Anda di halaman 1dari 33

PERAN PERAWAT DALAM SIKLUS MANAJEMEN BENCANA BANJIR

Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatanbencana
Dengan Dosen Pembimbing
Dian Ikapuspitasaris.Kep., Ns.,M.Kep

Disusun oleh : Kelompok 2

1. Sindy Meilita sari 718621091


2. Nur Azizah Elsafira 718621187
3. Maisari indah wahyuni 718621100
4. Ayu ilmi 718621085
5. Eva ramandani 718621086
6. Della nurrahmaniyah 718621076
7. fatima 718621099
8. Nofiyani 718621101
9.Nurhalimah 718621074
10.Uswatun Hasanah 718621079
11.Nadiya Putri Utami 718621064
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2020

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, daninayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Peran Perawat Dalam Siklus Manajemen
Bencana Banjir”.
Makalah ini telah kami susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaikinya dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ”Peran Perawat Dalam
Siklus Manajemen Bencana Banjir” ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Sumenep, 29-09-2020
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................3
BAB 2................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4
2.3 Penyebab Banjir.................................................................................................8
2.4 Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir....................................................8
2.5 Dampak yang Timbul.........................................................................................9
2.6 Tahap Penanggulangan Bencana........................................................................9
2.7 Peran Perawat Dalam Penanganan Bencana.....................................................14
BAB 3..............................................................................................................................17
GAMBARAN KASUS NYATA......................................................................................17
BAB 4..............................................................................................................................19
PEMBAHASAN KASUS................................................................................................19
4.1. Pra Bencana......................................................................................................19
4.2. Saat Bencana....................................................................................................20
4.3. Pasca Bencana..................................................................................................23
BAB 5................................................................................................................................27
PENUTUP..........................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28

4
5
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001) bencana
adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan
kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan
bantuan luar biasa dari pihak luar.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap
kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa
manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada
skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah
yang terkena.
Jenis-jenis banjir menurut penyebabnya di Indonesia. Di Indonesia,
banjir adalah sebuah bencana alam yang mudah terjadi. Hal ini karena letak
Indonesia pada daerah tropis yang memungkinkan curah hujan yang tinggi
setiap tahunnya. Banjir di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
Banjir bandang, Banjir Hujan Ekstrim, Banjir Luapan Sungai / Banjir
Kiriman, Banjir Pantai (ROB), Banjir Hulu
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan
berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan
debit sungai naik secara cepat. Banjir jenis ini biasa terjadi di daerah dengan
sungai yang alirannya terhambat oleh sampah.
Ini biasanya terjadi hanya dalam waktu 6 jam sesudah hujan lebat
mulai turun. Biasanya banjir ini ditandai dengan banyaknya awan yang
menggumpal di angkasa serta kilat atau petir yang keras dan disertai dengan
badai tropis atau cuaca dingin. Umumnya banjir ini akibat meluapnya air
hujan yang sangat deras, khususnya bila tanah bantaran sungai rapuh dan tak
mampu menahan cukup banyak air.
Jenis banjir ini biasanya berlangsung dalam waktu lama dan sama
sekali tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda

1
dataran – sebab peristiwa alam yang memicunya telah terjadi berminggu-
minggu sebelumnya. Jenis banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama.
Datangnya banjir dapat mendadak. Banjir luapan sungai ini kebanyakan
bersifat musiman atau tahunan dan bisa berlangsung selama berhari- hari atau
berminggu-minggu tanpa berhenti. Banjir ini biasanya terjadi pada daerah-
daerah lembah.
Banjir yang disebabkan angin puyuh laut atau taifun dan gelombang
pasang air laut. Banjir ini terjadi karena air dari laut meresap ke daratan di
dekat pantai dan mengalir ke daerah pemukiman atau karena pasang surut air
laut. Banjir ini biasanya terjadi di daerah pemukiman yang dekat dengan
pantai. Contoh daerah yang biasanya terkena ROB adalah Semarang.
Banjir yang terjadi di wilayah sempit, kecepatan air tinggi, dan
berlangsung cepat dan jumlah air sedikit. Banjir ini biasanya terjadi di
pemukiman dekat hulu sungai. Terjadinya banjir ini biasanya karena
tingginya debit air yang mengalir, sehingga alirannya sangat deras dan bisa
berdampak destruktif.
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering
karena peningkatan volume air yang diakibatkan dari tingginya curah hujan,
meluapnya air sungai atau laut, dan pecahnya bendungan. Banjir bandang
adalah banjir yang terjadi secara tiba-tiba karena terisinya air pada daerah
yang tanahnya kering /sukar meresap air ketika hujan turun, air sukar meresap
ke dalam tanah dan akhirnya terjadi banjir bandang.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari bencana alam?
2. Apa definisi dari bencana banjir?
3. Apa penyebab dari banjir?
4. Bagaimana tindakan untuk mengurangi dampak banjir?
5. Apa saja dampak yang timbul dari banjir?
6. Bagaimana tahap penanggulangan bencana?
7. Bagaimana peran perawat dalam penanganan bencana?

