Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Faola Tusyukriyah (G2A017051)


Fitroh Lupti F.L (G2A017052)
Anisa Dwi Kurnia (G2A017053)
Febisandra (G2A017054)
Muhammad Khoirul Huda (G2A017055)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN KORBAN KEKERASAN RUMAH
TANGGA”.Harapam kami, semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan danpengalaman bagi para pembaca.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan masukan
terhadap makalah ini.
3. Seluruh anggota kelompok 1 yang membantu jalannya
pembuatan dan penyusunan makalah.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh


dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki.Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk
saran serta masukan bahkan kritik.Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Semarang, 16November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan fenomena yang terjadi dalam


sebuah komunitas sosial.Seringkali tindakan kekerasan disebut hidden
crime (kejahatan yang tersembunyi). Kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) adalah setiap perbuatan seseorang terutama perempuan yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Potensi pengaiayaan kekerasan terdapat dalam keluarga, masyarakat, tempa
t kerja, dan lembaga lainnya.Penganiayaan atau kekerasan dapat terjadi di a
ntara individu, pasangan intim, anggota keluarga, atau dewasa dan anak-an
ak dalam masyarakat.Kekerasan dalam keluarga telah menjadi isu nasional
dan tidak dapat dianggap ringan.Kekerasan dalam keluarga, termasuk penel
antaraan anak dan penganiayaan fisik dan penyerangan pasangan intim, ada
lah ancaman bagi keamanan dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga.K
ekerasan dalam rumah tangga dibagi dalam tiga bentuk yaitu, kekerasan pa
da pasangan intim, penganiayaan anak, dan penganiayaan lansia. (U.S. Dep
artement Of Health and Human Services, 2005)
Penekanan terhadap keamanan yang ditekankan oleh Joint Commission For
Accreditation Of Healthcare Organizations (JCAHO) mencakup skrening p
ada semua orang dewasa dan anak-anak apakah mengalami kekerasan pasa
ngan intim, atau kekerasan rumah tangga, penganiayaan anak, dan eksploit
asi.

B. Tujuan
1 Tujuan Umum : Untuk mengetahui konsep dasar dari
asuhan keperawatan pada pasien kekerasan dalam rumah tangga.
2 Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa dapat memahami tentang pengkajian bagi
klien kekerasan dalam rumah tangga.
b. Mahasiswa mampu mengetahui diagnose keperawatan
secara teoritis.
c. Mahasiswa mampu menentukan intervensi yang
berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga.
d. Mahasiswa mampu memahami implementasi sesuai
dengan inetrvensi yang telah ditentukan sebelumnya
terkait kekerasan dalam rumah tangga.
e. Mahasiswa mampu mengetahui evaluasi yang
dilakukan terkait dengan kekerasan dalam rumah
tangga.
C. Metode penulisan

Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah


metode pustaka, yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik
berupa buku maupun informasi dari internet.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi

Kekerasan dalam rumah tangga yang tertuang dalam Pasal 1 UU


Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga (UU PKDRT) adalah “setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, dan
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga” (Kemenkes RI, 2010)
Keluarga adalah setiap kelompok yang terdiri dari dua orang atau l
ebih yang tinggal bersama dan saling terkait secara emosional.Meski kelua
rga biasanya dianggap tempat berlingdung dari dari dunia luar yang keras,
beberapa rumah mengalami sejumlah kekacauan dalam rumah tangga.Kete
rlibatan emosi bisa jadi karena sifat kasih sayang dan caring atau salah sat
u kekerasan.Insidens kekerasan dalam keluarga terus menerus meningkat,
dan banyak orang tidak merasa aman di rumah mereka sendiri.
Kekerasan dalam keluarga memanifestasikan diri dalam berbagai b
entuk penganiayaan suami/istri atau pasangan intim, penganiayaan anak at
au penganiayaan lansia.Kekerasan tidak terbatas hanya pada tindakan fisik,
melainkan penganiayaan emosi, seksual, psikologis, bahkan korban dapat
mengalami penganiayaan ekonomi yang membatasi pengeluaran atau pend
apatan mereka dan menyebabkan kerugian moneter.Yang termasuk dalam
masalah terkait dalam penganiayaan dan pengabaian adalah penganiayaan
fisik pada anak, penganiayaan seksual pada anak, pengabaian anak, penga
niayaan fisik pada orang dewasa, dan penganiayaan seksual pada orang de
wasa.Klien dapat memenuhi kategori Aksis I terkait penganiayaan, misaln
ya gangguan alam perasaan atau cemas, gangguan stress akut, atau ganggu
an stress pascatrauma.Selain itu klien dapat memenuhi kriteria Aksis II mi
salnya gangguan eksplofif intermiten, gangguan kendali-impuls atau gang
guan kepribadian.
Dalam kekerasan pada pasangan, ancaman penganiayaan atau intimidasi
dijumpai di antara pasang hetroseksual atau homoseksual dan suami istri atau
manta suami/istri.Mayoritas korban kekerasan adalah wanita.Untuk mendapatkan
riwayat yang komperhensif, perawat harus mempertahankan suasana yang suportif
dan tidak menghakimi.Korban perlu merasa aman dan kesempatan untuk
berbicara secara terbuka.Pada awalnya korban tidak cukup percaya pada perawat
untuk mendiskusikan isu ini.Kata seperti memukul, menendang, atau berteriak
saat mengajukan pertanyaan dapat membantu korban untuk dapat menyebutkan
bentuk penganiayaan yang di alami.Selama kunjungan berikutnya, perawat harus
meyakinkan klien bahwa keamanannnya adalah perhatian utama.Yang penting
adalah saat mewawancara calon korban tidak bersikap menghakimi. Untuk
menunjukkan sistem perawatan kesehatan dapat menimbulkan penganiayaan,
beberapa kategori yang di gambarkan meliputi :
- Melanggar kerahasiaan: Mewawancara di depan keluarga, memberi
tahu teman tentang topik yang dibahas tanpa izin klien memanggil
polisi tanpa persetujuan klien.
- Meremehkan dan menganggap ringan penganiayaan: Mengabaikan
keluhan dan tidak mengganggapnya serius
- Menyalahkan korban: Menanyai korban mengapa ia tidak pergi atau
apa yang mereka lakukan hingga membuatnya kesal
- Tidak menghargai otonomi korban: Memberi nasihat apa yang harus
dilakukan korban (mis., pergi ke penampungan, pergke polisi)
- Mengabaikan kebutuhannya akan keamanan: Tidak mengakui bahaya
yang dihadap korban.
- Mengganggap normal keadaan korban : Melihat penganiayaan korban
sebagai hal yang normal terjadi dalam hubungan, merespons
pengungkapan penganiayaan korban.

Seorang anak yang tinggal di rumah yang di dalamnya terjadi


kekerasan dalam rumah tangga dianggap sebagai korban
penganiayaan.Anak hidup dalam ketakutan dan kemungkinan kehilangan
salah satu orang tuanya karena kekerasan.Untuk mengkaji apakah telah
terjadi penganiayaan, perawat harus memahami dan berempati agar anak
menceritakan kejadiannya. Penganiayaan anak mungkin terjadi seiring
dengan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, jika suami menganiaya
istrinya secara fisik, ia akan cenderung menganiaya anaknya secara fisik.
Anak takut untuk melaporkan penganiayaan yang terjadi di rumah.Teknik
wawancara sederhana yang perllu di ingat mencangkup melakukan kontak
mata mengambil posisi tubuh terbuka yeng menunjukkan ketertarikan.
Lansia beresiko khusu mengalami dampak penganiayaan fisik
akibat efek penuaan dan gangguan fisik atau efek samping pengobatan.
Penganiayaan fisik adalah ketika tindakan dilakukan dengan maksut
menyebabkan nyeri fisik atau luka berat.Perilaku kaksar beriktisar dari
menanpar atau memukul menggunakan benda.Penganiayaan semacam ini
dapat mengakibatkan laserasi, memar, luka bakar, abrasi, dan terkadar
fraktur skeletal. Lansia mungkin tidak dapat mengingat atau
mengomunikasikan apa yeng telah terjadi. Penganiayaan psikologis atau
emosi adalah setiap ancaman yang menyebabkan kepedihan emosional.
Ancaman untuk memasukkan korban ke institusi akan meningkatkan rasa
tidak aman lansia dam mempertinggi rasa takut dan putus asa.
Banyak sekali mitos dan kekeliruan konsep terkait dengan kekerasa
n dalam keluarga, beberapa mitos ini terlah tertanam dalam masyarakat kit
a dan telah menghambat intervensi.Sehingga berdampak merugikan pada h
asil klien. Ada lima mitos terkenal terkait subyek ini:
1. Mitos: korban yang menyebabkan korban tersebut, “ia yang me
mintanya.”

Fakta: penyerang yang menyebabkan kekerasan. Ia bertanggung ja


wab terhadap tindakannya.
2. Mitos: korban menikmati penganiayaan karena kalau tidak ia pa
sti sudah pergi.

Fakta: tidak seorang pun yang menikmati dianiaya/menjadi korban.


3. Mitos: jika korban pergi maka kekerasan akan berhenti.

Fakta: korban dijumpai lebih terancam bahaya setelah mereka perg


i.
4. Mitos: kekerasan dalam keluarga hanya terjadi di kelompok sosi
oekonomi rendah.

