Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIKUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

MAKALAH EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT


Dosesn Pengampu :
1. Linayati, S.Pi., M.Sc.
2. Ashari Fahrurrozi, S. Tr.Pi., M.P.

KELOMPOK 5
Disusun oleh :

1. Adhitya Wisnu Prasetyo (0320014091)

2. Amala Dwi Bastiar (0320013751)

3. Farrij Akhmad (0320014101)

SEMESTER 5 / KELAS PAGI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT
dan sholawat serta salam kita curahkan kepada nabi besar Muhammad
SAW karena dengan rahmat dan hidayahnya, pembuatan makalah ini bisa
diselesaikan dalam tempo yang telah ditentukan. Selain daripada itu,
pembuatan makalah ini pun atas bantuan dan dorongan dari keluarga
serta teman- teman semua dan menjadikan ini sebagai motivasi untuk
kami supaya bisa menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas
dari mata kuliah Limnologi.

Besar harapan kami agar pembuatan laporan makalah ini


bermanfaat untuk pembaca dan khususnya kami sebagai penyusun.
Walaupun kami menyadari banyak sekali kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini mohon untuk dimaklumi.

Pekalongan, 11 Oktober 2022

Kelompok 5
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi


ikan yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan
ikan, faktor pakan yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang
mendukung. Pada padat penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan
kurang menguntungkan misalnya kandungan zat asam dalam air rendah,
pakan yang diberikan kurang tepat baik jumlah maupun mutunya,
penanganan ikan kurang sempurna, maka ikan akan menderita stress.
Dalam keadaan demikian ikan akan mudah terserang oleh penyakit
(Snieszko, 1973 ; Sarig, 1971).

Pada perairan alami, penyakit dapat mengakibatkan kerugian


ekonomis. Karena penyakit dapat menyebabkan kekerdilan, periode
pemiliharaan lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar
yang rendah dan Sehingga dapat mengakibatkan menurunnya atau hilang
produksi. Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak
sesuai antara hospek, kondisi lingkungan dan organisme penyebab
penyakit. Interaksi yang tidak serasi tersebut dapat menimbulkan stress
pada ikan, nafsu makan menurun, yang selanjutnya menyebabkan
mekanisme pertahanan tubuh tidak bekerja secara optimal, akhirnya
infeksi dan infestasi penyakit mudah masuk (Afrianto dan Liviawati, 1992).

Kerugian akibat infestasi ektoparasit memang tidak sebesar


kerugian akibat infeksi organisme patogen lain seperti virus dan bakteri,
namun infestasi ektoparasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi
bagi infeksi organisme patogen yang lebih berbahaya. Kerugian non lethal
lain dapat berupa kerusakan organ luar yaitu kulit dan insang,
pertumbuhan lambat dan penurunan nilai jual (Bhakti, 2011).

Untuk mencapai target produksi perikanan sesuai dengan yang


diharapkan, berbagai permasalahan menghambat upaya peningkatan
produksi tersebut, antara lain kegagalan produksi akibat serangan wabah
penyakit ikan yang bersifat patogenik baik dari golongan parasit, jamur,
bakteri, dan virus. Parasit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
ektoparasit dan endoparasit. Keduanya bersifat merugikan bagi 2
pertumbuhan/perkembangan ikan. Serangan penyakit dapat dideteksi dari
suatu jenis parasit yang menyerang ikan, maka perlu adanya identifikasi
parasitenis parasit tersebut. Sehingga dapat diketahui cara
penanggulangan yang tepat terhadap serangan spesies dari suatu jenis
parasit tersebut. Secara fisik, efek negatif yang ditimbulkan dari serangan
endoparasit lebih jelas terlihat pada serangan ektoparasit, sehingga
penanganannya relatif lebih mudah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud ektoparasit dan endoparasit?

2. Apa saja jenis parasite yang tergolong kedalam ektoparasit?

3. Apa saja jenis parasite yang tergolong kedalam endoparasit?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari ektoparasit dan endoparasit

2. Untuk mengentahui jenis ektoparasit dan endoparasit


BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Parasit dan Parasitologi

Parasit adalah suatu organisme lebih kecil ruang hidup dan menempel
pada tubuh organisme yang lebih besar yang disebut host. Keberadaan
parasit dalam tubuh host dapat bersifat sebagai parasit sepenuhnya dan
tidak sepenuhnya sebagai parasit. Hal tersebut tergantung dari jumlah,
jenis, tingkat kesakitan yang ditimbulkan oleh parasit serta ketahanan
tubuh dan nutrisi dalam tubuh host. Hubungan host dan parasit dapat
bersifat simbiosis, mutualisme, parasitis, dan parasitosis (Bowmans,
1999). 8 Parasit-parasit yang dapat mendatangkan kerugian kepada induk
semangnya biasanya dengan beberapa cara antara lain menghisap darah,
cairan limfe, memakan jaringan padat secara langsung, menyebabkan
penyumbatan secara mekanis pada usus, saluran empedu, pembulu
darah, menghancurkan sel- sel tubuh dengan berlangsungnya
pertumbuhan didalamnya, memproduksi subtansi bearcun seperti
hemolisin, merangsang pertumbuhan kanker dan juga menurunkan induk
semangnya terhadap penyakit lain dan parasit (Levine, 1990).

