Anda di halaman 1dari 5

Nama : Agan Fadhilah Mursyid

Rombel : PJKR C
Nim : 6101421150
Tugas 3 Hakekat Pendidikan
Hakikat pendidikan adalah proses pembelajaran sebagai upaya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreativitas peserta didik dengan interaksi yang menghasilkan pengalaman
belajar. Di Indonesia menginginkan pendidikan yang lebih baik, hal inilah yang melatar
belakangi terjadinya pergantian kurikulum secara terus-menerus. Pergantian kurikulum
merupakan salah satu usaha yang dilakukan negara dalam mencetak lulusan yang berkualitas
dalam negara kekuasaannya maupun internasional agar sesuai dengan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003. Pendidikan dapat
dikatakan berhasil dan mencapai tujuan jika terjadi perubahan. Perubahan tersebut ialah
perubahan tingkah laku, yang memiliki beberapa aspek yaitu:
1) pengetahuan,
2) pengertian,
3) kebiasaan,
4) keterampilan,
5) apresiasi,
6) emosional,
7) hubungan sosial,
8) jasmani,
9) budi pekerti,
10) sikap (Hamalik, 2008: 30).
Dalam pendidikan siswa dituntun untuk aktif, inovatif dan kreatif dalam merespon materi.
Kenyataannya guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar (teaching center) yang
menyebabkan siswa menjadi pasif sehingga dalam proses pembelajaran menjadi bosan.
Pembelajaran adalah sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual dan spiritual seseorang
agar ingin belajar dengan kehendaknya sendiri, sedangkan belajar yaitu suatu proses yang
berakhir pada perubahan (Fathurrohman dan Sulistyorini 2012: 6-7).
Hakikat Pendidikan

1. Pendidikan adalah instrumen yang diterapkan secara teknologi untuk


pendidikan seluruh manusia dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
2. Pendidikan adalah upaya untuk membuat materi hidup siap untuk lingkungan
yang berubah dengan cepat.
3. Pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses interaksi manusia yang
menyeimbangkan antara otoritas pendidik dan kedaulatan subjek siswa.
4. Pendidikan akan ada seumur hidup.
5. Pendidikan meningkatkan kualitas diri Anda atau komunitas lain.

Manfaat dari Pendidikan

1. Memperdalam Ilmu pengetahuan


2. Membentuk kepribadian seseorang
3. Memberikan informasi
4. Kualifikasi profesional
5. Mencegah pembentukan generasi “bodoh”
6. Menambah pengalaman siswa
7. Mediasi fungsi sosial dalam masyarakat
8. Tingkatkan kreativitas
9. Cegah kejahatan
10. Tingkatkan produktivitas
11. Optimalkan bakat seseorang
12. Model karakter bangsa
13. Menciptakan generasi penerus bangsa
14. Bentuk mentalitas ilmiah
15. Tingkatkan pemikiran individu
16. Meningkatkan standar hidup manusia
17. Menciptakan anak-anak cerdas bangsa
18. Mengangkat derajad anak-anak bangsa
19. Memastikan integrasi sosial
20. Mencapai Aktualisasi Diri.

Fungsi dari Pendidikan

• Sosialisasi
Jika anak-anak diharapkan untuk hidup mandiri di masyarakat, nilai-nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat harus diteruskan kepada anak-anak. Siswa diminta mempelajari norma
atau nilai yang selalu ada di masyarakat.

Proses belajar nilai-nilai dan norma yang berlaku disebut sosialisasi. Institusi sosial seperti
keluarga dan sekolah memiliki fungsi memenuhi fungsi ini. Sebagai contoh, kami ingin anak-
anak kami tidak memukul anak-anak lain.

Di sekolah, guru mengajar siswa bahwa memukul teman mereka adalah kejahatan dan dapat
dijatuhi hukuman penjara. Jika siswa memahami apa yang ditransmisikan dari guru, anak
akan ragu untuk memukul orang tua bahkan jika mereka dimarahi.
• Integrasi sosial
Agar masyarakat berfungsi sebagaimana mestinya, tanpa konflik yang tampaknya berbahaya
bagi kehidupan sosial, individu harus mengikuti nilai-nilai bersama. Proses mengikuti atau
mempercayai nilai-nilai yang diikuti oleh individu atau kelompok lain dalam masyarakat
disebut proses integrasi sosial.

Misalnya, fakta bahwa pencurian adalah tindak pidana berlaku untuk masyarakat, sehingga
pelanggar harus dihukum. Seorang anak diajarkan untuk tidak mencuri, meskipun
sebelumnya tumbuh di desa pencuri yang percaya bahwa mencuri adalah tugas sehari-hari.
Keputusan untuk berhenti mencuri adalah prasyarat untuk mencapai integrasi sosial. Peran
pendidikan adalah untuk mendukung keputusan anak untuk berhenti mencuri.

• Penempatan sosial
Siswa yang menjalani proses pendidikan diidentifikasi oleh para pendidik berdasarkan
kepribadian, karakter, keterampilan dan pengalaman mereka. Proses identifikasi ini
menentukan posisi dalam posisi sosial di mana siswa kemudian berlabuh.