Fakta: kekerasan dalam keluarga terjadi disemua kelompok sosioe


konomi.
5. Mitos: penyerangan adalah kejadian terpisah dan tidak akan terj
adi lagi.

Fakta: penyerangan adalah suatu pola komplek yang terkait denga


n kekuasaan dan control.
B. Epidemiologi Kekerasan dalam Keluarga

Kekerasan dapat dihubungkan dengan kejahatan, gerombolan, mas


alah kesehatan jiwa, penyalahgunaan zat, masalah alkohol.Agresi dapat be
rkisar dari mengejek atau pelecehan verbal hingga bullying, kekerasan dise
kolah, pelecehan dan penyerangan seksual, dan pemggunaan senjata gengg
am atau senjata penyerang.Pajangan terhadap kekerasan didapatkan dalam
berbagai bentuk dari media, film, permainan, dan bahkan music atau lapor
an berita sehari-hari. Selain itu juga bias berupa perilaku yang dipelajari, s
ering kali dikaitkan dengan kelas ekonomi rendah, pendididkan rendah, da
n ekpektasi budaya.
Diduga ada transmisi intergenerasi antara agresor dan korban kemu
dian berlanjut menjadikan orang lain sebagai korbannya. Meski beberapa f
actor risiko tertentu telah di indetifikasi, kekrasan intra keluaraga telah diju
mpai pada berbagai latar belakang ras, ekonomi, dan pendidikan. Beberapa
pemicu umum pada kekerasan dalam keluarga dapat dilihat ditabel.
Krisis penting Issu ekonomi
Penyalahgunaan alkohol atau zat Pengangguran
Cedera serius atau jangka panjang Ganti pekerjaan
Kematian dalam keluarga Pension
Kehamilan atau kelahiran anak Status pekerjaan pasangan
Perpisahan atau perceraian Tingkat pendapatan
Masalah kesehatan jiwa Beban pemberi asuhan
Masalah medis kronis Tidak punya asuransi medis
Perubahan kognitif dalam anggota Penggunaan kartu kredit
keluarga

Banyak teori telah diajukan untuk menjelaskan mengapa korban tet


ap berada dalam hubungan yang abusif.Yang perlu diingat adalah ini meru
pakan fenomena yang sulit untuk disamaratakan dan dibuat teorinya. Tiap
korban adalah individu yang berbeda, dan alasan ia tetap memilih berada d
alam hubungan abusif tidak jelas dan tidak dapat disamaratakan.
Teori Carnes (1997) menyatakan bahwa pelekatan digambarkan se
bagai “pelekatan traumatik” yang terjadi dalam hubungan yang mengalami
kekerasan dalam rumah tangga.Dua karakteristik utama teori ini adalah (1)
korban merasa didominasi oleh penganiaya sehingga menimbulkan ketida
kseimbangan, dan (2) penganiayaan tidak terjadi terus menerus, melainkan
sesekali. Teori lain yang dihubungkan dengan kekerasan dalam keluarga m
encakup ketidakberdayaan.
C. Pola Penganiayaan

Pola penganiayaan meningkat secara perlahan, sehingga sulit


diidentifikasi.Penganiaya tampak penyayang dan sifat terlalu protektif
dilihat sebagai bentuk caring.Tujuan penganiaya adalah mengendalikan
korban sepenuhnya. Ada tiga fase penganiayaan yang berbeda:
Pada fase eskalasi, pelaku mulai mengendalikan dan mengisolasi
korban. Tahap samar ini sering kali menutupi motif pelaku yang
sebenarnya. Pelaku sering kali melarang korban bekerja purna
waktu.Kondisi ini adalah tahap awal untukmengasingkan korban dan
mengendalikan keuangan.
Pada fase akut, pelaku menggunakan ancaman dan paksaan untuk
menanamkan t akut dan menguatkan kontrol.Kekerasan fisik biasa terjadi.
Fase de-eskalasi terjadi segera setelah fase akut. Pelaku meminta
maaf dan berjanji tidak akan menyakiti korban lagi, memberi korban
harapan palsu akan perbaikan. Permintaan maaf cenderung berhasil bila ini
adalah penyerangan pertama.Seiring dengan waktu, saat pola berlanjut,
korban hidup dalam ketakutan konstan mendapal serangan selanjutnya.
D. Manifestasi Klinis

Gejala dan keluhan psikologis berikut dapat menunjukkan keadaan


abusive yang berkelanjutan.Tipe cedera yang biasa dijumpai terkait denga
n kekerasan dalam keluarga mencakup kontusio, laserasi, abrasi, luka tusu
k, gigitan manusia, luka bakar, luka tembak, terkilir dan patah tulang.Bebe
rapa cedera ini biasanya terlihat pada kepala, leher, payudara, dada, perut d
an area genital.Kita harus menanyakan penyebab cedera tersebut meskipun
hanya cedera kecil.
Perawat harus menyelidiki semua keluhan dan temuan medis.Riwa
yat jatuh atau cedera kronik berulang harus dipertanyakan.Perawat juga ha
rus mencari cedera yang berangsur sembuh. Klien mungkin akan mengelu
hkan gejala medis yang tidak dapat dijelaaskan seperti nyeri kronik, nyeri
psikogenik, atau nyeri akibat trauma tanpa tanda cedera yang jelas.
Keluhan lain yang lazim diungkapkan oleh klien yang pernah diani
aya diantaranya adalah penurunan konsentrasi, sakit kepala kronis, dan dis
fungsi seksual serta keluhan perut, ginekologik, dan gastrointestinal.Beber
apa klien mengalami infeksi vagina atau saluran kemih berulang. Klinisi h
arus menyadari kunjungan berulang ke petugas kesehatan dengan keluhan
yang samar tetapi tanpa temuan fisik.
Gejala psikiatrik sering kali muncul bila terjadi penganiayaan.Klie
n biasanya terisolasi.Klinisi dapat memperhatikan adanya bukti berupa tan
da yang jelas atau tersirat terkait upaya atau gestur bunuh diri.Gejala psiki
atrik berkisar dari serangan cemas hingga serangan panik.Selain itu, klien j
uga umunya menunjukkan depresi. Perawat harus mengobservasi adanya g
angguan stress pascatraumatik. Klien dapat menunjukkan adanya ganggua
n tidur dan selera makan dan juga penyalahgunaan narkoba atau alcohol.St
atistik menunjukkan bahwa klien sering kali kembali ke penyerangnya seh
ingga sangat sulit untuk melakukan intervensi. Mengambil foto akan mem
bantu memantau penganiayaan dan dapat digunakan kemudian di pengadil
an. Namun, klien harus menandatangani formulir persetujuan untuk difoto,
dan saksi juga harus menandatanganinya.Formulir persetujuan beserta foto
yang diambil menjadi bagian dari catatan klien.
E. Faktor – faktor yang mendukung terjadinya perilaku kekerasan (Sujono &
Purwanto, 2009)
1) Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis

Intinctual drive theory (teori dorongan naluri) Dorongan nal


uri merupkan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia,
Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, b
aik bersifat rohaniah maupun jasmaniah (Ngalim, 2009). Seseorang
yang tidak menyukai atau marah terhadap bagian tubunya, seksual
yang tidak terpenuhi sehingga melakukan kekerasan seksual, Pada
keadaan ini respon psikologis timbul karena kegiatan system saraf
otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan te
kanan darah meningkat, takhikardi, wajah merah, menimbulkan ras
a marah, merasa tidak adekuat,mengungkapkan secara verbal menj
adi lega, kebutuhan terpenuhi. (Latipun, 2010).
b. Psycomatic Theory ( teori psikomatik)

Pengalaman marah merupakan akibat dari respon psikologis


terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.Dalam hal
ini system limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan m
aupun menghambat rasa marah (Lianawati, 2009). Dengan respon
marah individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa mar
ah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti seseorang s
ehingga dapat menimbulkan kekerasan fisik yang mampu memberi
kan kelegaan bagi individu setelah menyakiti orang lain. (Fudyarta
nta, 2005). Rasa marah itu timbul karena suatu ancaman atau kebut
uhan sehingga mengakibatkan stress kemudian marah dan mengun
gkapkan secara verbal sehingga menjaga keutuhan orang lain dan
merasa lega , ketengangan menurun dan rasa marah teratasi, muncu
l rasa bermusuhan mengakibatkan rasa bermusuhan menahun sehin
gga muncul rasa marah pada diri sendiri dan rasa marah pada orang
lain atau lingkungan sehingga menimbulkan agresif mengamuk dan
depresi psikosimatik
2) Faktor Psikologis
a. Frustrasion aggression theory ( teori agresif frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil ak


umulasi frustasi. Frustasi adalah suatu respon yang terjadi akibat in
dividu gagal mencapai tujuan, kepuasaan, atau rasa aman, yang bia
sanya individu tidak menemukan jalan keluar atas masalah yang di
hadapinya. Frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan (Sar
wono, 2002). Timbulnya frustasi karena suatu tekanan atau depresi
sehingga muncul marah dengan masalah yang tidak terselesai sehin
ggamenimbulkan gangguan agresif yaitu dengan marah, perilaku ag
resif merupakan perilaku yang menyertai marah karena dorongan in
dividu untuk menuntut sesuatu yang dianggapnya benar, dan masih
terkontrol.(Alwisol, 2006).
b. Behavioral theory (teori perilaku)

