Anda di halaman 1dari 9

Abdul Hakim Jurumiah/ Husen Saruji: Sekolah Sebagai Instrumen Konstruksi Sosial di Masyarakat

SEKOLAH SEBAGAI INSTRUMEN KONSTRUKSI SOSIAL DI MASYARAKAT


(School As a Social Construction Instrument In The Community)
Oleh:
Abdul Hakim Jurumiah
Universitas Muhammadiyah Parepare

Husen Saruji
Universitas Muhammadiyah Parepare

Abstract
Communities experience social transformation that is often out of control and difficult to control. Social values have
lost their identity as a result of massive global ideological imperialism. The presence of the school is one of the institutions
that is expected to control the 'pulse' of the community. Education through schools can map social values that become
standard identities, which can be modified in line with the times, and the realm of creativity in fostering positive lifestyles
in the social fabric in society. Schools as formal educational institutions function to carry out conservative, progressive,
and mediating tasks. The school functions for children's self-adjustment and stabilization of society, namely personal
development and personality formation, cultural transmission, social integration, innovation, and pre-selection and pre-
allocation of labor. The community experiences dynamism and transformation positively if it is escorted by quality
education in schools.
Keywords: school, education, social, community
Masyarakat mengalami transformasi social yang seringkali tidak terkontrol dan sulit dikendalikan.
Nilai-nilai sosial menjadi kehilangan identitas akibat dari imperialisme ideologi global secara massif.
Kehadiran sekolah menjadi salah satu institusi yang diharapkan dapat mengendalikan ‘denyut nadi’
masyarakat. Pendidikan melalui sekolah dapat memetakan nilai-nilai social yang menjadi identitas
baku, yang dapat mengalami modifikasi sejalan arus zaman, dan ranah kreativitas dalam
menumbuhkan pola hidup positif dalam tatanan social di masyarakat. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal berfungsi untuk melaksanakan tugas konservatis, progresif, dan mediasi. Sekolah
berfungsi untuk penyesuaian diri anak dan stabilisasi masyarakat, yakni mengembangkan pribadi dan
pembentukan kepribadian, transmisi kultural, integrasi sosial, inovasi, dan pra-seleksi dan pra-alokasi
tenaga kerja. Masyarakat mengalami dinamisasi dan transformasi secara positif jika dikawal dengan
pendidikan di sekolah yang berkualitas.
Kata kunci: sekolah, pendidikan, sosial, masyarakat

PENDAHULUAN adanya kegiatan pendidikan. Pendidikan


Pendidikan merupakan kegiatan sebagai kebutuhan setiap individu untuk
universal dalam kehidupan manusia. mengembangkan kualitas, potensi, dan bakat
Bagaimanapun sederhananya peradaban suatu diri. Pendidikan diperlukan manusia dalam
masyarakat, di dalamnya terjadi atau setiap waktu dan tempat.2 Pendidikan sebagai
berlangsung suatu proses pendidikan. tuntutan kepada pertumbuhan manusia mulai
Pendidikan telah ada sepanjang peradaban lahir sampai tercapainya kedewasaan, dalam
manusia. Pendidikan pada hakekatnya
merupakan usaha manusia melestarikan
hidupnya.1 Tiada kehidupan masyarakat tanpa

1Halik, Abdul. "Dialektika Filsafat Pendidikan yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Lebih
Islam." Istiqra: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam 1.1 jelasnya lihat Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan:
(2013). Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada
2Pendidikan berlangsung dalam segala Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Edisi 1, (Cet. II;
lingkungan dan sepanjang hidup atau segala situasi hidup Jakarta: PT. RajaGrasindo Persada, 2002), h. 3.
ISTIQRA’ Vol 7 No 2 Maret 2020
Abdul Hakim Jurumiah/ Husen Saruji: Sekolah Sebagai Instrumen Konstruksi Sosial Di Masyarakat