Parasitologi adalah suatu ilmu cabang biologi yang mempelajari


tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu,
parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong
hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes,arthropoda dan insekta
parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi
meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta
patologi dan epidemeologi penyakit yang ditimbulkannya (Bowman, 1999).

Kematian karena parasit biasanya berjalan lambat dan bertahap.


Gejala biasanya dapat dilihat dengan mata, oleh karena itu infeksi yang
disebabkan oleh parasit dapat langsung diketahui di lapangan. Parasit-
parasit yang hidup dapat menyebabkan efek yang berbeda terhadap inang
yang berbeda. Parasit dapat dijumpai pada tempat atau bagian tubuh
tertentu dari inang. Parasit yang hidup pada bagian permukaan tubuh ikan
(kulit, sirip, insang) disebut ektoparsit dan sedangkan parasit yang hidup
pada tubuh internal ikan dan otot daging disebut endoparasit
(Lukistyowati, 2005).

Menurut Widyastuti et al (2002), pada umunya tiap jenis parasit


mempunyai inang tertentu (inang spesifik). Spesifik ini sangat jelas pada
jumlah besar parasit ikan. Parasit yang menyerang ikan dapat dibedakan
dalam dua kelompok yaitu :

1. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya ditubuh ikan bagian luar


seperti pada kulit, sirip, sisik, anus, mata, operculum dan insang.
Ektoparasit khususnya merupakan kelompok besar organisme
patogen didaerah iklim sedang dan daerah tropis.
2. Endoparasit adalah parasit yang hidupnya di organ dalam tubuh
ikan seperti: saluran pencernaan, hati, otot dan darah.

2.2 Identifikasi Parasite Secara Umum

Identifikasi terhadap parasit ikan yang dijumpai dapat dilakukan


berdasarkan adanya ciri-ciri khusus yang dijumpai dan morfologi dari tiap-
tiap jenis parasit dan habitatnya. Identifikasi ini dilakukan dengan petunjuk
Kabata (1985), Hoffman (1967), Waren (1984) dan Bykhovskaya-
Pavlovskaya (1964) Ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang
sama seperti eksoftalmia, hemoragik, dan perut kembung, sehingga untuk
mendapatkan dianogsa yang benar, perlu dilakukan pengujian lebih luas
terhadap ikan-ikan 7 yang sakit.

Cara lain untuk memberi nama penyakit adalah menurut agen


penyebab infeksi, misalnya vibriosis sp, atau menurut jenis penyakit
patologis, misalnya penyakit ginjal benjol-benjol karena penambahan
jumlah sel. Apabila nama-nama penyakit diberi menurut satu prinsip maka
akan lebih mudah (Ghufran M.H., et al 2004). Metode pemeriksaan
ektoparasit pada permukaan tubuh dilakukan dengan cara scraping
(Noga, 2010). Pengerokan dilakukan dari ujung anterior kepala hingga
posterior sirip ekor, pengerokan dilakukan pada kedua sisi tubuh ikan dan
juga semua bagian sirip kemudian dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop dengan perbesaran 100x. Pemeriksaan insang ikan bandeng
dilakukan secara natif, yaitu dengan memeriksa secara langsung lamela
insang dengan menggunakan mikroskop perbesaran 40x dan 100x.

Dalam identifikasi atau dianogsa suatu penyakit, satu-satunya hal


yang perlu dilakukan adalah mengenal adanya suatu penyakit khusus
atau lebih yang berhubungan dengan ketida normalan dan
mengidentifikasi penyebab- penyebabnya. Bila penyebab penyakit pada
ikan sudah teridentifikasi, langkah selanjutnya yang harus dilakukan
adalah menentukan jenis dan cara pengobatan yang paling tepat (Ghufran
M.H., et al 2004). Dalam identifikasi penyakit ikan, akan lebih mudah
seseorang mempunyai kemampuan yang cukup. Seseorang yang hendak
melakukan identifikasi, selain harus mengetahui tanda-tanda ikan yang
terserang penyakit, nama-nama penyakit ikan dan teknik mendianogsis.
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
3.1 Ektoparasit

1. Ichthyopthirius multifilis (Protozoa bersiliata)

Identifikasi : Ichthyopthirius multifilis adalah ektoparasit pada ikan air


tawar yang dapat menyebabkan penyakit yang disebut penyakit bercak
putih atau Ich. Ich adalah salah satu penyakit yang paling sering muncul
pada ikan. ikan dalam bentuk bercak putih yang terlihat seperti garam.
Setiap bercak putih di tubuh ikan merupakan parasit yang telah berkista.

