Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN KRITIS

PEMANTAUAN HEMODINAMIKA (PENGUKURAN CVP)

Oleh Kelompok 02:

DEWA AYU PUTU SANTRIANI DEWI (173212660)

DEWA AYU ROLYA DEWI (173212661)

I GEDE ENDRA SURYANTHA (173212667)

I GEDE KRISNATA SUBAGIO (173212668)

KOMANG WISNU BUDIKESUMA (173212677)

LUH PUTU DIAN SURYANINGSIH (173212678)

LUH PUTU NANIK WIDIANTARI (173212679)

NI KADEK CANDRA AYU SETYAWATI (173212682)

NI KADEK KRISTIANI (173212684)

NI KADEK RIRIN CAHYANTI (173212685)

NI LUH ASRIANI (173212688)

PUTU INDAH SASMITHA (173212708)

SHATNA NADILA BELLA (173212709)

Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Wira Medika Bali

Tahun Ajaran 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas berkat dan rahmat beliaulah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
manajemen keperawatan ini yang berjudul “PEMANTAUAN HEMODINAMIKA
(PENGUKURAN CVP)“ dengan baik.

Masa depan keperawatan menjanjikan perubahan dinamik dan tantangan


berkelanjutan.Perawat di masa mendatang membutuhkan dasar pengetahuan luas untuk
memberikan perawatan.Peran perawat meliputi memilih arahan dalam memberikan praktik
keperawatan dan menunjukkan kontribusinya pada perawatan kesehatan secara
nasional.Perawat masa datang oleh karenanya perlu menjadi pemikir yang kritis,advokat
klien,pembuat keputusan klinis,dan pendidik klien dalam pelayanan perawatan berspektrum
luas.

Dalam pembuatan paper ini,penulis banyak menemukan kendala,namun pada


akhirnya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.Penulis juga menyadari
bila dalam pembuatan paper ini banyak terdapat kekurangan,maka dari itu penulis mohon
kritik dan saran dari pembaca.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih,karena penulis berharap dengan


pembuatan paper ini banyak memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Denpasar, 12 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Defenisi Hemodinamik.....................................................................................................3
2.2 Tujuan Pemantauan Hemodinamik..................................................................................3
2.3 Metode Non Invasive PadaPemantauan Hemodinamik...................................................3
2.4 Prinsip-Prinsip Pemantauan Tekanan Vena Sental..........................................................7
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................9
3.2 Saran.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemodinamik menggambarkan aliran darah dalam sistem peredaran dalam tubuh,
baik sirkulasi besar maupun sirkulasi dalam paru-paru. Keadaan hemodinamik sangat
mempengaruhi fungsi penghantaran oksigen dalam tubuh dan melibatkan fungsi jantung.
Pada kondidi gangguan hemodinamik, diperlukan pemantauan dan penanganan yang tepat
sesuai kondisi pasien. Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi,
mengindentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang
diberikan. Pemantauan memberikan informasin mengenai keadaan pembuluh darah,
jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompa darah.

Dalam pemantauan hemodinamik, terdapat beberapa parameter yang diperhatikan,


salah satunya adalah tekanan vena sentral atau Central Vein Pressure (CVP). CVP adalah
nilai yang menunjukkan tekanan darah pada vena cava dekat atrium kanan jantung. CVP
merefleksikan jumlah darah yang kembali ke jantung dan kemampuan jantung memompa
darah. CVP dapat digunakan untuk memperkirakan tekanan pada atrium kanan yang
mana secara tidak langsung menggambarkan beban awal (Preload) jantung kanan dan
tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole.

Cara pengukuran CVP dikelompokkan menjadi metode non invasif dan invasif.
Pengukuran secara non invasif dapat dilakukan dengan mengukur tekanan vena jugularis.
Sedangkan pengukuran secara invasif dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam
vena subklavia atau vena jugularis internal yang kemudian akan dimonitor menggunakan
manometer ataupun transduser.

Pada tinjauan pustaka ini akan dijelaskan secara singkat mengenai pemantauan
parameter hemodinamik, khususnya mengenai pemantauan tekanan vena sentral (CVP),
meliputi tujuan, cara pengukuran dengan metode invasif dan non invasif, serta manfaatnya
untuk mengidentifikasi kelainan fisiologis pada sistem kardiovaskuler.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hemodinamik ?
2. Apa yang dimaksud dengan pemantauan hemodinamik ?
3. Bagaimana parameter hemodinamik ?

1
4. Bagaimana tekanan vena sentral (CVP) ?
5. Bagaimana metode pengukuran CVP ?
6. Bagaimana pemantauan CVP ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hemodinamik
2. Untuk mengetahui pemantauan hemodinamik
3. Untuk mengetahui parameter hemodinamik
4. Untuk mengetahui tekanan vena sentral (CVP)
5. Untuk mengetahui metode pengukuran CVP
6. Untuk mengetahui pemantauan CVP

1.4 Manfaat
Manfaat teoritis

Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai pemantauan dan pengukuran hemodinamik (CVP).

Manfaat praktis

Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan
diaplikasikan dalam praktik keperawatan kritis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Hemodinamik


Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan
karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998, dalam Jevon dan Ewens 2009).
Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan menjadi noninvasif, invasif, dan turunan.
Pengukuran hemodinamik penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan
terapi yang sesuai, dan pemantauan respons terhadap terapi yang diberikan (gomersall dan
Oh 1997, dalam Jevon dan Ewens 2009), pengukuran hemodinamik ini terutama dapat
membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang
tepat terhadap bantuan sirkulasi (Hinds dan Watson 1999, dalam Jevon dan Ewens2009).
2.2 Tujuan Pemantauan Hemodinamik

Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi kelainan


fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan guna mendapatkan
informasi keseimbangan homeostatik tubuh. Pemantauan hemodinamik bukan tindakan
terapeutik tetapi hanya memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu
disesuaikan denganpenilaianklinispasienagardapatmemberikanpenangananyangoptimal.
Dasar dari pemantauan hemodinamik adalah perfusi jaringan yang adekuat, seperti
keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan, mempertahankan nutrisi,
suhu tubuh dan keseimbangan elektro kimiawi sehingga manifestasi klinis dari gangguan
hemodinamik berupa gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat
dan tepat akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multipel (Erniody, 2008).

2.3 Metode Non Invasive PadaPemantauanHemodinamik

1. PenilaianLajuPernapasan
Laju pernafasan merupakan indikator awal yang signiikan dari disfungsi selluler.
Penilaian ini merupakan indikator fisiologis yang sensitif dan harus dipantau dan
direkam secara teratur. Laju dan kedalaman pernafasan pada awalnya meningkat
sebagai respons terhadap hipoksia selluler.

a. FrekuensiPernapasan

3
- Normal dewasa Respiratory Rate (RR) adalah 12-20 kali /menit.

- RR harus dihitung selama 30detik.

- Jika RR pasien berada di luar parameter RR dewasa normal maka RR harus


dihitung selama satu menit penuh untuk memastikanakurasi.

- RR harus dihitung sambil meraba nadi radial pasien sehingga pasien tidak
sadar bahwa Anda sedang mengamatimereka.

- Panggilan Darurat Klinik harus dilakukan jika kebutuhan oksigen meningkat


untuk mempertahankan laju pernapasanpasien.

b. SaturasiOksigen
- Pulse oximetry mengukur saturasi oksigen dalam darah pasien. Perubahan
saturasi oksigen adalah tanda akhir dari gangguan pernapasan. Awalnya
tubuh akan mencoba dan mengkompensasi hipoksia dengan meningkatkan
laju dan kedalaman pernapasan. Pada saat saturasi oksigen menurun
pasien biasanya sangatterganggu.

- Saturasi oksigen normal adalah antara95-100%.

- Saturasi oksigen <90% berkorelasi dengan kadar oksigen darah yang


sangat rendah dan membutuhkan tinjauan medis yang mendesak. Jika
saturasi oksigen pasien Anda rendah Anda biasanya akan melihat tanda-
tanda lain bahwa pasien sesak napas seperti peningkatan laju pernapasan
danusaha.

- Panggilan Darurat Klinik harus dilakukan jika kebutuhan oksigen


meningkat untuk mempertahankan saturasioksigen.

2. PenilaianDenyut EKG
Denyut yang cepat, lemah dan bergelombang merupakan tanda
khas dari syok. Denyut yang memantul penuh atau menusuk mungkin
merupakan tanda dari anemia, blok jantung, atau tahap awal syok septik.
Perbedaan antara denyut sentral dan denyut distal meungkin disebabkan
oleh penurunan curah

4
jantungdanjugasuhusekitarnyayangdingin.PematauanEKGmerupakanmeto
de noninvasif yang sangat berharga dan memantau denyut jantung secara
kontinu. Pemantauan ini dapat memberikan informasi kepada praktisi
terhadap tanda-tanda awal penurunan curah jantung.

3. PenilaianHaluaranUrin
Urin yang keluar dari tubuh secara tidak langsung memberikan
petunjuk mengenai curah jantung. Pada orang sehat, 25% curah jantung
memberikan perfusi ke ginjal. Ketika perfusi ginjal adekuat, maka urin
yang keluar harusnya lebih dari 0,5 mL/kg/jam. Menurunnya urin yang
keluar dari tubuh mungkin merupakan tanda awal dari syok
hipovolemik karena ketika curah jantung menurun, maka perfusi ginjal
juga akan menurun. Jika urin yang keluar dari tubuh kurang dari 500
mL/hari, maka ginjal tidak mampu mengekskresikan sisa-sisa
metabolisme tubuh, dan jika terjadi dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan uremia, asidosis metabolik, dan hiperkalemia. Pada
pasien kritis, gagal ginjal akut biasanya disebabkan oleh perfusi ginjal
yang tidak adekuat yaitu kegagalan prarenal. Apabila diuretik telah
diberikan, misalnya furosemid, maka urin yang keluar dari tubuh tidak
dapat membantu penilain curah jantung. Jika pasien penggunakan
kateter, maka pastikan selang kateter tidak tersumbat atauterpelintir.

4. PengukuranTekananDarah Arterial
Tekanan darah arterial (arterial blood pressure, ABP) adalah gaya
yang ditimbulkan oleh volume darah yang bersirkulasi pada dinding
arteri.Perubahan pada curah jantung atau resistensi perifer dapat
mempengaruhi tekanan darah. Pasien dengan curah jatung yang rendah
dapat mempertahankan tekanan darah normalnya melaui vasokontriksi,
sedangkan pasien dengan vasodilatasi mungkin mengalami hipotensi
walaupun curah jantungnya tinggi, misanya pada sepsis. Tekanan
arterial rata-rata (mean arterial presure, MAP) merupakan hasil
pembacaan tekanan rata-rata didalam sistem arterial juga berfungsi
sebagai indikator yang bermanfaat karena dapat memperkirakan perfusi
menuju organ-organ yang esensial seperti ginjal. Banyak faktor yang

5
mempengaruhi tekanan darah, misalnya nikotin, ansietas, nyeri, posisi
pasien, obat-obatan, dan latihan fisik. Keakuratan pengukuran tekanan
darah juga hal yang sering terlupakan. Faktor yang akurat dalam
pengukuran terkanan darah adalah lebar manset dan posisi lengan.
Manset yang terlalu sempit akan menghasilkan pembacaan tekanan
darah yang tinggi palsu, sedangkan jika manset yang terlalu lebar akan
menghasilkan pembacaan tekanan darah yang rendah palsu. European
standart merekomendasikan lebar manset sebaiknya 40%, dan
panjangnya 80-100% dari lingkar ekstremitas. Posisi lengan harus
ditopang pada posisi horizontal setinggi jantung. Pengaturan posisi yang
tidak benar selama mengukur tekanan darah dapat menyebabkan
kesalahan sebesar 10%. Penilaian darah arterial dapat dilihat melalui
denyut nadi, dan tekanan darah (jevon dan ewens, 2009).

a. DenyutNadi

- Denyut nadi harus diukur dengan meraba nadi radialpasien.

- Jika Anda tidak dapat mengakses pulsa radial pasien, situs lain
dapat digunakan sebagaimanamestinya.

- Nadi radial pasien harus dinilai untuk tingkat, irama dan


amplitudo(kekuatan).

- Denyut nadi harus dihitung selama 30 detik atau lebih (1 menit)


jika ritme tidak teratur.

- Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60-100bpm.

- Denyut nadi harus dihitung ketika pasien sedang beristirahat (saat


istirahat = tidak ada aktivitas fisik selama 20menit).

b. TekananDarah

- Dewasa Optimal BP harus <130 mmHg sistolik dan


<85mmHgdiastolik.

- The sistolik dewasa Tekanan Darah (SBP) harus lebih besar dari
90mmHg. Jika SBP adalah <90mmHg yang RPAH Clinical Sistem
Tanggap Darurat harus diaktifkan.

- Jika SBP adalah> 200mmHg yang RPAH Clinical Sistem Tanggap

6
Darurat harusdiaktifkan.

- Tekanan nadi dewasa normal (perbedaan antara SBP dan Tekanan


Darah Diastolik (DBP)) adalah antara 30 - 50mmHg.

5. PenilaianSuhuTubuh

Peningkatan suhu tubuh dapat menimbulkan kehilangan cairan dan


elektrolit. Dehidrasi hipernatremia (peningkatan Natrium) dapat
meningkatkan peningkatan suhu. Penurunan suhu tubuh dapat diakibatkan
oleh hipovolemia, padakekurangan cairan yang berat, suhu rektal dapat
turun sampai 35 C (Horne dan Swearingen, 2001).

- Suhu yang akan dinilai sesuai dengan kondisi pasien, alasan untuk
masuk atau sesuai pedoman kebijakan lokal /lainnya.

- Suhu dewasa normal adalah antara 36,5 ° dan 37,5 °C.

- Minimal, suhu yang akan dinilai dua kali sehari. (Sydney South West
Area Health Service,2010)

2.4 Prinsip-Prinsip Pemantauan Tekanan Vena Sental


Tekanan vena sentral (central vemous pressure, CVP) mencerminkan tekanan pengisian
atrium kanan atau preload ventrikel kanan dan bergantung pada volume darah, tonus
vaskular, dan fungsi jantung. CVP normal adalah 0-8 mmHg. Hasil pembacaan CVP yang
rendah biasanya menunjukkan hipovolemia, sedangkan hasil pembacaan CVP yang tinggi
memiliki berbagai penyebab, meliputi hipervolemia, gagal jantung, dan embolisme paru
(Jevon dan Ewens, 2009).

1. IndikasiPemakaianKateter Vena Sentral

Berbagai indikasi untuk pemakaian kateter vena sentral adalah:

1. Resusitasicairan

2. Pemberian obat cancairan

3. Pemberian makan secaraparenteral.

4. Pengukuran tekanan venasentral

5. Akses vena yangburuk

7
6. Pacu jantung

2. MetodePemantauan CVP

Terdapat dua pemantauan CVP:

- Sistem manometer: memungkinkan permbacaan intermitten dan kurang akurat


dibandingkan sistem transduser dan lebih jarang digunakan.

- Sistem transduser: memungkinkan pembacaan secara kontinu yang ditampilkan


dimonitor.

3. BentukGelombang CVP

Bentuk gelombang CVP mencerminkan perubahan-perubahan pada tekanan atrium kanan


selama siklusjantung.

- Gelombang A: kontraksi atrium kanan (gelombang P pada EKG). Jika kelombang A


naik, maka pasien mungkin mengalami kegagalan ventrikel kanan dan stenosis
trikuspid.

- Gelombang C: penutupan katup trikuspid (mengikuti komplek QRS pada EKG). Jarak
dari A-C harus berhubungan dengan PR padaEKG.

- Gelombang V: tekanan yang terjadi pada atrium kanan selama


kontrakasiventrikel,walaupunkatuptrikuspidtelahtertutup(bagianakhir gelombang T
pada EKG). Jika gelombvang V naik, maka pasien mungkin memiliki penyakit katup
trikuspid.

4. Pengukuran CVP Normal

Pemantauan CVP secara normal menunjukkan pengukuran sebagai berikut:

- 5- 10 mmHgmid-aksila

- 7-14 mmH2Omid-aksila

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan
karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998, dalam Jevon dan Ewens 2009).
Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan menjadi noninvasif, invasif, dan
turunan.Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi
kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan guna mendapatkan
informasi keseimbangan homeostatik tubuh.
PematauanEKGmerupakanmetode noninvasif yang sangat berharga dan memantau denyut
jantung secara kontinu. Pemantauan ini dapat memberikan informasi kepada praktisi
terhadap tanda-tanda awal penurunan curah jantung.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis harapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi perawat
atau mahasiswa keperawatan dalam memahami mata kuliah keperawatankritis pada topik
pembahasan hemodinamiksemogabermanfaatbagikitasemua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ali, F. A. 2015. Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program
JKN Di Puskesmas Siko dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014. JIKMU, 5(3).

Debi dan Agus Perry. 2015. Gambaran Pelaksanaan Rujukan Lanjut Berjenjang Pada Pasien
BPJS di Puskesmas Ngesrep Kota Semarang Tahun 2015. Semarang.

Dede, S. 2015. Analisis pelaksanaan Sistem Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) pada
Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas 5 Ilir dan Puskesmas Merdeka. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

10

Anda mungkin juga menyukai