Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Pengendalian Vektor Pasca Bencana”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Disaster Nursing

Dosen pengampu : Rus Andraini, A.KP.,MPH,

Disusun oleh:

Kelompok 18

Anita Cintya Rahayu P07220116083

Fanny Fatmawaty P07220116095

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN
2018
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat berkat kemuraha-Nya tugas Disaster “Pengendalian Vektor Pasca Bencana”

ini dapat kami selesaikan sesuai dengan apa yang di harapkan. Pembuatan tugas

dibuat berdasarkan literature yang ada.

Dalam proses penyusunan tugas ini tentunya kami menyadari bahwa masih

banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya. Namun berkat bantuan

dan kerja sama dari teman-teman kelompok tugas ini dapat terselesaikan. Semoga

segala bantuan yang telah diberikan akan mendapat balasan pahala yang setimpal

dari Allah SWT.

Penulisan makalah ini telah diupayakan kesempurnaannya. Untuk itu, kami

mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan penyusunan

tugas pada masa-masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah sederhana ini

dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang sempat membacanya.

Balikpapan , 06 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................ii

BAB I............................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1

B. Tujuan................................................................................................................2

C. Sistematika Penulisan........................................................................................2

BAB II..........................................................................................................................3

TINJAUAN TEORI......................................................................................................3

A. Pengertian Bencana...........................................................................................3

B. Vektor dan Pes...................................................................................................4

C. Penyakit Akibat Vektor dan Pes........................................................................5

D. Pengendalian Vektor dan Pes............................................................................7

BAB III.......................................................................................................................10

PENUTUP..................................................................................................................10

A. Kesimpulan......................................................................................................10

B. Saran................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Bencana merupakan kejadian alam atau karena ulah manusia terjadi

tiba-tiba atau bertahap yang menghilangkan jiwa manusia, harta benda dan

merusak lingkungan. Jenis bencana dibedakan menjadi 6 yaitu gelogi, hidro

meteorology, biologi, teknologi, lingkungan dan sosial. Contoh bencana adah

gempabumi,banjir, penyakit tanaman, kecelakaan trasportasi, kebakaran, dan

konflik antar suku. Siklus penangan bencana terdiri dari kesiapsiagaan,

tanggap darurat, rehabilitasi, rekontruksi, pencegahan, dan mitigasi.

Masalah kesehatan lingkungan akan timbul jika bencana

menyebabkan pengungsian. Masalah kesehatan lingkungan timbul salah

satunya karena kebutuhan sarana sanitasi dasar tidak memenuhi syarat.

Tindakan utama dalam bidang kesehatan lingkungan yang dilakukan yaitu

mencukupi ketersediaan jumlah air minum, fasilitas sanitasi, SPAL, sampah

dan tenda pengungsian, serta pengendalian vektor dan pes.

Menurut peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia no. 374

tahun 2010 tentang pengendalian vektor, tujuan dari pengendalian vektor

adalah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit akibat vektor sehingga

dapat dicegah dan dikendalikan. Beberapa penyakit yang ditularkan oleh

vektor dan pes dalam bencana antara lain malaria, DBD, Filariasis, West Nile

Virus, dan leptospirosis. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian vektor dan

pes saat bencana.

1
B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui pengendalian vektor dan pes saat bencana

2. Untuk mengetahui penerapan pengendalian vektor dan pes saat bencana

C. Sistematika Penulisan

Kami membagi penulisan makalah ini menjadi 3 bab, yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, serta sistematika

penulisan.

BAB II: TINJAUAN TEORI

Terdiri dari pengertian bencana , penyakit akibat vector ,

pengendalian vector dan pes .

BAB III: PENUTUP

Terdiri dari kesimpulan dan saran.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Bencana

Menurut Undang-Undang No 4 tahun 2007 tentang penanggulangan

bencana, “Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”

Bencana dibagi menjadi 6 yaitu gelogi, hidro meteorology, biologi,

teknologi, lingkungan dan sosial. Contoh bencana adah gempabumi,banjir,

penyakit tanaman, kecelakaan trasportasi, kebakaran, dan konflik antar suku.

Beberapa bencana alam yang pernah terjadi di Indonesia antara lain

(simangunsong, 2009):

1. Gempa bumi

2. Banjir

3. Hama penyakit tanaman

4. Kekeringan

5. Tanah longsor

6. Wabah penyakit

7. Pencemaran lingkungan oleh industry

8. Kecelakaan trasportasi

9. Kerusuhan social

10. Kebakaran hutan/lahan

3
Manajemen bencana adalah suatu usaha menyeluruh, terpadu dan

berkelanjutan (Sutanto,Manajemen bencana mempunyai beberapa tahapan

yaitu Sebelum bencana terjadi (mitigasi, kesiapsiagaan dan kewaspadaan),

pada waktu bencana (peringatan dini, penyelamatan, pengungsian dan

pencarian korban) dan sesudah terjadi bencana (rehabilitasi, rekontruksi dan

penyembuhan). Tahapan ini tidak bisa di mulai dari satu tahapan ketahap

berikutnya. Langkah-langkah yang diambil tentunya tidak dapat dilaksanakan

secara berurutan.

Di Indonesia masalah tentang pengendalian vektor diatur oleh Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:374/Menkes/Per/ III/2010.

Beberapa definisi terkait dengan pengendalian vektor seperti di bawah ini:

1. Vektor Artropoda yang dapat menularkan, memindahkah dan/atau menjadi

sumber penular penyakit terhadap manusia.

2. Pengendalian Vektor Semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk

menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya

tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di

suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor

sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah.

3. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) Pendekatan yang menggunakan

kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan

berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya

serta dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.

4. Surveilans Vektor Pengamatan vektor secara sistematis dan terus menerus

dalam hal kemampuannya sebagai penular penyakit yang bertujuan

4
sebagai dasar untuk memahami dinamika penularan penyakit dan upaya

pengendaliannya.

5. Dinamika Penularan Penyakit Perjalanan alamiah penyakit yang

ditularkan vektor dan faktor-faktor yang mempengaruhi penularan

penyakit meliputi : inang (host) termasuk perilaku masyarakat, agent, dan

lingkungan

6. Sistim Kewaspadaan Dini Kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi

Kejadian Luar Biasa beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan

menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk

meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan

tindakan penanggulangan kejadian luar biasa yang cepat dan tepat.

B. Penyakit Akibat Vektor dan Pes

Penyakit yang diakibatkan oleh vektor antara lain malaria,

chikungunya, arbovirosis seperti dengue, Japanese B Encephalitis, pes,

demam semak dan filariasis limfatik (Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 374 tahun 2010 tentang pengendalian vektor). Penyakit vektor

dapat dibagi menurut jenis vektornya yaitu (wijayanti, 2008):

a. Vektor nyamuk, contohnya malaria, demam virus, virus

hemorrahagic, filariasis dan lainya

b. Vektor kutu louse, contohnya epidemic tifus fever dan epidemic

relapsing fever

c. Vektor kutu flea contohnya penyekit pes dan tifus murin

d. Vektor kutu mite, contohnya scrub tifus dan vecikular ricketsiosis

e. Vektor kutu tick, contohnya spotted fever, epidemic relapsing fever

dan lainya

5
f. Penyakit oleh serangga lain, contohnya lesmaniasis, barthonellosis

oleh lalat phlebotonus, dan trypanosomiasis oleh lalat tse-tse.

Berikut ini macam vektor, penyakit, penyebaran, pathogen dan

reservoir yang disampaikan dalam lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis

oleh Balai Penelitian Veteriner.

Jenis vektor, penyakit yang ditularkan, agen penyakit dan resevoar

dari beberapa penyakit yang ditularkan melalui vector.

No Vektor Penyakit Penyebara Patogen Reservoir


n
I Nyamuk
1. Anopheles Malaria Daerah Plasmodium Manusia,
tropis dan falciparum, Primata
subtropis P.malariae,
P.ovale,P.vivax
2. Anopheles, Filariasis Tropis dan Bulgaria malai, Kucing,
Aedes, Culex, sub tropis B.timori, carnivore,
Mansonia Wuchereria kera
bancrofti
3. Aedes aegypti Yellow Afrika, Yellow fever virus Primate
fever Amerika
Tengah
dan
Selatan
Tropis
4. Aedes aegypti. Dengue Tropis Arbovirus Manusia,
A. albopictus, A. hemorrhag primata
scutellaris, A. ic fever
polymesiensis
5. Culex Japanese Jepang, Japanes Burung,
tritaniorhynchus, encephaliti Korea, encephalitis virus babi
C.gelidus, C, s SEA, India,
Vishnui Srilangka
II Caplak
1. Dermacentor Tick Borne Canada, Colorado Tick squirrel
andersoni Disease USA fever virus
2. Ixodes ricius Louping ill UK, Louping ill virus Domba,
Irlandia sapi, red
deer
3. Ixodes ricinus, I Tick-borne Rusia Tick-borne Larvae and

6
persulcatus encephaliti encephalitis virus nymph in
s small forest
mammals
and birds
and as
adults with
larger wild
and
domestic
III Tungau
1. Trumbiculidae Chigger- SEA, India, Rickettsia Mite,
borne Pakistan tsutsugamushi rodensia,
rickettsiosi rattus
s
IV Kutu
1. Pediculus Louse- Afrika, Rickettsia
humanus borne Amerika prowazeki
humanus, p. disease Selatan
humanus capitis,
Pthirus pubis

7
C. Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya risiko tertulari

penyakit melalui vektor pada korban bencana diantaranya adalah:

1. Tempat mengungsi yang bersifat sementara menyebabkan higiene

domestik kurang optimum (ketidak-acuhan penghuni terhadap sanitasi

dasar, kebersihan tempat tidur, tergenangnya air limbah dan lain-lain) 116

Manajemen Bencana

2. Peningkatan pemajanan kepada vektor (antara lain karena kondisi tempat

bernaung sementara yang tidak melindungi pemukim dari vektor, tidak

tersedianya kelambu)

3. Peningkatan pemajanan kepada sumber agen penyakit yang ditularkan

vektor karena kesesakan (overcrowding)

4. Bertambahnya dan tersedianya tempat perindukan serta istirahat vektor

(misalnya genangan air, kaleng-kaleng berisi air, tempat-tempat

penyimpanan air, tempat-tempat bersarangnya binantang pengerat, kutu,

dan lain-lain)

5. Tersedianya sumber-sumber makanan dan sisa makanan yang menarik

bagi vektor

6. Terputusnya upaya pemberantasan vector.

7. Hilangnya akses pengobatan efektif untuk penyakit yang ditularkan

vektor (karena pusat-pusat pengobatan tidak berfungsi atau terbebani

kapasitasnya dan lain-lain)

8
9
D. Pengendalian Vektor

Tujuan upaya pengendalian vektor adalah untuk mencegah atau

membatasi terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah,

sehingga penyakit tersebut dapat dicegah dan dikendalikan. Pengendalian

vektor ditujukan terutama untuk serangga dan binatang pengerat yang

menularkan penyakit. Dalam keadaan bencana walaupun tidak merupakan

prioritas utama seperti halnya upaya penyediaan air bersih dan makanan,

pengendalian vektor pengganggu tetap harus dijalankan agar tidak menambah

masalah kesehatan lingkungan. Agar dapat melaksanakan langkah atau

tindakan pengendalian yang efektif, efisien dan berhasil guna, program

pengendalian vektor harus didasarkan atas pengertian komprehensif mengenai

latar belakang alami kehidupan vektor. Masalah yang dihadapi dalam

pengendalian vektor di Indonesia antara lain kondisi geografi dan demografi

yang memungkinkan adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya

spesies vektor (pemetaan sebaran vektor) di semua wilayah endemis, belum

lengkapnya peraturan penggunaan pestisida dalam pengendalian Manajemen

Bencana 117 vektor, peningkatan populasi resisten beberapa vektor terhadap

pestisida tertentu, keterbatasan sumber daya baik tenaga, logistik maupun

biaya operasional dan kurangnya keterpaduan dalam pengendalian vektor.

Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis dan

sosial budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung jawab

sektor kesehatan saja tetapi memerlukan kerjasama lintas sektor dan program.

Pengendalian vektor dilakukan dengan memakai metode pengendalian vektor

terpadu yang merupakan suatu pendekatan yang menggunakan kombinasi

beberapa metoda pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan

10
pertimbangan keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta

dengan mempertimbangkan kesinambungannya.

E. Konsep Pengendalian Vektor Terpadu

Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian vektor

dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar manajemen dan pertimbangan

terhadap penularan dan pengendalian penyakit. Pengendalian Vektor Terpadu

dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar

sumber daya yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan

terjaga.

1. Pengendalian vektor harus berdasarkan data tentang bioekologi vektor

setempat, dinamika penularan penyakit, ekosistem, dan perilaku

masyarakat yang bersifat spesifik lokal (evidence based)

2. Pengendalian vektor dilakukan dengan partisipasi aktif berbagai sektor

dan program terkait, LSM, organisasi profesi, dunia usaha/swasta serta

masyarakat.

3. Pengendalian vektor dilakukan dengan meningkatkan penggunaan metode

non kimia dan menggunakan pestisida secara rasional serta bijaksana.

4. Pengendalian vektor harus mempertimbangkan kaidah ekologi dan

prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

F. Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) adalah:

1. Meningkatkan keefektifan dan efisiensi berbagai metode/cara

pengendalian.

2. Meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu penyakit

tular vector.

11
3. Kerjasama lintas sektor hasil yang dicapai lebih optimal dan saling

menguntungkan.

a) Konsep

Terselenggaranya pengendalian vektor secara terpadu untuk

mengurangi habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan

kepadatan vektor, menghambat proses penularan penyakit,

mengurangi kontak manusia dengan vektor sehingga penularan

penyakit tular vektor dapat dikendalikan secara lebih rasional, efektif

dan efisien.

b) Kebijakan

1) Pengendalian vektor merupakan satu diantara komponen program

penanggulangan penyakit tular vector.

2) Metode yang digunakan dalam pengendalian vektor lebih

mengutamakan pendekatan PVT/

3) Pestisida yang digunakan dalam pengendalian vektor harus

mendapat ijin Menteri Pertanian atas saran dan atau pertimbangan

Komisi Pestisida (KOMPES) dan menperhatikan petunjuk teknis

WHO

4) Peralatan yang digunakan dalam pengendalian vektor harus

memenuhi standar (SNI) atau rekomendasi WHO

5) Pengendalian vektor terpadu harus dilakukan oleh tenaga terlatih.

c) Strategi

Penyelenggaraan PVT menggunakan kombinasi beberapa metode

pengendalian vektor yang efektif dan efisien yang berbasis bukti

12
(evidence based) dan dilaksanakan secara terpadu, lintas program,

lintas sektor, serta bersama masyarakat.

d) Langkah-Langkah

1) Menentukan sasaran area/lokasi kegiatan pengumpulan data

vektor berdasarkan pemetaan dan stratifikasi wilayah endemis

yang dibuat oleh program penanggulangan penyakit

2) Melakukan Survai Dinamika Penularan (SDP) untuk

mengidentifikasi meode pengendalian vektor dengan

mempertimbangkan REESAA (rasional, efektif, efisien,

sustainable, acceptable, affordable) berdasarkan data dan

informasi epidemiologi, entomologi dan perilaku masyarakat.

3) Menentukan kombinasi metode pengendalian vektor yang efektif

dan sasaran yang jelas (tepat waktu dan lokasi) berdasarkan hasil

SDP, dengan mempertimbangkan tersedianya sumber daya yang

ada, serta hasil penelitian inovatif yang tepat guna.

4) Mengidentifikasi mitra dan perannya dalam upaya pengendalian

vektor.

5) Melakukan advokasi dan sosialisasi untuk mendapatkan

komitmen dari pihak-pihak terkait dan masyarakat.

6) Menyusun rencana kegiatan PVT oleh masing-masing sektor

terkait sesuai dengan peran dan fungsinya dalam koordinasi

pemerintah daerah.

7) Mengimplementasikan PVT sesuai dengan rencana masing-

masing sektor terkait.

8) Melakukan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan/

13
9) Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk

penyempurnaan program dan memberikan masukan bagi

penelitian dan pengembangan

e) Metode

Pengendalian Vektor Terpadu merupakan kegiatan terpadu dalam

pengendalian vektor sesuai dengan langkah kegiatan, menggunakan

satu atau kombinasi beberapa metode.yang perlu mendapatkan

perhatian di lokasi pengungsi adalah lalat, tikus serta nyamuk. Upaya

yang dilakukan berupa:

1) Pembuangan sampah/sisa makanan dengan baik.

2) Bilamana diperlukan dapat menggunakan insektisida.

3) Tetap menjaga kebersihan individu selama berada di lokasi

pengungsi.

4) Penyediaan sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan

pembuangan sampah yang baik.

5) Kebiasaan penanganan makanan secara higienis

G. Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut :

1. Pengelolaan Lingkungan

a. Menghilangkan tempat perindukan vektor seperti genangan air,

tumpukan sampah.

b. Bersama sama pengungsi melakukan :

1) Memberi tutup pada tempat sampah

2) Menimbun sampah yang dapat menjadi sarang nyamuk

3) Membuat saluran air limbah

4) Menjaga kebersihan lingkungan

14
5) Membersihkan dan menjaga kebersihan jamban

2. Metode pengendalian fisik dan mekanis

Adalah upaya-upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan

habitat perkembangbiakan dan populasi vektor secara fisik dan mekanik.

Contohnya :

a. Modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M,

pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan,

pengaliran/drainase, dan lain-lain)

b. Pemasangan kelambu

c. Memakai baju lengan panjang

d. Penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier)

e. Pemasangan kawat kasa

3. Metode pengendalian dengan menggunakan agen biotik

a. Predator pemakan jentik (ikan, mina padi dan lain-lain)

b. Bakteri, virus, fungi

c. Manipulasi gen (penggunaan jantan mandul, dll)

4. Metode pengendalian secara kimia

a. Dilakukan dengan cara penyemprotan, pengasapan / pengkabutan

diluar tenda pengungsi dengan menggunakan insektisida

b. Penyemprotan dengan insektisida sedapat mungkin dihindari dan

hanya dilakukan untuk menurunkan populasi vektor secara drastis

apabila dengan cara lain tidak memungkinkan

c. Frekuensi penyemprotan, pengasapan/peng-kabutan serta jenis

insektisida yang digunakan sesuai dengan rekomendari dari Dinas

Kesehatan setempat

15
d. Surface spray (IRS)

e. Kelambu berinsektisida

f. Larvasid

g. Space spray (pengkabutan panas/fogging dan dingin/ULV)

h. Insektisida rumah tangga (penggunaan repelen, anti nyamuk bakar,

liquid vaporizer, paper vaporizer, mat, aerosol dan lain-lain)

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pengendalian vektor dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologi.

Vektor lalat dapat menyebabkan penyakit diare yang berpotensi KLB dalam

bencana Pada bencana Gempa Pidie Jaya pengendalian vektor yang dilakukan

adalah secara kimia dengan melakukan penyemprotan untuk mengurangi

populasi lalat. Penyemprotan dilakukan di sekitar Masjid At-Taqwa

Kecamatan Meureudu. Hal ini dilakukan agar penyakit yang diakibatkan oleh

vektor dapat dicegah.

H. Saran

Pengendalian dan pencegahan vektor tidak hanya dilakukan dengan

foging saja tetapi juga menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya adalah

memperbaiki pengelolaan sampah ditempat pengungsian, tidak menumpuk

sampah karena dapat mengundang lalat dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Penggunaan repellan juga dapat dilakukan sebagai pencegahan personal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anopheles Aconitus Secara Sederhana. USU digital library

Arkhelaus.2016.BNPB Percepat Pendataan Pengungsi Gempa Aceh.

https://nasional.tempo.co/read/827366/bnpb-percepat-pendataan-pengungsi-

gempa-aceh. [diakses tanggal 5 November 2017]

Dinas Kesehatan Aceh, 12 Desember 2016. Dirjen Pencegahan dan Pengedalian

Penyakit, Dr. H. M. Subuh, MPPM Kunjungi Korban Gempa Pijay:

http://dinkes.acehprov.go.id/news/read/2016/12/12/135/dirjen-pencegahan-

dan-pengendalian-penyakit-dr-hm-subuh-mppm-kunjungi-korban-gempa-

pijay.html (diakses 01 November 2017: 05.30)

Hastutiek, Poedji, Loeki Enggar Fitri.Potensi Musca domestica Linn Sebagai Vektor

Beberapa Penyakit.Jurnal Kedokteran Brawijaya 23(3):125-136

Komariah, Seftiani Pratita dan Tan Malaka.2010.Pengendalian Vektor.Jurnal

Kesehatan Bina Husada 6(1):34-43

Nurmaini.2001.Identifikasi, Vektor dan Binatang Penganggu Serta Pengendalian

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374 tahun 2010 Tentang

Pengendalian Vektor.

Simangungsong, Ridhon MB.2009.Bencana Alam dan Kemiskinan. Tangguh

1(01):67-77

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan

Akibat Bencana (Mengacu Pada Standar Internasional). Jakarta. 2.

18
Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan

Akibat Bencana (Mengacu Pada Standar Internasional) Edisi Revisi. Jakarta. 3.

Rachmadhi Purwana. 2013. Manajemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan Dalam

Kejadian Bencana. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 4.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/Menkes/Per/III/2010

Tentang Pengendalian Vektor.

19

Anda mungkin juga menyukai