2
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari bencana alam
2. Mengetahui definisi dari bencana banjir
3. Mengetahui penyebab dari banjir
4. Memahami tindakan untuk mengurangi dampak banjir
5. Memahami dampak yang timbul akibat banjir
6. Memahami tahap penanggulangan bencana
7. Memahami peran perawat dalam penanganan bencana

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bencana Alam


Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami
(suatu peristiwa, seperti banjir, letusan gunung,, gempa bumi,, tanah
longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat
kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan
kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan
oleh gejala alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat
alamiah dan biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam
tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya
(kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai
bencana.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk
mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman
ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya
bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang
berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa
ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak
berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang
karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa
keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada
bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam
bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi
(hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga
tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang
berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience).
Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan

4
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani
tantangan-tantangan serius yang hadir.
Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan
jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap
bencana yang cukup.
Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana.
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor.
3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi
6. Kegiatan pencegahan bencanaadalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi
ancaman bencana.
7. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.

5
8. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
9. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
12. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayahpascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
13. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana.
14. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi,
dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan,
dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.

6
15. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upaya rehabilitasi.
16. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui
pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang
terancam bencana.
17. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat.
18. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
19. Status keadaan darurat bencanaadalah suatu keadaan yang ditetapkan
oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi
Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
20. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau
dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum
pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.
21. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita
atau meninggal dunia akibat bencana.

2.2 Definisi Bencana Banjir


Banjir adalah kondisi air yang menenggelamkan atau menggenangi
suatu area atau tempat yang luas. Banjir juga dapat mengacu terendamnya
daratan yang semula tidak terendam air menjadi terendam akibat volume air
yang bertambah seperti sungai atau danau yang meluap, hujan yang terlalu
lama, tidak adanya saluran pembuangan sampah yang membuat air tertahan,
tidak adanya pohon penyerap air dan lain sebagainya.

7
Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak
diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga
merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang
ada di sana. Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang
ada sehingga daerah yang rendah terkena dampak kiriman banjir. Banjir
merugikan banyak pihak Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung
di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap.
2. Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.
3. Banjir Laut pasang
Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi.

2.3 Penyebab Banjir


Banjir hanyalah salah satu dari sekian banyak bencana alam yang
sering terjadi. Banjir sering terjadi terutama pada musim hujan dengan
dengan intensitas yang sering dan lebat. Daerah yang menjadi langganan
banjir terutama pada daerah sekitar arus sungai. Namun daerah yang jauh
dari sungai pun kadang terkena musibah bencana banjir juga jika curah
banjir terjadi hujan yang datang terus menerus dan sungai tidak lagi sanggup
menampung banyaknya air. Secara umum, penyebab terjadinya banjir
yaitu :
1. Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi
2. Pendangkalan sungai
3. Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai
4. Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat
5. Pembuatan tanggul yang kurang baik
6. Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.

2.4 Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir


Ada beberapa tindakan yang bisa mengurangi dampak resiko
penanggulangan banjir, diantaranya yaitu :

8
1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
2. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian
sungai yang sering menimbulkan banjir.
3. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta
daerah rawan banjir.
4. Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
5. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan
serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

2.5 Dampak yang Timbul


1. Dampak fisik
Kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan publik
yang disebabkan oleh banjir.
2. Dampak sosial
Mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya
perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak
dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan
publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan
dasar lainnya.
3. Dampak ekonomi
Mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak
dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas
terhambat, dan lain-lain).
4. Dampak lingkungan
Mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh
banjir) atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir.
5. Dampak ancaman wabah penyakit
Setelah banjir pada saat dan sesudah banjir, seperti penyakit diare,
penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.

