Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN JIWA

PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PADA SITUASI BENCANA


GELOMBANG PASANG DAN BADAI
Disusun untuk Memenuhi tugas Mata kuliah keperawatan jiwa

Dosen Pengajar: Desty Emilyani, M.Kep

KELOMPOK 8

1. Yuliati Rokmah
2. Nining Aryani
3. Putri Khaeratu A’yun
4. Hierwan Alwi Yudistira
5. Made Anandam Prasetya A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ‘’Keperawatan
Pelayanan Keperawatan Jiwa Pada Situasi Bencana Gelombang Pasang Dan Badai’’.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan umumnya
kepada semua pihak yang membaca makalah ini. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis
banya kmendapat bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Sistem Informasi Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Mataram, Agustus 2020

Kelompok 8
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1. Latar belakang..................................................................................................................... 4
2. Rumusan masalah .............................................................................................................. 5
3. Tujuan ................................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
1. Gelombang Pasang Dan Badai..................................................................................6
2. Pelayanan Kesehatan Jiwa........................................................................................10

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 14


1. Kesimpulan ......................................................................................................................... 14
2. Saran .................................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukan air laut dari ukuran kecil
(riak) sampai yang paling panjang (pasang surut). Gelombang yang terjadi di perairan
Teluk Pelabuhan Ratu merupakan gelombang hasil rambatan yang terjadi di samudera
Indonesia. Gelombang ini dipengaruhi oleh kondisi topografi dasar laut dan keadaan
angin. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa keadaan gelombang tertinggi terjadi
pada periode bulan desember sampai februari (musim barat), ketinggian gelombang
mencapai 1,5 m – 2 m. Sedangkan pada bulan lainnya tinggi gelombang yang tercatat
kurang dari 1,5 meter (Jatilaksono, 2007).

Penyebab utama terjadinya gelombang adalah angin. Gelombang dipengaruhi


oleh kecepatan angin, lamanya angin bertiup, dan jarak tanpa rintangan saat angin
bertiup (fetch). Gelombang terdiri dari panjang gelombang, tinggi gelombang, periode
gelombang, kemiringan gelombang dan frekuensi gelombang. Panjang gelombang adalah
jarak berturut-turut antara dua puncak atau dua buah lembah. Tinggi gelombang adalah
jarak vertikal antara puncak dan lembah gelombang. Periode gelombang adalah waktu
yang dibutuhkan gelombang untuk kembali pada titik semula. Kemiringan gelombang
adalah perbandingan antra tinggi dan panjang gelombang. Frekuensi gelombang adalah
jumlah gelombang yang terjadi dalam satu satuan waktu (Jatilaksono, 2007).

Pada hakikatnya, gelombang yang terbentuk oleh hembusan angin akan merambat
lebih jauh dari daerah yang menimbulkan angin tersebut. Hal ini yang menyebabkan
daerah di pantai selatan Pulau Jawa memiliki gelombang yang besar meskipun angin
setempat tidak begitu besar. Gelombang besar yang datang itu bisa merupakan
gelombang kiriman yang berasal dari badai yang terjadi jauh dibagian selatan Samudera
Hindia (Jatilaksono, 2007).
2. Rumusan Masalah
1. Apakah bencana gelombang pasang dan badai ?
2. apakah Penyebab Gelombang Pasang Dan Badai ?
3. bagaimana cara perusakan Gelombang Pasang Dan Badai ?
3. Apakah tanda dan gejala Gelombang Badai ?
4. Apa Saja Kerugian, Korban Dan Kerusakan Akibat Bencana?
5. Apakah Tindakan Yang Dilakukan Sebelum, Dan Sesudah Terjadinya Bencana?
6. Bagaimana Cara Menghadapi Bencana Gelombang Pasang Dan Badai ?
7. Apakah Pentingnya Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa Dalam Bencana ?
8. Apakah Penyebab Timbulnya Masalah Kesehatan Jiwa Dan Psikososial Dalam
Bencana ?
9. Apakah Masalah Kesehatan Jiwa Dan Psikososial Akibat Bencana ?
10.Apakah Upaya Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa Dan Psikososial Pada Bencana?
11. Apakah Upaya Intervensi Kesehatan Jiwa Dan Psikososial Untuk Kesiapsiagaan
Bencana?

3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui penyebab gelombang pasang dan badai.
2. Untuk Mengetahui Cara Menghadapi Bencana gelombang pasang dan badai.
3. Untuk menangani psikologis pada penderita bencana
BAB II
PEMBAHASAN

1. GELOMBANG PASANG DAN BADAI

A. PENGERTIAN GELOMBANG PASANG DAN BADAI

Gelombang pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas


normal, dan dapat menimbulkan bahaya di laut maupun di darat terutama daerah
pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin
kencang/puting beliung, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada
pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang
sekitar 10-100 Km/ jam. Gelombang pasang di laut akan menyebabkan tersapunya
daerah pinggir pantai yang disebut dengan abrasi.
Angin kencang,Terjadinya badai di tengah laut dan menyebabkan terjadinya
gelombang pasang di pinggir pantai. Perubahan cuaca yang tiba-tiba menjadi gelap
merupakan salahsatu tanda-tanda akan terjadinya gelombang pasang.

Diketahui bahwa gelombang pasang laut (di Indonesia dikenal sebagai


‘rob’) atau badai laut adalah salah satu ancaman bahaya bencana alam yang dapat
menimbulkan risiko terhadap kehidupan manusia, kerugian harta benda dan
kerusakan lingkungan. Secara umum wilayah Indonesia merupakan wilayah rawan
gelombang pasang laut atau badai laut disebabkan oleh posisi Indonesia yang
mempunyai garis pantai yang panjang dan terletak di garis katulistiwa.

Gelombang pasang laut atau badai laut terjadi di sebagian besar provinsi di
Indonesia. BNPB (http://www.dibi.bnpb.go.id) mencatat sampai dengan Oktober
2016, telah tejadi 20 kali gelombang pasang laut atau badai laut. Tidak ada korban
meninggal/hilang atau luka berat akibat bencana ini namun ada 631 orang
menderita/mengungsi. Sementara itu kerusakan rumah akibat gelombang pasang laut
atau badai laut dilaporkan ada 32 rumah rusak berat, 13 rusak sedang, 17 rusak
ringan dan rumah terendam sebanyak 589. Demikian pula tidak ada fasilitas
kesehatan dan peribadatan yang rusak tapi ada 1 fasilitas pendidikan yang rusak. Di
samping itu terdapat infrastruktur yang rusak akibat gelombang pasang laut atau
badai laut seperti jalan, saluran listrik, dan sebagainya.

Ada dua macam gelombang laut:


1. Gelombang laut periode singkat yang biasanya dibangkitkan oleh tiupan angin
dipermukaan laut,
2. Gelombang laut periode panjang. Gelombang ini mempunyai waktu lebih lama
disebabkan oleh angin yang sangat kuat, gaya tarik menarik planet matahari dan
bulan terhadap bumi atau adanya gempa bumi. Beberapa proses alam yang terjadi
dalam waktu yang bersamaan akan membentuk variasi muka air laut dengan
periode yang panjang. Termasuk dalam kategori gelombang periode panjang
antara lain: gelombang pasang surut, gelombang tsunami dan gelombang badai.

Gelombang badai adalah gelombang besar, tinggi dan kuat yang timbul
karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia, dan berpotensi kuat
menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis, tetapi
keberadaan siklon tropis di luar Indonesia akan memberikan pengaruh kuat
terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras. Secara fisika,
siklon tropis merupakan sistim udara bertekanan rendah yang mempunyai angin
berputar (siklonik) yang berasal dari daerah tropis dengan kecepatan rata-rata 34 –
64 knots di sekitar pusat badainya.

B. PENYEBAB GELOMBANG PASANG DAN BADAI

Angin dengan kecepatan besar yang terjadi di atas permukaan laut bisa
membangkitkan turun-naiknya muka air laut yang besar di sepanjang pantai. Apalagi
jika angin badai tersebut cukup kuat dan daerah pantainya dangkal dan luas.
Terjadinya siklon tropis, pasang surut purnama dan gempa bumi yang diikuti
tsunami menjadi penyebab badai laut.

Banyaknya hal dan kerumitan yang menyertai timbulnya badai ini,


menyebabkan perkiraan dan penentuan peningkatan muka air laut selama terjadinya
badai sulit diprediksi. Besarnya perubahan turun-naiknya muka air tergantung pada
kecepatan angin, putar-balik, kedalaman air dan kemiringan dasar laut. Putar-balik
permukaan ini berpengaruh pada periode dan tinggi gelombang yang dibangkitkan,
gelombang panjang akan terjadi jika putar-balik besar/panjang.

Siklon tropis sesuai namanya yaitu berada di sekitar daerah tropis terutama
yang mempunyai suhu muka laut hangat. Terbentuknya siklon tropis karena adanya
wilayah perairan yang luas dengan suhu muka laut hangat sampai panas (lebih 270
C) sehingga udara lapisan bawah terangkat, tertiup perlahan, bergeser dan kemudian
berputar-putar serta menjauh dari khatulistiwa yang makin lama main besar dan
kuat. Oleh karena itu siklon tropis dimulai secara aktif di daerah lintang bumi 100 –
200 LU / LS.

C. CARA PERUSAKAN
gelombang pasang terjadi dalam periode yang cukup lama dengan
ketinggian gelombang yang berbeda-beda. Selama proses tersebut gelombang dapat
merusak dan menghancurkan kehidupan. Bangunan dan infrastruktur di daerah
pantai dan menenggelamkan kapal-kapal, gelombang badai dapat memutar air dan
menimbulkan gelombang yang tinggi sehingga mengganggu pelayaran yang
berpotensi menenggelamkan kapal. Tahap berhentinya siklon tropis terjadi pada saat
mencapai lautan yang dingin atau memasuki daratan karena sumber energi panasnya
mengecil, melemah dan akhirnya hilang. Sementra itu gelombang pasang tetap
menyerang pemukiman penduduk pesisir pantai.

D. GEJALA DAN TANDA GELOMBANG BADAI


1. Terlihat gumpalan awan gelap besar dan tinggi.
2. Petir dan guruh terlihat dari jauh.
3. Terdengar suara gemuruh dari kejauhan.
4. Langit mendadak gelap

E. KERUGIAN, KORBAN DAN KERUSAKAN AKIBAT BENCANA

Bagi penduduk yang bermukim di pesisir pantai, gelombang pasang/badai


laut mengakibatkan kerugian berupa korban manusia, harta benda dan kerusakan,
baik milik perorangan maupun milik umum. Ini dapat mengganggu dan bahkan
melumpuhkan kegiatan sosial dan ekonomi penduduk. Manusia akan meninggal
karena tertimpa bangunan roboh tertiup badai dan luka-luka. Prasarana umum, sosial
dan ekonomi serta ekonomi yang rusak atau roboh, seperti: jalan, jembatan ringan,
angkutan umum, bangunan sekolah, rumah ibadah, pasar, kantor desa, puskesmas,
rumah sakit, fasilitas pemerintahan, industri, jasa, serta prasarana pertanian,
perikanan, pengairan serta prasarana air bersih.

Gelombang badai dapat memutar air dan menimbulkan gelombang yang


tinggi sehingga mengganggu pelayaran dan berpotensi menenggelamkan kapal.
Tahap berhentinya siklon tropis terjadi pada saat mencapai lautan yang dingin atau
memasuki daratan karena sumber energi panasnya mengecil, melemah dan akhirnya
hilang. Sementara itu, gelombang pasang/abrasi laut tetap menyerang pemukiman
penduduk pesisir pantai.

F. TINDAKAN YANG DILAKUKAN SEBELUM, DAN SESUDAH


TERJADINYA BENCANA

Bagi penduduk yang bermukim di pesisir pantai, hal-hal berikut harus


dilakukan dalam menghadapi gelombang pasang/badai laut,
1. Sebelum terjadi:

Bila berada di rumah:


 Bawa masuk barang-barang ke dalam rumah agar tidak terbawa angin.
 Tutup jendela dan pintu.
 Matikan aliran listrik.
 Cari informasi untuk mendapatkan informasi dan petunjuk-petunjuk.

Jika Berada Di Luar Rumah:


 Segera menjauh dari badai bila masih memungkinkan.
 Segera masuk ke dalam rumah atau bangunan yang kokoh.
 Segera membungkuk, duduk, dan peluk lutut ke dada bila terasa petir akan
menyambar. Jangan tiarap dia tas tanah.
 Hindari bangunan yang tinggi (tiang listrik, pohon, papan reklame, dan
sebagainya).
2. Setelah terjadinya badai:
 Pastikan tidak ada anggota keluarga yang cidera.
 Bila ada korban, segera berikan pertolongan.
 Laporkan segera kepada petugas yang berwenang jika ada kerusakan listrik,
gas, dan kerusakan yang lainnya.
 Jika dalam perjalanan, teruskan kembali perjalanan dengan hati-hati.

G. CARA MENGHADAPI BENCANA

Untuk menghadapi gelombang pasang/abrasi laut dan gelombang badai


setiap orang yang tinggal di daerah rawan bencana ini harus mempunyai rencana.
Rencana ini antara lain meliputi:

Bergabung dengan kegiatan PRB berbasis masyarakat, khususnya


masyarakat siaga bencana gelombang laut atau badai laut di antara nelayan dan
penduduk pantai.

Turut serta dan mendukung Pendidikan PRB di sekolah.


Mengikuti kegiatan pelatihan teknis dan ketrampilan kerja dalam rangka
PRB (pertukangan, pertanian, peternakan, keterampilan usaha, industri rumah
tangga dan sejenisnya). Ini dimaksudkan untuk meningkatkan keadaan ekonomi
masyarakat sehingga tidak rentan dalam menghadapi bencana ini.

2. PELAYANAN KESEHATAN JIWA

A. PENTINGNYA PENANGANAN MASALAH KESEHATAN JIWA DALAM


BENCANA

Seseorang yang mengalami peristiwa traumatik yang diakibatkan bencana


mengalami perubahan drastik dalam hidupnya. Hal-hal yang tadinya jelas, teratur
dan dapat diprediksi berubah menjadi ketidakjelasan dan sulit diprediksi. Hal ini
membuat persepsi seseorang akan kehidupan menjadi berubah. Mereka tidak lagi
berani membuat rencana, masa depan seolaholah hilang karena umumnya hanya
hidup untuk saat ini. Pengalaman traumatik ini juga dapat mengubah perilaku dan
kehidupan emosi seseorang, perasaan marah, bingung, frustrasi, tidak berdaya,
merasa bersalah, sering dirasakan oleh individu. Ada banyak gangguan mental yang
dapat terjadi setelah trauma atau bencana.

Ada yang memang merupakan akibat langsung dari trauma yang dialami,
seperti reaksi stres akut dan gangguan stres pasca trauma; ada yang hanya dicetuskan
oleh peristiwa traumatik yang dialami, seperti gangguan psikotik, gangguan anxietas
dan depresi; dan ada yang secara tidak langsung disebabkan oleh bencana, karena
peristiwa itu menghentikan proses pengobatan gangguan yang telah diderita
sebelumnya sehingga terjadi kekambuhan. Pada beberapa kasus mungkin
memerlukan bantuan profesional atau ahli kesehatan jiwa untuk mengatasi hal
tersebut.

B. PENYEBAB TIMBULNYA MASALAH KESEHATAN JIWA DAN


PSIKOSOSIAL DALAM BENCANA
1. Mengingat kembali perisriwa yang terjadi
2. takut akan terjadi kembali peristiwa yang sama

C. MASALAH KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL AKIBAT BENCANA


1. Stres akut
2. Depresi
3. gangguan stress pasca trauma

D. UPAYA PENANGANAN MASALAH KESEHATAN JIWA DAN


PSIKOSOSIAL PADA BENCANA
1. Komponen dukungan kesehatan jiwa dan psikososial untuk kesiapsiagaan
bencana
Sistem kesehatan jiwa yang komprehensif perlu dikembangkan untuk
merespon kebutuhan dukungan psikososial dan kesehatan jiwa pada masyarakat
yang terkena bencana. Sistem kesehatan jiwa yang kuat akan memudahkan suatu
daerah memiliki sumberdaya manusia yang terampil dan siap dimobilisasi dengan
cepat bila terjadi bencana.
Seluruh aspek kesehatan jiwa haruslah dikembangkan dalam jangka
panjang, termasuk: pengembangan kebijakan kesehatan jiwa, pengembangan
pelayanan kesehatan jiwa dan peningkatan struktur administratif kesehatan jiwa
di dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota.

Uraian di bawah ini merupakan ukuran untuk mengembangkan sistem


Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa Akibat Bencana pelayanan kesehatan jiwa
dari provinsi serta kabupaten/kota untuk kesiapsiagaan bencana.

1) Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa Untuk Kesiapsiagaan Bencana


Seperti yang sudah diuraikan didepan, ada banyak gangguan jiwa yang dapat
terjadi setelah bencana seperti reaksi stres akut, gangguan depresi, gangguan
anxietas, gangguan stres pasca trauma serta kambuhnya gangguan jiwa yang
telah diderita sebelumnya.

2) Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan komponen penting dalam pengembangan upaya
kesehatan jiwa pada kesiapsiagaan bencana. Hal ini bertujuan untuk :
a) Menjamin diseminasi informasi sampai pada masyarakat
b) Menjamin diseminasi informasi antar sistem yaitu dari sistem kesehatan
kepada sistem lain
c) Memudahkan akses oleh berbagai kelompok sasaran

3) Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi secara rutin atau berkala upaya-upaya program
kesehatan jiwa bencana perlu dilakukan untuk menilai atau mengukur
keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan. Untuk itu perlu disusun beberapa
fungsi umum monitoring dan evaluasi pada kesiapsiagaan bencana:
a) Meninjau dan menyusun informasi tentang kapasitas dan kerentanan
masyarakat untuk menghadapi isu-isu dan sumber daya kesehatan jiwa dan
psikososial dalam situasi kedaruratan
b) Menilai kapasitas tanggap darurat untuk dukungan kesehatan jiwa
c) Mengembangkan instrumen penilaian serta fleksibel secara budaya untuk
digunakan secara cepat dalam situasi kedaruratan
d) Mengembangkan indikator untuk melakukan monitoring dan evaluasi
dukungan kesehatan jiwa
e) Mengembangkan rencana aksi untuk penilaian yang terkoordinasi
f) Mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat dan
sektor terkait

4) Sistem Koordinasi
Maksud dan tujuan mengembangkan sistem koordinasi dalam upaya
pelayanan kesehatan jiwa pada kesiapsiagaan bencana ini agar:
a) Pemanfaatan sumber daya dapat lebih efektif dan efisien
b) Mencegah terjadinya fragmentasi dan duplikasi upaya dukungan kesehatan
jiwa dan psikososial yang diberikan
c) Intervensi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan fakta yang ada
dimasyarakat, dan tersebar secara geografis sesuai kebutuhan

5) Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pemberdayaan masyarakat guna melakukan respon awal saat
bencana dan mengembangkan ketahanan masyarakat, kemampuan mengatasi
masalah dan mendorong hubungan masyarakat yang harmonis perlu diperkuat.

E. UPAYA INTERVENSI KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL UNTUK


KESIAPSIAGAAN BENCANA
Penanganan kesehatan jiwa dan psikososial untuk kesiapsiagaan bencana adalah
sebagai berikut :
1) Individual
Intervensi masalah kesehatan jiwa dapat diberikan secara individual misalnya
melalui terapi, konseling, psikoedukasi individual, dsb.
2) Komunitas
Selain secara individual, intervensi juga bisa diberikan berazaskan komunitas,
melalui pengorganisasian komunitas, psikoedukasi komunitas, dan konseling
kelompok.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Gerakan air laut terdiri atas ombak (gelombang), arus, dan gerakan pasang. Gerakan air
laut memengaruhi perubahan bentuk permukaan pantai karena gerakan tersebut dapat
mengakibatkan pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan material. Terjadinya
gelombang disebabkan oleh angin dan pasang serta gaya tarik bulan dan matahari.
Manfaat dari gerakan air laut ini ialah bahwa semua aktivitas didekat laut maupun
didalam laut sangat bermanfaat untuk makhluk hidup (manusia, hewan, dan organism
lainnya) ataupun non mahkluk hidup lainya (angin, udara dan lainnya).

Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

2. Saran

Adapun saran kami sebagai penulis adalah sebagi berikut :


1. Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran membangun bagi
penulis.
2. Kritik dan saran kepada pembaca apabila ada kekurangan didalam makalah kami
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. UU No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa


2. Departemen Kesehatan (2008) Pedoman Upaya Kesehatan Jiwa dan Psikososial untuk
Kesiapsiagaan Bencana
3. Departemen Kesehatan (2008). Pedoman Kesehatan Jiwa pada situasi emergensi (aspek jiwa
dan kesehatan masyarakat yang terpapar stressor yang ekstrim
4. Kepmenkes No.48 tahun 2006 tentang Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Jiwa
dan Psikososial pada Masyarakat akibat Bencana dan Konflik
5. Departemen Kesehatan (2006). Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Jiwa dan
Psikososial pada Masyarakat akibat Bencana dan Konflik,
6. http://geoenviron.blogspot.com/2013/03/gelombang-laut.html

Anda mungkin juga menyukai