‘’EPILEPSI ‘’
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya dari tenaga kesehatan lainnya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
1.1 Pendahuluan
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Manfaat
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian
2.2 etiologi
2.3 Patofisiologi
2.6 Penatalaksanaan
3.1 Pengkajian
3.4 Intervensi
BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik) Sering
terjadi pada:
1.Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2.Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3.Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4.Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5.Tumor Otak
6. Kelainan pembuluh darah
Perubahan bisa terjadi pada awal saat otak janin mulai berkembang, yakni pada
bulan pertama dan kedua kehamilan. Dapat pula diakibatkan adanya gangguan pada
ibu hamil muda seperti infeksi, demam tinggi, kurang gizi (malnutrisi) yang bisa
menimbulkan bekas berupa kerentanan untuk terjadinya kejang. Proses persalinan
yang sulit, persalinan kurang bulan atau telat bulan (serotinus) mengakibatkan otak
janin sempat mengalami kekurangan zat asam dan ini berpotensi menjadi ''embrio''
epilepsi bahkan bayi yang tidak segera menangis saat lahir atau adanya gangguan
pada otak seperti infeksi/ radang otak dan selaput otak, cedera karena benturan fisik/
trauma serta adanya tumor otak atau kelainan pembuluh darah otak juga
memberikan kontribusi terjadinya epilepsi.epilepsi bahkan bayi yang tidak segera
menangis saat lahir atau adanya gangguan pada otak seperti infeksi/ radang otak dan
selaput otak, cedera karena benturan fisik/ trauma serta adanya tumor otak atau
kelainan pembuluh darah otak juga memberikan kontribusi terjadinya epilepsi.
Tabel penyebab-penyebab kejang pada epilepsi
Bayi (0- 2 th) Hipoksia dan iskemia paranatal
Cedera lahir intrakranial
Infeksi akut
Gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipokalsemia,hipomagnesmia,
defisiensi piridoksin)
Malformasi kongenital
Gangguan genetik
Anak (2- 12 th) Idiopatik
Infeksi akut
Trauma Kejang demam
Remaja (12- 18 th) Idiopatik
Trauma Gejala putus obat dan
alcohol
Malformasi anteriovena
Dewasa Muda (18- 35 th) Trauma
Alkoholisme
Tumor otak
Dewasa lanjut (> 35) Tumor otak
Penyakit serebrovaskular
Gangguan metabolik (uremia, gagal
hepatik, dll ) dan alkoholisme
Klasifikasi
Epilepsi diklasifikasikan menjadi dua pokok umum yaitu klasifikasi epilepsi dengan
sindrom epilepsi dan klasifikasi berdasarkan tipe kejang.
a) klasifikasi epilepsi dan sindrom epilepsi
1. Epilepsi idiopatik: bila tidak diketahui penyebabnya, epilepsi pada anak dengan
paroksimal oksipital
2. Simtomatik: bila ada penyebabnya, letak fokus pada pada semua lobus otak
b) klasifikasi tipe kejang epilepsi (browne, 2008)
1. Epilepsi kejang parsial (lokal, fokal)
a. Epilepsi parsial sederhana, yaitu epilepsi parsial dengan kesadaran tetap normal
Dengan gejala motorik:
• Fokal motorik tidak menjalar: epilepsi terbatas pada satu bagian tubuh saja
Fokal motorik menjalar: epilepsi dimulai dari satu bagian tubuh dan
menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson.
• Versif: epilepsi disertai gerakan memutar kepala, mata, tuibuh.
• Postural: epilepsi disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap
tertentu.
Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial (epilepsi disertai halusinasi
sederhana yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan yang disertai vertigo).
• Somatosensoris: timbul rasa kesemuatan atau seperti ditusuk-tusuk jarum.
• Visual: terlihat cahaya
• Auditoris: terdengar sesuatu
• Olfaktoris: terhidu sesuatu
• Gustatoris: terkecap sesuatu
• Disertai vertigo
Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi epigastrium, pucat,
berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi pupil).
Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur)
• Disfagia: gangguan bicara, misalnya mengulang suatu suku kata, kata atau
bagian kalimat.