2.6 Tahap Penanggulangan Bencana


1. Tahap Pencegahan & Mitigasi

9
a. Pencegahan
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan
sama sekali atau mengurangi ancaman.
Misalnya :
1) Pencegahan penebangan liar
2) Melakukan Reboisasi
3) Tidak membuang sampah sembarangan
b. Mitigasi
Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau
meredam risiko. Yaitu dengan membuat bendungan, tanggul, kanal
untuk mengendalikan banjir, pembangunan tanggul sungai dan
lainnya.
1. Kenali Penyebab Banjir
a. Curah hujan tinggi
b. Permukaan tanah lebih rendah dibanding permukaan air
laut
c. Terletak di suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan
dengan pengaliran air keluar sempit
d. Banyak permukiman yang dibangun di dataran sepanjang
sungai
e. Aliran sungai tidak lancar karena banyaknya sampah serta
bangunan di pinggir sungai.
f. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
2. Tindakan untuk mengurangi dampak banjir
a. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai
fungsi lahan
b. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini di
bagian sungai yang sering menimbulkan banjir
c. Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran
sungai
d. Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin
mengadakan program pengerukan sungai

10
e. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari
permukaan laut
f. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu
dilaksanakan, dibarengi pengurangan aktivitas di bagian
sungai rawan banjir
3. Yang harus dilakukan sebelum terjadi banjir
a. Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat,
membersihkan lingkungan sekitar, terutama di saluran air
atau selokan, dari timbunan sampah
b. Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi,
lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut
pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat
terkait dan pengurus RT/RW
c. Bersama pengurus RT/RW, segera bentuk tim
penanggulangan banjir di tingkat warga, salah satunya
mengangkat penanggung jawab posko banjir
d. Koordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan
setempat, dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu
karet, dan pelampung guna evakuasi
e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan, atau
melakukan konfirmasi
f. Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan
tim warga tentang curah hujan dan kondisi air
g. Lengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain
radio baterai, senter, korek gas, dan lilin
h. Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air
bersih
i. Siapkan obat-obatan darurat
j. Amankan dokumen penting
4. Yang harus dilakukan saat banjir

11
a. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN
untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena
bencana
b. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan
air masih memungkinkan untuk diseberangi
c. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari
terseret arus banjir, serta segera amankan barang-barang
berharga ketempat yang lebih tinggi
d. Jika air terus meninggi, hubungi instansi terkait
5. Yang harus dilakukan setelah banjir
a. Secepatnya membersihkan rumah, terutama bagian lantai,
lalu gunakan antiseptik untuk membunuh kuman.
b. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari
terjangkitnya penyakit diare yang sering mewabah setelah
kejadian banjir
c. Waspadai kemungkinan binatang berbisa atau binatang
penyebar penyakit
d. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi
banjir susulan
2. Tahap kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
adalah serangkaian kegiatan dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan atau mengurangi ancaman bencana. Kesiapsiagaan
adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai
sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini
bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk
menghadapi bencana. Kesiapsiagaan meliputi, Penilaian Risiko (risk
assessment), Perencanaan Siaga (Contingency planning), Mobilisasi
sumber daya (Resouce mobilization), Pendidikan dan pelatihan
Tuminting dalam penanganan banjir
Tindakan kesiapsiagaan:

12
a. Pembuatan sistem peringatan dini, misalnya dengan dibuat tanda
antisipasi siaga 1 penanda bencana
b. Menyediakan obat-obatan dan p3k
c. Menyediakan matras, pos pengungsian
d. Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman, misalnya Simak
informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim warga
tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air
e. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: senter, selimut,
tikar, jas hujan, ban karet bila ada
f. Pembuatan rencana evakuasi
g. Membuat tempat dan sarana evakuasi
h. Penyusunan rencana darurat, rencana siaga
i. Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini jika diperlukan
3. Tahap Tanggap Darurat
Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera
setelah bencana terjadi untuk mengurangi dampak bencana,
seperti penyelamatan jiwa dan harta benda. Tindakan tanggap
darurat:

a. Pencarian
b. Evakuasi dan penggolongan korban (sesuai tingkat keparahan)
c. Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
d. Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan
e. Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan,
sandang, papan, kesehatan, konseling
f. Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi,
transportasi, listrik, pasokan air untuk mendukung kelancaran
kegiatan tanggap darurat
g. Rehabilitasi
4. Tahap Pasca Darurat
a. Tahap Rehabilitatif ( Pemulihan )
1) Memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar fisik,
pendidikan, kesehatan, kejiwaan, ekonomi, sosial,

