“SURVEILANS BENCANA”
OLEH :
KELOMPOK 1 (A11-A)
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Adapun tujuan dan harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca untuk
kedepannya. Sekalipun diusahakan sudah semaksimal mungkin agar makalah ini lengkap
pembahasan tentang materi tersebut, mungkin karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca dan kami
sampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................12
3.2 Saran .................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan surveilen bencana pada sebelum terjadinya bencana?
2. Bagaimana surveilen bencana pada saat terjadinya bencana?
3. Bagaiamana surveilen bencana pada sesudah terjadinya bencana?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan surveilen bencana pada sebelum terjadinya
bencana.
2. Mengetahui surveilen bencana pada saat terjadinya bencana.
3. Mengetahui surveilen bencana pada sesudah terjadinya bencana.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bencana
2.1.1 Definisi Bencana
Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis dan di luar kemampuan
masyarakat dengan segala sumber dayanya.
Sumber lain juga mendefinisikan bencana sebagai suatu kejadian alam,
buatan manusia, atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba
sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat bagi kelangsungan
kehidupan.
2.1.2 Klasifikasi Bencana
Bencana dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Menurut Penyebab :
- Alam : gempa bumi dan erupsi vulkanik, keadaan cuaca yang berat
kekeringan (banjir dan angin taufan)
- perbuatan manusia : kecelakaan kimia atau perang.
2. Menurut Perkiraan :
- Dapat diprediksi sebelumnya : banjir, angin taufan
- Tidak dapat diprediksi : gempa bumi.
3. Menurut Waktu Berlangsungnya :
- Singkat saja : angin tornado, gempa bumi
- Jangka waktu lama : kekeringan, kecelakaan radiasi.
4. Menurut Frekuensi :
- Sering : angin tornado dan taufan
- Jarang : mencairnya reaktor-reaktor nuklir.
5. Menurut Dampak :
- Terhadap jutaan orang : kelaparan, gempa bumi
- Relatif kecil orang : runtuhnya jembatan.
3
2.1.3 Risiko KLB Pasca Bencana
Bencana alam dapat memperbesar risiko penyakit yang dapat dicegah akibat
perubahan yang merugikan pada bidang-bidang berikut :
1. Kepadatan penduduk
Kontak yang dekat antar manusia berpotensi meningkatkan penyebaran
penyakit bawaan udara (airborne disease). Kondisi tersebut ikut
menyebabkan sebagian peningkatan kasus infeksi pernapasan akut yang
dilaporkan pasca bencana.
2. Perpindahan penduduk
Pemindahan korban bencana dapat menyebabkan masuknya penyakit
menular baik pada penduduk migran maupun pada penduduk asli yang
rentan.
3. Kerusakan dan pencemaran layanan sanitasi dan penyediaan air
Air minum sangat rentan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh
kebocoran saluran air kotor dan adanya bangkai binatang di sumber air.
4. Terganggunya program kesehatan masyarakat
Setelah bencana, tenaga dan dana biasanya dialihkan untuk kegiatan
pemulihan. Jika program kesehatan masyarakat (misalnya program
pengendalian vector atau program vaksinasi) tidak dipelihara atau
dipulihkan sesegera mungkin, penyebaran penyakit menular dapat
meningkat pada populasi yang tidak terlindung.
5. Perubahan ekologi yang mendukung perkembangbiakan vektor
Musim hujan yang disertai atau yang tidak disertai banjir, kemungkinan
dapat memengaruhi kepadatan populasi vector. Salah satu dampaknya
adalah pertambahan tempat perkembangbiakan nyamuk atau masuknya
hewan pengerat di daerah banjir.
6. Perpindahan hewan peliharaan dan hewan liar
Seperti halnya populasi manusia, populasi hewan sering berpindah akibat
bencana alam, sehingga zoonoses yang ada pada tubuh hewan tersebut dapat
ditularkan pada manusia dan juga pada hewan lain.
7. Persediaan makanan, air dan penampungan darurat dalam situasi bencana
Kebutuhan dasar penduduk sering disediakan dari sumber baru atau sumber
yang berbeda. Sangat penting untuk memastikan bahwa makanan dari
sumber baru tersebut tidak merupakan sumber penyakit menular
4
2.2 Surveilans Epidemiologi
2.2.1 Definisi Surveilans
Definisi surveilans menurut WHO adalah kegiatan pemantauan secara
cermat dan terus menerus terhadap berbagai dfaktor yang menentukan kejadian
dan penyebaran penyakit atau gangguan kesehatan, yang meliputi pengumpulan,
analisis, interpretasi dan penyebarluasan data sebagai bahan untuk
penganggulangan dan pencegahan. Dalam definisi ini, surveilans mempunyai
arti seperti sistem informasi kesehatan rutin. Menurut CDC (Center of Disease
Control), surveilans adalah pengumpulan, analisis dan interpretasi data
kesehatan secara sistematis dan terus menerus yang diperlukan untuk
perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat. Selain itu,
kegiatan ini dipadukan dengan diseminasi data secara tepat waktu kepada pihak-
pihak yang perlu mengetahuinya.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa surveilans adalah
pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit
tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu
untuk kepentingan pencegahan dan penganggulangannya.
2.2.2 Tujuan Surveilans
1. Mengurangi jumlah kesakitan,resiko kecacatan dan kematian saat terjadi
bencana.
2. Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan
penyebarannya.
3. Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan
lingkungan akibat bencana(misalnya perbaikan sanitasi).