Dimensia: gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah
mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya. Mungkin mendadak
mengingat suatu peristiwa di masa lalu, merasa seperti melihatnya lagi.
• Kognitif: gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.
• Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut.
• Ilusi: perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih
besar. • Halusinasi kompleks (berstruktur): mendengar ada yang bicara,
musik, melihat suatu fenomena tertentu, dll.
b. Epilepsi parsial kompleks, yaitu kejang disertai gangguan kesadaran
Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran : kesadaran mula-mula baik
kemudian baru menurun.
• Dengan gejala parsial sederhana A1-A4. Gejala-gejala seperti pada
golongan A1-A4 diikuti dengan menurunnya kesadaran.
• Dengan automatisme. Yaitu gerakan-gerakan, perilaku yang timbul
dengan sendirinya, misalnya gerakan mengunyah, menelan, raut muka
berubah seringkali seperti ketakutan, menata sesuatu, memegang kancing
baju, berjalan, mengembara tak menentu, dll. Dengan penurunan
kesadaran sejak serangan; kesadaran menurun sejak permulaan kesadaran.
• Hanya dengan penurunan kesadaran
• Dengan automatisme
Kejang klonik
Pada epilepsi ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat,
dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama sekali
pada anak.
Kejang tonik
Pada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku
pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai.
Epilepsi ini juga terjadi pada anak.
Kejang atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien
terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Epilepsi ini
terutama sekali dijumpai pada anak.
3. Epilepsi kejang tak tergolongkan
Termasuk golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang
ritmik, mengunyah, gerakan seperti berenang, menggigil, atau pernapasan yang
mendadak berhenti sederhana.
2.3 Patofisiologi
Dispnea O2 Menurun
Parsial Umum
Tonik-klonik
klonik
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan
pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta neuron.
Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf
yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
2. 6 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa mengganggu kapasitas dan
intelek pasien. Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan medikamentosa dan pengobatan
psikososial.
1) Pengobatan medikamentosa
Pada epilepsi yang simtomatis di mana sawan yang timbul adalah manifestasi
penyebabnya seperti tumor otak, radang otak, gangguan metabolic, mka di samping
pemberian obat anti-epilepsi diperlukan pula terapi kausal. Beberapa prinsip dasar
yang perlu dipertimbangkan:
a. Pada sawan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan factor pencetusnya,
pemberian obat harus dipertimbangkan.
b. Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan; ini berarti pasien
mengalami lebih dari dua kali sawan yang sama.
c. Obat yang diberikan sisesuaikan dengan jenis sawan.
d. Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini toksisitas akan
berkurang, mempermudah pemantauan, dan menghindari interaksi obat.
e. Dosis obat disesuaikan secara individual.
f. Evaluasi hasilnya, bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya:
Salah etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang tidak terdeteksi,
adanya penyakit degenerates susunan saraf pusat.
Pemberian obat antiepilepsi yang tepat.
Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur.
Faktor emosional sebagai pencetus.
Termasuk intractable epilepsi.
g. Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama minimal 2 – 3 tahun.
Pengobatan dihentikan secara berangsur dengan menurunkan dosisnya.
h. Jenis obat yang sering digunakan, yaitu:
Phenobarbital (luminal).
Paling seringdipergunakan, murahharganya, toksisitasrendah.
Primidone (mysolin)
Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan
phenyletylmalonamid.
Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).
Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah PH.
Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis,
takberhasiatterhadap petit mal, efek samping yang dijumpai ialah
nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah.
Carbamazine (tegretol).
Mempunyaikhasiatpsikotropikyangmungkindisebabkanpengontrolanbangkita
nepilepsiitusendiriataumungkinjugacarbamazinememangmempunyaiefekpsik
otropik.Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang
sering disertai gangguan tingkahlaku.Efek samping yang mungkin terlihat
ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan
gangguanfungsi hati.
Diazepam.
Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status
konvulsi.).Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena
penyerapannya lambat. Sebaiknyadiberikani.v.atau intra rektal.
Nitrazepam (inogadon).
Terutamadipakaiuntukspasmeinfantildanbangkitanmioklonus.