13
budaya, keamanan, lingkungan, prasarana transportasi,
penyusunan kebijakan dan pembaharuan struktur
penanggulangan bencana di pemerintahan.
b. Tahap Rekonstruksi ( pembangunan berkelanjutan )
1) Membangun prasarana dan pelayanan dasar fisik,
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya,
keamanan, lingkungan, pembaharuan rencana tata
ruang wilayah, sistem pemerintahan dan lainnya yang
memperhitungkan faktor risiko bencana.
2) Pemulihan psiko-sosial
3) Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan

2.7 Peran Perawat Dalam Penanganan Bencana


1. Per an perawat dalam keadan darurat (Impact Phase)
biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat
setelah keadaan bencana stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-
masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap
kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim
kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi”
pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif .
TRIASE
a. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam
kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma
dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, luka bakar derajat I-II.
b. Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury
dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena
dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 3
0-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel,
fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat
II.

14
c. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur
tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan
dislokasi.
d. Hitam — meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat
selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
2. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari.
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan
khusus bayi, peralatan kesehatan.
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa.
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan
mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan,
insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot).
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater.
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
3. Peran perawat dalam fase postimpact
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik,
sosial, dan psikologis korban. Selama masa perbaikan perawat
membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal. Beberapa

15
penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang
lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan
terjadi.

16
BAB 3
GAMBARAN KASUS NYATA

Sekitar 929 Orang Terdampak Banjir di Kalimantan Selatan

Abraham Utama , CNN Indonesia

Rabu, 18/05/2016 10:20 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Banjir bandang yang menerjang tiga desa di


Kecamatan Pamukan Barat, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, memaksa
929 orang mengungsi. Hingga Rabu (18/5) pagi, banjir itu juga menyebabkan tiga
korban meninggal.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi
Kotabaru, Ahmad Muslim, mengatakan, seluruh korban banjir itu berasal dari 254
keluarga.
"Mereka berasal dari tiga desa, yakni, Desa Batuah, Mangka dan Sengayam,
Kecamatan Pamukan Barat," ujarnya, seperti dilansir Antara.
Tiga korban tewas adalah Jali (21 tahun), Uti (25) dan seorang nenek berusia 67
tahun.
Ahmad menuturkan, banjir bandang yang sudah terjadi lebih dari satu pekan itu
juga merusak 254 rumah. Sebanyak 22 rumah di antaranya rusak berat, sementara
sisanya rusak ringan.

17
Di Desa Mangka, kata Ahmad, terdapat 15 rumah yang terendam banjir hingga
bagian atap. 
Ahmad berkata, lembaganya menyiapkan dapur umum untuk menyuplai konsumsi
parakorban banjir. Dapur tersebut juga menjadi titik kumpul korban.

Sebelumnya, Kepala Polsek Pamukan Barat dan Pamukan Utara, Inspektur Satu
Boni Fasius, mengatakan, hujan deras yang turun selama dua jam, Selasa (10/5),
menyebabkan Sungai Samihin meluap hingga empat meter.
Air sungai yang meluap, kata Boni, meruntuhkan Jembatan Samihin. Ia berkata,
peristiwa itulah yang menyebabkan Uti kehilangan nyawa. 
"Pengendara sepeda motor itu terjatuh dan meninggal dunia," ujarnya.
Jembatan Samihin merupakan penghubung antara Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur. Untuk sementara, pemerintah setempat membangun jembatan
darurat dengan material kayudan bambu.Menurut catatan, banjir memang kerap
melanda Kotabaru.Badan Perencanaan Pembangunan di kabupaten tersebut telah
mencatat kecenderungan itu sejak awaldekade 2000-an.
"Setiap tahun, Kotabaru selalu menghadapi persoalan banjir di musim hujan serta
kekurangan air dan kekeringan di musim kemarau," demikian tertuang pada
dokumen Survey dan Desain Penanggulangan Banjir Kotabaru tahun 2003.