Ciri-ciri :Banyak bintik putih pada permukaan tubuh, produksi lendir yang
berlebihan pada permukaan tubuh.

Siklus hidup : Parasit ini masuk ke dalam kolam atau akuarium lewat ikan
yang baru atau peralatan yang dipindah dari satu tempat ke tempat lain.
Jika parasit ini masuk ke tempat penyimpanan ikan yang besar, parasit ini
sulit dikendalikan karena memiliki siklus reproduksi yang cepat dan tahap
hidup yang unik. Jika tidak dikendalikan, parasit ini akan menyebabkan
kematian pada ikan. Dengan penanganan yang baik, penyakit ini dapat
dikendalikan, tetapi akan memakan biaya yang besar

Infeksi : Penyakit ini muncul di tubuh, sirip, dan insang

2. Argulus japonicus (Kopepoda)


Identifikasi : Penyakit kutu ikan atau yang sering disebut dengan
“Argulosis” sering dijumpai pada ikan-ikan budidaya dan disebabkan oleh
Argulus sp. Parasit ini termasuk kelas Crustacea, sub kelas Branchiura
dan famili Argulidae. Adapun spesies Argulus yang dikenal antara lain
seperti Argulus indicus, A.siamensisi dan A.foliaceus.

Ciri-ciri : Parasit berbentuk bundar,panjang 5 mm,bergerak pada


permukaan tubuh. Menyebabkan erosi lendir (kasat) dan pendarahan pada
permukaan tubuh,ikan kurus.

Siklus hidup : Setiap betina A.japonicus matang telur, terlepas dari


ukuran, meletakkan antara 5-226 telur yang diatur dalam 1-6 baris. Telur
tersebut berbentuk oval dengan ukuran sekitar 0,2x0,3 mm. Telur tersebut
berwarna putih hingga kuning pucat, tapi dalam waktu 24 jam telur
mengalami perubahan warna menjadi menjadi kuning gelap atau coklat
muda. Menggambarkan tiga tahap perkembangan dari embrio Argulus
japonicus, yang pertama adalah pengembangan bintik mata, kemudian
pengembangan organ yang menempel di thorax, hingga tahap ketiga
meliputi gerakan embrio pada 24-48 jam sebelum menetas.

Infeksi : Argulus japonicus menjadi parasit dengan menghisap darah


inang, melakukan infestasi menusuk kulit inang melalui maxillule dan
preoral stylet. Akibat infestasi tersebut menyebabkan ulserasi dan
pendarahan, sehingga memberi akses terjadinya infeksi sekunder oleh
bakteri, jamur, virus, hingga menyebabkan kematian.

3. Lernaea cypriniacea (Kopepoda)


Identifikasi : Parasit Lernea cyrinaceae merupakan sejenis udang renik
yang berbentuk bulat panjang seperti cacing.

Ciri-cirinya : tidak memiliki karapas, antenula uniramus, mandibula


memiliki pulpus; disamping itu ciri khasnya memiliki 9 somit tubuh dan 6
pasang anggota tubuh, sejumlah anggotanya yang parasitik tidak
menunjukkan ciri tersebut. Parasit berbentuk silinder, berwarna agak
putih, panjang 12 mm, masuk (penetrasi) menembus permukaan tubuh
atau rongga mulut. Pendarahan di sekitarnya berada dan diikuti dengan
infeksi jamur.

Siklus hidup : Lernaea cyprinacea mempunyai siklus hidup langsung


tanpa inang perantara. Kutu jantan dan betina akan berpasangan pada
permukaan tubuh ikan. Meskipun demikian hanya kutu betina saja yang
kemudian menjadi parasit. Kutu jantan akan mati setelah mereka kawin.
Kutu betina akan menancapkan kepalanya kedalam jaringan tubuh ikan
dengan bantuan alat berbentuk jagnkar sehingga dia bisa menempelkan
dirinya dengan ketat pada tubuh ikan yang diinfeksinya. Hewan ini
selanjutnya akan menyerap darah dan memakan bagian-bagian sel ikan.

Infeksi : Kutu betina akan menancapkan kepalanya kedalam jaringan


tubuh ikan dengan bantuan alat berbentuk jagnkar sehingga dia bisa
menempelkan dirinya dengan ketat pada tubuh ikan yang diinfeksinya.
Hewan ini selanjutnya akan menyerap darah dan memakan bagian-bagian
sel ikan.

4. Glochidium (larva kerang air tawar)


Identifikasi : Tahap larva mikroskopis dari beberapa kerang air tawar,
moluska bivalvia air dalam keluarga Unionidae dan Margaritiferidae,
kerang sungai dan kerang mutiara air tawar Eropa. Larva ini berukuran
kecil dan biasanya berukuran antara 100 dan 200 mikrometer, atau kira-
kira sepertiga ukuran sebutir garam.

