DI JAWA
Mumpuniarti
FIP Universitas Negeri Yogyakarta (email: nmumpuniarti@yahoo.com)
479
480
sufficiently able to contribute to an agra- able philosophical shift; since there had
rian society in a meaningful way.” previously been at least guarded optimism
Dalam cerita di atas, disebutkan that institutions would be able to provide
bahwa sebelum tahun 1800, penyan- education and training for their retarded
dang tunagrahita atau mental retarda- inmates. Societal fears therefore have in-
si tidak dipertimbangkan sebagai se- fluenced the nature, role, and function of
buah problem masyarakat yang mem- such institutions in society.”
beratkan. Hal ini disebabkan penyan- Menurut riwayat tersebut, lemba-
dang yang retardasinya berat secara ga bagi tunagrahita diperuntukkan
alami meninggal di awal kehidupan- tempat perawatan dan pencegahan
nya. Bagi penyandang yang retardasi reproduksi. Tujuan itu menjadi me-
ringan cukup mampu berkontribusi ngemuka karena rasa optimis yang
pada masyarakat agraris dengan cara sedikit terhadap peranan lembaga
yang bermakna. Riwayat tersebut yang mampu menyediakan pendidik-
mengasumsikan bahwa tunagrahita an dan latihan bagi orang retardasi
sebagai problem di masyarakat ter- penghuni lembaga. Ketakutan masya-
gantung kondisi perkembangan ma- rakat berpengaruh terhadap sifat, pe-
syarakat. Bagi tunagrahita ringan, ranan, dan fungsi lembaga-lembaga
mampu berkontribusi pada masyara- perawatan bagi tunagrahita di masya-
kat yang sederhana seperti masyara- rakat. Tujuan yang diperuntukkan pe-
kat yang agraris, bagi yang tunagra- rawatan dan pencegahan reproduksi
hita yang berat karena kondisinya menjadkan lembaga bagi orang-orang
yang secara fisik juga lemah secara retardasi atau tunagrahita sebagai
alami tidak berumur panjang. tempat perawatan atau asrama yang
Dalam perkembangan masyarakat permanen. Mulai fenomena ini lem-
selanjutnya, tunagrahita sebagai se- baga bagi tunagrahita sebagai institu-
buah beban yang ada di masyarakat. tionalization dan sterilization dengan
Beban itu juga terkait pada tunagra- melakukan perawatan pada tunagra-
hita di kehidupan masa dewasa. Pada hita sepanjang hidup.
masa dewasa, mereka diragukan ke- Perkembangan kelembagaan un-
mampuannya untuk bertanggung ja- tuk anak yang dipandang tunagrahita
wab dalam berkeluarga. Untuk itu, di Indonesia menurut Suparlan (1983:
Drew, Logan, dan Hardman (1986: 52) 69) lebih banyak muncul sejak diada-
meriwayatkan: ”Because of the fear of kannya Seminar untuk Kesejahteraan
mental retardation, support for control- Penderita Cacat Mental tahun 1967 di
ling methods such as sterilization and in- Yogyakarta. Demikian juga, program-
carceration became relatively widespread. nya berorientasi keterampilan. Hal ter-
The result was an almost immediate and sebut juga dikemukakan oleh John
virtual destruction of special schools in Langlo dan Kevin (Astati, 2001:16)
some states. The purpose of the schools bahwa inti kurikulum sekolah mene-
now became custodial care to prevent re- ngah bagi tunagrahita ialah pendi-
production. This represented a consider- dikan keterampilan yang mengarah-
kan pada pekerjaan. Keterampilan se- khusus bagi tunagrahita di Jawa. Pa-
bagai program yang mensejarah da- paran itu menunjukkan suatu refleksi
lam kelembagaan bagi tunagrahita kepentingan lembaga pendidikan khu-
juga atas dasar ide dari Alice Chan- sus bagi tunagrahita di tengah masya-
ning dan Marcella E. Douglas di tahun rakat. Lembaga-lembaga tersebut di-
1940 dengan istilah Occupational Edu- fokuskan pada peristiwa sesudah In-
cation (Suparlan, 1983:21). donesia merdeka.
Drs. Dirto Hadisusanto (dosen FIP- mah tangga, menjahit, serta mema-
IKIP YOGYAKARTA) untuk jangka sak.
waktu 5 (lima) tahun. Pendidikan senso-motorik, me-
liputi latihan-latihan pendengaran,
Anak-anak mengikuti pelajaran di
perabaan, pengamatan visual, pe-
dua lembaga, yaitu di SD I Percobaan
ngertian terhadap susunan atau de-
IKIP YOGYAKARTA dan SPLB Ba- retan benda-benda, teka-teki (puz-
gian C IKIP YOGYAKARTA. Untuk zle), kerjasama (koordinasi) antara
pelajaran yang sulit anak diberi pe- mata dan tangan, koordinasi antara
lajaran secara individual di SPLB, mata dan kaki.
sedang untuk pelajaran yang mudah Pendidikan sosial pada taraf
anak diberi pelajaran klasikal di SD sederhana, misalnya mengambil-
(Sumber diriwayatkan oleh salah satu kan barang yang jatuh kalau di-
minta, menyerahkan surat dan lain-
pendiri sekolah, yaitu Sutratinah
lain kepada guru, memberi salam
Tirtonegoro).
selamat pagi, selamat siang dan se-
bagainya, mengetok pintu jika mau
masuk ruang tertentu dan sebagai-
Pokok Persoalan Berdirinya Lem- nya.
baga Khusus bagi Tunagrahita Pendidikan bahasa meliputi la-
Beberapa persoalan pokok men- tihan-latihan berbicara, bahasa pa-
dirikan lembaga pendidikan tunagra- sif (misalnya: memberi reaksi kalau
hita di atas menunjukkan bahwa tu- dipanggil, melaksanakan perintah-
perintah sederhana), bahasa aktif
nagrahita perlu pendidikan khusus
(misalnya: menyebut namanya sen-
dengan bentuk lembaga yang bersifat
diri, alamat rumah, nama sekolah-
khusus pula. Bentuk lembaga khusus nya dan sebagainya). Pendidikan
memungkinkan intensitas program keterampilan meliputi latihan-latih-
khusus dapat terselenggara terutama an keterampilan sehari-hari (misal-
bagi anak-anak yang tunagrahita kate- nya: menyapu lantai, membuang
gori berat seperti di lembaga ‘Panti sampah, melap meja, bangku dan
Asih’ yang dapat dilihat pada kutipan sebagainya) dan latihan-latihan
sumber data berikut. yang menjurus kepada kerajinan
tangan (misalnya: latihan-latihan
“Mata pelajaran yang diberi- memasang monte-monte, menu-
kan di Panti Asih adalah: (1) Pen- suk, menyobek kertas, menggun-
didikan senso-motorik; (2) pendi- ting, merekat, menganyam, berte-
dikan sosial; (3) pendidikan ber- nun, membuat jelujur di karton
bicara; (4) pendidikan kepribadian; atau hard-board sebagai persiapan
(5) pendidikan keterampilan; (6) menjahit dengan tangan maupun
pendidikan orientasi ruang; (7) pen- mesin). Sedangkan pelajaran me-
didikan orientasi waktu; (8) mem- masak meliputi hal mempersiap-
baca, menulis, dan matematika. Di kan bahan yang akan dimasak
kelas rumah tangga, mata pelajaran hingga menghidangkan makanan
itu ditambah dengan pekerjaan ru- di atas meja” (Sumber tertulis pada
buku Pengantar Pendidikan Anak