18
BAB 4
PEMBAHASAN KASUS

Peran Puskesmas dalam penanggulangan bencana berdasarkan tahapan


bencana.
4.1. Pra Bencana
a. Pemetaan Kesehatan (Geo Mapping)
Merupakan kegiatan pembuatan peta wilayah kerja yang menjadi
tanggungjawab Puskesmas, yang didalamnyan terdapat :
a) Peta rawan bencana (Hazard Map) yaitu gambaran wilayah kerja yang
berisikan jenis bencana dan karakteristik ancaman bencana.
b) Peta Sumber Daya Kesehatan diwilayah kerjanya yaitu gambaran
distribusi jenis sumber daya kesehatan (tenaga medis, perawat,
sanitarian, gizi, alat kesehatan, ambulans, dan lain-lain) dan lokasinya
c) Peta Resiko Bencana (Risk Map) yaitu peta rawan bencana yang
dilengkapi resiko yang mungkin terjadi termasuk kejadian penyakit
menular diwilayah tersebut.
d) Peta elemen-elemen masyarakat yang memiliki kemungkinan
mengalami/menjadi korban akibat peristiwa.
e) Peta potensi masyarakat dan lingkungan yaitu gambaran atau informasi
lebih rinci tentang masyarakat dan lingkungan suatu area.
b. Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral
Koordinasi lintas sektor ditingkat kecamatan untuk menggalang kerjasama
dan berbagi tugas sesuai dengan peran dari tiap sektor.
c. Pelayanan gawat darurat sehari-hari
Kesiapsiagaan sehari-hari mencakup penerapan protap penanganan korban
gawat darurat dan rujukannya, kesiapsiagaan sarana prasarana pelayanan
gawat darurat yang dimiliki, dan peningkatan kapasitas tenaga puskesmas
didalam teknis medis.
d. Pemberdayaan masyarakat
Penyuluhan/pelatihan pada masyarakat merupakan upaya pemberdayaan
masyarakat agar masyarakat dapat melayani sesama anggota masyarakat
dalam menghadapi kemungkinan munculnya bencana. Pelatihan yang

19
diberikan mencakup : 1) Kesehatan lingkungan, 2) Pemberantasan penyakit
menular, penanggulangan DBD, 3) Promosi kesehatan untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat, 4) Penanganan gawat darurat bagi awam, 5)
Penanganan gizi, 6) Penanganan kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi.
e. Latihan kesiapsiagaan/gladi
Latihan kesiapsiagaan dilakukan melalui simulasi protap-protap yang telah
disusun oleh tim penanggulangan bencana maupun simulasi tim kesehatan
Puskesmas agar mampu memberikan pelayanan gawat darurat.
f. Melakukan pemantauan (Surveilens) Pemantauan lokasi-lokasi rawan
bencana, melalui kegiatan surveilens secara rutin diwilayah kerja
Puskesmas. Pada kondisi tertentu bersama sektor terkait dan masyarakat
perlu memperhatikan isyarat-isyarat dini sebagai pertanda kemungkinan
bencana akan terjadi.
4.2. Saat Bencana
Pada saat terjadinya bencana disuatu wilayah, Puskesmas harus segera
memberi informasi awal ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kegiatan
mencakup :
a. Operasi pertolongan terhadap korban berdasarkan triase
Operasi pertolongan pertama dilakukan oleh tim Puskesmas bersama
masyarakat yang sudah terlatih dalam penanganan gawat darurat.
Pertolongan awal pada korban dilakukan dilokasi kejadian bila kondisi
memungkinkan (lokasi aman, tidak ada bahaya susulan, tidak dalam
komando Polri/TNI). Pertolongan ynag diberikan berupa pertolongan
bantuan hidup dasar yaitu resusitasi jantung paru (RJP). Bila tidak
memungkinkan dengan bantuan masyarakat, tim SAR, polisi dan aparat
setempat, korban dipindahkan kearea yang dianggap aman disekitar lokasi
atau langsung ke Puskesmas terdekat untuk dilakukan pertolongan
pertama. Pertolongan pertama korban dilapangan didasarkan pada triase
yang bertujuan seleksi korban dan jenis pertolongan yang diperlukan
berdasarkan tingkat keparahan, kedaruratan dan kemugkinan korban untuk
hidup. Korban akibat bencana dapat diseleksi menjadi :
1) Kelompok Label Merah (Gawat Darurat)

