualitas ledakan (episema paru).
Bunyi pekak mempunyai insensitas lembut sampai menegah, nada
tinggi, waktu agak lama, kualitas seperti petir (hati).
d. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan stetoskop. Hal-
hal yang didengarkan adalah bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit
Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar
Kualitas yaitu warna nada atau variasi suara
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran
saluran halus pernafasan mengembang pada inpirasi. Misalnya
pada pasien pneumonia dan TBC
Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi
maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi akan hilang pada saat
pasien batul. Misalnya pada edema paru
Wheezing : bunyi yang terdengar “ngik”. Bisa dijumpai pada fase
inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronkis akut,asma.
Pleura fiction rub : bunyi yang terdengr kering seperti suara
gosokan amplas ada kayu. Misalnya pada pasien dengan
peradangan plura.
Cara pemeriksaan :
Posisikan pasien dapat tidur, duduk, atau berdiri
Pastikan pasien dalam kedaan rileks dengan posisi yang nyaman
Pastikan stetoskop sudah terpasang baik
Pasang ujung stetoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa
sesuai arah
Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada
telapak tangan pemeriksa
Pergunakan bele stetokop untuk mendengarkan bunyi bernaada
rendah pada tekanan ringan yaitu pada buyi jantung dan faskuler
serta gunakan diagfrgma stetoskop saat melakukan pemeriksaan
untuk bunyi beernada tinggi seperti bunyi usus dan paru.
Pemeriksaan Head to Toe :
Pemeriksaan tubuh pasien secara keeluruhan atau hanya beberapa bagian
saja yang dianggap perlu oleh dokter yang bersangkutan.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat harus melakukan kontrak
dengan pasien, yang didalamnya ada penjelasan maksud dan tujuan, waktu yang
diperlukan dan terminasi/mengakhiri.
a. Pemeriksaan kulit, rambut dan kuku
Kulit
Tujuan :
Untuk mengetahui turgo kulit dan tekstur kulit
Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka
Tindakan :
Inspeksi : lihat ada/tidaknya lesi, hiperpigentasi (warna
kehitaman/kecoklatan), edema, dan distribusi rambut kulit.
Palpasi : diraba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak,
tekstur : kasar/halus, suhu: akral dingin atau hangat.
Rambut
Tujuan :
Untuk mengetahui warna, tektur, dan percabangan pada
rambut
Untuk mengetahui mundah rontok dan kotor
Tindakan
Inspeksi : distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau
tidak, bercabang
Palpasi : mudah rontok/tidak, tekstur : kasar/halus
Kuku
Tujuan :
Untuk mengetahui keadaan kuku : warna dan panjang
Untuk mengetahui kapiler refill
Tindakan :
Inspeksi : cacat mengenai warna ( biru: sianosis, merah:
peningkatan visibilitas HB ), bentuk (clubbing karena
hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit
diisiensi fe/anemia fe)
Palpasi : cacat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik
kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik)
b. Pemeriksaan kepala
Tujuan :
- Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
- Untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala
Tindakan :
- inspeksi : kesimetrisan wajah jika muka kanan kiri berbeda atau missal
lebih condong ke kanan atau ke kiri itu menunjukan ada
parese/kelumpuhan, contoh : pada pasien SH
- Palpasi : cari adanya luka,tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan
menekan kepala sesuai kebutuhan
Mata
Tujuan :
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata
Untuk mengetahui adanya kalinan atau peradangan pada
mata
Tindakan :
Inspeksi : kelopak mata ada radang atau tidak, simetris atau
tidak, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera:
merah/konjungtivitis,ikterik/indikasihiperbilirubin/ganggua
n pada hepar, pupil: isikor (normal), miosis/mengecil,
pinpoint/sangat kecil (suspek
SOL),medriasis/melebral/dilatasi (pada pasien sudah
meninggal
Palpasi : tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO
(tekanan intra okuler) jika ada peningkatan akan teraba
keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus),kaji
adanya nyeri tekan
Hidung
Tujuan :
Untuk mengetahui fungsi dan bentuk hidung
Untuk mengetahui adanya inflamasi/sinusitis
Tindakan :
Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah
adainflamasi,apakah ada secret
Palpasi : apakah ada nyeri tekan, massa
Telinga
Tujuan :
Untuk mengetahui keadaan telinga luar,saluran telinga,
gendang telinga
Untuk mengetahui fungsi pendengaran
Telinga luar:
- Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak,`warna, ukuran, kebersihan,
adanya lesi
- Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan
kelenturan kartilago
Telinga dalam :
- Inspeksi : telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan membrane
timpani (warna,bentuk) adanya serumen, peradangan dan benda
asing,dan darah
c. Leher
Tujuan :
- Untuk menentukan struktur integritas leher
- Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan
- Untuk memeriksa system limfatik
Tindakan :
- Inspeksi : amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, amati
adanya pembengkakan kelenjar tiroid/gondok, dan adanya massa,
amati kesimetrisan leher dari depan, belakang dan samping
- Palpasi : letakan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien
menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji
ukuran,bentuk,permukaanya).
d. Dada / thorax
Paru/ pulmonalis
Tujuan :
- Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru
- Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
- Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan,
edema, taktil fremitus
- Untuk mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya
- Mendengarkan bunyi paru/ adanya sumbatan aliran udara
Tindakan :
- Inspeksi : amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati adanya retraksi
interkosta, amati gerakan paru, amati klavikula dan scapula simetris
atau tidak
- Palpasi :
Palpasi ekspansi paru :
Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan emeriksa
di dada dibawa papilla, anjurkan pasien menarik nafas dalam,
rasakan apakah sama paru.
Berdiri di belakang pasien, taruh telapak tangan pada garis
bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari kanan kiri
didekatkan jangan sampai menempel, dan jari-jari
direnggangkan lebih kurang 5cm dari ibu jari. Suruh pasien
kembali menarik nafas dalam dan amati gerakan ibu jari kanan
kiri sama atau tidak
Palpasi taktil vremitus posterior dan anterior
Meletakan telapak tangan kanan di belakang dada tepat apex
paru/setinggi supra scapula (posisi posterior)
Menginstrusikan pasien untuk mengucapkan kata “Sembilan-
sembilan” (nada rendah)
Minta klien untuk mengulangi mengucapkan kata tersebut, sambil
pemeriksa menggerakan ke posisi kemudian kebawah sampai pada
basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru
Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah
Ulangi/lakukan pada dada anterior
- Perkusi
Atur posisi pasien dengan supinasi
Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah
sampai interkosta 5 tentukan batas paru kanan kiri (bunyi paru
normal : sonor seluru lapang paru, batas paru hepar dan jantung:
redup)
Jika ada edema paru dan efusi pleura suara meredup
- Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk dewasa dab bell pada anak
Letakan stetoskop pada interkostalis, mengintruksikan pasien
untuk nafas pelan kemudian dalam dan dengarkan bunyi nafas :
vesikuler/wheezing/creckels
Jantung/ cordis
Tindakan :
- Inspeksi : amati denyut apek jantung pada area midsternum lebih
kurang 2 cm disamping bawah xifoideus
- Palpasi :
Merasakan adanya pulsasi
Palpasi spasium interkostalis ke 2 kanan untuk menentukan area
aorta dan spasinum interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri.
Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area
triskuspidalis/ventrikuler amati adanya pulsasi
Dari interkosata ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis
midclavikula kiri dimana akan ditemukan daerah apical jantung
atau PMI (point of maximal impuls) temukan pulsasi kuat pada
area ini.
Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau
dibawah sternum
- Perkusi :
Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukan batas jantung
bagian kiri
Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas
jantung kanan
Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan
bawah jantung
Bunyi redup menunjukan organ jantung ada pada daerah perkusi
- Auskultasi
Menganjurkan pasien bernafas normal dan menahanya saat
ekspirasi selesai
Dengarkan suara jantung dengan meletakan stetoskop pada
interkostalis ke-5 sambil menekan arteri carotis (bunyi S1:
dengarkan suara “LUB’ yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral
(bikuspidalis) dan trikuspidalis pada waktu sistolik : bunyi S2:
dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi menutupnya katub
semilunaris (aorta dan pulmonalis) pada saat diastolic; adapun
bunyi S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE,,,” S4; pada pasien
hipertensi “DEE,,-LUD-DUB”)
e. Perut/Abdomen
Tujuan :
- Untuk mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan perut
- Untuk mendengarkan bunyi peristaltic usus
- Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
Tindakan
- Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya
retraksi, penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, adanya asites
- Palpasi : palpasi ringan: untuk mengetahui adanya massa dan respon
nyeri tekan letakan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan
dan tekan secara merata sesuai kuadran. Palpasi dalam : untuk
mengetahui posisi organ dalam seperti hepar, ginjal, limpa dengan
metode bimanual/2 tangan
Hepar
- Letakan tanggan pemeriksa dengan posisi ujung jari ke atas pada
bagian hipokondria kanan, kira-kira pada interkosta ke 11-12
- Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya
organ hepar. Kaji hepatomegaly
- Anjurkan pasien miring kanan dan letakan tangan pada bawah
interkosta kiri dan minta pasien mengambil nafas dalam kemudian
tekan saat inhalasi tentukan adanya limpa
- Pada orang dewasa normal tidak teraba
Renalis
- Untuk palpasi ginjal kanan letakan tangan pada atas dan bawah perut
setinggi lumbal 3-4 dibawah kosta kanan.
