PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk
mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat
sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah tanggung jawab
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab tersebut didasari
kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh
pada kebudayaan suatu daerah, karena bagaimanapun juga, kebudayaan tidak
hanya berpangkal dari naluri semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses
belajar dalam arti yang sangat luas.
Bratanata dkk. mengartikan pendidikan sebagai usaha yang sengaja
diadakan baik langsung maupun dengan cara tidak langsung untuk membantu
anak dalam perkembangannya untuk mencapai kedewasaannya (Ahmadi dan
Uhbiyati 2007 :69). Sedangkan John Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai
proses pembentukan kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual dan
emosional kearah alam dan sesama manusia.
Menurut Brown (dalam Ahmadi, 2004 :74) bahwa pendidikan adalah
proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan didalam tingkah
laku dihasilkan didalam diri orang itu melalui didalam kelompok. Dari pandangan
ini pendidikan adalah suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan berlangsung
sepanjang hidup.
Ahmadi dan Uhbiyati (2007 :70) mengemukakan bahwa pendidikan pada
hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta 2
penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga
timbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang dicita-
citakan dan berlangsung terus menerus.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk membantu seorang
anak untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik
itu secara langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi
kehidupannya dimasyarakat.
penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga
timbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang dicita-
citakan dan berlangsung terus menerus.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk membantu seorang
anak untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik
itu secara langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi
kehidupannya dimasyarakat.
B. Fungsi Pendidikan
Secara lebih luas yaitu, kepastiaannya masyarakat dalam lingkup Negara
disebutkan menurut UU No.20 Tahun 2003 pasal 2, bahwa: pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Jadi menurut uraian diatas, fungsi pendidikan untuk masyarakat dalam
lingkup negara antara lain mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Di Masyarakat anak berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang
beraneka ragam kepribadiannya, dan juga berinteraksi dengan beda-beda serta
peristiwa-peristiwa. Pada masyarakat anak juga dapat memperoleh pendidikan
nonformal berupa kursus-kursus. Kepribadian dipengaruhi oleh gejala sosial,
kebudayaan yang ada di lingkungannya. Sebagai contoh anak yang kehidupan
dengan orang-orang berpendidikan cenderung suka belajar, anak yang hidup di
lingkungan cenderung berjiwa ekonomis (pertimbangan untung rugi). Anak yang
bergaul dalam kehidupan keras dan penuh tekanan, anak menjadi patuh dan
penurut, juga memungkinkan suka memberontak. Untuk itu sebagai orang tua
atau pemimpin kita dapat memilih lingkungan hidup, menciptakan lingkungan
hidup yang menguntungkan perkembangan kepribadian anak.
Sedangkan fungsi pendidikan menurut Broom (dalam Eddy 2010:33)
adalah (1) transmisi budaya, (2) meningkatkan integrasi sosial atau masyarakat,
(3) mengadakan seleksi dan alokasi tenaga kerja melalui pendidikan itu sendiri,
dan (4) mengembangkan kepribadian.
Dari pendapat Broom maka dapat diuraikan sebagai berikut: Sebagai
transmisi kebudayaan maksudnya dari budaya yang sudah ada maka dapat
dipindahkan kepada masyarakat berikutnya atau dari suatu masyarakat tertentu
kepada masyarakat yang lainnya.
Meningkatkan integrasi sosial atau masyarakat artinya dengan pendidikan
dapat dibentuk dan ditingkatkan integrasi sosial; mempersatukan masyarakat.
Mengadakan seleksi dan alokasi tenaga kerja dimaksudkan melalui pendidikan
dapat diadakan pemilihan bidang pekerjaan dan juga penempatan serta penyediaan
tenaga kerja. Mengembangkan kepribadian mengandung makna, melalui
pendidikan dapat dikembangkan adanya pribadi-pribadi yang unggul sesuai
dengan harapan masyarakat, bangsa, dan negara.
Secara lebih rinci manfaat pendidikan untuk masyarakat menurut Pidarta
(dalam Eddy 2010:33) adalah sebagai berikut: 1). Pendidikan sebagai transmisi
dan pelestarian budaya, 2) Sekolah sebagai pusat budaya bagi masyarakat
sekitarnya, 3) Sekolah mengembangkan kepribadian anak disamping oleh
keluarga anak itu sendiri, 4) Pendidikan membuat orang menjadi warga negara
yang baik, tahu akan kewajiban dan haknya, 5) Pendidikan meningkatkan
integrasi sosial atau kemampuan bermasyarakat. 6) Pendidikan meningkatkan
kemampuan analisis secara kritis, melalui pelajara ilmu, teknologi, dan kesenian,
7) Sekolah meningkatkan alat kontrol sosial dengan memberi pendidikan agama
dan budu pekerti, 8) Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah social, 9)
Pendidikan adalah sebagai perubahan sosial melalui kebudayaan-kebudayaan
yang baru, 10) Pendidikan berfungsi sebagai seleksi dan alokasi teaga kerja, 11)
Pendidikan dapat memodifikasi hierarki masyarakat.
Agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas pendapat Pidarta perlu
dikaji sebagai berikut:
Pendidikan sebagai transmisi dan pelestarian budaya berarti selain
berfungsi memindahkan juga diharapkan dapat melestarikan budaya yang sudah
ada. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki kebudayaan daerah dan kebudayaan
nasional. Kebudayaan daerah yang beraneka ragam tersebut harus dapat
dilestarikan atau dipelihara keberadaannya. Demikian pula dengan adanya
kebudayaan nasional bangsa Indonesia, sebagai warga negarawajib
melestarikannya.
Sekolah sebgai pusat budaya bagi masyarakat sekitarnya mempunyai
makna bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan selain berusaha melestarikan
budaya yag sudah ada, juga berperan sebagai tempat untuk mengadakan
pembaruan budaya ke arah yang lebih maju, ke arah yang lebih unggul pada
masyarakat dimana lembaga ersebut berada.
Sekolah megembangkan kepribadian anak disamping oleh keluarga anak
itu sendiri. Tempat pengembangan kepribadian selain di dalam keluarga, juga
berada di lembaga sekolah. Potensi-potensi yang dimiliki anak, oleh sekolah
diusahakan untuk dikembangkan ke arah yang positif, potensi-potensi yang
negatif dikendalikan. Dengan upaya-upaya tersebutmaka sekolah dapat dikatakan
tetapi tempat pengembangan kepribadian anak.
Pendidikan membuat orang menjadi warga negara yang baik, tahu akan
kewajiban dan haknya. Pada lembaga pendidikan selain diberikan pendidikan budi
pekerti, sopan santun, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan. Melalui
pendidikan kewarganegaraan anak didik agar menjadi warga negara yang baik,
tahu tentang hak dan kewajibannya. Pendidikan sekolah berusaha
menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.
Pendidikan meningkatkan integrasi sosial atau kemampuan bermasyarakat.
Pada lembaga sekolah merupakan pencerminan sebagai masyarakat kecil,
demikian juga dalam kelas. Anak bergaul dengan anak lain yang beranekaragam
latar belakangnya. Dengan demikian anak mulai mengenal berbagai keadaan anak
lain. Melalui masyarakat kecil tersebut, dapat terbentuk suatu kondisi masyarakat
walaupun dalam lingkungan terbatas, dengan dasar pembentukan masyarakat
secara terbatas kemudian dapat berkembang terbentuknya persatuan sosial,
selanjutnya anak memiliki kemampuan untuk hidup bermasyarakat
Pendidikan meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis melalui
ilmu, teknologi, dan kesenian. Hal ini mengandung ati bahwa dengan pendidikan
maka anak didik mampu meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis,
melalui pelajaran ilmu yang diajarkan, teknologi maupun kesenian. Sekolah
meningkatkan alat kontrol sosial dengan pendidikan agama dan budi pekerti. jadi
melalui pendidikan agama, budi pekerti maka anak dapat meningkatkan
kemampuan untuk memiliki alat kontrol sosial.
Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial. Hal ini
maksudnya dengan memperoleh pelajaran ilmu-ilmu di sekolah, kemudian dari
anak diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Pendidikan adalah sebagai perubahan sosial melalui kebudayaan
kebudayaan yang baru. Pada dasarnya pendidikan selain sebagai pelestari budaya
yang sudah ada, tetapi juga berperan sebagai pembaru. Dengan demikian
pendidikan berfungsi sebagai perubahan sosial, maksudnya sistem sosial yang
sudah ada dengan adanya pembaru budaya, akan nerubah sesuai ddengan
perkembangan yang ada.
Pendidikan berfungsi sebagai seleksi dan alokasi tenaga kerja melalui
pendidikan maka dipersiapkan angkatan kerja sesuai bidang yang dikembangkan
oleh lembaga pendidikan tersebut. Masing-masing bidang pendidikan
mempersiapkan angkatan kerja, sehingga dari hasil pendidikan tersebut diperoleh
angkatan kerja yang beranekaragam jenisnya. Angkatan kerja tersebut telah
disesuaikan dengan bakat dan minat serta kemampuannya. Dari fungsi ini dapat
dikatakan telah ada seleksi tenaga kerja sesuai bidangnya masing-masing. Bagi
anak didik yang tidak memiliki kemampuan, maka dalam proses pendidikannnya
telah terseleksi dengan sendirinya, sebab dalam prosesnya ada yang berhasil
(lulus) dan tidak berhasil (tidal lulus).