arti jasmani dan rohani.3 Pengembangan sekolah dipengaruhi oleh kondisi pendidikan
potensi manusia secara holistik senantiasa keluarga dan masyarakat. Pendidikan di sekolah
dalam mainstream pendidikan. mempersiapkan peserta didik untuk
Pendidikan sangat urgen dan mengembangkan pendidikan di keluarga dan
memberikan kontribusi yang besar dalam masyarakat. Diskursus tersebut menjadi kajian
kehidupan manusia. Druker meramalkan sentral dalam penelitian ini.Berdasarkan
masyarakat modern mendatang adalah pembahasan latar belakang masalah tersebut di
masyarakat knowledge society, dan siapa yang akan atas, maka kajian dalam makalah ini yakni
menempati posisi penting adalah educated bagaimana fungsi dan hubungan sekolah dalam
person.4Pendidikan sebagai bagian dari membangun tatanan sosial masyarakat yang
kebutuhan manusia dalam bereksistensi secara berkeadaban.
personal dan kultural di alam profan. Secara
umum, pendidikan memiliki tugas yaitu sebagai HASIL PENELITIAN DAN
berikut: (1) Pendidikan dipandang sebagai PEMBAHASAN
pengembangan potensi; (2) Pendidikan 1. Fungsi sekolah sebagai lembaga
dipandang sebagai pewarisan budaya; dan (3) pendidikan formal
Pendidikan dipandang sebagai interaksi antara Lembaga pendidikan formal atau
budaya dengan potensi.5 sekolah adalah salah satu dari subsistem
Tugas pertama pendidikan membentuk pendidikan karena lembaga pendidikan itu
watak dan pengembangan potensi peserta sesungguhnya identik dengan jaringan-jaringan
didik, kemudian menjaga kebudayaan yang kemasyarakatan. Karena pada proses
dianggap bernilai bagi dirinya dan masyarakat, pendidikan dan pembelajaran di sekolah terjadi
dan memberikan apresiasi terhadap aktivitas kemanusiaan dan pemanusiaan sejati.
kebudayaan tersebut untuk dikembangkan Sekolah dikonsepsikan untuk mengemban
sesuai dinamika zaman dan kebutuhan fungsi reproduksi, penyadaran, dan mediasi
masyarakat.6Interaksi antara budaya dan secara simultan.8Ketiga pilar sekolah tersebut
potensi personal sebagai bagian dari persiapan seharusnya mewarnai dalam kegiatan
peserta didik untuk membangun tatanan sosial pendidikan di sekolah. Apabila salah satunya
yang berkeadaban. pilar tersebut tidak jalan, maka tidak akan
Dalam kegiatan pendidikan, dicirikan memenuhi standar kegiatan kependidikan.
oleh lingkungan yang melaksanakannya yaitu: Fungsi penyadaran (konservatisme) di
pendidikan formal (sekolah), pendidikan sekolah yakni mempertahankan nilai-nilai
informal (keluarga), dan pendidikan nonformal budaya masyarakat dan membentuk kesejatian
(masyarakat).7Kegiatan pendidikan dimulai dari diri manusia. Pendidikan sebagai instrumen
lingkungan keluarga, kemudian dikembangkan penyadaran bermakna bahwa sekolah
pendidikan di sekolah dan masyarakat. Ketiga berfungsi membangun kesadaran untuk tetap
lingkungan pendidikan tersebut harus berada pada tataran sopan santun, beradab, dan
bersinergi, karena keberhasilan pendidikan di bermoral. Fungsi reproduksi (progresif),

3Lihat Brodjonegoro, Pendidikan Nasional 6Halik, Abdul. "Paradigm of Islamic Education


Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan IKIP, 1968), in the Future: The Integration of Islamic Boarding
h. 1. School and Favorite School." Information Management and
4Mastuhu, Pendidikan Indonesia Menyongsong Business Review 8.4 (2016): 24-32.
“Indonesia Baru” Pasca Orde Baru, dalam Jurnal Pendidikan 7Umar Tirtahardja, et.al.,dasar-dasar
dan Kebudayaan GEMA Fakultas Tarbiyah IAIN Kependidikan, (Ujung Pandang: Bagian Penerbitan FIP
Jakarta, Edisi 1, Jakarta, h. 8. IKIP, 1990), h. 40.
5Muhaimin dan Abdul Mudjib, Pemikiran 8Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah:
Pendidikan Islam: Kajian pilosopis dan kerangka dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi
dasaroperasionalnya (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. Aksara, 2006), h. 1.
138.
2
ISTIQRA’ Vol 7 No 2 Maret 2020
Abdul Hakim Jurumiah/ Husen Saruji: Sekolah Sebagai Instrumen Konstruksi Sosial Di Masyarakat

merujuk pada eksistensi sekolah sebagai industri.11setiap individu sekarang menghadapi