Kemarahan merupakan suatu proses belajar,hal ini dapat di


capai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung reinfor
cement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering meng
observasi kekerasan dalam rumah tangga atau diluar rumah tangga.
Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku keker
asan (Setyobroto, 2004). Perilaku ini akan timbul apabila individu
marah dengan suatu keadaan fasilitas yang tidak terpenuhi sehingg
a muncul rasa amuk, rasa amuk adalah perasaan marah dan bermus
uhan yang kuat disertai hilang konrol dimana individu dapat merus
ak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sehingga muncul per
ilaku kekerasan fisik yang mengakibatkan cidera pada orang lain
(Yusuf, 2008).
c. Existential theory( teori exsistensi)

Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia


apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku
konstruktif maka individu akan memenuhi kebutuhan melalui peri
laku destruktif (Zainal, 2002). Cara demikian tentu tidak akan me
nyelesaikan masalah, bahkan dapat menimbulkan kemarahan yan
g berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku destruktif
seperti tindakan kekerasan fisik yang ditujukan kepada orang lain
atau lingkungan dan perilaku yang diekspresikan dengan mengeje
k. Apabila perasaan marah di ekspresikan dengan perilaku konstr
uktif dengan menggunakan kata- kata yang dapat mengerti tanpa
menyakiti hati orang lain maka perasaan marahdapat teratasi tanp
a menimbulkan perilaku destruktif (Misiak, 2005).

3) Faktor Presipitasi Menurut (Sujono & Purwanto, 2009)

Stressor yang mencentuskan perilaku kekerasan bagi setiap ind


ividu bersifat buruk.Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar maup
un dalam. Contohnya stressor yang berasal dari luar antara lain serang
an fisik, kehilangan, kematian , krisis dan lain- lain. Sedangkan dari d
alam adalah putus hubungan dengan seseorang yang berarti, kehilanga
n rasa cinta , ketakutan terhadap penyakit fisik, hilang control, menuru
nnya percaya diri. Selain itu lingkungan yang terlalu rebut, padat, kriti
kan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memi
cu perilaku kekerasan.

BAB III
ASKEP TEORI

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom b
ereaksi terhadap sekresi apineprin sehingga tekanan darah meningk
at, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine menin
gkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatny
a kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dik
epal, tubuh kaku, dan reflex cepat. Hal ini disebabkan oleh energy
yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional

Salah satu anggota yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak
berdaya,jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul anggota yang lai
n, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menunt
ut.
c. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui pros


es intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi d
engan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual
sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien mara
h, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi dip
roses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergan


tungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan anggota keluar
ga yang lain. Individu sering kali menyalurkan kemarahan dengan
mengkritik tingkah laku yang lain sehingga anggota keluarga yang l
ain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata- kata kasar yang be
rlebihan disertai suara keras.tersebut dapat mengasingkan individu
sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhihubungan individu d


engan lingkungan. Hal yang berttentangan dengan norma yang dimili
ki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan mo
ral dan rasa tidak berdosa. Dari uraian tersebut diatas jelaslah bahwa
perawat perlu mengkaji individu secara konprehensif meliputi apek f
isik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat
dilukiskan sebagai berikut : Aspek fisik terdiri dari: muka merah, pa
ndangan tajam, nafas pendek dan cepat dan berkeringat, sakit fisik, p
enyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : Tidak a
dekuat, tidak aman, demam, jengkel. Aspek intelektual : mendomina
si, bawel, sarkasme, berdebat,meremehkan. Aspek sosial : menarik d
iri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
2. Klasifikasi data

Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi


2 macam yaitu data subyektif dan data obyektif.Data subyektif adalah
data yang disampaikan secera lisan oleh klien dan keluarga. Sedangk
an data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan m
emalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
3. Analisa data

Dengan melihat data subyektif dan data obyektif dapat menentukan


permasalahan yang dihadapi keluarga dan dengan memperhatikan po
hon masalah tersebut.Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan di
agnosa keperawatan.

4. Aspek fisik

Aspek fisik terdiri dari : muka merah, pandangan tajam, nafas pende
k dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan dar
ah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jen
gkel. Aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, m
eremehkan. Aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekersan, ejekan,
humor.
Dari uraian tersebut diatan jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji in
dividu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, s
osial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berik
ut.
POHON MASALAH

Resiko mencederai diri


sendiri, orang lain dan
lingkungan

Resiko perilaku
kekerasan

Gangguan
komunikasi verbal

Halusinasi

Deficit perawatan diri

ISOS

HDR

Koping individu tidak


efektif

Marah, frustasi,
cemas, dendam, sakit
hati, tidak enak.
B. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan utama pada klien marah dengan masalah uta
ma perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Resiko perilaku kekerasan
C. Intervensi

N Rencana Keperawatan Rasional


No
Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Resiko p TUM: 1. Bina hubung 1. Hubungan sali
erilaku k Klien dapat men an saling per ng percaya me
ekerasan gontrol perilaku caya. mungkinkan te
kekerasan pada - Salam terape rbuka pada per
berhubungan de utik, perkenal awat dan sebag
ngan orang lain an diri, berita ai dasar untuk i
hu tujuan inte ntervensi selan
TUK: raksi, kontrak jutnya.
1. Klien dap waktu yang t
at membi epat, ciptaka
na hubun n lingkungan 2. Informasi dari
gan saling yang aman d klien penting b
percaya. an tenang, ob agi perawat un
2. Klien dap servasi respo tuk membantu
at mengid n verbal dan kien dalam me
entifikasi non verbal, b nyelesaikan m
penyebab ersikap empa asalah yang ko
perilaku k ti. nstruktif.
ekerasan 2. Klien dapat - pengungkapan
3. Klien dap mengidentifi perasaan dala
at mengid kasi penyeba m suatu lingku
entifikasi b perilaku ke ngan yang tida
tanda- tan kerasan. k mengancam
da perilak - Beri kesempa akan menolong
u kekeras tan pada klie pasien untuk s
an n untuk meng ampai kepada
4. Klien dap ugkapkan per akhir penyeles
at mengid asaannya. aian persoalan.
entifikasi - Bantu untuk
perilaku k mengungkap
ekerasan kan penyebab 3. Pengungkapan
yang bias perasaan jeng kekesalan seca
a dilakuka kel / kesal. ra konstruktif
n. 3. Klien dapat untuk mencari
5. Klien dap mengidentifi penyelesaian
at mengid kasi tanda-ta masalah yang
entifikasi nda perilaku konstruktif pul
akibat per kekerasan. a.
ilaku keke - Anjurkan klie - Mengetaui peri
rasan. n mengungka laku yang dila
6. Klien dap pkan dilema kukan oleh kli
at melaku dan dirasakan en sehingga m
kan cara b saat jengkel. emudahkan unt
erespons t - Observasi tan uk intervensi.
erhadap k da perilaku k - Memudahkan
emarahan ekerasan pad klien dalam m
secara ko a klien. engontrol peril
nstruktif. - Simpulkan be aku kekerasan.
7. Klien dap rsama tanda-t
at mende anda jengkel
monstrasi / kesan yang 4. Memudahkan
kan sikap dialami klien. dalam pemberi
perilaku k 4. Klien dapat an tindakan ke
ekerasan. mengidentifi pada klien.
8. Klien dap kasi perilaku - Mengetahui ba
at dukung kekerasan ya gaimana cara k
an keluar ng biasa dila lien melakukan
ga dalam kukan. nya.
mengontr - Anjurkan klie - Membantu dal
ol perilak n untuk meng am memberika
u kekeras ungkapkan p n motivasi unt
an. erilaku keker uk menyelesai
9. Klien dap asan yang bia kan masalahny
at mengg sa dilakukan. a.
unakan ob - Bantu klien b
at yang be ermain peran
nar. sesuai denga 5. Mencari metod
n perilaku ke e koping yang
kerasan yang tepat dan konst
biasa dilakuk ruktif.
an. - Mengerti cara
- Bicarakan de yang benar dal
ngan klien ap am mengalihka
akah dengan n perasaan mar
cara yang kli ah.
en lakukan m
asalahnya sel
esai. 6. Menambah pe
5. Klien dapat ngetahuan klie
mengidentifi n tentang kopi
kasi akibat pe ng yang konstr
rilaku kekera uktif.
san. - Mendorongpen
- Bicarakan aki gulangan peril
bat / kerugian aku yang positi
dan perilaku f, meningkatka
kekerasan ya n harga diri kli
ng dilakukan en.
klien. - Dengan cara se
- Bersama klie hat dapat deng
n menyimpul an mudah men
kan akibat da gontrol kemara
ri perilaku ke han klien.
kerasan yang
dilakukan.
6. Klien dapat 7. Memotivasi kli
melakukan ca en dalam mend
raberespons t emonstrasikan
erhadap kem cara mengontr
arahan secara ol perilaku kek
konstruktif. erasan.
- Tanyakan pa - Mengetahui re
da klien “apa spon klien terh
kah ia ingin adap cara yang
mempelajari diberikan.
cara baru yan - Mengetahui ke
g sehat”. mampuan klie
- Berikan pujia n melakukan c
n jika klien m ara yang sehat.
engetahui car - Meningkatkan
a yang sehat. harga diri klie
- Diskusikan d n.
engan klien c - Mengetahui ke
aralain yang majuan klien s
sehat. elama diinterv
 Secara fisik : ensi.
tarik nafas da
lam / memuk
ul botol / kas 8. Memotivasi ke
ur atau olahra luarga dalam
ga atau peker memberikan p
jaan yang me erawatan kepa
merlukan ten da klien.
aga. - Menambah pe
 Secara verbal ngetahuan bah
: katakan bah wa keluarga sa
wa anda serin ngat berperan
g jengkel / ke dalam perubah
sal. an perilaku kli
 Secara sosial en.
: lakukan dal - Meningkatkan
am kelompok pengetahuan k
cara-cara mar eluarga dalam
ah yang seha merawat klien
t, latihan aser secara bersam
tif, latihan m a.
anajemen per - Mengetahui sej
ilaku kekeras auh mana kelu
an. arga mengguna
 Secara spiritu kan cara yang
al : anjurkan dianjurkan.
klien berdua, - Mengetahui re
sembahyang, spon keluarga
meminta pad dalam merawat
a Tuhan agar klien.
diberi kesaba
ran.
7. Klien dapat 9. Menambah pe
mendemonstr ngetahuanklien
asikan sikap dan keluarga te
perilaku keke ntang obat dan
rasan. fungsinya. me
- Bantu klien mberikan infor
memilih cara masi pentingny
yang paling t a minum obat
epat untuk kli dalam memper
en. cepat penyemb
- Bantu klien uhan
mengidentifi
kasi manfaat
yang telah di
pilih.
- Bantu klien u
ntuk menstim
ulasikan cara
tersebut.
- Beri reinforc
ement positif
atas keberhas
ilan klien me
nstimulasi ca
ra tersebut.
- Anjurkan klie
n untuk meng
gunakan cara
yang telah di
pelajari saat j
engkel / mara
h.
8. Klien dapat d
ukungan kelu
arga dalam m
engontrol per
ilaku kekeras
an.
- Identifikasi k
emampuan k
eluarga dala
m merawat kl
ien dari sikap
apa yang tela
h dilakukan k
eluarga terha
dap klien sela
ma ini.
- Jelaskan pera
n serta keluar
ga dalam mer
awat klien.
- Jelaskan car
a-cara meraw
at klien.
 Terkait denga
n cara mengo
ntrol perilaku
kekerasan sec
ara konstrukti
f
 Sikap tenang,
bicara tenang
dan jelas.
 Bantu keluar
ga mengenal
penyebab ma
rah.
 Bantu keluar
ga mendemo
nstrasikan car
a merawat kli
en.
 Bantu keluar
ga mengungk
apkan perasa
annya setelah
melakukan d
emonstrasi.
9. Klien dapat
menggunaka
n obat yang b
enar
- Jelaskan pada
klien dan kel
uarga jenis-je
nis obat yang
diminum klie
n seperti : CP
Z, haloperido
l, Artame.
- Diskusikan m
anfaat minum
obat dan keru
gian berhenti
minum obat t
anpa seizin d
okter.
BAB IV
ASKEP KASUS