20
Kelompok korban gawat darurat yang memerlukan pertolongan
stabilisasi segera, antara lain korban dengan syok, gangguan
pernapasan, trauma kepala dengan pupil anisokor, perdarahan eksternal
masif untuk mencegah kematian dan kecacatan. Pembebasan jalan
nafas (airway), pemberian nafas buatan (breathing), mengatasi syok
(circulation) dan mencegah kecacatan (disability) dengan prioritas
pada korban yang kemungkinan hidup lebih besar. Stabilisasi
dilakukan sambil menunggu pertolongan tim gabungan. Pada kondisi
korban perlu dirujuk dan keadaan memungkinkan, Puskesmas dapat
segera melakukan rujukan dengan tepat melakukan stabilisasi selama
perjalanan ke sarana yang lebih mampu (RS).
2) Kelompok Label Kuning
Kelompok korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi
perawatan/pengobatan dapat ditunda sementara. Yang termasuk
kategori ini adalah korban dengan resiko syok, fraktur multipel, fraktur
femur/pelvis, luka bakar luas, gangguan kesadasaran/trauma kepala,
korban dengan status tidak jelas. Korban pada kelompok ini, harus
diberikan cairan infus, dan pengawasan ketat terhadap kemungkinan
timbulnya komplikasi dan diberikan perawatan sesegera mungkin.
3) Kelompok Label Hijau
Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau perawatan
segera. Kelompok ini mencakup korban dengan fraktur minor, luka
minor, trauma psikis. Kadang korban memerlukan pembidaian dan
atau pembalutan sebelum dipindahkan.
4) Kelompok Label Hitam
Merupakan kelompok korban yang tidak memerlukan pertolongan
medis karena sudah meninggal. Korban perlu dikelompokkan tersendiri
untuk dilakukan evaluasi dan identifikasi oleh aparat yang berwenang.
Upaya pertolongan korban melalui triase oleh tim Puskesmas
dilaksanakan dengan menggunakan obat dan perbekalan kesehatan yang
tersedia diPuskesmas.

21
Pengumpulan
1. Lokasi terdekat dan aman untuk pertolongan pertama kasus gawat
darurat
2. Bawa korban ke area perawatan melalui triase
Triase
1. Temukan kegawatan korban
2. Gunakan label yang disepakati
3. Tulis diagnose & instruksi untuk tindakan dalam stabilisasi korban
Kejadian
1. Nilai apakah mungkin pertolongan pertama dilakukan dilokasi
2. Bila mungkin lakukan RJP
3. Pindahkan korban ke area pengumpulan yang aman
Perawatan
1. Lakukan pemeriksaaan ulang & prioritaskan kasus dengan
kegawatan
2. Lakukan tindakan stabilisasi
3. Lakukan komunikasi untuk rujukan
4. Tentukan alat & petugas untuk evakuasi korban
5. Buat pengelompokkan untuk perawatan sementara
Transportasi
1. Kelompokkan ambulan & kru sesuai fasilitas
2. Letakkan ambulan gadar didekat area perawatan
3. Atur tujuan evakuasi

b. Penilaian Awal secara Cepat (Initial Rapid Health Assessment)


Kegiatan ini bertujuan untuk menilai suatu kejadian awal dari
bencana yang terjadi diwilayah kerja. Penilaian awal tersebut dilakukan
sesegera mungkin dan mencakup : 1) jenis kejadian bencana, 2) sumber
bencana, 3) siapa yang terkena dampak, 4) berapa besar dampak yang
ditimbulkan (jumlah korban), 5) kemampuan respon oleh puskesmas, 6)
resiko potensial tambahan, 7) bantuan yang diperlukan. Penilaian awal
kejadian bencana merupakan tanggungjawab Puskesmas dan harus segera