Pendidikan dapat memodifikasi hierarki ekonomi masyarakat. Dari waktu
ke waktu diharapkan output dari pendidikan sekolah semakin tinggi. Dengan
perubahan tingkat kelulusan maka diharapkan ekonomi masyarakat semakin baik.
Semakin tinggi pendidikannya semakin tinggi pula tingkat pendapatannya. Jadi
dengan upaya pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang semakin tinggi,
sebagai dampaknya masyarakat yang berpenghasilan tinggi semakin banyak.
C. Struktur Sosial
Masyarakat selalu bergerak dinamis siring dengan kemajuan jaman.
Semakin komplek suatu masyarakat, maka terjadi pembagian kerja yang semakin
rinci. Dalam masyarakat primitif, sebuah keluarga menjalankan semua fungsi
sosial mulai dari merawat dan mendidik anak, mencari nafkah, membuat pakaian,
membuat rumah, dan sebagainya. Hal tersebut berlawanan dengan masyarakat
modern. Berbagai urusan dan kebutuhan hidup dikerjakan orang-orang tertentu
sesuai keahlianya. Misalnya pendidikan anak diserahkan kepada guru, perawatan
kesehatan dikerjakan oleh dokter, dan lain-lain.
Semakin rinci pembagian kerja dalam suatu masyarakat, semakia banyak
kelompok-kelompok sosial tang terbentuk. Kelompok-kelompok sosial itu
membentuk keutuhan masyarakat. Ada dua macam kelompok sosial di
masyarakat, yaitu kelompokkelompok yang memiliki strata atau tingkatan berbeda
dan kelomok-kelompok yang memiliki strata sama. Kelompok-kelompok dengan
strata berjenjang dihasilkan oleh proses yang disebut stratifikasi sosial, sedangkan
kelompok-kelompok yang tidak berjenjang dihasilkan oleh diferensiasi sosial.
Stratifikasi dan diferensiasi secara bersama-sama membentuk struktur
sosial. deferensiasi sosial adalah pembedaan warga masyarakat menjadi
kelompok-kelompok secara horizontal dan tidak berjenjang, ini disebut kelompok
sosial, sedangkan stratifikasi sosial membedakan kelompok-kelompok dalam
masyarakat secara vertikal dan berjenjang, yang disebut dengan kelas sosial. kelas
masyarakat membentuk suatu rangkaian yang disebut struktur sosial.
1. Stratifikasi Sosial
a. Pengertian Stratifikasi Sosial
Di dalam masyarakat, ada orang-orang tertentu yang menduduki kelas
sosial lebih tinggi, sedangkan yang lainnya berada dikelas sosial lebih rendah.
Perbedaan kedudukan diukur menurut penilaian warga masyarakat yang
bersangkutan. Secara umum,kedudukan setiap warga masyarakat dapat dibagi
dalam tiga strata (lapisan kelas), yaitu kelas atas, kelas menengah, kelas bawah.
Pembagian ini tidak bersifat mutlak, namun bervariasi menurut kondisi
masyarakat yang bersangkutan. Semakin kompleks suatu masyarakat maka
semakin komplek bentuk kelas sosial yang ada.
Perbedaan kekuasaan, kekayaan dan penghasilan, atau prestise
mengakibatkan munculnya tingkatan-tingkatan atau kelas-kelas sosial dalam
masyarakat. Suatu kelompok memiliki kekuasaan, sementara kelompok lain justru
dikuasainya. Satu kelompok memiliki banyak kekayaan, sementara kelompok lain
miskin harta. Satu kelompok memiliki status kebangsawanan (darah biru),
sementara yang lain hanya rakyat biasa. Karena perbedaan-perbedaan itu bersifat
bertikat-tingkat, maka disebut kelas sosial.
Tidak ada masyarakat tanpa kelas, bahkan di negara-negara komunis yang
menganut ajaran Karl Marx sekalipun. Anda tahu, bahwa salah satu cita-cita
ajaran komunis adalah menciptakan masyarakat tanpa kelas. Namun
kenyataannya, di negara-negara komunis tetap ada kelas-kelas sosial. dimana pun
pemerintahan kimunis itu dianut, tetap saja ada perbedaan antara warga
masyarakat. Misalnya, perbedaan antara kelas penguasa dan rakyat biasa. Para
pejabat pemerintah memiliki kekuasaan untuk mengatur negara sehingga mereka
merupaka kelas yang lebih berkuasa, sedangkan rakyat biasa tidak memiliki
kekuasaan sehingga banyak kekayaan dibandingkan dengan rakyatnya. Itu
membuktikan adanya kelas sosial di masyarakat komunis.
