Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH LEMBAGA PENDIDIKAN KHUSUS TUNAGRAHITA

DI JAWA

Mumpuniarti
FIP Universitas Negeri Yogyakarta (email: nmumpuniarti@yahoo.com)

Abstrak: Sejarah Lembaga Pendidikan Khusus Tunagrahita Di jawa. Pene-


litian ini bertujuan untuk merefleksi kausalitas dan masalah utama dalam
mendirikan lembaga untuk siswa dengan keterbelakangan mental. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode historis dan reflektif-
interpretatif. Hal ini dilakukan dalam tahap berikut: tahap pengumpulan sum-
ber, tahap pengelompokkan sumber dan ke tahap sumber penting. Tahap ana-
lisis dilakukan dengan basis interpretatif mengenai implikasi dari sumber dan
menjelaskan tema dasar pada kausalitas dan masalah utama. Temuan berikut
menunjukkan perkembangan Lembaga pendidikan bagi siswa dengan keterbe-
lakangan mental di Jawa dalam memecahkan masalah pembelajaran terhadap
siswa di sekolah dasar dan ditangani melalui program khusus untuk siswa
dengan keterbelakangan mental. Masalah utama yang berkelanjutan pada insti-
tusi khusus untuk siswa dengan keterbelakangan mental adalah implementasi
program khusus dengan program keahlian.

Kata Kunci: sejarah, institusi pendidikan khusus, keterbelakangan mental

Abstract: Historical of Institution for Education of Mentally Retarded. This


study aims to reflec of causality and main’s problem to stand of institution for
mentally retarded. This study employed the qualitative approach with historical
method and reflective-interpretative. It was conducted in following stages: the
sources collecting stage, categorizing sources and to critical sources stage. The
analysis stage to conduct with interpretatif base on implication of the sources
and to explain of theme base on causality and main problems. The following
findings show the development of Institution of education for mentally retarded
students in Java in solving of learning problems of student in elementary school
and to carry out the special programs for special needs for mentally retarded
students. The main sustainable problem for special institution for mentally
retarded student is the implementation of special program with skill program.

Keywords: history, special education institution, mentally retarded

479
480

PENDAHULUAN Kebutuhan lembaga khusus diper-


Pengkajian sejarah dikemukakan lukan oleh masyarakat untuk mendi-
oleh Jakob Burckhardt dalam Thoughts dik anak yang dianggap berkelainan/
on World History (Cassirer, 1990:261) cacat, termasuk penyandang tunagra-
untuk mengetahui dengan pasti un- hita. Lembaga khusus itu pada awal-
sur-unsur konstan yang selalu ber- nya cenderung untuk perawatan per-
ulang dan tipikal. Unsur-unsur kon- manen karena tunagrahita dipandang
stan tentang kebutuhan sebuah lem- kecacatan yang permanen. Kecacatan
baga khusus bagi tunagrahita sebagai itu tidak memungkinkan mereka un-
usaha mempertahankan perlunya lem- tuk mandiri di masyarakat. Oleh ka-
baga itu di tengah-tengah masyarakat. rena itu, keberadaan lembaga khusus
Lembaga khusus bagi pendidikan tu- dibutuhkan untuk mengurangi masa-
nagrahita merupakan upaya yang di- lah di masyarakat. Pergeseran zaman
lakukan sebagian masyarakat atau ne- berimplikasi paradigma masyarakat
gara dalam menampung tunagrahita. dalam memandang potensi tunagra-
Sebuah tempat penampungan ini di- hita. Mereka masih mampu untuk di-
fungsikan untuk mendidik mereka, optimalkan sehingga kebutuhan lem-
namun juga ada yang dipergunakan baga bergeser menjadi lembaga pen-
sebagai tempat perawatan sepanjang didikan sekaligus masih bertahan un-
hayat bagi tunagrahita. tuk perawatan dengan bentuk asrama.
Lembaga khusus yang berfungsi Keberlangsungan lembaga pendidik-
bagi pendidikan tunagrahita perlu di- an khusus bagi tunagrahita tergan-
kaji eksistensinya di tengah masyara- tung kepentingan masyarakat. Kajian
kat. Lembaga itu menjadi sebuah ke- untuk keberlangsungan lembaga pen-
butuhan dan memiliki keberlangsung- didikan bagi tunagrahita perlu diten-
an dalam fungsi pendidikan, tidak tukan sesuai dengan paradigma ma-
lepas dari sejarah munculnya lembaga syarakat, terutama bagi para orang
pendidikan khusus bagi tunagrahita. tua penyandang tunagrahita. Mereka
Lembaga tersebut sebagai sebuah ke- yang berkaitan langsung memanfaat-
butuhan yang perlu dipertahankan kan lembaga tersebut dalam meng-
fungsinya karena memberi makna upayakan masa depan anaknya yang
bagi yang membutuhkan. Kebutuhan mengalami ketunagrahitaan.
sebuah lembaga pendidikan khusus Pendidikan merupakan upaya sa-
bagi tunagrahita dan keberlangsungan dar memanusiakan manusia dalam
dalam masyarakat juga sebuah reflek- habitus kemanusiaan. Hal itu merujuk
si dari kehadiran fungsi pendidikan Tilaar (2005:110) yang mengatakan
khusus bagi tunagrahita. Untuk itu, bahwa pendidikan “proses-menjadi-
sejarah lembaga khusus bagi tunagra- manusia terjadi di dalam habitus ke-
hita perlu dikaji kembali dalam reflek- manusiaan.” Habitus kemanusiaan me-
si fungsi pendidikan bagi tunagrahita. rupakan lingkungan alam dan budaya
masyarakat. Habitus tersebut terdapat

Cakrawala Pendidikan, November 2012, Th. XXXI, No. 3


481

fenomena pendidikan. Fenomena ten- Tunagrahita atau yang disebut


tang membantu potensi, perilaku, dan mentally retarded menurut AAMR
nilai peserta didik dalam kehidupan (Association American Mental Retar-
sehari-hari menuju kepada suatu tuju- dation) yang disampaikan oleh Ruth
an yang dilakukan oleh pendidik. Tu- Luckasson (Smith, et.all., 2002:50; Weh-
juan untuk menjadi manusia sesuai meyer, et.all., 2008:21) sebagai berikut.
dengan habitus kemanusiaan itulah “Mental retardation “refers to substantial
yang perlu pengkajian kelembagaan, limitations in present functioning. It is
seperti halnya lembaga khusus pendi- characterized by significantly subaverage
dikan bagi tunagrahita. intellectual functioning, existing concur-
Lembaga pendidikan khusus bagi rently with related limitations in two or
tunagrahita sebagai respon terhadap more of the following applicable adaptive
pandangan penyimpangan dengan skill areas: communication, self-care, home
living, social skills, community use, self-
upaya menyendirikan tunagrahita di
direction, health and safety, functional aca-
lembaga khusus. Lembaga itu dipan-
demics, leisure and work. Mental retar-
dang sebagai solusi untuk merawat dation manifests before age 18.”
tunagrahita sepanjang hayat atau mem-
berikan pendidikan secara khusus. Definisi dari AAMR tersebut yang
Manusia yang berbudaya dalam ma- sekarang menjadi dasar untuk petun-
syarakat akan membentuk nilai yang juk atau identifikasi pada individu
menjadi norma budaya itu sendiri. yang dianggap kategori retardasi
Manusia yang dipandang tidak mam- mental atau tunagrahita. Individu di-
pu secara budaya atau nilai budaya anggap terbelakang mental jika me-
dilabel menyimpang. Label inilah menuhi dua kriteria yang dikemuka-
yang menciptakan kontruks sosial kan oleh AAMR. Keterbelakangan
bahwa penyandang cacat atau kelain- atau kekurangan dalam adaptasi ting-
an sebagai penyimpangan. Nilai ber- kah laku dan kekurangan penyesuai-
pengaruh terhadap label kelainan an diri dengan lingkungannya diukur
yang dikaitkan dengan budaya ma- dengan taraf usia menurut kalender
syarakat. Hal itu dikemukakan Sunar- yang telah dicapai seorang anak. Itu-
di (1995:17) bahwa pengaruh label lah yang menjadi penekanan berbagai
yang dimiliki seseorang merupakan definisi tentang anak terbelakang men-
akibat respon budaya terhadap perila- tal atau tunagrahita. Keterbelakangan
kunya. Respon budaya inilah yang tersebut meliputi 10 bidang keteram-
menimbulkan cultural diversity. Nilai pilan adaptif, yaitu: komunikasi, me-
cultural diversity itu juga digunakan nolong diri sendiri, keterampilan ke-
untuk melabel penyandang tunagra- hidupan di keluarga, keterampilan so-
hita sebagai anggota masyarakat yang sial, kebiasaan di masyarakat, peng-
menyimpang sehingga mereka perlu arahan diri, menjaga kesehatan dan
sebuah lembaga khusus untuk meng- keamanan diri, akademik fungsional,
atasi kondisi penyimpangan tunag- waktu luang dan kerja.
rahita.

Sejarah Lembaga Pendidikan Khusus Tunagrahita di Jawa


482

Pendidikan khusus bagi tunagra- tunagrahita. Esensi tersebut perlu di-


hita berupa pemberian program khu- kembangkan lebih baik dan lebih maju
sus dan program pendidikan lainnya sesuai dengan teori sejarah pendidik-
agar tunagrahita mampu beradaptasi an yang dikemukakan Roeslan Abdul-
di masyarakat secara budaya. Tuna- gani (Barnadib, 1982:26), bahwa untuk
grahita sebagai individu bagian dari memilih pandangan mengenai sejarah
masyarakat juga memerlukan berkem- pendidikan hendaklah yang dapat
bang menuju manusia dalam habitus dipergunakan sebagai “teleskop” atau
kemanusiaan. Hambatan perkembang- alat teropong ke masa depan. Keper-
an yang ada pada tunagrahita perlu cayaan akan kehendak Illahi Yang
program khusus, dan intensitas pro- Maha Esa tetap menjadi pedoman,
gram itu diselenggarakan di lembaga namun selalu berusaha untuk maju
pendidikan khusus. Dalam konteks terus. Pandangan progresif ini tetap
optimalisasi pendidikan bagi tunagra- meyakini hal-hal masa lampau selalu
hita inilah perlunya lembaga khusus berulang, tetapi ulangan berikutnya
bagi tunagrahita. ke arah meningkat lebih tinggi dan
Tugas kajian historis dalam ilmu maju.
pendidikan dikemukakan Barnadib Kelembagaan bagi tunagrahita
(1982:12-13) yang mengungkapkan muncul yang di masa lalu tidak lepas
bahwa pendidikan yang dilakukan di bersumber dari pandangan masyara-
masa lampau yang mengandung ga- kat terhadap tunagrahita. Tunagrahita
gasan tertentu. Gagasan itu menjadi di masa lalu dipandang sebagai makh-
sumbangan bagi perkembangan ilmu luk yang aneh yang perlu disendiri-
pendidikan sistematis. Gagasan yang kan dari masyarakat. Perkembangan
diungkap termasuk landasan yang di- masyarakat menentukan juga perlaku-
gunakan. Hal ini mendasari pengkaji- an terhadap tunagrahita, bahwa tuna-
an gagasan perlunya pendidikan bagi grahita yang hidup di masyarakat ber-
tunagrahita dengan model kelemba- sifat agraris tidak menjadikan pro-
gaan secara khusus. Gagasan masa blem di masyarakat, namun perubah-
lampau tentang perlunya lembaga an ke arah masyarakat yang kompleks
khusus bagi tunagrahita adalah se- adanya tunagrahita menjadikan pro-
buah refleksi untuk keberlangsungan blem bagi masyarakat. Hal itu dike-
pendidikan khusus bagi tunagrahita. mukakan oleh Drew, Logan, dan
Gagasan masa lampau tentang Hardman (1986:50), ”Before 1800, with
mengupayakan pendidikan khusus a few notable exceptions, the mentally re-
bagi penyandang tunagrahita/terbe- tarded were not considered to be an
lakang mental merupakan kontribusi overriding social problem in any society.
terhadap perkembangan pendidikan This is because the more severely retarded
khusus. Esensi pendidikan khusus either were killed or died of natural causes
bagi tunagrahita hadir dan mampu at an early age. Those who today we
berlangsung dalam perubahan zaman would term mildly retarded were usually
sebagai dasar pendidikan khusus bagi

Cakrawala Pendidikan, November 2012, Th. XXXI, No. 3


483

sufficiently able to contribute to an agra- able philosophical shift; since there had
rian society in a meaningful way.” previously been at least guarded optimism
Dalam cerita di atas, disebutkan that institutions would be able to provide
bahwa sebelum tahun 1800, penyan- education and training for their retarded
dang tunagrahita atau mental retarda- inmates. Societal fears therefore have in-
si tidak dipertimbangkan sebagai se- fluenced the nature, role, and function of
buah problem masyarakat yang mem- such institutions in society.”
beratkan. Hal ini disebabkan penyan- Menurut riwayat tersebut, lemba-
dang yang retardasinya berat secara ga bagi tunagrahita diperuntukkan
alami meninggal di awal kehidupan- tempat perawatan dan pencegahan
nya. Bagi penyandang yang retardasi reproduksi. Tujuan itu menjadi me-
ringan cukup mampu berkontribusi ngemuka karena rasa optimis yang
pada masyarakat agraris dengan cara sedikit terhadap peranan lembaga
yang bermakna. Riwayat tersebut yang mampu menyediakan pendidik-
mengasumsikan bahwa tunagrahita an dan latihan bagi orang retardasi
sebagai problem di masyarakat ter- penghuni lembaga. Ketakutan masya-
gantung kondisi perkembangan ma- rakat berpengaruh terhadap sifat, pe-
syarakat. Bagi tunagrahita ringan, ranan, dan fungsi lembaga-lembaga
mampu berkontribusi pada masyara- perawatan bagi tunagrahita di masya-
kat yang sederhana seperti masyara- rakat. Tujuan yang diperuntukkan pe-
kat yang agraris, bagi yang tunagra- rawatan dan pencegahan reproduksi
hita yang berat karena kondisinya menjadkan lembaga bagi orang-orang
yang secara fisik juga lemah secara retardasi atau tunagrahita sebagai
alami tidak berumur panjang. tempat perawatan atau asrama yang
Dalam perkembangan masyarakat permanen. Mulai fenomena ini lem-
selanjutnya, tunagrahita sebagai se- baga bagi tunagrahita sebagai institu-
buah beban yang ada di masyarakat. tionalization dan sterilization dengan
Beban itu juga terkait pada tunagra- melakukan perawatan pada tunagra-
hita di kehidupan masa dewasa. Pada hita sepanjang hidup.
masa dewasa, mereka diragukan ke- Perkembangan kelembagaan un-
mampuannya untuk bertanggung ja- tuk anak yang dipandang tunagrahita
wab dalam berkeluarga. Untuk itu, di Indonesia menurut Suparlan (1983:
Drew, Logan, dan Hardman (1986: 52) 69) lebih banyak muncul sejak diada-
meriwayatkan: ”Because of the fear of kannya Seminar untuk Kesejahteraan
mental retardation, support for control- Penderita Cacat Mental tahun 1967 di
ling methods such as sterilization and in- Yogyakarta. Demikian juga, program-
carceration became relatively widespread. nya berorientasi keterampilan. Hal ter-
The result was an almost immediate and sebut juga dikemukakan oleh John
virtual destruction of special schools in Langlo dan Kevin (Astati, 2001:16)
some states. The purpose of the schools bahwa inti kurikulum sekolah mene-
now became custodial care to prevent re- ngah bagi tunagrahita ialah pendi-
production. This represented a consider- dikan keterampilan yang mengarah-

Sejarah Lembaga Pendidikan Khusus Tunagrahita di Jawa


484

kan pada pekerjaan. Keterampilan se- khusus bagi tunagrahita di Jawa. Pa-
bagai program yang mensejarah da- paran itu menunjukkan suatu refleksi
lam kelembagaan bagi tunagrahita kepentingan lembaga pendidikan khu-
juga atas dasar ide dari Alice Chan- sus bagi tunagrahita di tengah masya-
ning dan Marcella E. Douglas di tahun rakat. Lembaga-lembaga tersebut di-
1940 dengan istilah Occupational Edu- fokuskan pada peristiwa sesudah In-
cation (Suparlan, 1983:21). donesia merdeka.

METODE Kausalitas di Wilayah Jakarta


Sumber sejarah dari penelitian ini Lembaga ‘Asih Budi’ dianggap se-
berasal dari dokumen tertulis berupa bagai lembaga pendidikan bagi tuna-
buku-buku dari kenangan yang di- grahita di Jakarta atas dasar pernya-
susun oleh lembaga-lembaga pendi- taan tertulis yang bersumber dari se-
dikan tunagrahita. Buku-buku yang buah buku kenangan 40 tahun per-
ditulis oleh Suparlan diterbitkan oleh jalanan ‘Asih Budi’. Beberapa sumber
Pustaka Pelajar Yogyakarta tahun tertulis tentang perjalanan ‘Asih Budi’
1983, serta hasil wawancara dengan terdapat dari berbagai tulisan orang-
kepala sekolah dan orang tua penyan- orang kunci yang membina yayasan
dang tunagrahita di lembaga pendi- tersebut, dan telah dihimpun dalam
dikan khusus tunagrahita. Pemilihan suatu buku kenangan saat merayakan
sumber dipilih pada sekolah khusus ulang tahun ke-41. Buku itu berjudul
tunagrahita yang paling tertua berdiri “Asih Mengasah & Mengasuh Budi” da-
di Daerah Istimewa Yogyakarta. lam rangka menjelaskan perjalanan 40
Hasil dokumen dan wawancara tahun (mulai 1957 sampai dengan
dipilih setelah dilakukan kritik sum- 1997) memberdayakan penyandang
ber atas dasar sifat atau atribut sum- tunagrahita. Asih Budi sebagai kate-
ber. Kritik eksternal atas dasar otenti- gori perintis pertama sekolah khusus
tas sumber informasi yang terdapat tunagrahita di Jakarta didapatkan dari
pada sumber, sedangkan kritik inter- tulisan pengantar pada buku tersebut
nal atas dasar arti dan kebenaran pada di halaman xiii, sebagai berikut.
isi dari sumber. Analisis dilakukan pe- “Dalam buku ini kami persem-
nafsiran atas dasar isi pesan yang ter- bahkan kisah sebuah sekolah yang
sirat dari sumber, dan penjelasan te- didirikan oleh seorang ibu yang
matik sebagai sintesis atas dasar kau- menyesalkan, bahwa putranya ti-
salitas dan pokok persoalan untuk di- dak diberikan kesempatan untuk
sajikan sebagai ceritera sejarah (histo- bertumbuh kembang. Putranya ada-
riografi). lah Achmad Soerjomihardjo yang
gugur dalam revolusi melawan ten-
tara Belanda. Ibunya ingin mem-
HASIL DAN PEMBAHASAN
berikan kesempatan ini kepada se-
Hasil penelitian dipaparkan atas bagian putra-putri Indonesia yang
dasar tema kausalitas dan pokok per- mungkin diabaikan oleh orang tua
soalan adanya lembaga pendidikan

Cakrawala Pendidikan, November 2012, Th. XXXI, No. 3


485

mereka karena tidak mengetahui hita dikarenakan sebagian para pe-


cara bagaimana mendidik putra- nyandang tunagrahita menampakkan
putri mereka. fisik yang normal. Mereka baru ter-
Siapakah Ibu yang luar biasa
lihat perlu perhatian khusus ketika
ini? Ia adalah almarhumah ibu His-
harus mengikuti proses belajar, teruta-
nat Soerjomihardjo dan sekolah
yang didirikannya adalah sekolah ma belajar yang bersifat akademis.
Asih Budi yang di masa itu me- Pernyataan tersebut juga didapatkan
rupakan sekolah satu-satunya un- pada riwayat mulainya ide didirikan
tuk anak-anak tunagrahita di Jakar- sebuah yayasan ‘Asih Budi’. Demikian
ta. Sekolah ini didirikan dengan juga beberapa sumber tertulis lain
modal Rp. 100,-.” yang memperkuat bahwa saat tahun
(Sumber dari buku kenangan 40 lima puluhan belum banyak perhatian
tahun ‘Asih Budi’ yang diberi judul
kepada penyandang tunagrahita. Se-
“Asih Mengasah & Mengasuh
cara berturut-turut dapat dituturkan
Budi”)
sebagai berikut.
Pada tulisan paragraf baris akhir Sumber yang berasal dari tulisan
dari paragraf pertama disebutkan bah- Pia Alisyahbana-Soerjomihardjo se-
wa tujuan mendirikan sekolah adalah orang puteri pendiri Asih Budi. Tu-
untuk mendidik sebagian putra-putri lisan itu mengenai Asal Mula sekolah
Indonesia yang diabaikan oleh orang Asih Budi di halaman 3-4 diceritakan
tua mereka karena tidak mengetahui sebagai berikut.
“Sering kali kenalan-kenalan
cara mendidiknya. Pada saat tersebut,
Ibu datang membawa putera-pu-
yaitu saat perlunya dirintis sekolah
terinya, yang mengalami kesulitan
khusus bagi tunagrahita, kondisi ma- belajar di sekolah untuk mendapat
sih kurangnya perhatian terhadap tu- pelajaran ekstra pada Ibu. Ketika
nagrahita. Hal tersebut juga diperkuat itu—tahun 1950—kami tinggal di
oleh pernyataan ilustrasi pokok dari pojok Pegangsaan Timur dan Jalan
buku riwayat perjalanan yayasan Asih Diponegoro, sekarang dikenal se-
Budi, berikut: bagai Jalan Proklamasi. Rumah
tinggal itu sudah tidak ada, tetapi
“Pada tahun limapuluhan ber- telah direnovasi menjadi sebuah
bagai penyandang cacat telah men- bank. Di sanalah, di meja makan
dapat perhatian khusus dari peme- kami yang bulat, ibu memberi pe-
rintah maupun dari fihak swasta. lajaran-pelajaran tambahan. Ibu mu-
Namun, ada satu golongan pe- lai mengajar seorang anak perem-
nyandang cacat yang masih kurang puan berumur 9 tahun. Baik ibunya
diperhatikan, ialah penyandang tu- maupun gurunya sudah putus asa
nagrahita”. dengan anak ini. Selama empat bu-
Kondisi saat tahun lima puluhan lan Ibu mengajarnya di rumah. Ter-
nyata kesulitannya adalah tidak
(kurang lebih lima tahun sesudah In-
dapat konsentrasi. Setelah 4 bulan
donesia Merdeka) belum banyak per-
murid ini sudah dapat mengikuti
hatian kepada penyandang tunagra- pelajaran di sekolahnya dan setelah

Sejarah Lembaga Pendidikan Khusus Tunagrahita di Jawa


486

tamat SD dia melanjutkan ke se- cacat rohani. Hal ini menunjukkan


kolah lanjutan keterampilan, kemu- bahwa anak tunagrahita belum diper-
dian membantu ibunya di rumah. hatikan.
Ternyata, banyak di antara
anak-anak itu yang datang, tidak
Pokok Persoalan Perlunya Lembaga
hanya mengalami kesulitan belajar
mengikuti irama kelas normal, te-
Pendidikan Khusus bagi Tunagrahita
tapi memerlukan perhatian khusus. Alasan-alasan bahwa pada tahun
Saya masih ingat, pada tahun 1953, lima puluhan tunagrahita belum ba-
salah seorang muridnya, ketika itu nyak diperhatikan inilah yang men-
berumur 6 tahun, setiap kali disu- jadi persoalan perlunya didirikan se-
ruh menghitung, jawabnya selalu: buah lembaga yang memperhatikan
“Selompret!”. Ternyata anak ini tunagrahita. Sumber tersebut berasal
menderita cacat mental berat. Ibu
dari tulisan Y.B. Suparlan dalam bu-
mulai sadar bahwa dengan les tam-
kunya Pengantar Pendidikan Mental Sub-
bahan anak-anak semacam ini tidak
dapat dibantu. Mereka memerlu-
normal. Dalam buku tersebut, tuna-
kan pendidikan khusus. Di antara grahita disebut dengan ‘Mental Sub-
mereka ada yang slow learner (lam- normal’, dengan pertimbangan peng-
ban belajar), tetapi ada juga anak- gunaan istilah yang lebih halus. Me-
anak yang mentally retarded (cacat reka yang tunagrahita termasuk ka-
mental). Mereka ini adalah anak- tegori penyandang yang memiliki
anak tunagrahita. Kebanyakan dari mental di bawah normal/subnormal.
mereka dapat mengikuti pendidik-
Beberapa pernyataan tertulis tersebut,
an sekolah dasar, tetapi dengan
dikemukakan pada halaman 73 dari
amat lamban. Setiap kelas harus
diulangi sehingga anak-anak me- buku itu sebagai berikut.
rasa rendah diri. Ibu yakin bahwa “Keadaan anak-anak mental sub-
mereka dengan pendidikan khusus normal jauh sebelum Masa Perin-
bisa menjadi manusia yang bergu- tisan agaknya tidak mendapat per-
na bagi masyarakat.” hatian masyarakat dan Pemerintah.
(Sumber tertulis penuturan Pia Mereka menjadi tanggung jawab
Alisyahbana putri tunggal perintis keluarga mereka masing-masing.
‘Asih Budi’ yang meriwayatkan Ada yang mendapat perhatian pe-
lahirnya ‘Asih Budi’) nuh dari keluarga, tetapi juga ba-
nyak yang ‘terlantar’ atau diabai-
Beberapa pernyataan di atas ditaf-
kan saja. Berbagai hal yang menjadi
sirkan bahwa untuk anak-anak yang sebab, misalnya karena keluarga ti-
memerlukan perhatian khusus de- dak tahu cara menangani dan anak
ngan masalah kesulitan belajar di se- mental subnormal tidak dipandang
kolah atau tidak mampu mengikuti sebagai masalah, baik oleh keluar-
irama belajar di sekolah normal belum ga maupun oleh pemerintah jajah-
mendapat perhatian khusus. Seperti an. Kemudian lahir badan-badan
pernyataan bahwa yang dinaungi oleh swasta yang bekerja untuk kesejah-
teraan anak-anak mental subnor-
Yayasan Anak-Anak Cacat adalah
mal, karena pemerintah kolonial
khusus cacat jasmani, bukan yang

Cakrawala Pendidikan, November 2012, Th. XXXI, No. 3


487

tidak mau mengambil tanggung “Ketika itu saya masih mahasis-


jawab di dalam masalah ini”. wa pada Fakultas Sastra Universi-
(Sumber dari perkembangan tas Indonesia, saya senantiasa mem-
pendidikan anak mental subnormal bantu Ibu dengan administrasinya.
di Indonesia yang terdapat pada Sebagai Kepala Sekolah menurut
buku Y B. Suparlan dengan judul saya, Ibu melakukan manajemen-
Pengantar Pendidikan Anak Mental nya by instinct. Tidak ada konsep
Subnormal). mengenai pendidikan dan tidak
ada rencana khusus. Ibu mengam-
Menurut Suparlan, yang dianggap bil keputusan sesuai dengan pan-
masa perintisan adalah masa sebelum dangannya dan pengalamannya se-
diadakan seminar pada tahun 1967. bagai guru. Misalnya Ibu membe-
Masa sebelum itu dipandang sebagai rikan pelajaran kepada anak-anak
masa perintisan karena seperti bebe- sesuai dengan kemampuan mere-
ka, tidak sesuai dengan usianya se-
rapa pernyataan yang terdapat pada
perti lazimnya di sekolah biasa.
halaman 70 dari buku tersebut. “Pe-
Mata pelajaran pun tidak sesuai de-
ngaruh Seminar itu dalam sejarah pendi- ngan kurikulum resmi, sehingga
dikan cacat mental di Indonesia. Tidak misalnya ada anak yang diberi pe-
berlebihan kiranya, apabila Seminar 1967 lajaran berhitung menurut kelas 2
digunakan sebagai tonggak pembatasan sedangkan bahasa menurut kelas 4,
antara dua periode, periode lama dan peri- karena anak itu sukar menangkap
ode baru.” (Sumber dari perkembang- pelajaran berhitung. Pun ada murid
an pendidikan anak mental subnor- yang mendapat pelajaran bahasa
menurut kelas 3 sedangkan berhi-
mal di Indonesia yang terdapat pada
tung menurut kelas 5. Pelajaran
buku Y B. Suparlan dengan judul
seperti ini tidak dapat diberikan se-
Pengantar Pendidikan Anak Mental Sub- cara masal di suatu kelas dengan
normal). banyak murid. Setiap anak tentu
Berdasarkan pernyataan yang di- memerlukan perhatian khusus.
tulis Y.B. Suparlan bahwa masa sebe- Yang paling sulit adalah meng-
lum tahun 1967 (masa perintisan) me- hadapi orang tua anak. Mereka me-
nguatkan pada saat sekitar tahun lima mang sulit menerima keadaan pu-
puluhan (lima tahun sesudah kemer- tra-putri mereka. Ibu selalu meng-
hibur mereka dengan mengatakan,
dekaan) belum banyak perhatian ke-
bahwa semua anak adalah ciptaan
pada penyandang tunagrahita. Untuk
Tuhan. Mereka semua bisa bergu-
itu, pada tahun 1957 ketika berdirinya na, namun sumbangan mereka ke-
yayasan ‘Asih Budi’ di Jakarta, di- pada masyarakat tidak sama.
anggap sebagai perintis pertama un- Anak-anak ini diciptakan ibarat
tuk pendidikan bagi tunagrahita pada gelas oleh paberiknya, demikian ibu
wilayah Jakarta. Riwayat berdirinya selalu menjelaskan. “Ada yang be-
‘Asih Budi’ dan perkembangannya sar, yang sedang, dan yang kecil.
juga dituturkan secara tertulis oleh Yang besar sumbanganpun besar,
anak-anak kita adalah gelas-gelas
satu-satunya puteri pendiri yayasan
kecil, yang mungkin hanya
tersebut sebagai berikut.

Sejarah Lembaga Pendidikan Khusus Tunagrahita di Jawa


488

berisikan sedikit, namun ia tetap untuk melayani mereka dengan me-


berguna.” Kata-kata ini biasanya modifikasi kurikulum atau bahan pe-
membuat orang tua berpikir dan lajaran yang diberikan di sekolah biasa.
setelah itu mereka lebih mudah
Para anak yang bermasalah tersebut
memahami keadaan putra-putri-
diberikan pelajaran sesuai dengan ka-
nya.
(Sumber di atas diketik kembali pasitas kemampuannya, tidak sesuai
dari sebagian aslinya pada tulisan dengan usia seperti lazimnya di se-
penuturan Pia-Alisyahbana tentang kolah biasa. Sampai pada fenomena
riwayat dari Asih Budi dan tersebut menunjukkan bahwa pendiri
perkembangannya dalam buku Asih Budi sudah mulai berpikir mem-
kenangan “Asih mengasah & berikan “pendidikan khusus” bagi
mengasuh Budi”). anak-anak yang memiliki kesulitan
belajar, yang tidak dapat menyesuai-
Sebagian tulisan Pia Alisyahbana
kan dengan irama kelas normal. Pen-
tersebut menunjukkan suatu riwayat
diri Asih Budi dengan kesabarannya
perkembangan sebuah sekolah khusus
berusaha untuk memberikan bagi se-
bagi tunagrahita. Riwayat perkem-
tiap anak dengan bahan pelajaran
bangan sekolah itu termasuk unik. Ke-
yang disesuaikan dengan kemam-
unikannya terletak pada saat permu-
puannya. Fenomena tersebut telah
laan melayani bagi mereka yang me-
menunjukkan pemberian layanan
miliki persoalan tidak mampu meng-
yang diindividualisasikan. Layanan
ikuti belajar di sekolah yang biasa
itu sebagai prinsip dasar pada bidang
atau irama sekolah normal. Persoalan
pendidikan khusus.
tersebut dipandang oleh perintis se-
Pemberian layanan pendidikan
bagai anak-anak yang memerlukan
khusus dengan memodifikasi bahan
perhatian khusus. Perintis (Ibu Soerjo-
pelajaran di sekolah biasa dan me-
mihardjo) memandang hal itu berda-
nyesuaikan kebutuhan anak secara
sarkan pengalamannya menjadi guru.
individual ternyata makin diminati
Saat permulaan terjadi beberapa siswa
bagi mereka yang sangat membutuh-
yang datang untuk mendapatkan la-
kan. Hal tersebut dengan semakin
yanan belajar kepada beliau ternyata
tambahnya siswa-siswa yang datang
ada para siswa yang memiliki proble-
ke rumah Ibu Soerjomihardjo. Bertam-
ma belajar di sekolah biasa. Saat itu,
bahnya siswa-siswa yang perlu per-
belum banyak yang memperhatikan
hatian khusus menimbulkan pikiran
persoalan bagi anak-anak yang meng-
di Ibu Soerjomihardjo untuk mem-
alami lemah belajar. Perintis meman-
bantu pemerintah dengan mendirikan
dang bahwa mereka sebagai anak-
Sekolah Luar Biasa (SLB) di bawah
anak yang terabaikan atau terlupakan,
naungan sebuah yayasan. Jadi, suatu
tidak ada yang memperhatikan akan
layanan pendidikan khusus yang per-
kebutuhan pendidikannya.
mulaannya diadakan di sebuah garasi
Usaha yang dilakukan oleh Ibu
di sebuah rumah tinggal semakin
Soerjomihardjo (pendiri Asih Budi)
berubah untuk dipikirkan menjadi

Cakrawala Pendidikan, November 2012, Th. XXXI, No. 3


489

sebuah sekolah. Saat permulaan la- “Departemen sosial mempu-


yanan pendidikan khusus tersebut nyai empat lembaga pendidikan
diberikan belum banyak perhatian dan rehabilitasi Penderita Cacat
Mental, yaitu ‘Panti Penyantunan
kepada anak-anak yang mengalami
Phalamarta’ di Cibadak, Panti Pe-
keterlambatan mental atau tunagra-
nyantunan ‘Rahardjo’ di Sragen,
hita, maupun mengalami kesulitan ‘Proyek Percontohan Rehabilitasi
belajar di sekolah biasa. Penderita Cacat Mental’ di Te-
manggung, dan Panti Guna ‘Karti
Kausalitas di Wilayah Yogyakarta Dharma’ di Yogyakarta. Kedua
dan Jawa Tengah lembaga tersebut terakhir ada di
Yogyakarta dan Jawa Tengah se- bawah pimpinan Balai Penelitian
bagai dua wilayah tempat berdirinya Peninjauan (BPPS) di Yogyakarta,
sebagai pilot project.
lembaga khusus bagi tunagrahita atas
Panti Guna Karti Dharma, men-
prakarsa pemerintah melalui Kemen-
dapatkan nama seperti itu sejak
terian Sosial. Tunagrahita dalam pan- tahun 1964. Tetapi sebagai lembaga
dangan Kementerian Sosial sebagai pendidikan dan sekaligus sebagai
penyandang yang menjadi masalah pilot project telah lahir sejak tahun
sosial di masyarakat. Oleh karena itu, 1958. Pada waktu berdirinya, Panti
diperlukan penanganan dengan men- Guna ini masih merupakan suatu
dirikan lembaga rehabilitasi. Tahun urusan dari suatu seksi, seksi Diag-
1975 merupakan periode realistik nostik dan Test Kepribadian, dan
diberi nama Urusan Orthopaedago-
pragmatik. Periode ini bercirikan usa-
gik. Dibandingkan dengan Proyek
ha membangun prasarana-prasarana
Percontohan Rehabilitasi Penderita
pekerjaan sosial yang dapat diper- Cacat Mental di Temanggung, Pan-
tanggungjawabkan (Suparlan, 1983: ti Guna ini jauh lebih muda. Proyek
73). Salah satunya adalah berdirinya Percontohan di Temanggung telah
Rehabilitasi Cacat Mental di Temang- berdiri pada tahun 1904 sebagai
gung sebagai lembaga percontohan suatu lembaga yang memberi per-
tingkat nasional. Jadi, dasar pendirian tolongan kepada penderita cacat
lembaga tersebut pemerintah bergerak mental, diurus oleh suatu Yayasan
Belanda.”
di bidang kesejahteraan sosial.
(Sumber tertulis pada buku
Lembaga ‘Karti Dharma’ di Yog-
Pengantar Pendidikan Anak Mental
yakarta merupakan lembaga yang Subnormal yang ditulis YB.
juga didirikan oleh Departemen Sosial Suparlan)
R.I. Lembaga ini hampir memiliki
kesamaan, di samping sebagai tempat Pokok Persoalan di Wilayah Jawa
percontohan rehabilitasi bagi cacat Tengah dan Yogyakarta
mental, penelitian, dan juga untuk Persoalan yang menjadi utama
memandirikan tunagrahita. Menurut bahwa pendirian lembaga khusus
salah sumber buku dikemukakan se- bagi tunagrahita adalah Kementerian
bagai berikut. Sosial juga memiliki suatu tempat

Sejarah Lembaga Pendidikan Khusus Tunagrahita di Jawa


490

yang digunakan untuk percontohan berkebun, menjahit, kerajinan ta-


dalam melaksanakan kesejahteraan ngan dan sebagainya.
sosial. Persoalan itu dijawab pada tu-  Penyesuaian sosial, meliputi kepra-
gas yang dilakukan oleh dua lembaga mukaan, bermain, senam, mende-
di Yogyakarta dan Jawa Tengah. ngarkan radio dan lain-lain.
Sebagai proyek penelitian, Panti Panti Guna Karti Dharma ditiada-
Guna’Karti Darma’ antara lain ber- kan pada tahun 1975, tetapi Panti
tugas sebagai berikut. Guna Wisma Dharma di Temanggung
 Mempelajari penderita mental sub- ditingkatkan menjadi Proyek Percon-
normal dengan segala permasalah- tohan Rehabilitasi Penderita Cacat
annya yang timbul, untuk kemudi- Mental tingkat nasional (Sumber ter-
an dibuat rencana usaha-susaha tulis pada buku Pengantar Pendidikan
lanjutannya. Anak Mental Subnormal yang ditulis
 Memberikan latihan-latihan kegu- YB. Suparlan).
naan dan pelajaran kecerdasan
(pendidikan formal) dan bersifat Kausalitas Berdirinya Lembaga
individual. Khusus Tunagrahita di Yogyakarta
 Memberikan kesempatan kepada Dasar yang diutamakan adalah
penderita mental subnormal untuk mengatasi masalah-masalah belajar
mengembangkan kepribadiannya dari anak-anak yang gagal belajar di
sesuai dengan kemampuannya. sekolah dasar, dan khusus lembaga
 Mengurangi ‘sifat tergantung’ yang ‘Panti Asih’ memperhatikan anak-
ada pada diri si anak mental sub- anak yang belum mendapat perhatian
normal secara optimal sehingga banyak dari masyarakat. Hal tersebut
mereka dapat menyesuaikan diri telah dijelaskan dari beberapa fakta
dengan masyarakatnya. historis berdirinya lembaga-lembaga
 Menyediakan fasilitas bagi pergu- di daerah Yogyakarta dan sekitarnya
ruan tinggi atau pihak lain yang sebagai berikut.
memerlukan untuk praktikum ma-
hasiswa atau pun peninjauan untuk SLB/C Negeri Yogyakarta
kepentingan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1967, di Kotamadya
Sebagai lembaga pendidikan, Yogyakarta diadakan Sensus Pendi-
Panti Guna Karti Dharma mempunyai dikan yang dilaksanakan oleh Panitia
tiga bidang kegiatan seperti berikut. Kewajiban Belajar Kotamadya Yogya-
 Pendidikan formal, meliputi mem- karta. Dari hasil sensus dapat dike-
baca, menulis, berhitung (kecakap- tahui adanya anak-anak cacat ter-
an uang atau pertokoan) dan lain- masuk anak-anak mental subnormal.
lain. Sebagai tindak lanjut kemudian di-
 Pendidikan praktis, meliputi pre- bentuk Panitia Pembina yang bertugas
vocational dan vocational training, mempersiapkan berdirinya SLB/C Ne-
termasuk pelajaran kerumahtang- geri, maka berdirilah SLB/C Persiapan
gaan seperti mencuci, menyeterika, Negeri. Sekolah inilah yang kemudian

Cakrawala Pendidikan, November 2012, Th. XXXI, No. 3


491

benar-benar dinegerikan pada tahun  Melatih dan mendidik anak-anak


1968 bersama-sama dengan SGPLB mental subnormal agar dapat self
(Sekolah Guru Pendidikan Luar care dan self help.
Biasa). Sekolah SLB/C ini juga menjadi  Melatih dan mendidik anak-anak
sekolah tempat berlatih atau latihan mental subnormal agar memiliki
SGPLB. keterampilan tertentu sejauh mung-
Pada mulanya, tujuan pendidikan kin.
sekolah ini sebagai berikut.  Melatih dan mendidik anak-anak
 Memberi bimbingan dan pendidik- mental subnormal agar dapat me-
an anak-anak mental subnormal nyesuaikan diri dengan masyarakat
termasuk slow learners (anak-anak (penyesuaian sosial yang optimal).
yang lamban belajar). (Sumber tertulis pada buku Pengan-
 Mengembangkan kemampuan anak tar Pendidikan Anak Mental Subnor-
semaksimal mungkin. mal yang ditulis YB. Suparlan).
 Menanamkan rasa harga diri dan
mendidik untuk berdiri sendiri. Panti Asih
 Mendidik anak mental subnormal  Bahwa setiap manusia, termasuk
agar dapat menyesuaikan diri da- anak-anak mental subnormal berat
lam masyarakat (Sumber tertulis mempunyai hak hidup di dunia.
pada buku Pengantar Pendidikan  Bahwa perhatian masyarakat ter-
Anak Mental Subnormal yang ditulis hadap anak-anak mental subnormal
YB. Suparlan). berat masih sangat kurang.
 Bahwa tersedia gedung yang me-
SLB/C ‘Dharma Rena Ring Putra’ mungkinkan untuk merawat anak-
Yogyakarta anak tersebut, yaitu bekas bangun-
Sekolah swasta berbantuan ini an sanatorium untuk penderita pe-
berdiri pada tahun 1963 di bawah nyakit TBC di Pakem (Sumber ter-
Yayasan ‘Dharma Rena Ring Putra’. tulis pada buku Pengantar Pendi-
Lembaga swasta berbantuan ini dapat dikan Anak Mental Subnormal yang
digolongkan sebagai ‘usaha swasta ditulis YB. Suparlan)
netral’, yang artinya tidak dihubung-
kan secara tegas atas dasar agama SPLB Bagian C IKIP YOGYAKARTA
tertentu. Lembaga-lembaga lain yang Sekolah SPLB bagian C IKIP
netral semacam ini misalnya: SLB/C YOGYAKARTA didirikan pada tahun
‘Rindang Kasih’ di Magelang, SLB/C 1968, tepatnya mulai dibuka 4 Maret
Yayasan ‘Alpa Kumara Wardana’ di 1968. Sekolah ini didirikan sebagai
Surabaya. usaha untuk melaksanakan suatu pe-
Tujuan didirikannya sekolah un- nelitian guna menemukan suatu sis-
tuk anak-anak mental Subnormal tem pendidikan yang tepat untuk
Dharma Rena Ring Putra seperti beri- slow-learners (anak yang mengalami
kut. kelambatan dalam belajar/mengikuti
pelajaran). Penelitian diketuai oleh

Sejarah Lembaga Pendidikan Khusus Tunagrahita di Jawa


492

Drs. Dirto Hadisusanto (dosen FIP- mah tangga, menjahit, serta mema-
IKIP YOGYAKARTA) untuk jangka sak.
waktu 5 (lima) tahun. Pendidikan senso-motorik, me-
liputi latihan-latihan pendengaran,
Anak-anak mengikuti pelajaran di
perabaan, pengamatan visual, pe-
dua lembaga, yaitu di SD I Percobaan
ngertian terhadap susunan atau de-
IKIP YOGYAKARTA dan SPLB Ba- retan benda-benda, teka-teki (puz-
gian C IKIP YOGYAKARTA. Untuk zle), kerjasama (koordinasi) antara
pelajaran yang sulit anak diberi pe- mata dan tangan, koordinasi antara
lajaran secara individual di SPLB, mata dan kaki.
sedang untuk pelajaran yang mudah Pendidikan sosial pada taraf
anak diberi pelajaran klasikal di SD sederhana, misalnya mengambil-
(Sumber diriwayatkan oleh salah satu kan barang yang jatuh kalau di-
minta, menyerahkan surat dan lain-
pendiri sekolah, yaitu Sutratinah
lain kepada guru, memberi salam
Tirtonegoro).
selamat pagi, selamat siang dan se-
bagainya, mengetok pintu jika mau
masuk ruang tertentu dan sebagai-
Pokok Persoalan Berdirinya Lem- nya.
baga Khusus bagi Tunagrahita Pendidikan bahasa meliputi la-
Beberapa persoalan pokok men- tihan-latihan berbicara, bahasa pa-
dirikan lembaga pendidikan tunagra- sif (misalnya: memberi reaksi kalau
hita di atas menunjukkan bahwa tu- dipanggil, melaksanakan perintah-
perintah sederhana), bahasa aktif
nagrahita perlu pendidikan khusus
(misalnya: menyebut namanya sen-
dengan bentuk lembaga yang bersifat
diri, alamat rumah, nama sekolah-
khusus pula. Bentuk lembaga khusus nya dan sebagainya). Pendidikan
memungkinkan intensitas program keterampilan meliputi latihan-latih-
khusus dapat terselenggara terutama an keterampilan sehari-hari (misal-
bagi anak-anak yang tunagrahita kate- nya: menyapu lantai, membuang
gori berat seperti di lembaga ‘Panti sampah, melap meja, bangku dan
Asih’ yang dapat dilihat pada kutipan sebagainya) dan latihan-latihan
sumber data berikut. yang menjurus kepada kerajinan
tangan (misalnya: latihan-latihan
“Mata pelajaran yang diberi- memasang monte-monte, menu-
kan di Panti Asih adalah: (1) Pen- suk, menyobek kertas, menggun-
didikan senso-motorik; (2) pendi- ting, merekat, menganyam, berte-
dikan sosial; (3) pendidikan ber- nun, membuat jelujur di karton
bicara; (4) pendidikan kepribadian; atau hard-board sebagai persiapan
(5) pendidikan keterampilan; (6) menjahit dengan tangan maupun
pendidikan orientasi ruang; (7) pen- mesin). Sedangkan pelajaran me-
didikan orientasi waktu; (8) mem- masak meliputi hal mempersiap-
baca, menulis, dan matematika. Di kan bahan yang akan dimasak
kelas rumah tangga, mata pelajaran hingga menghidangkan makanan
itu ditambah dengan pekerjaan ru- di atas meja” (Sumber tertulis pada
buku Pengantar Pendidikan Anak

Cakrawala Pendidikan, November 2012, Th. XXXI, No. 3


493

Mental Subnormal yang ditulis YB. UCAPAN TERIMA KASIH


Suparlan). Terima kasih kami ucapkan ke-
pada Fakultas Ilmu Pendidikan yang
Pokok persoalan yang masih ber- telah memberikan dana untuk peneli-
langsung saat sekarang adalah meme- tian mandiri saya, dan setelah saya
nuhi kebutuhan khusus tunagrahita kemas menjadi suatu artikel juga kami
agar mampu mandiri di masyarakat. ucapakan terima kasih kepada Redak-
Beberapa data hasil wawancara dari tur dan Tim Penyunting Jurnal Ca-
para orang tua ditafsirkan bahwa ke- krawala Pendidikan atas penyempur-
beradaan sekolah khusus bagi tuna- naan artikel dan kesempatan dimuat-
grahita sebagai lembaga yang mem- nya artikel ini. Terima kasih.
bantu perkembangan anak yang me-
nyandang hambatan kategori tunagra- DAFTAR PUSTAKA
hita. Selanjutnya, mereka juga ber- Astati. 2001. Persiapan Pekerjaan Pe-
harap bahwa sekolah mampu mem- nyandang Tunagrahita. Bandung:
bina kemandirian anak-anak tersebut Pendawa.
melalui program-programnya. Harap-
an itu sudah ditangkap oleh kepala Barnadib, Imam. 1982. Arti dan Metode
sekolah dengan melalui pemikiran- Sejarah Pendidikan. Yogyakarta:
pemikiran tentang program sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP
yang fungsional bagi tunagrahita. Pro- Yogyakarta.
gram tersebut berorientasi program
keterampilan. Drew, Logan, dan Hardman. 1986.
Mental Retardation. (3th ed). Co-
PENUTUP lumbus: Merril Publishing Com-
Hasil penelitian menunjukkan bah- pany.
wa sejarah lembaga pendidikan khu-
sus bagi tunagrahita berkembang di Cassirer, E. 1990. Manusia dan Ke-
Jawa dikarenakan mengatasi masalah- budayaan: Sebuah Esei tentang
masalah belajar siswa-siswa di seko- Manusia. (Di Indonesiakan oleh
lah dasar. Selanjutnya, problem pokok Alois A. Nugroho). Jakarta: Pe-
perlu lembaga pendidikan yang ber- nerbit PT Gramedia.
sifat khusus untuk terselenggaranya
program khusus sebagai kebutuhan Smith, M.B., Ittenbach, R.F., & Patton,
khusus dari penyandang tunagrahita. J.R. 2002. Mental Retardation. 6th
Keberlangsungan pokok persoalan ke- ed. New Jersey: Merrill Prentice
butuhan lembaga sekolah khusus bagi Hall.
tunagrahita adalah guna penyelengga-
raan program khusus berupa program Sunardi. TT. Kecenderungan dalam Pen-
keterampilan. didikan Luar Biasa. DEPDIKBUD:
Direktorat Jenderal Pendidikan
tinggi.

Sejarah Lembaga Pendidikan Khusus Tunagrahita di Jawa


494

Suparlan. 1983. Pengantar Pendidikan Wehmeyer. M.L., et.all. 2008. “The


Anak Mental Subnormal. Yogya- Efficacy of Technology Use by
karta: Pustaka Pengarang. People with Intelectual Disabi-
lity: A Single-Subject Design
Tilaar, H.A.R. 2005. Manifesto Pendi- Meta-Analysis”. Journal of Spe-
dikan Nasional, Tinjauan dari Pers- cial Education Technology, 2008,
pektif Postmodernisme dan Studi 23, 3. Diunduh dari Proquest
Kultural. Jakarta: Kompas. Education Journal tanggal 27
April 2011.

Cakrawala Pendidikan, November 2012, Th. XXXI, No. 3

Anda mungkin juga menyukai