Ethosuximide (zarontine).
Merupakanobatpilihanpertamauntukepilepsi petit mal
Na-valproat (dopakene)
obat pilihan kedua pada petit mal
Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
Acetazolamide (diamox).
Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi.
Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun,
influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.
ACTH
Sering kali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantile
2) Pengobatan Psikososial.
Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal sebagian besar
akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani pengobatannya
sehingga dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan bermasyarkat secara
normal.
Jika status masih berlanjut setelah fenitoin 20 mg/kg maka berikan fenitoin
tambahan 5 mg/kg sampai maksimum 30 mg/kg. Jika status menetap, berikan
20 mg/kg fenobarbital intravena dengan kecepatan 60 mg/menit. Bila apne,
berikan bantuan ventilasi (intubasi). Jika status menetap, anestasia umum
dengan pentobarbiatal, midazolam atau propofal.
a) Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu
e) Jika pasien ditempat tidur singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur.
f) Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan
g) Jangan berusaha membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk
memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah dapat
i) Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala
pengeluaran salifa dan mucus. Jika disediakan pengisap gunakan jika perlu
j) Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah
ekonfusi setelah kejang grand mal. Periode apnoe pendek dapat terjadi
selama atau secara tiba-tiba setelah kejang. Pasien pada saat bangun harus
a) Pengkajian
Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan
tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol
dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji: Apakah ada keterbatasan yang
ditimbulkan oleh gangguan kejang? Apakah pasien mempunyai program rekreasi?
Kontak sosial? Apakah pengalaman kerja? Mekanisme koping apa yang digunakan?
1. Identitas Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk
masuk RS. Pasien sering mangalami kejang.
3. Riwayat penyakit sekarang Merupakan riwayat klien saat ini meliputi
keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai timbul. Biasanya ditandai dengan
anak mulai rewel, kelihatan pucat, demam, anemia, terjadi pendarahan
(pendarah gusi dan memar tanpa sebab), kelemahan. nyeri tulang atau sendi
dengan atau tanpa pembengkakan.
4. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang perlu ditanyakan.
5. Riwayat kehamilan dan kelahiran. Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat
prenatal, natal dan post natal. Dalam riwayat prenatal perlu diketahui
penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu. Riwayat natal perlu
diketahui apakah bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak karena
mempengaruhi sistem kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma
persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi
ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui
keadaan anak setelah kelahariran dan pertumbuhan dan perkembanagannya.
6. Riwayat penyakit keluarga Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah
ada kaitannya dengan penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status
kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah ada yang menderita gangguan
hematologi, adanya faktor hereditas misalnya kembar monozigot.
Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.
a) Selama serangan :
Pemeriksaan fisik
8. Nyeri / kenyamanan Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi,
kram otot. Tanda : gelisah, distraksi.
9. Pernafasan Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal, akumulasi
cairan.
c). Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1. Anjurkan klien untuk 1. Menurunkan resiko aspirasi
mengosongkan mulut dari atau masuknya sesuatu benda
benda/zat tertentu asing kedalam tirah baring
5. Membantu pemenuhi
kebutuhan oksigen adar tetap
Berikan oksigen sesuai program terai adekuat.
2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi tidak efektif
teratasi.
Kriterua hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan RR
normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji faktor-faktor terjadinya 1. Mengetahui penyebab terjadinya
peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh karena
penambahan pakaian / selimut
2. Observasi tanda – tanda vital dapat menghambat penurunan
suhu.
2. Pemantauan tanda vital yang
3. Ajarkan keluarga cara teratur dapat menentukan
memberikan kompres dibagian perkembangan keperawatan
kepala / ketiak selanjutnya.
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman,
tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1.Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan
pengobatan persepsi & keadaan penyakit
yang ada
2. Berikan informasi yang 2.Pengetahuan yang diberikan
adekuat tentang prognosis mampu menurunkan resiko dari
penyakit dan tentang interaksi efek bahay satu penyakit & cara
obat yang potensial menanganinya
d). Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri
dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor
kemajuan kesehatan klien.
e). Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan
sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal
dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya