Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk
mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat
sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah tanggung jawab
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab tersebut didasari
kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh
pada kebudayaan suatu daerah, karena bagaimanapun juga, kebudayaan tidak
hanya berpangkal dari naluri semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses
belajar dalam arti yang sangat luas.
Bratanata dkk. mengartikan pendidikan sebagai usaha yang sengaja
diadakan baik langsung maupun dengan cara tidak langsung untuk membantu
anak dalam perkembangannya untuk mencapai kedewasaannya (Ahmadi dan
Uhbiyati 2007 :69). Sedangkan John Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai
proses pembentukan kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual dan
emosional kearah alam dan sesama manusia.
Menurut Brown (dalam Ahmadi, 2004 :74) bahwa pendidikan adalah
proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan didalam tingkah
laku dihasilkan didalam diri orang itu melalui didalam kelompok. Dari pandangan
ini pendidikan adalah suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan berlangsung
sepanjang hidup.
Ahmadi dan Uhbiyati (2007 :70) mengemukakan bahwa pendidikan pada
hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta 2
penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga
timbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang dicita-
citakan dan berlangsung terus menerus.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk membantu seorang
anak untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik
itu secara langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi
kehidupannya dimasyarakat.
penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga
timbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang dicita-
citakan dan berlangsung terus menerus.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk membantu seorang
anak untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik
itu secara langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi
kehidupannya dimasyarakat.
B. Fungsi Pendidikan
Secara lebih luas yaitu, kepastiaannya masyarakat dalam lingkup Negara
disebutkan menurut UU No.20 Tahun 2003 pasal 2, bahwa: pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Jadi menurut uraian diatas, fungsi pendidikan untuk masyarakat dalam
lingkup negara antara lain mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Di Masyarakat anak berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang
beraneka ragam kepribadiannya, dan juga berinteraksi dengan beda-beda serta
peristiwa-peristiwa. Pada masyarakat anak juga dapat memperoleh pendidikan
nonformal berupa kursus-kursus. Kepribadian dipengaruhi oleh gejala sosial,
kebudayaan yang ada di lingkungannya. Sebagai contoh anak yang kehidupan
dengan orang-orang berpendidikan cenderung suka belajar, anak yang hidup di
lingkungan cenderung berjiwa ekonomis (pertimbangan untung rugi). Anak yang
bergaul dalam kehidupan keras dan penuh tekanan, anak menjadi patuh dan
penurut, juga memungkinkan suka memberontak. Untuk itu sebagai orang tua
atau pemimpin kita dapat memilih lingkungan hidup, menciptakan lingkungan
hidup yang menguntungkan perkembangan kepribadian anak.
Sedangkan fungsi pendidikan menurut Broom (dalam Eddy 2010:33)
adalah (1) transmisi budaya, (2) meningkatkan integrasi sosial atau masyarakat,
(3) mengadakan seleksi dan alokasi tenaga kerja melalui pendidikan itu sendiri,
dan (4) mengembangkan kepribadian.
Dari pendapat Broom maka dapat diuraikan sebagai berikut: Sebagai
transmisi kebudayaan maksudnya dari budaya yang sudah ada maka dapat
dipindahkan kepada masyarakat berikutnya atau dari suatu masyarakat tertentu
kepada masyarakat yang lainnya.
Meningkatkan integrasi sosial atau masyarakat artinya dengan pendidikan
dapat dibentuk dan ditingkatkan integrasi sosial; mempersatukan masyarakat.
Mengadakan seleksi dan alokasi tenaga kerja dimaksudkan melalui pendidikan
dapat diadakan pemilihan bidang pekerjaan dan juga penempatan serta penyediaan
tenaga kerja. Mengembangkan kepribadian mengandung makna, melalui
pendidikan dapat dikembangkan adanya pribadi-pribadi yang unggul sesuai
dengan harapan masyarakat, bangsa, dan negara.
Secara lebih rinci manfaat pendidikan untuk masyarakat menurut Pidarta
(dalam Eddy 2010:33) adalah sebagai berikut: 1). Pendidikan sebagai transmisi
dan pelestarian budaya, 2) Sekolah sebagai pusat budaya bagi masyarakat
sekitarnya, 3) Sekolah mengembangkan kepribadian anak disamping oleh
keluarga anak itu sendiri, 4) Pendidikan membuat orang menjadi warga negara
yang baik, tahu akan kewajiban dan haknya, 5) Pendidikan meningkatkan
integrasi sosial atau kemampuan bermasyarakat. 6) Pendidikan meningkatkan
kemampuan analisis secara kritis, melalui pelajara ilmu, teknologi, dan kesenian,
7) Sekolah meningkatkan alat kontrol sosial dengan memberi pendidikan agama
dan budu pekerti, 8) Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah social, 9)
Pendidikan adalah sebagai perubahan sosial melalui kebudayaan-kebudayaan
yang baru, 10) Pendidikan berfungsi sebagai seleksi dan alokasi teaga kerja, 11)
Pendidikan dapat memodifikasi hierarki masyarakat.
Agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas pendapat Pidarta perlu
dikaji sebagai berikut:
Pendidikan sebagai transmisi dan pelestarian budaya berarti selain
berfungsi memindahkan juga diharapkan dapat melestarikan budaya yang sudah
ada. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki kebudayaan daerah dan kebudayaan
nasional. Kebudayaan daerah yang beraneka ragam tersebut harus dapat
dilestarikan atau dipelihara keberadaannya. Demikian pula dengan adanya
kebudayaan nasional bangsa Indonesia, sebagai warga negarawajib
melestarikannya.
Sekolah sebgai pusat budaya bagi masyarakat sekitarnya mempunyai
makna bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan selain berusaha melestarikan
budaya yag sudah ada, juga berperan sebagai tempat untuk mengadakan
pembaruan budaya ke arah yang lebih maju, ke arah yang lebih unggul pada
masyarakat dimana lembaga ersebut berada.
Sekolah megembangkan kepribadian anak disamping oleh keluarga anak
itu sendiri. Tempat pengembangan kepribadian selain di dalam keluarga, juga
berada di lembaga sekolah. Potensi-potensi yang dimiliki anak, oleh sekolah
diusahakan untuk dikembangkan ke arah yang positif, potensi-potensi yang
negatif dikendalikan. Dengan upaya-upaya tersebutmaka sekolah dapat dikatakan
tetapi tempat pengembangan kepribadian anak.
Pendidikan membuat orang menjadi warga negara yang baik, tahu akan
kewajiban dan haknya. Pada lembaga pendidikan selain diberikan pendidikan budi
pekerti, sopan santun, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan. Melalui
pendidikan kewarganegaraan anak didik agar menjadi warga negara yang baik,
tahu tentang hak dan kewajibannya. Pendidikan sekolah berusaha
menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.
Pendidikan meningkatkan integrasi sosial atau kemampuan bermasyarakat.
Pada lembaga sekolah merupakan pencerminan sebagai masyarakat kecil,
demikian juga dalam kelas. Anak bergaul dengan anak lain yang beranekaragam
latar belakangnya. Dengan demikian anak mulai mengenal berbagai keadaan anak
lain. Melalui masyarakat kecil tersebut, dapat terbentuk suatu kondisi masyarakat
walaupun dalam lingkungan terbatas, dengan dasar pembentukan masyarakat
secara terbatas kemudian dapat berkembang terbentuknya persatuan sosial,
selanjutnya anak memiliki kemampuan untuk hidup bermasyarakat
Pendidikan meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis melalui
ilmu, teknologi, dan kesenian. Hal ini mengandung ati bahwa dengan pendidikan
maka anak didik mampu meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis,
melalui pelajaran ilmu yang diajarkan, teknologi maupun kesenian. Sekolah
meningkatkan alat kontrol sosial dengan pendidikan agama dan budi pekerti. jadi
melalui pendidikan agama, budi pekerti maka anak dapat meningkatkan
kemampuan untuk memiliki alat kontrol sosial.
Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial. Hal ini
maksudnya dengan memperoleh pelajaran ilmu-ilmu di sekolah, kemudian dari
anak diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Pendidikan adalah sebagai perubahan sosial melalui kebudayaan
kebudayaan yang baru. Pada dasarnya pendidikan selain sebagai pelestari budaya
yang sudah ada, tetapi juga berperan sebagai pembaru. Dengan demikian
pendidikan berfungsi sebagai perubahan sosial, maksudnya sistem sosial yang
sudah ada dengan adanya pembaru budaya, akan nerubah sesuai ddengan
perkembangan yang ada.
Pendidikan berfungsi sebagai seleksi dan alokasi tenaga kerja melalui
pendidikan maka dipersiapkan angkatan kerja sesuai bidang yang dikembangkan
oleh lembaga pendidikan tersebut. Masing-masing bidang pendidikan
mempersiapkan angkatan kerja, sehingga dari hasil pendidikan tersebut diperoleh
angkatan kerja yang beranekaragam jenisnya. Angkatan kerja tersebut telah
disesuaikan dengan bakat dan minat serta kemampuannya. Dari fungsi ini dapat
dikatakan telah ada seleksi tenaga kerja sesuai bidangnya masing-masing. Bagi
anak didik yang tidak memiliki kemampuan, maka dalam proses pendidikannnya
telah terseleksi dengan sendirinya, sebab dalam prosesnya ada yang berhasil
(lulus) dan tidak berhasil (tidal lulus).
Pendidikan dapat memodifikasi hierarki ekonomi masyarakat. Dari waktu
ke waktu diharapkan output dari pendidikan sekolah semakin tinggi. Dengan
perubahan tingkat kelulusan maka diharapkan ekonomi masyarakat semakin baik.
Semakin tinggi pendidikannya semakin tinggi pula tingkat pendapatannya. Jadi
dengan upaya pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang semakin tinggi,
sebagai dampaknya masyarakat yang berpenghasilan tinggi semakin banyak.

C. Struktur Sosial
Masyarakat selalu bergerak dinamis siring dengan kemajuan jaman.
Semakin komplek suatu masyarakat, maka terjadi pembagian kerja yang semakin
rinci. Dalam masyarakat primitif, sebuah keluarga menjalankan semua fungsi
sosial mulai dari merawat dan mendidik anak, mencari nafkah, membuat pakaian,
membuat rumah, dan sebagainya. Hal tersebut berlawanan dengan masyarakat
modern. Berbagai urusan dan kebutuhan hidup dikerjakan orang-orang tertentu
sesuai keahlianya. Misalnya pendidikan anak diserahkan kepada guru, perawatan
kesehatan dikerjakan oleh dokter, dan lain-lain.
Semakin rinci pembagian kerja dalam suatu masyarakat, semakia banyak
kelompok-kelompok sosial tang terbentuk. Kelompok-kelompok sosial itu
membentuk keutuhan masyarakat. Ada dua macam kelompok sosial di
masyarakat, yaitu kelompokkelompok yang memiliki strata atau tingkatan berbeda
dan kelomok-kelompok yang memiliki strata sama. Kelompok-kelompok dengan
strata berjenjang dihasilkan oleh proses yang disebut stratifikasi sosial, sedangkan
kelompok-kelompok yang tidak berjenjang dihasilkan oleh diferensiasi sosial.
Stratifikasi dan diferensiasi secara bersama-sama membentuk struktur
sosial. deferensiasi sosial adalah pembedaan warga masyarakat menjadi
kelompok-kelompok secara horizontal dan tidak berjenjang, ini disebut kelompok
sosial, sedangkan stratifikasi sosial membedakan kelompok-kelompok dalam
masyarakat secara vertikal dan berjenjang, yang disebut dengan kelas sosial. kelas
masyarakat membentuk suatu rangkaian yang disebut struktur sosial.
1. Stratifikasi Sosial
a. Pengertian Stratifikasi Sosial
Di dalam masyarakat, ada orang-orang tertentu yang menduduki kelas
sosial lebih tinggi, sedangkan yang lainnya berada dikelas sosial lebih rendah.
Perbedaan kedudukan diukur menurut penilaian warga masyarakat yang
bersangkutan. Secara umum,kedudukan setiap warga masyarakat dapat dibagi
dalam tiga strata (lapisan kelas), yaitu kelas atas, kelas menengah, kelas bawah.
Pembagian ini tidak bersifat mutlak, namun bervariasi menurut kondisi
masyarakat yang bersangkutan. Semakin kompleks suatu masyarakat maka
semakin komplek bentuk kelas sosial yang ada.
Perbedaan kekuasaan, kekayaan dan penghasilan, atau prestise
mengakibatkan munculnya tingkatan-tingkatan atau kelas-kelas sosial dalam
masyarakat. Suatu kelompok memiliki kekuasaan, sementara kelompok lain justru
dikuasainya. Satu kelompok memiliki banyak kekayaan, sementara kelompok lain
miskin harta. Satu kelompok memiliki status kebangsawanan (darah biru),
sementara yang lain hanya rakyat biasa. Karena perbedaan-perbedaan itu bersifat
bertikat-tingkat, maka disebut kelas sosial.
Tidak ada masyarakat tanpa kelas, bahkan di negara-negara komunis yang
menganut ajaran Karl Marx sekalipun. Anda tahu, bahwa salah satu cita-cita
ajaran komunis adalah menciptakan masyarakat tanpa kelas. Namun
kenyataannya, di negara-negara komunis tetap ada kelas-kelas sosial. dimana pun
pemerintahan kimunis itu dianut, tetap saja ada perbedaan antara warga
masyarakat. Misalnya, perbedaan antara kelas penguasa dan rakyat biasa. Para
pejabat pemerintah memiliki kekuasaan untuk mengatur negara sehingga mereka
merupaka kelas yang lebih berkuasa, sedangkan rakyat biasa tidak memiliki
kekuasaan sehingga banyak kekayaan dibandingkan dengan rakyatnya. Itu
membuktikan adanya kelas sosial di masyarakat komunis.
Di dalam masyarakat, senantiasa ada perhatian ada perbedaan antara suatu
kelompok dengan kelompok lainnya. Ada kelompok yang berkedudukan lebih
tinggi dan ada pula yang berkedudukan lebih rendah. Setiap kelas sosial memiliki
hak, kewajiban, tanggung jawab, pengaruh, dan nilai-nilai tertentu yang berbeda
dengan kelas lainnya. Keadaan seperti itu membuktikan bahwa didalam
masyarakat terdapat stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial bermula sejak terbentuknya masyarakat. Dalam
masyarakat yang masih sederhana, pelapisan sosial juga mesih sederhana.
Semakin kompleks perkembangan masyarakat, maka sistem pelapisan sosialnya
pun semakin rumit.

Kelas sosial adalah suatu strata (lapisan) orang-orang yang berkedudukan


sama dalam suatu kesatuan status sosial. orang-orang itu menganggap diri mereka
sederajad. Orang-orang itu menganggap diri mereka memiliki orientasi politik,
nilai budaya, sikap, keyakinan, dan norma perilaku yang tidak sama dengan kelas
sosial lainnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kelas sosial memiliki suatu
kebudayaan khusus atau subkultular. Subkultular mengandung arti suatu bagian
dari sebuah kebudayaan masyarakat yang lebih besar.
Stratifikasi sosial muncul karena dua cara, yaitu alamiah dan disengaja.
Alasan utama terbentuknya lapisan masyarakat secara alamiah adalah kepandaian,
senioritas, pemimpin masyarakat adat, dan harta dalam batas-batas tertentu. Pada
masyarakat yang hidup dari berburu, kepandaian berburu menjadi alasan utama
seseorang untuk ditempatkan pada stratifikasi sosial yang tinggi. Begitu juga pada
masyarakat yang bercocok tanam. Alasan untama stratifikasi sosial yang disengaja
adalah berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam
organisasi formal, seperti pemerintah, perusahaan, parpol, dan lain-lain.
Setiap masyarakat memiliki sistem stratifikasi sendiri-sendiri. Dasar
pembagian kelas sosial pun beragam sehingga mempengaruhi banyaknya kelas
sosial yang terbentuk. Hal tersebut membuat kelas-kelas sosial disetiap
masyarakat berbeda-beda. Ada yang secara sederhana terbagi menjadi dua kelas,
misalnya kelas bangsawan dan kelas rakyat jelata. Namun, ada juga yang dibagi
menjadi lebih dari dua kelas. Misalnya masyarakat menjadi terbagi menjadi tiga
kelas sosial, yaitu kelas atas, kelas menengah, kelas bewah. Perbedaan kedudukan
sosial setiap kelas memengaruhi cara kita berinteraksi. Dalam hal status
pekerjaan, anda menganggap guru-guru memiliki kedudukan lebih tinggi dari
padu karyawan sekolah. Diatara para keryawan sekolah, juga ada anggapan bahwa
terdapat perbedaan kedudukan antara petugas tata usaha dengan pesuruh atau
petugas kebersihan. Cara anda bersikap kepada guru dan kepada pesuruh
kenyataannya juga berbeda. Kelas-kelas sosial itulah yang membuat sebuah
masyarakat menjadi bertingkat-tingkat atau berlapis-lapis.
b. Faktor faktor pembentukan stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial terbentuk karena dimasyarakat terjadi persaingan untuk
memperoleh sesuatu yang dianggap berharga dan langka. Orang yang mampu
memiliki sesuatu yang dianggap berharga akan menempati strata lebih tinggi.