2.2.3 Kegunaan Surveilans
Surveilans mempunyai manfaat/kegunaan sebagai berikut :
1. Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung, dikaitkan
dengan tindakan/intervensi kesehatan masyarakat.
2. Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis dan
mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang.
3. Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit,
khususnya untuk mengidentifikasi adanya KLB atau wabah.
4. Memberikan informasi dan data dasar untuk penentuan prioritas,
5
pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya
kesehatan.
5. Dapat memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus
dengan membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah
pelaksanaan program.
6. Membantu menentapkan prioritas masalah kesehatan dan prioritas sasaran
program pada tahap perencanaan program.
7. Dapat mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut usia, pekerjaan,
wilayah dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu, menambah pemahaman
mengenai vector penyakit, reservoir binatang dan dinamika penularan
penyakit menular.
2.3 Surveilans Bencana
Surveilans bencana meliputi :
1. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular.
Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-
penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya
ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit
tersebut. Ada 13 besar penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak,
DBD, diare berdarah, diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria,
penyakit kulit, pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.
a. Penyakit Menular Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian)
Penyakit yang rentan epidemik (kondisi padat)
Kolera
Diare berdarah
Thypoid fever
Hepatitis
Penyakit dalam program pengendalian nasional
Campak
Tetanus
b. Penyebab Utama Kesakitan & Kematian
Pnemonia
Diare
Malaria
Campak
6
Malnutrisi
Keracunan pangan
Mudahnya penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya
penyakit sebelum bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana,
pengungsian, kepadatan penduduk di tempat pengungsian, dan rusaknya
fasilitas publik. Pengungsi yang termasuk kategori kelompok rentan yaitu
bayi dan anak balita, orang tua atau lansia, keluarga dengan kepala keluarga
wanita, ibu hamil.
2. Surveilans data pengungsi.
Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di tempat
pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin.
Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.
3. Surveilans kematian.
Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak, umur,
jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor.
7
Kelembagaan/ koordinasi yg solid
SDM/ petugas kesehatan yg terampil secara medik dan sosial (dapat
bekerjasama dengan siapapun)
Ketersediaan logistic (bahan, alat, dan obat)
Ketersediaan informasi ttg bencana (daerah rawa, beresiko terkena dampak)
Jaringan kerja lintas program/ sector
2. Ketika bencana RHA (Rapid Health Assessment) dilakukan hari H hingga H+3.6
Rapid Health Assessment (penilaian kesehatan secara cepat) dilakukan untuk
mengatur besarnya suatu masalah yang berkaitan dengan kesehatan akibat
bencana, yaitu dampak yang terjadi maupun yang kemungkinan dapat terjadi
terhadap kesehatan, sebarapa besar kerusakan terhadap sarana permukiman yang
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan merupakan dasar bagi upaya
kesehatan yang tepat dalam penanggulangan selanjutnya. Assessment terhadap
kondisi darurat merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Artinya seiring
dengan perkembangan kondisi darurat diperlukan suatu penilaian yang lebih
rinci.
Tujuan dari dilakukannya assessment awal secara cepat adalah :
a. Mendapatan informasi yang memadai tentang perubahan keadaan darurat
b. Menjadi dasar bagi perencanaan program
c. Mengidentifikasi dan membangun dukungan berbasis self-help serta
aktivitas-aktivitas berbasis masyarakat.
d. Mengidentifikasi kesenjangan, guna :
- Menggambarkan secara tepat dan jelas jenis bencana, keadaan, dampak,
dan kemungkinan terjadinya perubahan keadaan darurat
- Mengukur dampak kesehatan yang telah terjadi dan akan terjadi
- Menilai kapasitas sumber daya yang ada dalam pengelolaan tanggap
darurat dan kebutuhan yang perlu direspon secepatnya.
- Merekomendasikan tindakan yang menjadi prioritas bagi aksi tanggap
darurat.
3. Pascabencana : berdasarkan dari RHA untuk menentukan langkah selanjutnya.
a. Pengendalian penyakit menular (ISPA, diare,DBD,chikungunya, tifoid,dll)
b. Pelayanan kesehatan dasar
c. Surveilans penyakit
d. Memperbaiki kesehatan lingkungan (air bersih, MCK, pengelolaan sampah,
8
sanitasi makanan, dll)
9
lingkungan kota, negara-negara industri.
10
untuk tujuan jangka panjang atau perubahan dari pola dan kebiasaan membuat
bangunan, memiliki pengaruh jangka panjang terhadap respon masyarakat
terhadap bencana. Meskipun demikian, kebanyakan masyarakat yang mengalami
bencana, lebih peduli terhadap usaha-usaha persiapan dimasa yang akan datang.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan pada sebelum bencana terjadi adalah
pengorganisasian dan koordinasi dengan lembaga terkait. Kegiatan yang
dilakukan pada saat terjadinya bencana adalah melakukan RHA (Rapid Health
Assessment)/penilaian kesehatan secara cepat. Kegiatan yang dilakukan pada
setelah terjadinya bencana adalah melakukan intervensi dari RHA yang sudah
dibuat. Misalnya dengan memberikan bantuan makanan, dll.
3.2 Saran
Surveilans bencana dilakukan secara berkesinambungan mulai dari pra
bencana, saat bencana dan pasca bencana. Jadi perlu koordinasi dan kerjasama
yang baik antara pihak-pihak terkait agar persiapan mengahadapi bencana dan
intervensi setelah bencana dapat terlaksana dengan baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
13