Ciri – ciri : Bintik putih, diameter 5 mm, terdapat di mulut daan sirip.
Produksi lendir yang berlebihan pada bagiannyang terinfeksi.

Siklus hidup : Larva glochidium yang merupakan suatu bentuk larva yang
termodifikasi untuk hidup sebagai parasit. Telur-telur dari ovarium akan
menuju rongga insang yang berfungsi sebagai ruang penetasan kemudian
akan dibuahi oleh sperma yang masuk mengikuti aliran air. Setelah
dibuahi, telur tersebut akan berkembang menjadi larva yang disebut
glochidium. Glochidium berukuran kisaran antara 0,05-0,5 milimeter.
Glochidium yang keluar dari induknya akan jatuh ke dasar perairan atau
terbawa arus air. Bila ada ikan yang berenang dekat dasar perairan, maka
glochidium akan mengatupkan kedua keping cangkang pada sirip ikan
atau bagian permukaan tubuh ikan. Larva glochidium akan membentuk
kista dan hidup sebagai parasit, mantel berisi sel phagocyte yang dapat
memakan jaringan insang. Selama periode parasit antara 10 sampai 30
hari terjadi metamorfosa dari glochidium menjadi anak kerang.

Infeksi : Glochidia menyebabkan gangguan fisiologi atau fungsi organ


pada ikan. Gangguan terjadi pada bagian hati, ginjal, dan insang yang
ditempeli glochidia. Selain itu, ganguan lain seperti penglihatan dan

kemampuan berenang ikan juga terpengaruh oleh sifat parasit glochidia .

5. Trichodina spp. (Prptozoa bersiliata)


Identifikasi : Trichodina sp. merupakan ektoparasit pada ikan air tawar
maupun ikan laut. Hampir semua spesies ikan dapat terserang Trichodina
sp. Inang yang paling sering terserang Trichodina sp. biasanya berasal
dari famili Trichodina sp. akan mudah menginfeksi ikan jika kepadatan
penebaran tinggi dan tingkat pemberian pakan yang tinggi serta kualitas
air yang rendah. Predileksi Trichodina sp. adalah permukaan tubuh, sirip
dan insang.

Ciri – ciri : Bentuk seperti piring/ cawan, diameter ± 50 µm, memiliki silia
disekelilingnya Patin, Nila, Mas, dan Botia Pada insang kulit dan insang.

Siklus hidup : Siklus hidup trichodina sangat sederhana, dia hanya


memiliki 1 host definitif dan tidak memiliki host intermediet. Transmisi
Trichodina terjadi melalui kontak langsung dari host yang terinfeksi
kepada host yang tidak terinfeksi. Trichodina berkembnag biak dengan
cara membelah diri atau binner. Pada saat melakukan pembelahan,
dentikel dari sel induk yg menghasilkan sel anak .

Infeksi : menginfeksi dengan cara menempel di lapisan epitel ikan dengan


bantuan ujung membran yang tajam. Setelah menempel, parasit segera
berputar-putar sehingga merusak sel-sel di sekitar tempat
penempelannya, memakan sel-sel epitel yang hancur dan mengakibatkan
iritasi yang serius. Pada lingkungan dengan populasi parasit yang cukup
tinggi, umumnya apabila kadar bahan organik cukup tinggi, kondisi ini
menjadi lebih berbahaya.

6. Oodinium sp. (Protozoa Dinoflagellata)


Identifikasi : Oodinium sp, dikenal sebagai parasit yang dapat
menginfeksi ikan ketika mengalami kondisi stres. Penggolongan Oodium
sp ini dimasukkan dalam jenis Flagellate kategori protozoa. Tetapi
Oodinium sp juga dapat dimasukkan dalam golongan algae, karena
parasit jenis ini memiliki klorofil. Oodinium sp dapat menyerang pada jenis
ikan air tawar dan air laut. Oodinium piluraris dan oodinium limneticum
menginfeksi ikan air tawar, sedangkan Oodinium ocellatum menginfeksi
ikan air laut.

Ciri-ciri : Berbentuk bundar sampai oval, diameter ± 20-80 µm, memiliki


fillamen seperti akar Patin, Botia Pada Kulit dan insang.

Sikus hidup :

Infeksi : Oodinium sp akan muncul ketika kualitas air jelek di dalam


akuarium atau kolam. Oodinium sp akan mencari ikan sebagai inang
untuk dia melangsungkan hidupnya. Ikan yang dipilih oleh parasit ini yaitu
ikan yang mengalami penurunan imunitas dan ikan yang stres. Oodinium
sp akan menempel pada ikan tersebut dengan menggunakan flagel,
kemudian parasit ini akan masuk ke dalam kulit dan selaput lendir pada
insang ikan melalui kaki penghisapnya. Kaki penghisap ini akan merusak
sel-sel di sekitar dan menghisap nutrisi pada dinding ikan untuk
makanannya. Setelah Oodinium sp menjadi dewasa, parasit ini akan
melepaskan diri dari inangnya (ikan yang ditumpanginya) dan dilepaskan
di dalam perairan. Parasit akan berenang bebas dan akan membelah diri
menjadi sel baru yang siap mencari inang.