Di dalam masyarakat, senantiasa ada perhatian ada perbedaan antara suatu
kelompok dengan kelompok lainnya. Ada kelompok yang berkedudukan lebih
tinggi dan ada pula yang berkedudukan lebih rendah. Setiap kelas sosial memiliki
hak, kewajiban, tanggung jawab, pengaruh, dan nilai-nilai tertentu yang berbeda
dengan kelas lainnya. Keadaan seperti itu membuktikan bahwa didalam
masyarakat terdapat stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial bermula sejak terbentuknya masyarakat. Dalam
masyarakat yang masih sederhana, pelapisan sosial juga mesih sederhana.
Semakin kompleks perkembangan masyarakat, maka sistem pelapisan sosialnya
pun semakin rumit.
KELOMPOK SOSIAL
2. Diferensiasi Sosial
D. Interaksi Sosial
A. Pengertian Interaksi Sosial
Menurut Soekanto dalam Elisanti, dkk (2009: 50) bahwa Interaksi sosial
adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang perseorangan, antara beberapa kelompok manusia, maupun antara
perseorangan dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial antar kelompok-kelompok sosial
tidak selalu bersifat antar interaksi antara individu sebagai anggota kelompok
dengan individu sebagai lawan kelompoknya. Contoh; kelompok A
berlawanan dengan kelompok B memiliki anggota lain antara lain X,
sedangkan kelompok B memiliki anggota lain yaitu Y. Secara individual X
dan Y adalah teman dalam satu urusan lain, misalnya dalam urusan dagang.
Interaksi sosial antar kelompok itu akan lebih nyata dan lebih intensif apabila
kepentingan kelompok tersebut merupakan kepentingan individu sebagai
anggota kelompoknya yang mendukung aktivitas kelompok yang bersangkuta.
Interaksi sosial pelakunya harus lebih dari satu orang, terjadi melalui adanya
kontak dan komunikasi antar pelaku interaksi untuk mencapai tujuan, baik
tujuan yang disepakati atau tidak disepakati.
Dari contoh diatas maka interaksi sosial dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu:
1. Interaksi antara individu
Interaksi sosial antar individu yaitu hubungan timbal balik yang terjadi
antara orang perseorangan. Hubungan terjadi karena adanya pengaruh
reaksi atau tanggapan yang diberikan oleh salah satu individu. Bentuk
interaksi antar individu ini dapat berlangsung secara verbal seperti
tersenyum atau mengnedipkan mata. Dapat pula secara fisik terjadi kontak
fisik, misalnya berjabat tangan.
2. Interaksi antara individu dengan kelompok
Interaksi sosial antar individu dengan kelompok yeitu hubungan timbal
balik yang terjadi antara oraang perorangan dengan kelompok. Sebagai
contoh kepala sekolah sedang memberikan pembinaan kepada siswa pada
saat upacara bendera.
2. Adanya komunikasi
Secara etimologi kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu
communicare yang artinya berhubungan. Komunikasi memiliki tujuan
yaitu untuk menyampaikan pesan atau keinginan dari pihak komunitor
kepada pihak kimunikan mengerti dan atau melaksanakan pesan dan
keinginan komunikator. Komunikasi memiliki maksud yang luas
dibandingkan dengan kontak, karena komunikasi dapat memiliki dan
menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Seperti tersenyum
dapat ditafsirkan sebagai penghormatan atau ejekan terhadap seseorang.
Kontak dan komunikasi merupakan awal terjadinya interaksi sosial,
interaksi tidak mungkin terjadi apabila sebelumnya tidak ada kontak dan
komunikasi. Kontak dan komunikasi sama-sama memiliki tujuan yaitu
untuk menciptakan kerjasama dan kesamaan tujuan yang dimaksud oleh
kedua belah pihak yang melakukan interaksi. Kontak dan komunikasi ada
yang bersifat positif dan negatif. Bersifat positif apabila kontak dan
komunikasi tersebut menciptakan kerjasama yang baik sehingga tercapai
tujuan bersama kedua belah pihak. Bersifat negatif apabila tidak tercapai
kerjasama, dan menimbulkan bentrokan atau pertentangan antar kedua
belah pihak yang melakukan interaksi.