- Untuk palpasi ginjal kiri letakan tangan setinggi lumbal 1-2 dibawah
kosta kiri
- Tekan sedalam 4-5cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal
rasakan bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri
f. Genitalia
Tujuan :
- Unttuk mengetahui adanya lesi
- Untuk mengetahui adanya infeksi (gonore,sifilis,dll)
- Untuk mengetahui kebersihan genitalia
Tindakan :
Genitalia laki-laki
- Inspeksi : amamti penis mengenai kulit,ukuran dan kelainan. Pada
penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis
adanya lesi, amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk
dan ukuran
- Palpasi : tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya
nyeri, teakn saluran sperma dengan jari dan ibu jari
Genitalia wanita
- Inspeksi : inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak.
Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis
- Palpasi : tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan
untuk mengetahui keadaan clitoris, selaput dara, orifisium dan
perineum
g. Rectum dan anal
Tujuan :
- Untuk mengetahui kondisi rectum dan anus
- Untuk mengetahui adanya massa pada rectal
- Untuk mengetahui adanya pelebaran vena pada rectal/hemoroid
Tindakan :
- Inspeksi : inspeksi jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji
adanya lesi dan ulkus
- Palpasi : ulaskan jat pelumas dan masukan jari-jari ke rectal dan
rasakan adanya nodul atau pelebaran vena pada rectum
h. Pemeriksaan muskuloskletal
Tujuan :
- Untuk memperole data dasar tenteng otot, tulang dan persendian
- Untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan gangguan-gangguan
pada daerah tertentu
Tindakan :
1. Muskuli/otot
- Inspeksi : mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan
catat jika ada perbedaan dengan meteran)
- Palpasi : pada saat otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk
mengetahui adanya kelemahan dan kontraksi tiba-tiba
2. Skeletal/tulang
- Inspeksi : amati kenormalan dan keabnormalan susunan tulang
- Palpasi : untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakan
3. Persendian
- Inspeksi : lihat semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan
sendi
- Palpasi : amati apakah adanya nyeri tekan
- Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-adduksi,rotasi,fleksi-
ekstensi,dll)
i. System neurologi
Tujuan :
- Untuk mengetahui integritas system persyarafan yang meliputi fungsi
nervus cranial, sensori,motori, dan reflex
Tindakan :
- Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.F.A.G.V.A.H)
NO SYARAF TINDAKAN
1 Olfaktorius/penciuma Meminta pasien membau aroma kopi dan
n vanilla atau aroma lain yang tidak menyengat.
Apakah pasien dapat mengenalia aroma
2 Opticus/pengelihatan Meminta klien untuk membaca bahan bacaan
dan mengenali benda-benda di sekitar,jelas
atau tidak
3 Okulomotorius/kontri Kaji arah pandangan, ukur reaksi pupil
ksi dan dilatasi pupil terhadap pantulan cahaya dan akomodasinay
4 Trochlear/gerakan Kaji arah tatapan, minta pasien melihat ke
bola mata ke atas dan atas dan bawah
bawah
5 Trigeminal/sensori - Sentuh ringan kornea dengan
kulit wajah,pergerak usapan kapas untuk menguji reflek
otot rahang kornea (reflek negative
(diam)/positif(ada gerak))
- Ukuran sensai dari sentuhan
ringan sampai kuat pada wajah
kaji nyeri menyilang pada kulit
wajah
- Kaji kemampuan klien untuk
mengatupkan gigi saat mempalpasi
otot-oto rahang
6 Abdusen/gerakan bola Kaji arah tatapan,minta pasien melihat ke
mata menyamping samping
7 Facial/ekspresi wajah Meminta klien tersenyum, mengencangkan
dan pengecapan wajah, mengembungkan pipi,menaikan dan
menurunkan alis mata, perhatikan
kesimetrisanya
8 Auditorius/pendengar Kaji klien terhadap kata-kata yang
an dibicarakan, suruh klien mengukangi
kata/kalimat
9 Glosofaringeal/ - Meminta pasien mengidentifikasi
pengecapan, rasa asam,asin, pada bagian
kemampuan pangkal lidah
menelan,gerakan lidah - Gunkan penekan lidah untuk
menimbulkan “reflek gag”
- Meminta klien untuk menggerakan
lidahnya
10 Vagus/sensasi faring, - Suruh pasien mengucapkan “ah”
gerakan pita suara kaji gerakan palatum dan faringeal
- Periksa kerasnya suara pasien
11 Asesorius/gerakan Meminta pasien mengangkat bahu dan
kepala dan bahu memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh
pemeriksa, kaji dapatkan klien melawan
tahanan yang ringan
12 Hipoglosal/posisi Meminta klien untuk menjulurkan lidah
lidah kearah garis tengah dan menggerakan ke
berbagai sisi