7. Epistylis sp. (Protozoa bersiliata berkoloni)


Identifikasi : Ektoparasit jenis Epistylis sp. banyak ditemukan pada
daerah yang bersubstrat. Beberapa faktor lainnya seperti konsentrasi DO
yang rendah dapat meningkatkan pertumbuhan Epistylis sp. Epistylis sp.
dapat bereproduksi secara optimum pada perairan dengan suhu 10-25 °C,
pH 6,5-7 dan salinitas 15- 31‰. Epistylis sp. juga ditemukan melimpah
pada kisaran suhu 30-32 °C, DO 2,8-5,4 mg/L, pH 7,9- 8,7, dan salinitas
19-28‰.

Ciri – ciri : Berbentuk seperti silinder tipis atau lonceng dengan tangakai
yang panjang dan nonkontraktil, panjang kira-kira 0,4-0,5 µm. Nila, Mas,
Botia pada kulit

Siklus hidup :
Infeksi : Epistylis sp. ditemukan menginfeksi pada organ kaki jalan, kaki
renang, karapas, dan capit dengan jumlah total ektoparasit sebanyak 955
individu.

8. Gyrodactilus sp. (Trematoda monogenetik)

Identifikasi : Gyrodactylus sp merupakan cacing parasit ikan yang


menempel pada tubuh inang.

Ciri – ciri : Berbentuk memanjang, panjang ± 0,3-1,0 mm, memiliki


jangkar pada ujung posterior tapi tidak terdapat bintik mata dan
mempunyai anak dalam tubuh Nila, Patin Pada kulit
Siklus hidup : Berkembangbiak dengan melahirkan anakan yang sudah
mengandung anakan lagi. Semua anakan hasil reproduksi ini mampu
menginfeksi ikan tanpa adanya inang perantara.

Infeksi : Gyrodactylus sp menginfeksi tubuh dan sirip ikan


9. Argulus japonicas (Kopepoda)

Identifikasi : Alah satu ektoparasit yang menginfestasi ikan air tawar


dibagian sirip, kulit, insang dan seluruh permukaan tubuh.

Ciri – ciri : Berbentuk bundar, panjang ± 0,5 mm, 5 pasang kaki Mas,
Sepat siam Pada kulit

Siklus hidup : Telur Argulus japonicus yang menempel pada batu atau
dinding tambak budidaya.

Infeksi : Parasit ini menginfestasi inang dengan menusuk tubuh inang


dengan menggunakan stylet dan menghisap darah inang menggunakan
proboscis.InfestasiArgulus japonicus menyebabkan inang terluka
sehingga inang mengalami pendarahan, anemia, dan meningkatnya
produksi lender.

10. Lernaea cyprineacea (Kopepoda)

Identifikasi : Lernaeosis adalah penyakit pada ikan yang disebabkan oleh


serangan ektoparasit copepoda dari genus Lernaea. Ektoparasit ini dapat
ditemukan pada seluruh permukaan tubuh, mulut dan insang ikan.
Lernaea dapat menyebabkan iritasi pada kulit serta lesi.
Ciri – ciri : Berbentuk dengan jangkar posterior 2 pada silinder pasang
ujung Betutu, Mas Kulit, sirip, rongga perut.

Siklus hidup : Lernaea cyprinacea mempunyai siklus hidup langsung


tanpa inang perantara. Kutu jantan dan betina akan berpasangan pada
permukaan tubuh ikan. Meskipun demikian hanya kutu betina saja yang
kemudian menjadi parasit. Kutu jantan akan mati setelah mereka kawin.

Infeksi : Dapat ditemukan pada seluruh permukaan tubuh, mulut dan


insang ikan. Lernaea dapat menyebabkan iritasi pada kulit serta lesi.

3.2 Endoparasit
1. Bothriocephalus spp (Cestoda)

Identifikasi : . Bothriocephalus spp (Cestoda) merupakan kelas cacing


parasit yang mempunyai badan berbentuk pipih dorsoventral, bersegmen-
segmen, tidak mempunyai rongga badan, mempunyai scolex, leher dan
proglotid. Cacing ini bersifat hermaprodit, cara multiplikasi / reproduksi /
berkembang biak dengan jalan mengeluarkan telur (ovipar) dan kadang-
kadang perbanyakan dalam bentuk larva. Cara infeksi biasanya dengan
larva yang mengalami enkistasi masuk ke traktus digestivus hospes. Dua
ordo yang penting dalam kelas cestoda adalah Pseudophyllidea dan
Cyclophyllidea.