22
dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
dilakukan penilaian cepat lanjutan dan pemberian bantuan.
c. Survailans Penyakit Menular dan Gizi
Pengamatan terhadap suatupenyakit yang potensial menimbulkan
terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dan Gizi, dilakukan mulai terjadinya
bencana dengan mengintensifkan kegiatan survailans rutin.
d. Bergabung dengan Satgas Kesehatan di Pos Lapangan
Adanya peningkatan/eskalasi SPGDT-S menjadi SPGDT-B maka
pelayanan gawat darurat dalam penanggulangan bencana diambil alih oleh
Satgas Kesehatan dibawah koordinasi Satlak PBP di Pos Medis Lapangan.
Pos Medis Lapangan dapat memanfaatkan gedung Puskesmas, tenda
darurat atau bangunan lain.
e. Pemberdayaan Masyarakat
Pada tahap bencana peran serta aktif masyarakat ditujukan untuk
membantu petugas kesehatan melalui kader-kader yang sudah terlatih
dalam kegawatdaruratan. Kader terlatih sebagai komponen SPGDT
diharapkan bersma Puskesmas dapat memberikan pertolongan awal kasus
gawat darurat sambil menunggu bantuan tim Kabupaten/Kota, dan
selanjutnya bergabung dengan tim kesehatan bencana dipos medis
lapangan, membantu tim gabungan dalam memberi bantuan darurat yaitu
pangan, sandang, tempat tinggal, kebutuhan air bersih, sanitasi.

4.3. Pasca Bencana


Penanganan masalah kesehatan yang terkait kegiatan paska bencana
Puskesmas merupakan bagian dari Satgas Kesehatan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap pasca bencana meliputi :
a. Surveilans Penyakit Potensial Kejadian Luar Biasa Lanjutan
Rusaknya lingkungan akibat bencana dapat berpengaruh pada
kesehatan masyarakat seperti rusaknya sarana air bersih, sarana jamban,
munculnya bangkai dan vektor penyebar penyakit yang merupakan potensi
menimbulkan kejadian luar biasa. Untuk mencegah terjadinya terjadinya
KLB maka Puskesmas bersama Satgas Kesehatan melakukan pemantauan
terhadap kejadian beberapa kasus penyakit seperti Diare, Malaria, ISPA,

23
Kholera, keracunana makanan melalui hasil kegiatan pelayanan kesehatan,
faktor-faktor resiko yang dapat menimbulkan masalah penyakit antara lain
vektor penyakit (nyamuk, lalat, tikus), kecukupan air bersih, sarana
jamban, sarana pembuangan air limbah dan status gizi penduduk rentan
(bayi, anak, balita ibu hamil, ibu bersalin)
b. Pemantauan Sanitasi Lingkungan
Kegiatan pemantauan sanitasi lingkungan paska bencana ditujukan
terhadap kecukupan air bersih, kualitas air bersih, ketersediaan dan sanitasi
sarana mandi, cuci kakus, sarana pembuangan air limbah termasuk sampah
dilokasi pemukiman korban bencana. Pemantauan juga dilakukan terhadap
vektor penyebab penyakit
c. Upaya Pemulihan Masalah Kesehatan Jiwa dan Masalah Gizi pada
Kelompok Rentan
Stress paska trauma yang banyak dialami oleh korban bencana
dapat diatasi melalui konseling dan intervensi psikologis lainnya, agar
tidak berkembang menjadi gangguan stress paska trauma. Masalah gizi
pada kelompok rentan (Balita, ibu hamil dan ibu menyusui serta usia
lanjut) memerlukan pemantauan dan pemulihan melalui pemberian
makanan tambahan yang sesuai dengan kelompok umur untuk
menghindari terjadinya kondisi yang lebih buruk.
d. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat paska bencana yang dilakukan oleh
Puskesmas ditujukan agar masyarakat tahu apa yang harus dilakukan
untuk menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat terhadap
kemungkinan timbulnya masalah kesehatan. Upaya pemberdayaan tersebut
mencakup :
1) Perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari
dipenampungan darurat/pengungsian
2) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penyakit yang timbul paska
bencana
3) Perbaikan kualitas air dengan penjernihan dan kaporisasi sumber daya
air yang tersedia

24
4) Membantu pengendalian vector penyakit menular dalam rangka system
kewaspadaan dini KLB. (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)
Dukungan tenaga kesehatan dalam penanggulangan bencana di
Puskesmas mencakup penyediaan tenaga kesehatan yang kompeten dalam
penanggulangan bencana melalui pelatihan-pelatihan :
a. Tenaga dokter dengan pelatihan minimal PPGD bagi dokter

b. Tenaga perawat dengan pelatihan minimal PPGD bagi perawat

c. Tenaga perawat/sanitarian dengan pelatihan surveilans

d. Tenaga bidan dengan pelatihan PPGD Bidan

e. Tenaga gizi dengan pelatihan penanganan gizi pengungsian

f. Tenaga dokter/perawat dengan kompetensi konselor kesehatan jiwa


(Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

Jumlah minimal sumber daya manusia (SDM) kesehatan untuk


penanganan korban bencana berdasarkan :
1. Untuk jumlah penduduk/pengungsi antara 10.000 – 20.000 orang
meliputi dokter umum 4 orang, perawat 10-20 orang, bidan 8-16
orang, apoteker 2 orang, asisten apoteker 4 orang, pranata
laboratorium 2 orang, epidemilogi 2 orang, entomology 2 orang,
sanitarian 4 -8 orang, ahli gizi 2 -4 orang.
2. Untuk jumlah penduduk /pengungsi 5000 orang dibutuhkan :
 Bagi pelayanan kesehatan 24 jam dibutuhkan dokter 2 orang,
perawat 6 orang, bidan 2 orang, sanitarian 1 orang, gizi 1 orang,
asisten apoteker 2 orang dan administrasi 1 orang.
 Bagi pelayanan kesehatan 8 jam dibutuhkan dokter 1 orang,
perawat 2 orang, bidan 1 orang, sanitarian 1 orang dan gizi 1
orang. (Depkes RI, 2007)

25
Dukungan obat dan perbekalan kesehatan dalam penanggulangan
bencana di Puskesmas mencakup obat, bahan habis pakai, bahan sanitasi,
MP-ASI, sediaan farmasi untuk gawat darurat dan perbekalan kesehatan
lain. Dukungan obat dan perbekalan tersebut meliputi :
a. Kebutuhan untuk triase (tanda pengenal, kartu dan label triase,
peralatan administrasi, tandu, alat penerangan)
b. Peralatan resusitasi jalan nafas (oksigen tabung, peralatan intubasi,
peralatan trakeostomi, ambubag)
c. Peralatan resusitasi jantung (infuse set, cairan infuse RL, NaCL,
Dektrose, obat-obatan penatalaksanaan syok)
d. Perlengkapan perawatan luka (kapas, verban elastik, sarung tangan,
minor surgery set, antiseptik, bidai/spalk, collar neck, selimut)
e. Alat evakuasi (alat penerangan, tandu)
f. Peralatan pelayanan pengobatan (tensimeter, stetoskop, lampu senter,
minor surgery set)
g. Dukungan sarana komunikasi, transportasi (radio komunikasi,
ambulans), dan identitas petugas
h. Obat-obatan pelayanan pengobatan (antibiotik, analgetik, antipiretik,
antasida, antialergi, antiradang, obat kulit, obat mata, oralit, obat
batuk, obat-obat psikofarmaka sederhana, dan lain-lain sesuai
kebutuhan)
i. Dukungan logistik untuk pemberian makanan tambahan pada sasaran
rentan (ibu hamil, ibu bersalin, bayi, balita)

(Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

26
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa, seperti banjir, letusan gunung,, gempa bumi,, tanah longsor) dan
aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya
manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang
keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Banjir adalah kondisi air yang menenggelamkan atau menggenangi
suatu area atau tempat yang luas. Banjir juga dapat mengacu terendamnya
daratan yang semula tidak terendam air menjadi terendam akibat volume air
yang bertambah seperti sungai atau danau yang meluap, hujan yang terlalu
lama, tidak adanya saluran pembuangan sampah yang membuat air tertahan,
tidak adanya pohon penyerap air dan lain sebagainya.
5.2. Saran
Sebaiknya para mahasiswa keperawatan maupun perawat tetap meng-
agendakan kegiatan pelatihan atau demonstrasi kepada masyarakat rawan
bencana banjir mengenai cara penanggulangan bencana banjir.

27
DAFTAR PUSTAKA

Dua, K. (2019). Maklah Keperawatan Bencana Peran Perawat Dalam


Penanggulangan Bencana Banjir. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika , 1-20.

Efendi,Ferry.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam


keperawatan.Jakarta.Penerbit Salemba Medika

Kholid, Ahmad S.Kep, Ns. 2015.Prosedur Tetap Pelayanan Medik


Penanggulangan Bencana.Jakarta:Salemba Medika

Bencana, Pujiono. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun


2007 Tentang Penanggulangan Bencana Paragdima Penanggulangan.

28

Anda mungkin juga menyukai