pembaru atau pengubah kondisi masyarakat suatu keadaan yang cenderung tak teratur.
kekinian ke sosok yang lebih maju. Fungsi Kecenderungan chaos seperti ini harus dihadapi
reproduksi berperan sebagai wahana dan hanya dapat dihadapi oleh orang-orang
pengembangan, reproduksi, dan desiminasi yang berpikir maju. Bukanlah mereka yang
ilmu pengetahuan dan teknologi.Fungsi bermental siap pakai yang akan dapat
mediasi merupakan fungsi yang menjembatani memanfaatkan dan berhasil ikut mengarahkan
fungsi konservatif dan fungsi progresif. Dalam perubahan-perubahan kontemporer melainkan
kerangka fungsi mediasi adalah kehadiran mereka yang pikirannya terbuka dan visioner.
institusi pendidikan sebagai wahana sosialisasi, Hal inilah yang ditegaskan salah
pembawa ‘bendera’ moralitas, wahana proses seorang tokoh pendidikan kontemporer, Paulo
pemanusiaan dan kemanusiaan umum, serta Freire bahwa pendidikan di sekolah harus steril
pembinaan idealisme sebagai manusia dari kepentingan politik tertentu. Freire
terpelajar. menegaskan bahwa sekolah ideal secara praksis
Sekolah sebagai institusi pendidikan dan konkrit adalah sekolah yang menekankan
memiliki beberapa fungsi antara lain: Sekolah pada progresivitas,12 yakni sekolah yang dapat
sebagai organisasi, sekolah sebagai sistem sosial membangun ‘atmosfer’ pendidikan yang
dan sekolah sebagai agen perubahan.9 Sekolah mencerahkan, tanpa indoktrinasi, tradisi
sebagai sebuah organisasi, dimana menjadi kebebasan akademik, danselalu melakukan
tempat untuk mengajar dan belajar serta perubahan dan pembaharuan untuk kemajuan
tempat untuk menerima dan memberi sebuah bangsa yang mandiri dan berbudaya.
pelajaran, terdapat orang atau sekelompok Oleh karena itu, pendidikan di sekolah
orang yang melakukan hubungan kerja sama harus inklusif, dedikatif, dan berorientasi pada
yaitu: kepala sekolah, kelompok pendidik dan peningkatan kualitas peserta didik. Visi
tenaga fungsional lainnya, kelompok tenaga pendidikan di sekolah direalisasikan dalam
administrasi/staf, kelompok peserta didik atau rangka terwujudnya pelayanan pendidikan yang
peserta didik, kelompok orang tua peserta mendukung berkembangnya sekolah dan
didik. Sekolah sebagai sistem sosial merupakan pendidikan yang berkualitas, yang mampu
organisasi yang dinamis dan berkomunikasi mendorong peserta didik menjadi manusia
secara aktif. Sekolah sebagai sebuah sistem yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia,
sosial yang di dalamnya melibatkan dua orang berkepribadian, menguasai ilmu pengetahuan
atau lebih yang saling berkomunikasi untuk dan teknologi, serta mengaktualisasikan diri
mencapai tujuan.10 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
Esensi dari sekolah adalah pendidikan dan bernegara.13 Visi sekolah inilah yang
dan pokok perkara dalam pendidikan adalah menjadi elan vital bagi pelaksanaan
belajar. Oleh sebab itu, tujuan sekolah terutama pembangunan di Indonesia.
adalah menjadikan setiap peserta didik di Abuddin Nata menyatakan bahwa
dalamnya lulus sebagai orang dengan karakter majunya sebuah lembaga pendidikan harus
yang siap untuk terus belajar, bukan tenaga- melakukan pemaduan antara keunggulan ilmu
tenaga yang siap pakai untuk kepentingan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi

9Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala 12Lihat Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan


Sekolah,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara,
134. (Cet. I; Yogyakarta; Ar-Ruzz Media, 2009), h. 149.
10Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala 13Khozin et al., Manajemen Pemberdayaan
Sekolah…, h. 146. Madrasah: Percikan Pengalaman Riset Aksi Partisipasi di
11http://budinyoto.wordpress.com./sekolah Aliyah, (Malang: UPT Penerbitan UMM,2006),h.36.
dan perubahan sosial. diakses pada tanggal 27 Agustus
2010.
3
ISTIQRA’ Vol 7 No 2 Maret 2020
Abdul Hakim Jurumiah/ Husen Saruji: Sekolah Sebagai Instrumen Konstruksi Sosial Di Masyarakat

dengan keunggulan dalam bidang keagamaan, dan eksis.Arismunandar mengidentifikasi


termasuk di dalamnya keunggulan keimanan sebagai karakteristik sekolah efektif, yaitu: (a)
dan ketaqwaan.14 Kolaborasi kedua ’kutub’ Iklim dan budaya sekolah; (b) Harapan yang
keuanggulan tersebut akan melahirkan sistem tinggi untuk berprestasi; (c) Pemantauan
persekolahan yang bermutu. Paradigma terhadap kemajuan peserta didik; (d)
sekolah yang unggul yakni bersifat inklusif Kepemimpinan kepala sekolah; (e)
terhadap akselerasi sains dan peradaban, dan Keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah;
konsisten dengan ideologi kultural yang dianut. (f) Kebebasan, tanggung jawab, dan
Dalam peningkatan mutu pendidikan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan
di sekolah, pemerintah Republik Indonesia sekolah; (g) Ganjaran dan insentif; dan (h)
mengeluarkan sejumlah peraturan untuk Pelaksanaan kurikulum.17
mengukur standardisasi sekolah yang bermutu Kemudian dalam pandangan Sudarwan
melalui Keputusan Menteri Pendidikan Danim, bahwa kriteria sekolah efektif adalah
Nasional Nomor 087/V/2002 tanggal 14 Juni sebagai berikut: (a) Membangun standar kerja
2004 tentang Akreditasi Sekolah, komponen yang tinggi dan jelas mengenai untuk apa setiap
sekolah yang menjadi bahan penilaian adalah peserta didik harus mengetahui dan dapat
yang dikembangkan dari kualitas sekolah yaitu mengerjakan sesuatu; (b) Mendorong aktivitas,
kurikulum dan proses belajar mengajar, pemahaman multibudaya, kesetaraan gender,
manajemen sekolah, organisasi/kelembagaan dan mengembangkan secara tepat
sekolah, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembelajaran menurut standar potensi yang
pembiayaan, peserta didik, peran serta dimiliki oleh para pelajar; (c) Mengharapkan
masyarakat dan lingkungan/kultur sekolah.15 para peserta didik untuk mengambil peran
Standardisasi mutu sekolah ditetapkan oleh tanggung jawab dalam belajar dan prilaku
Badan Akreditasi Nasional (BAN) sebagai dirinya; (d) Mempunyai instrumen evaluasi dan
bentuk assesment bagi sekolah yang layak penilaian prestasi belajar peserta didik yang
beroperasi dan yang harus ditingkatkan terkait dengan standar pelajar, menentukan
mutunya. umpan balik yang bermakna untuk peserta
Sekolah yang bermutu yang di didik, keluarga, staf, dan lingkungan tentang
dalamnya terjadi aktivitas pendidikan yang pembelajaran peserta didik; (f) Menggunakan
berjalan efektif untuk pencapaian tujuan. metode pembelajaran yang berakar pada
Prestasi akademik tidak dapat dijelaskan penelitian pendidikan dan suara praktik
dengan hanya menganalisis pembelajaran dan profesional; (g) Mengorganisasikan sekolah
proses kelas secara tersendiri, terpisah dari dan kelas untuk mengkreasikan lingkungan
organisasi sekolah. Karena terdapat beberapa yang bersifat memberi dukungan bagi kegiatan
komponen sekolah yang diyakini berpengaruh pembelajaran; (h) Pembuatan keputusan secara
terhadap proses pembelajaran di kelas. demokratis dan akuntabilitas untuk kesuksesan
Komponen-komponen ini, menurut Hoy dan peserta didik dan kepuasan pengguna; (i)
Miskel perlu berfungsi secara bersama untuk Menciptakan rasa aman, sifat saling
menjadikan sekolah lebih efektif.16 menghargai, dan mengakomodasikan
Era kontemporer dimana hanya lingkungan secara efektif; (j) Mempunyai
sekolah yang efektif berpeluang untuk survival harapan yang tinggi kepada semua staf untuk

14Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, didik, infrastruktur, dan sebagainya. Lihat
(Jakarta: Grafindo-IKAPI-IAIN Syahid2001), h. 252. Arismunandar, Manajemen Pendidikan: Peluang dan
15Lembaran Keputusan Menteri Pendidikan Tantangan, (Cet. I, Makassar: Badan Penerbit UNM,
Nasional Nomor 087/V/2002 tentang Akreditasi 2005), h. 62.
Sekolah. 17Arismunandar, Manajemen Pendidikan…, h. 65.
16Komponen-komponen sekolah dapat berupa
struktur organisasi sekolah, kurikulum, pendidik, peserta
4
ISTIQRA’ Vol 7 No 2 Maret 2020
Abdul Hakim Jurumiah/ Husen Saruji: Sekolah Sebagai Instrumen Konstruksi Sosial Di Masyarakat

menumbuhkan kemampuan profesional dan 2. Fungsi Sekolah Terhadap


meningkatkan keterampilan praktisnya; (k) Pembangunan Masyarakat
Secara aktif melibatkan keluarga di dalam Pendidikan di sekolah sebagai
membantu peserta didik untuk mencapai subsistem dalam kehidupan masyarakat maka
sukses; dan (l) bekerja sama atau ber-partner perlu dibangun hubungan secara mutual
dengan masyarakat dan pihak-pihak lain untuk simbiosis dengan masyarakat.Istilah hubungan
mendukung peserta didik dan keluarganya.18 dengan masyarakat dikemukakan kali pertama
Kriteria sekolah di atas oleh presiden Amerika Serikat, Thomas
mendeskripsikan sebuah cerminan sekolah Jefferson tahun 1807 dengan istilah public
yang unggul. Sekolah unggul terlahir karena relation. Hingga saat ini pengertian hubungan
dikelola oleh tenaga-tenaga profesional, dengan masyarakat itu sendiri belum mencapai
sehingga dalam proses kependidikan berjalan suatu mufakat konvensional adapun pengertian
sesuai tuntutan dan kebutuhan zaman. hubungan dengan masyarakat menurut
Berbagai hal yang tampak dalam sekolah Abdurrachman ialah kegiatan untuk
unggulan adalah pelayanan akademik yang menanamkan dan memperoleh pengertian, good
prima, berbasis teknologi informasi, will, kepercayaan, penghargaan dari publik
lingkungan sekolah yang edukatif, terciptanya sesuatu badan khususnya dan masyarakat pada
suasana demokratis dan manajemen umumnya.21
partisipatif, hubungan kemitraan dengan Hubungan sekolah dengan masyarakat
masyarakat, dan seterusnya.19 Kondisi di merupakan jalinan interaksi yang diupayakan
sekolah tersebut akan memberikan prestasi oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-
yang unggul dibanding sekolah lain. tengah masyarakat untuk mendapatkan
Model sekolah unggul adalah sesuatu aspirasi, simpati dari masyarakat, dan
yang ideal, tetapi tidaklah tertutup untuk mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik
menuju ke target tersebut. Jerome S. Arcaro antar sekolah dan masyarakat dalam
menjelaskan model sekolah yang bermutu, pelaksanaan pendidikan untuk kebaikan
harus ditopang oleh lima pilar, yaitu (1) bersama. Sekolah dirancang sesuai kebutuhan
berfokus pada pengguna; (2) keterlibatan masyarakat, dan masyarakatlah yang
secara total semua anggota; (3) melakukan memberikan input atas apa yang diharapkan
pengukuran; (4) komitmen pada perubahan; atas bentuk dan arah pendidikan di sekolah.
dan (5) penyempurnaan secara terus- Masyarakat akan dapat berfungsi
menerus.20 Sekolah yang berorientasi pada lima dengan sebaik-baiknya jika setiap individu
pilar penopang di atas, akan mendorong proses belajar berbagai hal, baik pola-pola tingkah laku
dialekika menuju prestasi yang tinggi. Tahu umum maupun peranan yang berbedad-beda.
target yang akan dicapai, pemberdayaan tenaga Untuk itu, proses pendidikan harus berfungsi
edukatif secara profesional, pemanfaatan untuk mengajarkan tingkah laku umum dan
sarana dan prasarana secara maksimal, untuk menyeleksi/mempersiapkan individu
melakukan evaluasi secara kontiniu, konsisten untuk peranan-peranan tertentu. Sehubungan
pada perubahan serta selalu membenahi sistem, dengan fungsi yang kedua ini, pendidikan di
akan melejitkan perubahan yang drastis sesuai sekolah bertugas untuk mengajarkan berbagai
dinamika zaman. macam ketrampilan dan keahlian. Meskipun
pendidikan informal juga berperan

18Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen 20Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen
Sekolah..., h. 61-62. Sekolah..., h. 13.
19Hanafie, St Wardah, et al. "Problems of 21Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di
Educators and Students in Learning Islamic Religious Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 155.
Education at MTs Pondok Darren Modern Darul Falah,
Enrekang District." Al-Ulum 19.2 (2019): 360-386.
5
ISTIQRA’ Vol 7 No 2 Maret 2020
Abdul Hakim Jurumiah/ Husen Saruji: Sekolah Sebagai Instrumen Konstruksi Sosial Di Masyarakat

melaksanakan kedua fungsi tersebut, tetapi Berbagai persoalan yang dihadapi oleh
sangat terbatas, khususnya dilaksanakan oleh dunia pendidikan khususnya lembaga
masyarakat yang masih primitif. Pada pendidikan formal di era globalisasi dan sistim
masyarakat yang sudah maju, fungsi yang kedua desentralistik (otonomi daerah) menuntut team
dari pendidikan itu hampir sepenuhnya diambil work yang solid antara pihak sekolah itu sendiri
alih oleh lembaga pendidikan formal (sekolah). dengan pihak luar, baik instansi atasan maupun
Pendidikan formal (sekolah) berfungsi untuk masyarakat. Sinergitas masyarakat dan sekolah
mengajarkan pengetahuan umum dan menjadi kunci sukses pendidikan. Ketika
pengetahuan-pengetahuan yang bersifat hubungan sekolah dengan masyarakat dapat
khusus dalam rangka mempersiapkan anak berjalan harmonis dan dinamis dengan sifat
untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.22 pedagogis, sosiologis, dan produktif, maka
Secara filosofis, Gillin dan Gillin diharapkan tercapai tujuan utama yaitu
berpendapat bahwa fungsi pendidikan sekolah terlaksananya proses pendidikan di sekolah
ialah penyesuaian diri anak dan stabilisasi secara produktif, efektif, efisien, dan berhasil
masyarakat.23 Kemudian Bachtiar Rifa’i sehingga menghasilkan luaran yang berkualitas
berpendapat bahwa fungsi pendidikan sekolah secara intelektual, spiritual, emosional, sosial,
adalah perkembangan pribadi dan dan vokasional.
pembentukan kepribadian, transmisi kultural, Hubungan sekolah dengan masyarakat
integrasi sosial, inovasi, dan pra-seleksi dan dibangun dengan tujuan popularitas sekolah di
pra-alokasi tenaga kerja.24 Fungsi sekolah bagi mata masyarakat. Popularitas sekolah akan
masyarakat adalah untuk menjaga eksistensi tinggi jika mampu menciptakan program-
dan tradisi masyarakat, sehingga masyarakat program sekolah yang bermutu dan relevan
dapat stabil berjalan fungsinya sebagai sebuah dengan kebutuhan dan cita-cita bersama dan
komunitas sosial. dari program tersebut mampu melahirkan
Sekolah menentukan transformasi sosok-sosok individu yang mapan secara
sosial budaya di masyarakat sehingga eksistensi intelektual dan spiritual. Dengan popularitas ini
masyarakat dapat terjamin dan berkembang sekolah eksis dan semakin maju. Tujuan
menurut tuntutan zaman. Secara sistemik hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:
bahwa hubungan sekolah dan masyarakat (a) Memajukan kualitas pembelajaran dan
dapat dilihat dari dua segi, yaitu: (1) Sekolah pertumbuhan peserta didik; (b) Memperkokoh
sebagai partner masyarakat di dalam melakukan tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan
fungsi pendidikan, dan (2) sekolah sebagai penghidupan masyarakat; dan (c)
produsen yang melayani pesanan-pesanan Menggairahkan masyarakat untuk menjalin
pendidikan dari masyarakat hubungan dengan sekolah.27
lingkungannya.25Berjalannya fungsi pendidikan Masyarakat telah menerima esensi dan
di sekolah apabila menjadikan masyarakat urgensi pendidikan persekolahan, sebagai
sebagai partner dalam melaksanakan wahana proses kemanusiaan dan pemanusiaan
pendidikan, dan sekolah menjadi pelayan atas ideal. Setidaknya pada tingkat kemampuan
kebutuhan masyarakat dan stakeholder.26 yang ada, kontribusi lembaga persekolahan
adalah siginifikan dalam pencapaian misi

22Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, 26Halik, Abdul. "MANAJEMEN


Pengantar Pendidikan, (Cet.I; Jakarta: Rineka Cipta, 2005), PENGENDALIAN MUTU SEKOLAH:
h. 165 IMPLEMENTASI PADA SMA NEGERI DI
23Lihat Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, PAREPARE." Prosiding 2.1 (2016).
(Cet.II; Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 182. 27Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah,
24Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan…, h. 182. (Bandung: Remaja Roskarya, 2007), h. 50.
25Syafaruddin & Irwan Nasution, Manajemen
Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press,2005), h. 5.
6
ISTIQRA’ Vol 7 No 2 Maret 2020
Abdul Hakim Jurumiah/ Husen Saruji: Sekolah Sebagai Instrumen Konstruksi Sosial Di Masyarakat

negara mendidik generasi muda harapan dirangsang kegiatan gemar membaca; dan (g)
bangsa. Orang tua dan masyarakat pengguna Perlu disadari sepenuhnya bahwa setiap orang
lain memahami bahwa kehadiran sekolah bagi berhak mendapat pengajaran anak yang
proses pendidikan anak-anak mereka menjadi terhambat masalah ekonomi, sosial geografi
sebuah keharusan.28 Kesadaran inilah sebagai perlu perhatian dengan mendaya gunakan
prasyarat lahirnya kerjasama yang baik antara sarana dan teknologi yang ada.30
sekolah dan masyarakat. Sekolah yang mendapat apresiasi dari
Sekolah dan masyarakat harus masyarakat ditandai dengan tingginya
bersinergi dalam menjalankan kegiatan kontribusi masyarakat terhadap kegiatan
pendidikan. Hubungan tersebut dibangun pendidikan di sekolah. Dalam hal ini, pelayanan
secara efektif dimaksudkan untuk membantu pendidikan di sekolah dapat memberikan
pengembangan pendidikan anak dalam kepuasan kepada masyarakat, misalnya puas
lingkungan kondusif dan ramah terhadap karena terjadinya kerjasama yang baik dan
pembelajaran.29 Sinergitas tersebut untuk terjadinya perkembangan peserta didik dengan
terjadinya kontiniunitas pendidikan mulai dari prestasi yang optimal sehingga fungsional di
keluarga, masyarakat, dan sekolah. tengah masyarakat.31
Untuk menggapai sekolah yang Sekolah sebagai lembaga pendidikan
berorientasi masa kini dan masa depan sebagai formal memiliki fungsi dan peran yang strategis
sekolah favorit, ada beberapa langkah-langkah dalam membangun dan memajukan kehidupan
yang harus ditempuh: (a) Perlunya penekanan masyarakat. Sekolah dapat mengembangkan
pada pembentukan SDM yang berwatak, potensi peserta didik yang dapat menjaga
berbudi pekerti luhur, beriman dan taqwa, eksistensi dan kestabilan masyarakat. Dengan
berwawasan jauh ke depan, mempunyai demikian, hubungan sekolah dan masyarakat
integritas dan kemandirian, serta mempunyai harus terjalin dengan intens dan efektif, karena
kecakapan dan keterampilan mental untuk majunya sebuah masyarakat terdapat korelasi
belajar sepanjang hayat: (b) Program signifikan dengan bermutunya pendidikan di
pendidikan perlu melibatkan peranan keluarga sekolah di berbagai level dan jurusan. Oleh
peserta didik: (c) Menyadarkan bahwa karena itu, akses pendidikan sekolah perlu
kesuksesan program pendidikan sangat ditingkatkan sehingga masyarakat dapat
dipengaruhi oleh lingkungan di mana peserta menikmati dan mengikuti pendidikan formal di
didik belajar; (d) Menyadari bahwa pendidikan sekolah.
berkelanjutan merupakan pendidikan yang
dalam jangka panjang berusaha PENUTUP
mempersiapkan peserta didik untuk masa Sekolah sebagai lembaga pendidikan
depannya; (e) Kecakapan seorang pendidik formal berfungsi untuk melaksanakan tugas
sangat dipengaruhi oleh visi dan wawasan masa konservatis, progresif, dan mediasi. Fungsi ini
depan; (f) Untuk meningkatkan daya serap dan terejawantahkan ke dalam kegiatan
imajinasi peserta didik, perlu ditimbulkan dan pembelajaran yang sistemik, didukung oleh

28Sudarwan Danim, op.cit.,h. 2. DASAR NEGERI MELALUI LESSON STUDYDI


29Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi KOTA PAREPARE." PROSIDING SEMINAR
Pendidikan, (Cet. XV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, NASIONAL & INTERNASIONAL. 2017.
2005), h. 194. 31Halik, Abdul, Zulfianah Zulfianah, and Muh
30Aulia Reza Bastian, Reformasi Pendidikan,
Naim. "Strategies of Islamic Education Teachers to
Langkah-langkah Pembaharuan dan Pemberdayaan Pendidikan Increase Students’ Interest In Learning and Practicing in
dalam Rangka Desentralisasi Sistem Pendidikan Indonesia, State Junior High School Lanrisang (SMPN) 1
(Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama,2002), h. 60- Lanrisang, Pinrang." MADANIA: Jurnal Kajian Keislaman
62.Lihat juga Das, Sitti Wardah Hanafie, et al. 22.2 (2018): 253-264.
"PENCAPAIAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH
7
ISTIQRA’ Vol 7 No 2 Maret 2020
Abdul Hakim Jurumiah/ Husen Saruji: Sekolah Sebagai Instrumen Konstruksi Sosial Di Masyarakat

suprastruktur dan infrastruktur, serta memiliki In Learning and Practicing in State