Misalnya orang dengan pendidikan kedokteran, tempat yang cocok adalah di fasilitas
kesehatan atau di mana individu dapat berkontribusi untuk kesehatan masyarakat. Kesesuaian
mediasi sosial dengan pendidikan mempromosikan pendidikan sebagai mediasi sosial
kelompok atau individu.

• Inovasi sosial
Peran pendidikan sebagai inovasi sosial terkait dengan semua jenis penemuan baru di
berbagai bidang yang dapat memengaruhi kehidupan sosial. Kita tidak dapat mengharapkan
penemuan baru yang akan mengubah dunia, baik kecil maupun besar, jika orang-orang yang
terlibat dalam penemuan itu tidak mengalami proses pendidikan terlebih dahulu.

Sebagai contoh, seorang intelektual harus membaca banyak buku sebelum membuat konsep
ideologis yang telah diadopsi oleh suatu negara. Sebagai contoh, pencipta Pancasila Pancasila
tidak dapat merumuskan tanpa kecerdasan intelektual sebelumnya.

Tujuan dari Pendidikan


Menurut sejarah orang Yunani, tujuan pendidikan adalah ketertiban. Dengan kata lain, tujuan
pendidikan, menurut orang-orang Yunani, adalah untuk berdamai dalam hidup. Tujuan
pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai siswa setelah melakukan
kegiatan pendidikan.
Beberapa tokoh memaparkan tentang pendidikan, yaitu:

1. Ki Hadjar Dewantoro. Tujuan pendidikan adalah pendidikan untuk mendidik seseorang


untuk menjadi orang yang sempurna dalam kehidupannya.

2. Friedrich Frobel. Tujuan pendidikan adalah untuk membuat anak-anak berpikir kreatif dan
inovatif.

3. John Dewey. Tujuan pendidikan adalah menjadikan anak-anak anggota masyarakat yang
baik, yaitu anggota masyarakat yang memiliki keterampilan praktis dan pandai memecahkan
masalah sosial sehari-hari.

4. Menurut konstitusi. Negara Indonesia memiliki tujuan pendidikan sebagaimana diatur


dalam UUD 1945 dan UU No. 20 tahun 2003. Menurut UUD 1945, tujuan pendidikan
nasional diatur dalam Pasal 31 (3) dan 31 (5).

 Menurut UUD 1945, Pasal 31 (3) menyatakan: “Pemerintah berkomitmen dan


mengatur sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan kesalehan dan
kepercayaan, dan karakter mulia dalam konteks pendidikan kehidupan
bangsa.” diatur oleh hukum. “
 Pasal 31 (5) UUD 1945 menyatakan: “Pemerintah mempromosikan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan mendukung nilai-nilai tinggi agama dan
persatuan nasional untuk kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat
manusia.”
 Dan dalam UU No. 20 tahun 2003, tujuan pendidikan nasional adalah untuk
membentuk karakter seseorang dan peradaban nasional yang layak, dan untuk
meningkatkan kapasitas atau kehidupan intelektual bangsa. Tujuan dari
pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan potensi siswa untuk menjadi
orang percaya yang mengabdikan diri mereka kepada Allah yang mahakuasa,
mulia, sehat, berkemampuan, kreatif, mandiri, berpengetahuan luas,
bertanggung jawab, dan menjadi warga negara yang demokratis.

Sejarah Singkat Pendidikan

1. Sejarah pendidikan adalah sejarah belajar pendidikan yang mencakup gagasan, sistem
pendidikan, sekolah, atau masyarakat yang terkait dengan pendidikan, agama, dan sains.

Oleh karena itu, historiografi membuat sulit untuk membedakan sejarah pendidikan dari
sejarah intelektual ketika diperiksa untuk ide-ide pendidikan (Supriatna, 2006).

2. Silver (zu Sjamsuddin, 1992) mengatakan bahwa di negara-negara barat (Amerika dan
Eropa) perhatian sejarah pendidikan telah terbukti sejak abad ke-19.

Pentingnya sejarah pendidikan telah digunakan untuk berbagai keperluan khususnya untuk
memperkuat kesadaran nasional dan kesatuan budaya. untuk mengembangkan profesi guru
atau menjadi bangga dengan institusi dan jenis pendidikan tertentu (FIP UPI, 2007).
3. Sjamsuddin (dalam UPI FIP, 2007) menjelaskan bahwa hakikat pendidikan, mengingat
perannya dalam transmisi budaya (sains, teknologi, gagasan, nilai-nilai spiritual dan estetika),
sangat luas dari generasi ke generasi. Karena itu zaman sejarah menekankan pada pendekatan
diakronis.

4. Pendekatan diakronis yang digunakan dalam sejarah dapat dibandingkan dengan


penampang vertikal batang, yang menunjukkan perkembangan dari titik awal ke transisi dari
fase ke fase berikutnya, yaitu mengungkapkan munculnya fenomena.

Anda mungkin juga menyukai