Ciri-ciri : Parasit mmembentuk memanjang, berwarna putih, panjang kira-


kira beberapa cm terdapat di rongga perut. Pembengkakan pada bagian
ventral tubuh.
Siklus Hidup : Siklus hidup pada Cestoda yang menginfeksi ikan,
membutuhkan lebih dari satu inang perantara untuk mencapai “final host”
yaitu mamalia atau vertebrata. Parasit ini pada final host hidup di dalam
intestin dan lambung inangnya. Cestoda adalah hewan yang hemaprodit.
Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut Scolex dan bagian badan
yang disebut strobila. Strobila merupakan deretan segmen yang disebut
proglottid-proglottid. Setiap proglottid mempunyai sepasang sel kelamin
jantan dan betina dan dapat melepaskan/menghasilkan telur. Telur-telur
ini dibuahi dengan cara pembuahan sendiri (self fertilisation) yaitu sel telur
dibuahi oleh sel sperma dalam proglottid yang sama, perkawinan antara
proglottid yang satu dengan yang lain pada strobila yang sama atau
perkawinan antara proglottid dari strobila yang berbeda.

Infeksi : Infeksi Cestoda dapat memperlihatkan adanya ketergantungan


ukuran dan umur seperti pada larva Trypanorhychus; Poecilancistrium
caryophylum yang menginfeksi ikan Sciaenid di daerah perairan Pantai
Texas di dapatkan bahwa ikan yang berumur kurang dari satu tahun tidak
diinfeksi oleh parasit ini, dan penurunan prevalensi terjadi pada ikan yang
berumur lebih dari 3 (tiga) tahun. Pada ikan trout laut, infeksi tidak di
temukan pada ukuran kurang dari 140 mm dan infeksi dapat mencapai
40% dari populasi dan dapat ditemukan pada rongga perut.

2. Neobenedenia pargueraenis

Identifikasi dan ciri : Lambung yang


telah diambil dan dikeluarkan dengan menggunakan pinset. Kemudian
dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi air sampel. Rongga perut
dan permukaan organ dalam diamati dengan menggunakan mikroskop.
Selanjutnya organ lambung tersebut dibedah lalu digerus kemudian
diletakkan di atas slides glass. Kemudian amati mikroskop. cacing ini
memiliki bentuk tubuh oval lonjong dan pipih, memiliki panjang (dewasa)
3-6 mm. Terdapat sepasang anterior sucker berbentuk bulat, terdapat
opishaptor besar dibagian posterior yang digunakan menempel pada
inang, cacing ini bersifat hermaprodit.

Siklus hidup: Dalam tubuh inang pada saluran pencernaan seperti


lambung

Infeksi : Pada organ lambung.

3. Mecoderus sp

Identifikasi dan ciri : Organ usus dikeluarkan. Isi perut dikeluarkan dari
usus. Isi perut diambil sedikit dan diletakkan di atas gelas objek glass,
kemudian ditetesi dengan larutan NaCl, kemudian ditutup dengan kaca
penutup. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop. Memiliki tubuh yang
panjang dan memiliki dua ujung pada kedua ujungnya belum jelas antara
mulut dan ekor. Cacing ini hanya terlihat dengan bentuk tubuh panjang
yang terlihat tubuh seperti terputus-putus, bentuk tubuh memanjang,
memiliki dua ujung yaitu mulut dan lubang ekskretori.

Siklus hidup : Menyerap sari-sari makanan yang masuk kedalam usus


dan menuju ke aliran darah dan di dalam usus

Infeksi : pada organ usus.


4. Lecithochirium

Identifikasi dan ciri :


Pemeriksaan dilakukan dengan membedah tubuh ikan sampel untuk
mengeluarkan usus. Selanjutnya usus dipotong secara vertikal dan isinya
digerus kemudian diletakkan di atas object glass lalu ditetesi dengan
larutan NaCl. Langkah berikutnya yaitu diamati di bawah mikroskop.
Berukuran panjang 1,1 sampai 2,8 mm dengan bentuk tubuh memanjang
dan menggembung disekitar ventral sucker yang terletak di anterior tubuh.
Oral sucker terletak di sub terminal dengan diameter 0,13mm. Memiliki
esophagus yang sangat pendek dan uterus yang melilit. Genital pore
terletak di belakang oral sucker dan diantara intestine.

Siklus hidup : dimulai dari telur yang hidup bebas di perairan menetas
melalui terbukanya operkulum menjadi miracidium, kemudian menembus
permukaan kulit inang perantara siput (moluska) yang akan berkembang
di tubuhnya menjadi cercaria dan lepas ke perairan menuju inang
perantara kedua (ikan, krustasea) dan berkembang menjadi metacercaria
dalam tubuhnya.

Infeksi : Tubuh ikan adalah pada saluran pencernaan yaitu lambung,


usus, dan caecumcaecum.