visi mengembangkan potensi peserta didik agar Junior High School Lanrisang (SMPN)
dapat fungsional di dalam masyarakat. 1 Lanrisang, Pinrang." MADANIA:
Sekolah sebagai subsistem pendidikan Jurnal Kajian Keislaman 22.2 (2018): 253-
di dalam masyarakat, berfungsi untuk 264.
penyesuaian diri anak dan stabilisasi Halik, Abdul. "Dialektika Filsafat Pendidikan
masyarakat, yakni mengembangkan pribadi dan Islam." Istiqra: Jurnal Pendidikan dan
pembentukan kepribadian, transmisi kultural, Pemikiran Islam 1.1 (2013)
integrasi sosial, inovasi, dan pra-seleksi dan Halik, Abdul. "MANAJEMEN
pra-alokasi tenaga kerja. Bermutunya PENGENDALIAN MUTU
pendidikan di sekolah dapat memicu bagi SEKOLAH: IMPLEMENTASI
majunya suatu masyarakat, karena masyarakat PADA SMA NEGERI DI
yang maju yang tinggi kesadarannya tentang PAREPARE." Prosiding 2.1 (2016).
eksistensi pendidikan di sekolah. Halik, Abdul. "Paradigm of Islamic Education
in the Future: The Integration of
DAFTAR PUSTAKA Islamic Boarding School and Favorite
School." Information Management and
Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, Business Review 8.4 (2016): 24-32.
(Jakarta: Grafindo-IKAPI-IAIN Hanafie, St Wardah, et al. "Problems of
Syahid2001) Educators and Students in Learning
Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan, (Cet.II; Islamic Religious Education at MTs
Jakarta: Rineka Cipta, 2007) Pondok Darren Modern Darul Falah,
Arismunandar, Manajemen Pendidikan: Peluang Enrekang District." Al-Ulum 19.2
dan Tantangan, (Cet. I, Makassar: Badan (2019): 360-386.
Penerbit UNM, 2005) Hanafie, D., and Abdul Hali. "Masalah Putus
Bastian, Aulia Reza,Reformasi Pendidikan, Sekolah Dan Pengangguran." (2015).
Langkah-langkah Pembaharuan dan http://budinyoto.wordpress.com./sekolah
Pemberdayaan Pendidikan dalam Rangka dan perubahan sosial. diakses pada
Desentralisasi Sistem Pendidikan Indonesia, tanggal 27 Agustus 2010.
(Yogyakarta: Lappera Pustaka Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Utama,2002). Nomor 087/V/2002 tentang
Brodjonegoro, Pendidikan Nasional Indonesia Akreditasi Sekolah.
(Yogyakarta: Yayasan Penerbitan IKIP, Khozin et al., Manajemen Pemberdayaan Madrasah:
1968) Percikan Pengalaman Riset Aksi Partisipasi
Danim, Sudarwan, Visi Baru Manajemen Sekolah: di Aliyah, (Malang: UPT Penerbitan
dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, UMM,2006)
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006) Mastuhu, Pendidikan Indonesia Menyongsong
Das, Sitti Wardah Hanafie, et al. “Indonesia Baru” Pasca Orde Baru, dalam
"PENCAPAIAN KOMPETENSI Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
GURU SEKOLAH DASAR GEMA Fakultas Tarbiyah IAIN
NEGERI MELALUI LESSON Jakarta, Edisi 1, Jakarta.
STUDYDI KOTA PAREPARE." Mudyahardjo, Redja, Pengantar Pendidikan:
PROSIDING SEMINAR Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar
NASIONAL & INTERNASIONAL. Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan
2017. di Indonesia, Edisi 1, (Cet. II; Jakarta: PT.
Halik, Abdul, Zulfianah Zulfianah, and Muh RajaGrasindo Persada, 2002)
Naim. "Strategies of Islamic Education Muhaimin dan Abdul Mudjib, Pemikiran
Teachers to Increase Students’ Interest Pendidikan Islam: Kajian pilosopis dan
8
ISTIQRA’ Vol 7 No 2 Maret 2020
Abdul Hakim Jurumiah/ Husen Saruji: Sekolah Sebagai Instrumen Konstruksi Sosial Di Masyarakat

kerangka dasaroperasionalnya (Bandung:


Trigenda Karya, 1993)
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung:
Remaja Roskarya, 2007)
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, (Cet. XV; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005)
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004)
Syafaruddin & Irwan Nasution, Manajemen
Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat
Press,2005)
Tirtahardja, Umar, dan S.L. La Sulo, Pengantar
Pendidikan, (Cet.I; Jakarta: Rineka
Cipta, 2005).
Tirtahardja, Umar, et.al.,Dasar-dasar
Kependidikan, (Ujung Pandang: Bagian
Penerbitan FIP IKIP, 1990)
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala
Sekolah,(Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001)
Yamin, Moh.,Menggugat Pendidikan Indonesia:
Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hajar
Dewantara, (Cet. I; Yogyakarta; Ar-Ruzz
Media, 2009)

9
ISTIQRA’ Vol 7 No 2 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai