Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

“SURVEILANS BENCANA”

OLEH :

KELOMPOK 1 (A11-A)

Dewa Ayu Putu Santriani Dewi 17.321.2660

Komang Wisnu Budikesuma 17.321.2677

Luh Putu Dian Suryaningsih 17.321.2678

Luh Putu Nanik Widiantari 17.321.2679

Ni Kadek Candra Ayu Setyawati 17.321.2682

Ni Kadek Kristiani 17.321.2684

Putu Indah Sasmitha 17.321.2708

Shatna Nadila Bella 17.321.2709

TAHUN AJARAN 2020

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Adapun tujuan dan harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca untuk
kedepannya. Sekalipun diusahakan sudah semaksimal mungkin agar makalah ini lengkap
pembahasan tentang materi tersebut, mungkin karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.

Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca dan kami
sampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Denpasar, 04 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bencana.................................................................................................3


2.2 Surveilen Epidemilogi............................................................................................5
2.3 Surveilen Bencana..................................................................................................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................12
3.2 Saran .................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan
aktivitas manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,
sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan
sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk
mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini
berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu
dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak
akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya
gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam"
juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa
keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk
bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual,
sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat
manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard)
serta memiliki kerentanan / kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
memberi dampak yang hebat / luas jika manusia yang berada disana memiliki
ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana
merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan
demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang
besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.
Terjadinya bencana alam tidak dapat di prediksi. Oleh karena itu, dibutuhkan
surveilans untuk meminimalisir kerusakan dan korban. Surveilans bencana dilakukan
sebelum bencana terjadi, saat bencana dan sesudah terjadinya bencana.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan surveilen bencana pada sebelum terjadinya bencana?
2. Bagaimana surveilen bencana pada saat terjadinya bencana?
3. Bagaiamana surveilen bencana pada sesudah terjadinya bencana?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan surveilen bencana pada sebelum terjadinya
bencana.
2. Mengetahui surveilen bencana pada saat terjadinya bencana.
3. Mengetahui surveilen bencana pada sesudah terjadinya bencana.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bencana
2.1.1 Definisi Bencana
Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis dan di luar kemampuan
masyarakat dengan segala sumber dayanya.
Sumber lain juga mendefinisikan bencana sebagai suatu kejadian alam,
buatan manusia, atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba
sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat bagi kelangsungan
kehidupan.
2.1.2 Klasifikasi Bencana
Bencana dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Menurut Penyebab :
- Alam : gempa bumi dan erupsi vulkanik, keadaan cuaca yang berat
kekeringan (banjir dan angin taufan)
- perbuatan manusia : kecelakaan kimia atau perang.
2. Menurut Perkiraan :
- Dapat diprediksi sebelumnya : banjir, angin taufan
- Tidak dapat diprediksi : gempa bumi.
3. Menurut Waktu Berlangsungnya :
- Singkat saja : angin tornado, gempa bumi
- Jangka waktu lama : kekeringan, kecelakaan radiasi.
4. Menurut Frekuensi :
- Sering : angin tornado dan taufan
- Jarang : mencairnya reaktor-reaktor nuklir.
5. Menurut Dampak :
- Terhadap jutaan orang : kelaparan, gempa bumi
- Relatif kecil orang : runtuhnya jembatan.

3
2.1.3 Risiko KLB Pasca Bencana
Bencana alam dapat memperbesar risiko penyakit yang dapat dicegah akibat
perubahan yang merugikan pada bidang-bidang berikut :
1. Kepadatan penduduk
Kontak yang dekat antar manusia berpotensi meningkatkan penyebaran
penyakit bawaan udara (airborne disease). Kondisi tersebut ikut
menyebabkan sebagian peningkatan kasus infeksi pernapasan akut yang
dilaporkan pasca bencana.
2. Perpindahan penduduk
Pemindahan korban bencana dapat menyebabkan masuknya penyakit
menular baik pada penduduk migran maupun pada penduduk asli yang
rentan.
3. Kerusakan dan pencemaran layanan sanitasi dan penyediaan air
Air minum sangat rentan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh
kebocoran saluran air kotor dan adanya bangkai binatang di sumber air.
4. Terganggunya program kesehatan masyarakat
Setelah bencana, tenaga dan dana biasanya dialihkan untuk kegiatan
pemulihan. Jika program kesehatan masyarakat (misalnya program
pengendalian vector atau program vaksinasi) tidak dipelihara atau
dipulihkan sesegera mungkin, penyebaran penyakit menular dapat
meningkat pada populasi yang tidak terlindung.
5. Perubahan ekologi yang mendukung perkembangbiakan vektor
Musim hujan yang disertai atau yang tidak disertai banjir, kemungkinan
dapat memengaruhi kepadatan populasi vector. Salah satu dampaknya
adalah pertambahan tempat perkembangbiakan nyamuk atau masuknya
hewan pengerat di daerah banjir.
6. Perpindahan hewan peliharaan dan hewan liar
Seperti halnya populasi manusia, populasi hewan sering berpindah akibat
bencana alam, sehingga zoonoses yang ada pada tubuh hewan tersebut dapat
ditularkan pada manusia dan juga pada hewan lain.
7. Persediaan makanan, air dan penampungan darurat dalam situasi bencana
Kebutuhan dasar penduduk sering disediakan dari sumber baru atau sumber
yang berbeda. Sangat penting untuk memastikan bahwa makanan dari
sumber baru tersebut tidak merupakan sumber penyakit menular

4
2.2 Surveilans Epidemiologi
2.2.1 Definisi Surveilans
Definisi surveilans menurut WHO adalah kegiatan pemantauan secara
cermat dan terus menerus terhadap berbagai dfaktor yang menentukan kejadian
dan penyebaran penyakit atau gangguan kesehatan, yang meliputi pengumpulan,
analisis, interpretasi dan penyebarluasan data sebagai bahan untuk
penganggulangan dan pencegahan. Dalam definisi ini, surveilans mempunyai
arti seperti sistem informasi kesehatan rutin. Menurut CDC (Center of Disease
Control), surveilans adalah pengumpulan, analisis dan interpretasi data
kesehatan secara sistematis dan terus menerus yang diperlukan untuk
perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat. Selain itu,
kegiatan ini dipadukan dengan diseminasi data secara tepat waktu kepada pihak-
pihak yang perlu mengetahuinya.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa surveilans adalah
pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit
tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu
untuk kepentingan pencegahan dan penganggulangannya.
2.2.2 Tujuan Surveilans
1. Mengurangi jumlah kesakitan,resiko kecacatan dan kematian saat terjadi
bencana.
2. Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan
penyebarannya.
3. Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan
lingkungan akibat bencana(misalnya perbaikan sanitasi).
2.2.3 Kegunaan Surveilans
Surveilans mempunyai manfaat/kegunaan sebagai berikut :
1. Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung, dikaitkan
dengan tindakan/intervensi kesehatan masyarakat.
2. Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis dan
mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang.
3. Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit,
khususnya untuk mengidentifikasi adanya KLB atau wabah.
4. Memberikan informasi dan data dasar untuk penentuan prioritas,

5
pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya
kesehatan.
5. Dapat memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus
dengan membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah
pelaksanaan program.
6. Membantu menentapkan prioritas masalah kesehatan dan prioritas sasaran
program pada tahap perencanaan program.
7. Dapat mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut usia, pekerjaan,
wilayah dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu, menambah pemahaman
mengenai vector penyakit, reservoir binatang dan dinamika penularan
penyakit menular.
2.3 Surveilans Bencana
Surveilans bencana meliputi :
1. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular.
Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-
penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya
ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit
tersebut. Ada 13 besar penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak,
DBD, diare berdarah, diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria,
penyakit kulit, pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.
a. Penyakit Menular Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian)
 Penyakit yang rentan epidemik (kondisi padat)
 Kolera
 Diare berdarah
 Thypoid fever
 Hepatitis
 Penyakit dalam program pengendalian nasional
 Campak
 Tetanus
b. Penyebab Utama Kesakitan & Kematian
 Pnemonia
 Diare
 Malaria
 Campak

6
 Malnutrisi
 Keracunan pangan
Mudahnya penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya
penyakit sebelum bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana,
pengungsian, kepadatan penduduk di tempat pengungsian, dan rusaknya
fasilitas publik. Pengungsi yang termasuk kategori kelompok rentan yaitu
bayi dan anak balita, orang tua atau lansia, keluarga dengan kepala keluarga
wanita, ibu hamil.
2. Surveilans data pengungsi.
Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di tempat
pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin.
Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.
3. Surveilans kematian.
Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak, umur,
jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor.

2.3.1 Peran Surveilans Bencana


Surveilans berperan dalam :
1. Saat Bencana:Rapid Health Assesment(RHA),melihat dampak-dampak apa saja
yang ditimbulkan oleh bencana,seperti berapa jumlah korban,barang- barang apa
saja yang dibutuhkan, peralatan apa yang harus disediakan,berapa banyak
pengungsi lansia,anak-anak,seberapa parah tingkat kerusakan dan kondisi
sanitasi lingkungan.
2. Setelah Bencana:Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana harus
dapat dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau kebijakan,
misalnya apa saja yang harus dilakukan masyarakat untuk kembali dari
pengungsian,rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.
3. Menentukan arah respon/penanggunglangan dan menilai keberhasilan
respon/evaluasi. Manajemen penanggulangan bencana meliputi Fase I untuk
tanggap darurat, Fase II untuk fase akut,Fase III untuk recovery(rehabilitasi dan
rekonstruksi). Prinsip dasar penaggunglangan bencana adalah pada
tahapPreparedness atau kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana.
2.3.2 Upaya Penanggulangan Bencana
1. Pra-bencana

7
 Kelembagaan/ koordinasi yg solid
 SDM/ petugas kesehatan yg terampil secara medik dan sosial (dapat
bekerjasama dengan siapapun)
 Ketersediaan logistic (bahan, alat, dan obat)
 Ketersediaan informasi ttg bencana (daerah rawa, beresiko terkena dampak)
 Jaringan kerja lintas program/ sector
2. Ketika bencana RHA (Rapid Health Assessment) dilakukan hari H hingga H+3.6
Rapid Health Assessment (penilaian kesehatan secara cepat) dilakukan untuk
mengatur besarnya suatu masalah yang berkaitan dengan kesehatan akibat
bencana, yaitu dampak yang terjadi maupun yang kemungkinan dapat terjadi
terhadap kesehatan, sebarapa besar kerusakan terhadap sarana permukiman yang
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan merupakan dasar bagi upaya
kesehatan yang tepat dalam penanggulangan selanjutnya. Assessment terhadap
kondisi darurat merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Artinya seiring
dengan perkembangan kondisi darurat diperlukan suatu penilaian yang lebih
rinci.
Tujuan dari dilakukannya assessment awal secara cepat adalah :
a. Mendapatan informasi yang memadai tentang perubahan keadaan darurat
b. Menjadi dasar bagi perencanaan program
c. Mengidentifikasi dan membangun dukungan berbasis self-help serta
aktivitas-aktivitas berbasis masyarakat.
d. Mengidentifikasi kesenjangan, guna :
- Menggambarkan secara tepat dan jelas jenis bencana, keadaan, dampak,
dan kemungkinan terjadinya perubahan keadaan darurat
- Mengukur dampak kesehatan yang telah terjadi dan akan terjadi
- Menilai kapasitas sumber daya yang ada dalam pengelolaan tanggap
darurat dan kebutuhan yang perlu direspon secepatnya.
- Merekomendasikan tindakan yang menjadi prioritas bagi aksi tanggap
darurat.
3. Pascabencana : berdasarkan dari RHA untuk menentukan langkah selanjutnya.
a. Pengendalian penyakit menular (ISPA, diare,DBD,chikungunya, tifoid,dll)
b. Pelayanan kesehatan dasar
c. Surveilans penyakit
d. Memperbaiki kesehatan lingkungan (air bersih, MCK, pengelolaan sampah,

8
sanitasi makanan, dll)

2.3.3 Manfaat Surveilans Bencana


Surveilans bencana sangat penting, secara garis besar manfaatnya adalah:
1. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi, kepadatan,
kualitas tempat penampungan.
2. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga dapat
diupayakan pencegahan.
3. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-anak,lansia,wanita
hamil,sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.
4. Pendataan pengungsi diwilayah, jumlah, kepadatan, golongan, umur, menurut
jenis kelamin.
5. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi
6. Survei Epidemiologi.
2.3.4 Masalah Epidemiologi dalam Surveilans Bencana
a. Pertolongan terhadap kelaparan
Para ahli epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode untuk
secara cepat menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan usaha
pertolongannya sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor status nutrisi
populasi sebagai respon atas kualitas dan tipe makanan yang dibagikan.
Perkiraaan epidemiologi secara cepat membuktikan ketidak tersediaan secara
optimal dari distribusi makanan sementara kondisi kesehatan terus-menerus
berubah. Sejak itulah, pengawasan nutrisi dan distribusi makanan menjadi
bagian dari usaha pertolongan penanggulangan kelaparan, terhadap penduduk
yang mengungsi.
b. Kontrol Epidemik ; Kantor Pengaduan
Para epidemiologis selanjutnya mesti terlibat dalam aspek lain kondisi pasca
bencana, yaitu : Antisipasi berkembangnya desas-desus tentang penyebaran /
mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah sebuah kantor
pengaduan dapat memberikan fungsi yang amat penting dalam memonitor
berkembangnya issu- issu yakni dengan menyelidiki yang benar-benar
bermanfaat serta kemudian menginformasikan kepada khalayak umum akan
bahaya yang mungkin terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak hanya untuk
penduduk terkena musibah dinegara-negara berkembang tetapi juga terhadap

9
lingkungan kota, negara-negara industri.

c. Surveilans Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera


Masalah kesehatan yang berkaitan dengan bencana besar biasanya lebih luas,
tidak hanya ketakutan terhadap penyakit-penyakit wabah yang mungkin terjadi,
namun sering diukur berapa jumlah orang yang meninggal, terluka parah atau
berapa banyak yang jatuh sakit.
d. Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan.
Pada bencana yang terkait dengan jumlah korban yang cukup banyak dengan
cedera yang berat (contoh : ledakan, tornado) ataupun penyakit yang parah
(kecelakaan nuklir, epidemi), maka kemampuan untuk mencegah kematian dan
menurunkan kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan medis
yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman korban pada
pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan medis yang tepat.
e. Penelitian untuk menghindari tindakan tidak perlu
Setelah bencana banyak lembaga dan donor yang menawarkan bantuan peralatan
dan tenaga untuk usaha-usaha pertolongan yang tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai contoh : pengiriman obat-obatan yang tidak penting,
kadarluarsa ataupun yang tidak berlabel pada daerah-daerah terkena bencana,
seringkali justru mengganggu usaha pertolongan sebab menyebabkan beberapa
personil terpaksa harus mengidentifikasi bantuan yang relevan dari sekumpulan
material yang tidak diperlukan.
f. Analisis Epidemiologi ; Konsekuensi Pencegahan Kesehatan pada Bencana
Yang Akan Datang
Pada beberapa bencana seperti ; gempa bumi, tornado ataupun angin ribut
jumlah kematian atau terluka parah terutama terjadi akibat kejadian bencana itu
sendiri. Pada masing-masing pencegahan ini strategi-strategi pencegahan sering
direkomendasikan, padahal belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang
mendalam.
g. Analisis Peringatan dari Usaha Pertolongan
Konsekuensi bencana jangka panjang tidak cukup diperkirakan. Tidak ada
evaluasi dibuat 5 atau 10 tahun sesudah bencana untuk menentukan apakah
perubahan dalam epidemiologi atau praktik pertolongan, pengarahan ulang dana

10
untuk tujuan jangka panjang atau perubahan dari pola dan kebiasaan membuat
bangunan, memiliki pengaruh jangka panjang terhadap respon masyarakat
terhadap bencana. Meskipun demikian, kebanyakan masyarakat yang mengalami
bencana, lebih peduli terhadap usaha-usaha persiapan dimasa yang akan datang.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan pada sebelum bencana terjadi adalah
pengorganisasian dan koordinasi dengan lembaga terkait. Kegiatan yang
dilakukan pada saat terjadinya bencana adalah melakukan RHA (Rapid Health
Assessment)/penilaian kesehatan secara cepat. Kegiatan yang dilakukan pada
setelah terjadinya bencana adalah melakukan intervensi dari RHA yang sudah
dibuat. Misalnya dengan memberikan bantuan makanan, dll.
3.2 Saran
Surveilans bencana dilakukan secara berkesinambungan mulai dari pra
bencana, saat bencana dan pasca bencana. Jadi perlu koordinasi dan kerjasama
yang baik antara pihak-pihak terkait agar persiapan mengahadapi bencana dan
intervensi setelah bencana dapat terlaksana dengan baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mardiah, dkk. 2011. Epidemiologi untuk Kebidanan. Jakarta : EGC


Nugrahaeni, D.K. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : EGC
Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial. 2007. Pengelolaan Kesehatan
Masyarakat dalam Kondisi Bencana. Yogyakarta : Yudhistira
Priambodo, S.A. 2009, Panduan Praktis Menghadapi bencana. Yogyakarta :
Kanisius
Widyastuti, P (Ed.). 2006. Bencana Alam. Jakarta : EGC
http://www.p2kp.org/Modul Khusus Fasilitator Pengelolaan Penanganan Bencana.
Diakses tanggal 9-2-2013, jam 21:12 WIB.

13

Anda mungkin juga menyukai