Kasus :
Seorang wanita bernama N berusia 30 tahun datang ke P2TP2A untuk melaporkan
tindakan suaminya yang sering memukulinya.Sang istri sudah tidah kuat lahi deng
an tindakan suaminya itu.Dia sering dipukuli dengan menggunakan tangan/ bend
a-benda di sekitarnya.Suami sering memukuli istri juka istri tidak memenuhi kebu
tuhannya dan terkadang suaminya sering melakukan kekerasan dalam hubungan s
eksual. Tidak hanya tindakan memukuli istri namun perilaku dan ucapan kasar dar
i suami kerap kali dilontarkan kepada sang istri. Mata pencarian suami adalah seor
ang tukang becak yang sudah sering tidak bekerja karena sepi penumpang maka i
stri sudah tidak pernah menerima nafkah lagi dari suami. Mereka tinggal di perka
mpungan kumuh pinggiran sungai ciliwung.Anak sebanyak 5 orang yang tidak me
lanjutkan sekolah mereka karena masalah biaya. Sang istri menceritakan bahwa sa
ng suami sering memukuli istrinya karena masalah sepele, suaminya sudah sering
memukuli mulai usia pernikahan 3 tahun yang lalu. Saat dilakukan pemeriksaan te
rhadap istri terdapat luka lebam di sekujur badan, tampat sering menangi dan keta
kutan.Sering menyendiri dan tampak murung.
A. PENGKAJIAN

Nama : Ny. N
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
B. Keluhan utama : istri merasa tidak kuat lagi dengan tindakan suaminya ya
ng sering memukulinya
C. Faktor Predisposisi :
 Kekerasan fisik : Suami sering memukuli istri dengan tangan atau
benda- benda disekitarnya
 Kekerasan Psikis : Perilaku dan ucapan kasar dari suami kerap kali
dilontarkan pada sang istri
 Seksual : Suami sering memukuli bila istri tidak memenuhi kebutu
han suami dan terkadang suaminya sering melakukan kekerasan da
lam hubungan seksual
 Kekerasan Ekonomi : Suami yang bekerja sebagai tukang becak su
dah sering tidak bekerja sepi penumpang, maka istri tidak menerim
a nafkah lagi dari suaminya.
D. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : - (Kaji tingka kesadaran klien)
 TTV : - (Kaji TD, RR, HR, T)
 Pemeriksaan luka : Terdapat luka lebam disekujur badan
 Paikososial : klien tampak sering menangis dan ketakutan, sering
menyendiri dan tampak murung.

Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
DS : Istri mengaku sering Faktor penyebab KDRT Ansietas
dipikuli oleh suami d
engan menggunakan Keadaan ekonomi renda
tangan dan benda- be h, ketergantungan ekono
nda disekitar mi istri terhadap suami,
DO: Terdapat luka lebam
disekujur tubuh, klie Pergeseran fungsi keluarg
n tampak sering men a
angis dan ketakutan
Stress dan cemas

Perasaan terancam

Kemarahan

Mekanisme koping tidak


adekuat

Hubungan tidak seimban


g Antara suami dan istri

Pandangan bahwa suami l


ebih berkuasa daripada ist
ri

Tindakan dekstruktif dan


tidak asertif

Perilaku kekerasan terhad


ap istri

Istri mengalami kecemas


an

Ansietas
DS : - Perilaku kekerasan terhad Harga diri rendah
DO: Tampak sering meny ap istri
endiri dan ketakuta
n murung. Pukulan dengan tangan d
an benda

Harga diri rendah

Trauma Psikis

Gangguan konsep diri : h


arga diri rendah
DS : - Perilaku kekerasan terhad Gangguan integritas kulit
DO : Terdapat luka di sek ap istri
ujur tubuh
Lebam

Gangguan integritas kulit

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit b.d luka pukulan yang berulang ditandai dengan
luka lebam seluruh tubuh
2. Ansietas b.d koping individu tidak efektif d.d klien tampak sering menangi
s dan ketakutan
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah b.d d.d klien tampak sering meny
endiri dan murung

F. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Gangguan integritas TUM : 1. Observasi k 1. Untuk menentukan
kulit b.d luka pikula integritas kulit ondisi kulit, intervensi selanjut
n yang berulang dita klien terjaga. karakteristik nya yang efektif.
ndai dengan luka leb luka, distrib 2. Menghindari terjad
am seluruh tubuh TUK: usi luka dan inya infeksi.
Da dalam 2x24 ja jenis luka 3. Air dingin mengur
m kulit klien 2. Kaji penyeb angi nyeri dan me
membaik, luk ab semua lu mpercepat penyem
a lebam sedik ka buhan
it-sedikit hila 3. Kompres de 4. Menjaga kelembab
ng,klien tidak ngan mengg an kulit.
mengeluh kes unakan air e 5. Agar tidak mengiri
akitan s/air dingin tasi kulit ketika me
4. Berikan per nggaruk kulit.
awatan kulit 6. Menjaga kulit dari
(lotion). gesekan antara kuli
5. Pertahankan t dan pakaian.
kuku tetap p 7. Mempercepat peny
endek embuhan luka
6. Gunakan pa
kaian yang l
onggar
7. Perhatikan j
adwal istira
han klien
2. Ansietas b.d koping TUM : Klien d 1. Sapa klien d 1. Menciptakan kesa
individu tidak efekt apat menguran engan rama n yang baik di awa
if d.d klien tampak gi ansietasnya h, baik verb l pertemuan
sering menangis da sampai tingkat al maupun n 2. Menghilangka n ke
n ketakutan sedang atau rin onverbal (la curigaan klien pad
gan. kukan komu a perawat
nikasi terpet 3. Klien lebih mudah
TUK : Klien p ik) untuk terbuka
ercaya terhada 2. Yakinkan kl 4. Keterbukaan dan
p perawat, keta ien dalam k meningkatkan rasa
kutan mulai me eadaan ama percaya klien terha
nghilang dan ta n dan peraw dap perawat
mpak tegar me at siap meno 5. Meningkatkankepe
nghadapi masa long dan me rcayaan dan kerjas
lahnya. ndampingi n ama klien sehingga
ya lebih memudahkan
3. Yakinkan ba perawat dalam me
hwa kerahas mberikan intervens
iaan klien a i
kan tetap ter 6. Kondisi lingkunga
jaga n dapat memengar
4. Tunjukkan s uhi tingkat ansietas
ikap terbuka 7. Menurunkan ansiet
dan jujur as dan membuka ja
5. Perhatikank lan penyelesaian m
ebutuhan da asalah klien
sar dan beri 8. Menjelasan dan res
bantuan unt pon positif dapat
uk memenu mengurangi ansiet
hinya as.
6. Kurangi sti
mulus lingk
ungan dan b
atasi interak
si klien den
gan klien lai
n.
7. Diskusikan
semua masa
lah yang dia
lami klien
8. Berikan pen
jelasan dan r
espon positi
f terhadap m
asalah klien
3. Gangguan konsep d 1. Berikan per 1. Memberikan rasa n
iri : harga diri rend TUK : hatian dan p yaman klien terhad
ah b.d 10. Membi enghargaan ap perawat
d.d klien tampak se na hubu positif terha 2. Meningkatkan hub
ring menyendiri da ngan sa dap klien trust antara perawa
n murung ling per 2. Dengarkan t dan klien
caya. klien denga 3. Mengetahui apa ya
11. Mampu n empati: be ng dipikirkan klien
menyeb rikan kesem mengenai masalah
utkan p patanbicara nya
enyeba (jangan di b 4. Memberikan peng
bmenar uru-buru), t etahuan dan motiv
ik diri, unjukkan pe asi yang bisa mem
melaku rawat mengi perbaiki konsep dir
kan hub kuti pembic i klien
ungan s araan klien. 5. Mendorong terjadi
osial se 3. Bicara deng nya interaksi deng
cara ber an klienpen an orang lain
tahap, k yebab sering 6. Kemampuan klien
lien-per mengendiri. mengidentifikasi p
awat, kl 4. Diskusikan enyebab menarik d
ien-kel akibat yang iri akan meningkat
ompok, dirasakan da kan kesadaran dan
klien-k ri menarik d kerjasama klien
eluarga. iri. 7. Interaksi singkat d
5. Diskusikan an sering melatih k
keuntungan lien berani berinter
berinteraksi aksi dengan yang l
dengan oran ain
g lain. 8. Dapat membantu p
6. Bantu klien ermasalahan klien
mengidentif 9. Berkenalan / berko
ik asi kema munikasi dengan o
mpuan yang rang-orang di sekit
dimiliki klie ar klien membantu
n untuk berg klien untuk memul
aul. ai hubungan social
7. Lakukan int 10. Keluarga merupak
eraksi sering an bagian terdekat
dan singkat klien yang sangat
dengan klie berperan dalam up
n aya peningkatan ke
8. Motivasi/ te sehatan klien
mani klien 11. Pengetahuan pera
wat mengenai kon
disi klien dalam be
rhubungan social
memudahkan pera
wat dalam menguk
ur keberhasilan int
ervensi
12. Pujian atas pengun
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis danatau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, dan perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Kemenkes
RI, 2010)
Kekerasan tidak terbatas hanya pada tindakan fisik, melainkan
penganiayaan emosi, seksual, psikologis, bahkan korban dapat mengalami
penganiayaan ekonomi yang membatasi pengeluaran atau pendapatan mereka dan
menyebabkan kerugian moneter.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun banyak kekurangan dan


kesalahan, jauh dari kesempurnaan.Maka dari itu penulis mengharapkan kritik d
an saran mengenai makalah yang telah disusun seperti di atas. Semoga makalah
di atas dapat bermanfaat bagi pembaca dan pembaca mampu memahami “ Asuha
n Keperawatan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga ”.

DAFTAR PUSTAKA

https://edoc.pub/queue/askep-kdrt-5-pdf-free.html
Ballard, Keren A, 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik. Buku
kedokteran EGC.
Digilib.unimus.ac.id/download.php?id=12829
Artikel Penelitian

Disetujui 7 Februari2015
KEKERASAN DALAM Dipublikasikan 1 April 2015

RUMAH TANGGA (KDRT) MeryRamadani1 ,


SEBAGAI SALAH SATU ISU FitriYuliani1
KESEHATAN
MASYARAKAT SECARA
GLOBAL
Diterima 28 Januari2015
9

JKMA (2)8
0-
87
Jurnal Kesehatan MasyarakatAndalas
@2
diterbitkanoleh: 015
ProgramStudiKesehatanMasyarakat JKM
FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasAndalas A
p-ISSN1978-3833 http://jurnal.hm.unand.ac.id/index.php/jkm
e-ISSN2442-6725 a/
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat, 25148

Abstrak
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan kekerasan yang paling banyak
dialami oleh perem-
puandiIndonesia.KDRTdiKotaPadangterusmeningkatyaitusebanyak98kasustahun
2011,102kasus di 2012, dan 135 kasus pada 2013.Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan riwayat kekerasan masa lalu dan pola asuh suami sewaktu kecil
dengan kejadian KDRT terhadap istri.Penelitian ini meng- gunakan pendekatan cross
sectional. Populasi adalah semua suami yang berada di Kecamatan Padang
Selatandenganjumlahsampel400orang.Pengumpulandatadengancarapenyebaranangket.
Hasilpene- litian didapatkan kejadian KDRT sebebsar 61%, responden yang pernah
mengalami riwayat kekerasan di masa lalu (59,8%), memiliki pola asuh yang buruk
(55,3%). Terdapat hubungan antara riwayat kekerasan di masa lalu (p=0,025), pola
asuh sewaktu kecil (p=0,016), dengan kejadian KDRT. Diharapkan kepada Komnas
Perempuan dan Camat Padang Selatan beserta jajarannya bekerja sama dengan jajaran
Polsek wilayah Padang Selatan untuk memberikan sosialisasi dan informasi tentang
perlindunganhukum.
Kata Kunci: KDRT,Riwayat Kekerasan, Pola Asuh

DOMESTIC VIOLENCE AS ONE OF THE GLOBAL PUBLIC HEALTH


ISSUES

The incident of domestic violance Padang city in 2011 about 98 casses, 2012 about 102
casses, 2013
about135casses.Theobjectiveofthisstudywastoknowhistoryofviolenceandparentingwith
domestic violence. Cross sectional design was used in this study. Population were all
husbands in Padang Selatan District and sample were 400 respondents. The results
showed that incident of domestic violance (61%) the respondents had experienced a
history of violence (59.8%), had poor parenting (55.3%). There was a significant
association between a history of violence (p= 0.025), and parenting (p =0.016), with
the inci- dence of domestic violence in the District of Padang Selatan Padang City in
2014. Expected that national
commissionofwomenandotherrelatedinstatncy,cooperatingwiththepolicestationPadang
Selatandis-
trict,toprovidesocializationandinformationaboutlegalprotectiontowomenagaintsdomest
icviolance.
Keywords: DV (Domestic Violance), History of Violance, Parenting

Korespondensi Penulis:
FakultasKesehatanMasyarakat,UniversitasAndalasJl.PerintisKemerdekaan,Padang,Sumat
raBarat,25148 Telepon/HP:0751-38613 Email :meryramadani81@yahoo.com
Ramadani, Yuliani | Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) :Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global