5. Prosorhynchus
Identifikasi dan ciri : Membedah ikan dengan cara memotong rongga
perut (cavum abdomen), mulai dari anus sampai dengan sirip dada
dengan tidak merusak bagian organ dalam. Membuka rongga perut
dengan teliti dan memisahkan bagian-bagian organ-organ terutama organ
pencernaan (rongga mulut/cavum oris, kerongkongan, lambung,
usus/intestine dan anus) lalu menyimpannya di cawan petri, kemudian
dilakukan pengerikan pada bagian Dinding usus, rongga perut, dll untuk
mengeluarkan cairan dan kotoran. Selanjutnya cairan tersebut diaduk dan
diamati di bawah mikroskop. tubuh yang memanjang dan tidak tumpul di
kedua ujungnya. Kutikulanya tertutupi oleh duri dan tubuhnya melebar di
bagian ovarium. Testis terletak di sisi kanan tubuh dan genital pore
terletak di posterior tubuh.

Siklus hidup : Hidup yang dimulai dari telur yang hidup bebas di perairan
menetas melalui terbukanya operkulum menjadi miracidium, kemudian
menembus permukaan kulit inang perantara

Infeksi : Dalam tubuh ikan adalah usus, rongga perut, dan otot

6. Dactylogirus spp. (Trematoda monogentik)

Identifikasi dan ciri : berbentuk pipih, pada bagian anterior terdapat


pharynx, pada bagian posterior terdapat disk (lempengan) yang berisi
beberapa jangkar, dua pada bagian tengah dan 14 pada bagian sisi.
Bentuk dan ukuran jangkar tengah yang berfungsi sebagai alat
pengcengkram beserta plat penghubungnya merupakan organ penting
dalam identifikasi spesies.
Siklus hidup : Telur menetas kemudian menjadi larva bersilia yang
disebut oncomiracidium, yang menyerang hospes atau hanya hidup bebas
di air sebelum menempel pada hospes. Dactylogyrus sp. merupakan
cacing renik yang memiliki siklus hidup sederhana, bersifat hermaprodit,
dan berbulu getar. Di kolam budidaya, biasanya larva tersebut berenang
hingga menemukan inangnya berupa ikan budidaya. Saat sudah
menemukan inang, larva akan menempelkan jangkarnya pada organ
insang. Ikan yang terkena larva tersebut memiliki gejala gangguan dalam
berenang dan tubuhnya melemas.

Infeksi : terjadi sudah cukup parah, ikan akan kesulitan menyerap


oksigen. Saat serangan sudah semakin akut, bagian insang akan terlihat
berdarah, dan kulit berlendir serta berubah warna menjadi pucat. Hal
tersebut dikarenakan larva menyerang bagian sekresi mukus secara
berlebihan.

7. Diphyllobothrium latum

Identifikasi dan ciri : Usus yang telah diambil dan dikeluarkan dengan
menggunakan pinset. Kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang
berisi air sampel. Rongga perut dan permukaan organ dalam diamati
dengan menggunakan mikroskop. Selanjutnya organ usus tersebut
dibedah lalu digerus kemudian diletakkan di atas slides glass. Kemudian
amati dengan mikroskop. Bentuk tubuh panjang dan pipih seperti pita
sehingga disebut cacing pita, dimana bagian tubuhnya memiliki garis yang
menyerupai sekat-sekat dan memiliki ujung yang runcing.

Siklus hidup : Menempel pada mukosa dari usus, dimana mereka


menjadi cacing dewasa
Infeksi : Pada organ usus

8. Myxobolus sp.

Identifikasi dan ciri-ciri : Siste = diameter 0,1-7 mm, spora = berbentuk


seperti buah pear, berukuran ± 14- 15 x 7-8 µm . Myxobolus sp
menginfeksi insang dari ikan common carp dan golfish, parasit ini
membentuk kista pada lembar insang ikan, sehingga akan menghalangi
proses penyerapan oksigen. Diagnosa infeksi Myxobolus sp berdasarkan
identifikasi myxospora yang terbentuk pada insang famili Cyprinidae,
menggunakan teknik wet mount dan teknik polymerase chain reaction
pada 18S rDNA sebagai identifikasi spesies myxospora yang lebih cepat.

Siklus hidup : Di Indonesia, Myxobolus sp dilaporkan menyerang


berbagai spesies ikan air tawar, salah satunya dalam budidaya ikan
karper karena mengakibatkan kematian 60-90% dari populasi ikan yang
terinfeksi. Dampak dari infestasi Myxobolus sp. bergantung pada tingkat
infestasi dan lokasi kista. Infestasi besar yang terjadi pada insang
menyebabkan kematian jaringan (necrosis) dan tidak berfungsinya
pernafasan.

Infeksi : Infeksi yang terjadi pada usus, akan menyebabkan myolitic pada
dinding usus.
9. Gorgorbynchus sp

Identifikasi dan ciri-ciri : Berbentuk memanjang, berwarna putih,


berukuran kira- kira beberapa cm. Rongga perut.

Siklus hidup : Siklus hidup pada Cestoda yang menginfeksi ikan,


membutuhkan lebih dari satu inang perantara untuk mencapai “final host”
yaitu mamalia atau vertebrata. Parasit ini pada final host hidup di dalam
intestin dan lambung inangnya. Cestoda adalah hewan yang hemaprodit.
Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut Scolex dan bagian badan
yang disebut strobili.

Infeksi : parasit ini berada dalam tubuh ikan dalam jumlah yang banyak,
dapat menyebabkan terjadinya perubahan patalogi pada pada tubuh ikan.
Seperti respon imflamasi pada otot dan luka yang meluas pada
permukaan tubuh dilaporkan terjadi pada ikan “striped bass”, Morone
saxatitlis di perairan California yang disebabkan oleh Lacistorhynchus
tenuis. Infeksi pada organ tubuh penting lainnya seperti tulang insang (gill
arches).

10. Strongyloididae
Identifikasi : Pemeriksaan organ dalam tubuh ikan dilakukan dengan
membedah tubuh ikan, organ usus diambil dan dimasukan kedalam botol
film yang berisi Alkohol 70%. Organ usus dikeluarkan dari botol sampel
yang berisi larutan Alcohol 70%. Isi usus dikeluarkan dari usus, isi usus
diambil sedikit dan diletakkan di atas gelas objek glass, kemudian ditetesi
dengan larutan NaCl, kemudian ditutup dengan kaca penutup.
Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop

Ciri-ciri : Bersifat saprofit, esofagus silindris memanjang (filafrom),


esofagus dengan bulbus valvulatorius

Siklus hidup : Saluran pencernaan ikan khususnya usus, menempel


pada dinding organ dan termasuk dalam fase dewasa

Infeksi : Pada organ usus


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan


berkembang dalam tubuh ikan, sehingga organ tubuh ikan terganggu,
akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan. Hal yang sering
menyebabkan terjadinya penyakit yang disebabkan oleh organisme
parasit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka
karena gesekan dengan benda keras, jika terlambat mengobatinya maka
tubuh ikan dapat mengalami infeksi skunder karena serangan organisme
parasit. Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit terbukti
telah menimbulkan banyak kematian pada ikan. Parasit memliki dua jenis
yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang
menyerang bagian luar tubuh ikan sedangkan Endoparasit adalah parasite
yang menyerang bagian dalam atau organ pada ikan. Setiap jenis parasite
memiliki ciri ciri , siklus hidup, dan infeksi yang berbeda beda.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed A, Ali, S M K dan Samad A. 1991. Probable cause of fish ulcer in


Bangladesh. Nutrition news. 14(1): 3p.

Aryani, N. Henny, S. Iesje l. Morina, R. 2005 Parasit dan Penyakit Ikan


Universitas Riau Press. Riau.

Aria, P.2008. http:// Kesehatan Ikan_Parasit_Penularan. Html. Prevalensi dan


Intensitas Parasit (Tingkat Penularan).

Afrianto E. dan Evi L. 1992.Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius.


Yogyakarta. 89 hal.

Bowman DD. 1999. Parasitology for veterinarians seventh edition.


Philadelphia.Wb Saunders Company. 24 p.

Bhakti, S. 2011. Prevalensi dan Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Koi (Cyprinus
carpio) di Beberapa Lokasi Budidaya Ikan Hias di Jawa Timur. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Callinan, R.B., dan Rowland, S.J. (1995). Penyakit bertengger perak. In: S.J.
Rowland dan C. Bryant (Eds), Silver Perch Budaya. Prosiding Perak Perch
Lokakarya, Grafton dan Narrandera, April 1994 Austasia Budidaya, Sandy
Bay, Tasmania. Pp 67-75.

Dharsana, R. 1987 . Infeksi cacing hati (fasciola gigantica) pada ternak di


indonesia.

Daelami D. 2001.Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta 30 hal.

Dalimunthe SY,. ( Januari 2006)., Manajemen Penyakit Ikan (Diktat Kuliah)


Universitas Brawijaya,. Malang.

Ghuffran H. dan Kordi K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan.


Pt.
Asdi Mahasatya. Jakarta.

Gusrina. 2008. budidaya Ikan Jilid 3.Departemen pendidikan Nasional. Cianjur.


Jakarta.

Hoffman. 1967.http://zipcodezoo.com/key/animalia/eukaryota_domain.asp.
Ichthyophthirius multifilis. (Online) 31 Desember 2010.

Huda, S. 2008. Penyakit Pada Budidaya Ikan Air Tawar.


http://www.google.com/dkp.banten.go.id/new s. 28/12/2008.

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fhis Cultured in The Tropics. London

Anda mungkin juga menyukai