Pendahuluan 113.878, jumlah ini mengalami peningkatan


Dokumen Sustainable Development sebanyak 5,9 %. Sedangkan untuk tahun2012
Goals (SDGs) akan menjadi acuan dalam dengan jumlah 142.662 kasus juga
perundi- ngan negara-negara dunia untuk mengalami peningkatan sebesar 11,61 % jika
melanjutkan pembangunan pasca Millenium dibanding- kan dengan kasus tahun
Development Goals (MDGs) yang sudah sebelumnya(3). Data Polda Sumatera Barat
mencapai tahap akhir di tahun 2015. SDGs mencatat bahwa dari ta- hun 2011hingga
ini tidak terpisah dari pencapaian MDGs, tahun 2013 jumlah kekerasan di wiIayah
namun merupakan bentuk penyempurnaan Sumatera Barat adalah 299 kasus tahun 2011,
dari MDGs. SDGs dicanangkan untuk 336 kasus tahun 2012, dan 350 kasus di
melanjutkan tujuan uta- ma MDGs yang tahun 2013.(4) Kota Padang jumlah KDRT
belum tercapai, salah satunya masalah pada tahun 2011 tercatat sebanyak 98 kasus,
kesetaraan gender danpemberdayaan tahun 2012 sebanyak 102 kasus, dan tahun
perempuan. Prioritas ke depan dalam mewu- 2013 sebanyak 135 kasus. Pelaporan ini
judkan kesetaraan gender meliputi, pening- berasal dari berbagai sektor yang ada di Kota
katan kualitas hidup dan peran perempuan Padang.Tahun 2013 pelaporan berasal dari
dalam pembangunan, peningkatan kapasitas Sektor Utara 9 kasus, Sektor Barat 13kasus,
kelembagaan PUG dan pemberdayaan Sektor Timur 12 kasus, Sektor Lubuk
perem- puan, serta perlindungan perempuan Begalung 12 kasus, Sektor Lubuk Kilangan
terha- 16 kasus, Sektor Koto Tangah 23 kasus,
dapberbagaitindakkekerasan.Salahsatuben- Sektor
tuk kekerasan yang dialami Nanggalo3kasus,SektorKuranji7kasus,Sek-
perempuanadalah Kekerasan Dalam Rumah
tor Pauh 4 kasus, Sektor Bungus 2 kasus, dan
Tangga (KDRT).Se- jauh ini KDRT
Sektor Padang Selatan dengan kasus tertinggi
merupakan salah satu isu kese- hatan
sebanyak 34 kasus dengan domisili
masyarakat secaraglobal.
pelaporka- sus terbanyak di Kelurahan Mato
Kekerasandalamrumahtanggamenurut Aia yaitu 19 kasus(5).
Undang-Undang PKDRT No. 23 Tahun 2004 Dengan tingginya kejadian KDRT
adalah setiap perbuatan terhadap seseorang dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan
terutama perempuan, yang berakibat timbul- is- tri selaku korban. Dampak tersebut
nyakesengsaraanataupenderitaansecarafisik, meliputi rasa takut, cemas, letih, kelainan,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran stress post traumatic, serta gangguan makan
ru- mah tangga termasuk ancaman untuk dan tidur yang merupakan reaksi panjang
melaku- kan perbuatan pemaksaan, atau dari tindak kekerasan. Namun, tidak jarang
perampasan kemerdekaan secara melawan akibat tindak kekerasan terhadap istri juga
hukum dalam lingkup rumah tangga(1). mengakibatkan
Kekerasan dalam ru- mah tangga merupakan kesehatanreproduksiterganggusecarabiologis
permasalahan yang telah mengakar sangat yang pada akhirnya mengakibatkan
dalam dan terjadi di seluruh negara di terganggu- nya secara sosiologis.Pada
dunia.KDRT di Amerika merupakan bahaya perempuan yang mengalami kekerasan
terbesar bagi perempuan dibandingkan dalam rumah tangga dapat menyebabkan
bahaya perampokan dan pen- curian. Data terganggunya kesehatan reproduksi,
statistik di Amerika menunjuk- kan setiap 9 diantaranya gangguan menstrua- si seperti
menit perempuan menjadi kor- menorhagia, hipomenorhagia atau
bankekerasanfisik,dan25%perempuanyang metrorhagia, bahkan wanita tersebut dapat
terbunuh oleh pasanganlaki-lakinya(2). mengalami menopause lebih awal, mengala-
Data tahunan Indonesia dari Komnas mi penurunan libido, dan ketidakmampuan
Perlindungan Perempuan mencatat bahwa mendapatkan orgasme sebagai akibat tindak
tindak kekerasan pada perempuan teruta- kekerasan yangdialaminya(6).
ma kekerasan di ranah domestik mengalami Beberapa faktor penyebab terjadi Ke-
peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2010 kerasan Dalam RumahTangga, yaitu faktor
tercatat kekerasan dalam rumah tangga ber- individu (seperti korban penelantaran anak,
jumlah 101.128 kasus, tahun 2011sebanyak penyimpangan psikologis, penyalahgunaan
Ramadani, Yuliani | Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) :Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9, No. 2, Hal. 80-87

alkohol, dan riwayat kekerasan di masa lalu),


faktor keluarga (seperti pola pengasuhan kepada Undang-Undang No 23 Tahun 2004
yang buruk, konflik dalam pernikahan, ke- tentang KDRT. Kejadian KDRT dikelompok-
kerasanolehpasangan,rendahnyastatussosial kan dalam empat bagian yaitu kekerasan
ekonomi, keterlibatan orang lain dalam ma- fisik, kekerasan psikologi, kekerasan seksual
salah Kekerasan), faktor Komunitas (seperti dan kekerasan ekonomi. Dikatakan terjadi
kemiskinan, angka kriminalitas tinggi, mobi- KDRT bila salah satu dari jenis kekerasan
litas penduduk tinggi, banyaknya penganggu- tersebut dilakukan suami.Riwayat kekerasan
ran, perdagangan obat terlarang lemahnya masa lalu suami dikategorikan menjadi
ke- bijakan institusi, kurangnya sarana pernah atau ti- dak pernah mengalami
pelayanan korban, faktor situasional), dan kekerasan.Sedangkan pola asuh suami
faktor Lingku- ngan Sosial (seperti sewaktu kecildikelompokkan
perubahan lingkungan so- sial yang cepat, menjadipolaasuhburukataubaik.Kategorisa-
kesenjangan ekonomi, kesen- jangan gender, si riwayat kekerasan dan pola asuh
kemiskinan, lemahnya jejaring ditentukan berdasarkan nilai rata-rata.
ekonomi,lemahnyapenegakanhukum,budaya Analisis univariat dilakukan untuk
yang mendukung kekerasan, tingginya peng- mendapatkan informasi ten- tang frekuensi
gunaan senjata api ilegal, masa konflik/pasca dan persentase dari berbagai variabel yang
konflik(7). Tujuan penelitian ini untukmelihat diamati. Uji kai kuadrat digu- nakan untuk
hubungan riwayat kekerasan dan pola asuh menganalisis hubungan variabel independen
suami dengan kejadian KDRT terhadap istri meliputi riwayat \ kekerasan dan pola asuh
di Kecamatan Padang Selatan KotaPadang. dengan dependen kejadian KDRT yang
berskala ordinal.Perbedaan bermakna
dinyatakan jika nilai p <0,05.

Metode Hasi
Penelitian ini menggunakan desain l Tabel 1 menyajikan distribusi frekuensi
dimana varibel dependen suami menurut beberapa variabel yang dipela-
(kekerasan dalam rumah tangga) dan jari pada penelitian ini. Hasil penelitian me-
variabel indepen- nemukan sebanyak 61% suami melakukan tin-
den(riwayatkekerasansuami,polaasuhsuami dakan KDRT.Bentuk KDRT yang dilakukan
sewaktu kecil) diamati dan diukur pada wak- suami meliputi kekerasan fisik ringan hingga
tu yang sama di Kecamatan Padang Selatan berat, kekerasan psikologis ringan hingga be-
pada bulan Desember 2013-Juli 2014. rat, kekerasan seksual ringan dan kekerasan
Populasi adalah semua suami yang memiliki ekonomi ringan (Tabel 2). Berdasarkan sko-
istri yang berada di wilayah Kecamatan ring, diketahui 59,8% suami memiliki riwayat
Padang Selatan kekerasan di masa lalu. Sebanyak 93,2%
13.180 orang.Dari semua populasiditentukan pernah dipukul /dilempar dengan barang /
jumlahsampelsebanyak400orang.Pengambi- ditampar / dicubit / ditendang oleh orang tua.
lan sampel dengan multistange random Hampir seluruh suami (92,8%) pernahdi-
sampling dilakukan dalam dua tahap. Tahap ancam oleh orang tua dan 86,5% pernahme-
pertama mengambil satu kelurahan secara acak
sebagai kelurahan sampel.Kemudian satu RW Tabel 1 Distribusi FrekuensiMenurutVariabel
dalam kelurahan terpilih dijadikan sampel Variabel Variabel
tahap kedua.Seluruh RT dalam daerah tersebut FrekuensiP e r s e n -
di- jadikan unit sampling dan dipilih secara (f) tase (%)
acak sesuai dengan jumlah sampel
yangdiinginkan.
Sampel penelitian harus memenuhi krite- Kejadian Ada 244 61,0
KDRT
ria inklusi dan ekslusi. Data primer yang di- Tidak Ada 156 39,0
kumpulkan meliputi kejadian KDRT, riwayat Riwayat Pernah 239 59,8
kekerasansuamidimasalalu,danpolaasuh Kekerasan Tidak 161 40,2
suami sewaktu kecil. Data diperoleh dengan
Pernah
melakukan kunjungan rumahdanmenyebar PolaAsuh Buruk 221 55,3
angket. Instrumen penilaian KDRT merujuk Baik 179 44,7
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9, No. 2, Hal. 80-87

82
Ramadani, Yuliani | Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) :Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Bentuk Kekerasan yang Dilakukan Suami


BentukKekerasan Pernah
n %
Kekerasan Fisik Ringan
Mencubit 111 27,8
Mendorong 145 36,3
Menjambak 0 0
Meludahi 0 0
Mencakar 0 0
Kekerasan Fisik Berat
Menendang 123 30,7
Memukul (dengan tangan atau benda) 30 7,5
Menyulut dengan api rokok 0 0
Menampar 0 0
Kekerasan Psikologis Ringan
Menghina 91 22,7
Merendahkan istri 0 0
Mencaci maki dengan kata kasar 10 2,5
Kekerasan Psikologis Berat
Melarang bergaul dengan lingkungan sekitar 122 30,5
Melarang bergaul dan berinterkasi dengan keluarga 14 3,5
Mengancam akan menyakiti dengan kekerasan fisik, seksual, dan ekonomi. 12 3
Mengancam akan menceraikan 90 22,5
Apakah tindakan di atas pernah bapak lakukan ketika stri dalam keadaan hamil 78 19,5
Kekerasan seksual Ringan
Memanggil dengan julukan yang berbau seksual yang membuat istri merasa tersinggung 96 24
Menghina dengan kata-kata yang berbau seksual yang membuat istri merasa tersinggung 130 32,5
Kekerasan seksual Berat
Memaksa berhubungan seksual ketika istri sedang tidak menginginkannya 0 0
Memaksa berhubungan seksual ketika istri sakit ataupun menstruasi 0 0
Kekerasan Ekonomi Ringan
Tidak memenuhi kebutuhanrumahtangga. 140 35
Kekerasan Ekonomi Berat
Mengambil tanpa persetujuan/sepengetahuan, merampas dan memanipulasi harta istri. 0 0
Melarang istri bekerja namun ditelantarkan 0 0

lihat orang tua melakukan tindak kekerasan (92,2%) dan 88,2% mengatakan orang tua
dalam keluarga (Tabel 3). Menurut pola asuh suka memaksakan kehendaknya (Tabel 4).
diketahui 55,3% suami mendapatkan pola Ter-
asuh yang buruk sewaktu kecil. dapathubunganyangsignifikanantarariwayat
Sebanyak93% menilai orang tua sering kekerasan di masa lalu (nilai p=0,025), dan
menghukum mere- ka tanpa alasan jelas. pola asuh sewaktu kecil (nilai
Orang tua tidak pernah meluangkan waktu p=0,016)dengan kejadian KDRT oleh suami
untuk bersamamereka (Tabel5).
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9, No. 2, Hal. 80-87

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Riwayat Kekerasan Masa Lalu


Pernah
Pertanyaan Riwayat Kekerasan Masa
Lalu N %
Pernah dipukul /dilempar dengan barang / ditampar / dicubit / ditendang oleh orang tua atau 373 93,2
pengasuh
Pernah mengalami pelecehan seksual oleh orang tua atau pengasuh 128 32
Pernah diteriaki dengan kata kata kasar oleh orang tua atau pengasuh 327 81,8
Pernah dihina dan dipermalukan oleh orang tua atau pengasuh 27 6,8
Pernah diancam oleh orang tua atau pengasuh 371 92,8
Pernah dikurung di ruangan yang gelap olah orang tua atau pengasuh 325 81,2
Dilarang untuk bergaul dengan teman sebaya oleh orang tua atau pengasuh 328 82
Orangtua tidak mencukupi semua kebutuhan seperti makan /pakaian / tempat berteduh / 306 76,5
biaya kesehatan ?
Tidak diberikan kasih sayang dan perhatian oleh orang tua atau pengasuh 297 74,2
Pernah melihat orang tua melakukan tindak kekerasan dalam keluarga 346 86,5

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pola Pengasuhan Sewaktu Kecil


Pernah
Pertanyaan Pola Pengasuhan Sewaktu
Kecil N %
Orang tua menghukum tanpa alasan jelas. 372 93
Orang tua menghalangi minat dan keinginan 90 22,5
Orang tua memaksakan kehendak 353 88,2
Orang tua memberikan contoh yang buruk 86 21,5
Orang tua tidak memberikan kasih sayang. 317 79,2
Merasa tidak nyaman berada di dalam rumah 321 80,2
Orang tua hanya memikirkan diri sendiri 92 23
Orang tua tidak pernah peduli dengan kebutuhan anak 316 79
Orang tua menolak keberadaan anak di rumah 33 8,2
Orang tua tidak pernah meluangkan waktu untuk bersama anak 369 92,2
Orang tua hanya memenuhi kebutuhan makanan dan mainan tetapi tidak mengajarkan atur- 325 81,2
an-aturan yang harus dipatuhi.
Orang tua jarang berinteraksi dengan anak 327 81,8

Pembahasan
Penelitian ini memiliki beberapa ke- Hasil penelitian menemukan 55,9%
terbatasan. Proses pengumpulan data melalui suami melakukan tindakan KDRT terhadap
angket bersifat subjektif dan tergantung keju- istri mereka. Hal ini menunjukkan tingginya
juran dari responden dalam menjawab. Jawa- kejadian kekerasan pada perempuan di ranah
ban responden mengenai riwayat kekerasan domestik. Komnas perlindungan perempuan
masakecildanpolaasuhrentanmenghasilkan juga mencatat kejadian KDRT
informasi yang bias. Hal ini karena kejadian cenderungting- gi dan meningkat setiap
tersebut sudah berlangsung sangat lama se- tahun, denganrata-ra- ta peningkatan sebesar
hingga sulit untuk memberikan informasi de- 5-10% tiap tahunnya(3). Sejumlah laporan
nganakurat. dari negara lain menyebut- kan, lebih dari
separuh perempuan yang telah
menikahdiIndiapernahmengalamikekerasan
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9, No. 2, Hal. 80-87
Ramadani, Yuliani | Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) :Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global

Tabel 5 Kejadian KDRT Menurut


Variabel
Kejadian KDRT
Variabe Ad Tidak Ada Tota Nilai P
l a l
n % n % n %
Riwayat Kekerasan
Pernah 157 65,7 82 34,3 239 100 0,025
Tidak Pernah 87 54,0 74 46,0 161 100
Pola Asuh
Buruk 147 66,5 74 33,5 221 100 0,016
Baik 97 54,2 82 45,8 179 100

fisik. Riset lainnya mendapatkan lebih dari reproduksi, baik langsung ataupun tidak
30 persen perempuan terancam kekerasan langsung. Perempuan bisa mengalami gang-
sek- sual.WHO menyebutkan KDRT di guan menstruasi bahkan menopause lebih
Ethiopia menembus angka di atas awal.Pada saat hamil dapat terjadikeguguran
71%.Sementara kor- / abortus, persalinan imatur dan bayi mening-
banKDRTdiCina90persennyaadalahkaum gal dalam rahim. Saat persalinan, perempuan
perempuan. Menurut laporan Federasi Wani- akan mengalami penyulit persalinan seperti
ta Cina (CWF), dari tiga perempuan dinegara hilangnya kontraksi uterus, persalinan lama,
ini, salah satunya menjadi korban kekerasan persalinan dengan alat bahkan pembedahan.
berumahtangga(8). Hasil dari kehamilan dapat melahirkan bayi
Bentuk kekerasan, yang paling ba- dengan BBLR, terbelakang mental, bayi lahir
nyak dilakukan dalam penelitian ini adalah cacat fisik atau bayi lahir mati(2).
kekerasan fisik ringan berupa mendorong Informasi yang didapatkan dari suami
istri (36,3%). Selanjutnya adalah kekerasan diketahui bahwa kebanyakan dari mereka ti-
ekonomiringanberupatidakmemenuhikebu- dak tahu bahwa apa yang sudah mereka laku-
tuhan rumah tangga (35%) dan kan merupakan tindakan KDRT. Suami me-
kekerasansek- nganggap tindakan tersebut adalah hal biasa
sualringanberupamenghinadengankata-kata danperludilakukanagaristritetaphormatke-
berbauseksual(32,5%).Mirisnyalagisebanyak pada mereka selaku suami.Bentuk kekerasan
19,5% kekerasan psikologis kategori berat berupa tidak memenuhi kebutuhan rumah
dilakukan ketika istri sedang hamil. Temuan tangga dilakukan karena kondisi ekonomi
ini sesuai dengan catatan tahunan Komnas yangsulit,bukankarenamerekainginmelaku-
perlindungan perempuan, yang menyebutkan kannya.Beratnya tuntutan hidup membuat
kekerasan yang paling banyak terjadi dalam mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan
rumah tangga adalah kekerasan psikologis sehari-hari.Hasil penelitian menguatkan du-
(46%). Efek psikologis penganiayaan bagi gaan bahwa kejadian kekerasan dalam rumah
ba- nyak perempuan lebih parah dibanding tangga memang banyak terjadi di lingkungan
efek fisiknya Rasa takut, cemas, letih, masyarakat kita.Kekerasan tersebut terutama
kelainan stress post traumatic, serta menimpa istri. Sayangnya kejadian
gangguan makan dan tidur merupakan reaksi kekerasan masih sering ditutupi dan
panjang dari tin- dak kekerasan. Seringkali disembunyikan(hid- den crime) baik itu oleh
tindak kekerasan terhadap istri pelaku ataupun oleh korban(9).
mengakibatkan kesehatan re- produksi Kenyataannya sangatlah sulitmengukur
terganggu secara biologis yang pada dan mengetahui secara pasti kekerasan dalam
akhirnya mengakibatkan terganggunya rumah tangga. Ini disebabkan karena pelaku
secara sosiologis(6). dan korban belum benar-benarmengetahui
Dilihat dari aspek kesehatan reproduk-
si, kejadian KDRT pada perempuan bisa me-
ngakibatkan berbagai macam gangguan
sistem
Ramadani, Yuliani | Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) :Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9, No. 2, Hal. 80-87

apa-apa saja bentuk kekerasan dalam rumah


tangga dan dampak yang ditimbulkan dari dakan kekerasan merupakan hal yang biasa
ke- kerasan tersebut. Namun se- hingga cenderung untuk melakukan hal
demikianperlindun- gan hukum tetap bisa yang sama. Mereka mengaggap bahwa
ditegakkansebagaimana yang tertuang dalam kekerasan merupakan suatu cara untuk
Undang-Undang Pengha- pusan Kekerasan menyelesaikan
Dalam Rumah Tangga No- mor 23 Tahun masalahdanmengendalikanoranglain.Setiap
2004 yang mengatur tentang pemberian orang yang pernah memiliki
sanksi hukuman danperlindungan bagi riwayatkekerasan masa lalu diharapkan bisa
korban kekerasan dalam rumah tangga. menghilangkan gambaran buruk masa
Sosialisasi dari Undang-Undang PKDRTNo lalunya sehingga tidak mencontoh perilaku
24 Tahun 2004 ini harus dilanjutkan oleh kekerasan yang pernah dialami. Mampu
Kecamatan dan sektor terkait seperti polsek, mengendalikan diri dan menghindari
nakes, perangkat desa, pemuka masyarakat, kondisi–kondisi yang dapat memicu emosi
hingga petugas KUA. Sosialisasi yang yang berujung kepada tinda-
dilaku- kan secara berkesinambungan bisa kankekerasan.Jikadiperlukandapatmeminta
berupa pe- nyuluhan bagi suami dan istri bantuan psikolog atau ahli kejiwaan untuk
tentang KDRT. Memberikan informasi menghilangkan trauma buruk masalalu.
mengenai bentuk-ben- tuk kekerasan yang Upaya untuk memutus rantai KDRT
bisa terjadi dalam rumah tangga serta orang tua harus menghilangkan unsur ke-
perlindungan hukum bagi saksi dan kerasan dalam rumah tangga.Ekspos ke-
korban.Pihak KUA memberikan edukasi kerasan dalam rumah tangga dapatmenim-
kepada para suami dan istri dalam menjalani bulkan berbagai persoalan permasalahan pada
kehidupan rumah tangga yang harmonis dan anak. Dalam jangka pendek seperti
saling menghargai tanpa unsur kekerasan. ancamanterhadap keselamatan hidupanak,
Didapatkan hubungan yang signifikan merusak struktur keluarga, munculnya
antarariwayatkekerasanmasalaludengankeja- berbagai ganggu- an mental. Sedangkan
dian KDRT (nilai p=0.025). Penelitian dalam jangka panjang memunculkan potensi
Marga- retha di Surabaya dan Sidoarjo anak terlibat dalam pe- rilaku kekerasan dan
mendapatkan bahwa 22 % pelaku KDRT pelecehan di masa depan,baik sebagai pelaku
memiliki riwayat kekerasan di masa lalu baik ataupun sebagai korban(11) . Pola asuh
sebagai korban maupun saksi. Riwayat menentukan kejadian KDRT.
kekerasan masa lalu yang dialami oleh Pada penelitian ini didapatkan hubungan ber-
responden memberi kontri- busi terhadap makna pola asuh yang diterima responden
sikap dan perilakunya di masa yang akan sewaktu kecil dengan kejadian KDRT di
datang. Hasil penelitian menyebut- kan anak masa sekarang (nilai p=0.016). Penelitian
laki-laki yang tumbuh dalam kelu- arga yang Gunarsa dalam Silalahi menyebutkan 30%
mengalami kekerasan beresiko tiga kali lipat anak-anak korban pola pengasuhan yang
menjadi pelaku kekerasan terhadap istri dan buruk akan menjadi orang dewasa dan orang
keluarga mereka di masa mendatang. tua pelaku tindak kekerasan pula nantinya.
Sedangkan anak perempuan saksi Mereka me- niru pola asuh yang
KDRTakan berkembang menjadi perempuan didapatkannya sebagai model ketika mereka
dewasa yang cenderung bersikap pasif dan menjadi pasangan suami istri dan orang tua
memiliki resiko tinggi menjadi korban kelak(11).
kekerasan di keluarga mereka. Sebagian Pola asuh dalam keluarga bisa
individu bisa mengatasi pe- ngalaman memberi- kan sumbangan dalam
kekerasan dan tidak berdampak ter- hadap membentukkekerasan. Pola asuh yang paling
hubungan interkasinya dengan orang lain. mendukung untuk ter- jadinya kekerasan
Namun bagi yang tidak dapat mengata- sinya dalam rumah tangga kelak adalah pola asuh
maka akan cenderung untuk bersikap otoriter.Pola asuh otoriter dalam
agresifnantinya(10). penerapannya merupakan pola asuh yang
Umumnya seseorang yang memiliki ri- keras, menekankan kedispilinan yang tinggi,
wayat kekerasan masa lalu menganggap tin- pemaksaan kehendak orang tua kepada anak,
selalu memberikan hukuman terhadap
kesalahan yang dilakukan. Hal
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9, No. 2, Hal. 80-87
inimenjadikan
Ramadani, Yuliani | Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) :Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global

anak memiliki sifat yang


temperamental,tidak senang, tidak memiliki Daftar Pustaka
tujuan, penuh ketaku- tan, mudah stres, 1. KemenkesRI.Undang-UndangRINomor 36
menarik diri, dan tidak per- Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Yogya-
cayaterhadaporanglain.Banyakorangtuabe- karta: Pustaka Mahardika;2011.
ranggapanpolaasuhotoriterpadaanakadalah 2. Sonda M. Dampak Kekerasan Dalam
hal wajar sebagai cara mendisiplinkan anak. Rumah Tangga Terhadap Gangguan Re-
Padahal anak yang mendapatkan perlakuan produksi Wanita di RS Bhayangkara. Ke-
dan asuhan yang keras dan tanpa afeksi, akan bidanan Poltekes Makasar. 2010.
mengakibatkan luka batin pada anak(11). 3. Komisi Nasional Perlindungan Perem-
Kurangnya kontrol dari orang tua, juga puan. Catahu Komisi Nasional Hak Azasi
membuat anak-anak lebih rentan menjadi Manusia. Jakarta: KomnasPerempuan.
kor- ban kekerasan. Misalnya, memberikan 4. Polda Sumbar. Laporan Kekerasan
penga- suhan sepenuhnya tanpa pengawasan Dalam Rumah Tangga Provinsi Sumatera
kepada pembantu atau orang lain yang Barat. Padang: Polda SumateraBarat.
ternyata se- ring menyakiti anak. Masing- 5. Poltabes Padang. Laporan Kekerasan Da-
masing orang tua memiliki tata cara lam Rumah Tangga Kota Padang Tahun
tersendiri dalam mengasuh anak-anak 2011-2013. Padang: Poltabes KotaPadang
mereka. Penting untuk membe- rikan pola 6. Sutrisminah E. Dampak Kekerasan Pada
asuh yang baik sejak dini sehingga Istri Dalam Rumah Tangga Terhadap Ke-
membantuanaktumbuhmenjadipribadiyang sehatan Reproduksi. Kebidanan FIKUnis-
baik dan bukan sebagai pelaku ataupun kor- sala. 2010.
ban KDRT di masa merekadewasa. 7. Kemenkes RI. Pedoman Pengendalian
Ke- kerasan Dalam Rumah Tangga
Kesimpulan Jakarta: Ke- menkes RI;2012
Lebih dari separuh suami melakukan 8. IRIB Indonesia. Kekerasan Terhadap
tindak KDRT.Selanjutnya, riwayat kekerasan Perempuan di Dunia Modern. [Diak-
masa lalu dan pola asuh suami sewaktu kecil ses tanggal 15 Mei 2015] diunduh dari:
memiliki hubungan bermakna dengan keja- http://indonesian.irib.ir/ranah/sosialita/
dian KDRT.Diharapkan seluruh perangkat item/72800
pemerintahan di Kecamatan Padang Selatan 9. Soeroso MH. Kekerasan Dalam Rumah
seperti Camat, Kapolsek, Lurah, tenaga kese- Tangga Dalam Perspektif Yuridis-
hatan, pemuka masyarakat, pemuka agama, Viktimo- logis. Surabaya: Sinar
dan petugas KUA untuk bekerja sama me- Grafika;2011.
nekan kejadian KDRT. Memberi informasi 10. Margareta.TraumaKekerasanMasaKanak
se- luas-luasnya mengenai KDRT kepada dan Kekerasan Dalam Relasi Intim Sosial
seluruh masyarakat.Melindungi korban 2013;17.
KDRT, dan melakukan bimbingan dan 11. Silalahi K. Keluarga Indonesia Aspek dan
konseling pra- Dinamika Zaman. Jakarta: Raja Grafindo
nikahkepadacatinuntukmencegahterjadinya Persada;2010.
KDRT dikemudianhari.

UcapanTerimaKasih
Terima kasih kepada Camat Kecamatan
Padang Selatan yang telah memberikan izin
penelitian. Kepada Komnas Perempuan,
Polda Sumbar, Poltabes Padang yang telah
memberi-
kandatasertaketeranganyangdibutuhkanpe-
neliti. Kepada ibu-ibu kader yang turut mem-
bantu dalam penelitian ini, serta para suami
yang sudah bersedia menjadiresponden.
Ramadani, Yuliani | Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) :Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global

Anda mungkin juga menyukai