Sesuatu yang diperebutkan dapat berupa hal-hal bernilai ekonomis meliputi semua
hal yang diperlukan untuk menunjang hidup manusia, misalnya uang, kekayaan,
pekerjaan, rumah, tanah, dan lain-lain, sedanglan status atau peran sosial dapat
berupa jabatan, ilmu pengetahuan, gelar keserjanaan, gelar kebangsawanan,
kekuasaan, dan lain-lain. Semakin tinggi kelas sosila seseorang, maka semakin
banyak barang atau status tertentu yang dia kuasai.
Akan tetapi segala sesuatu yang dainggap bernilai dapat saja berbeda
antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya. Misalnya, swah dan
ternak bagi orang desa lebih berharga dibanding barang-barang elektronik.
Anggapan ini berbeda dengan orang kota.
Selain itu terbentuknya kelas-kelas sosial di masyarakat merupakan
konsekuensi adanya pembagian jenis pekerjaan. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, semakin kompleks suatu mesyarakat maka defernsiasi dan
pendistrusian pekerjaan juga semakin rinci. Setiap orang harus memilih salah satu
jenis pekerjaan (fungsi) dalam masyarakatnya. Ada orang-orang yang sejak turun-
temurun mewarisi kekuasaan sebagai kaum bangsawan atau orang kaya raya.
Mereka disebut kelas atas atau kaum elit. Ada oarang-orang dengan usahanya
mampu memperoleh pekerjaan bagus dan berpenghasilan besar sehingga mereka
memperoleh kehidupan yang relatif lebih baik. Mereka disebut kelas menengah.
Namun, ada pula sekelompok orang yang karena keterbatasannya terpaksa harus
menjalani pekerjaan yang kasar. Mereka disebut kelas bawah. Garis batas antara
kelas sosial sulit ditentukan, dan jumlah anggota setiap kelas sosial pun sulit
diketahui. Hal itu karena perbedaan setiap orang bersifat relatif dan setiap saat
terjadi perubahan konsisi sosial ekonomi pada setiap orang.
Banyak faktor menyebabkan terbentuknya kelas-kelas sosial. secara
umum, faktor-faktor itu dapat dikelompokan ke dalam dua kategori, yaitu
ekonomi dan sosial. faktor-faktor ekonomi membedakan kelas-kelas sosial
berdasarkan kekayaan, penghasilan, dan jenis pekerjaan. Sedangkan faktor sosial
membedakan kelas-kelas berdasarkan kekayaan, penhghasilan, dan jenis
pekerjaan. Sedangkan faktor sosial membedakan kelas-kelas sosial berdasarkan
tingakat dan jenis pendidikan, identifikasi diri, prestise keturunan, partisipasi
kelompok, dan pengakuan orang lain. Kadang-kadang suatu kelas sosial dapat
pula dikenali dengan simbol-simbol status, cara berbicara, gaya hidup, selera seni,
dan cara berpenampilan.
Berikut ini dibahas tiga faktor utama yang sering menjadi petunjuk dalam
menentukan kelas sosial di masyarakat.
1) Faktor Kekayaan dan Penghasilan

Uang dan kekayaan dapat menentukan kelas sosial seseorang. Namun,


tingginya kedudukan sosial tidak secara langsung menjamin bahawa orang
tersebut memiliki uang dan kekayaan dalam jumlah besar. Contohnya kehidupan
kaum bangsawan di indonesia yang hingga saat ini masih dianggap kelas atas.
Mungkin, pada kenyataannya kekayaan dan penghasilan mereka kalah bila
dibandingkan dengan kaum pengusaha yang berjuang dari kelas sosial terendah.
Begitu pula, orang biasa yang tiba-tiba memenangkan hadiah milyaran rupiah,
secara otomatis menaikan kelas sosialnya menjadi warga kelas atas. Pada
dasarnya, kelas sosial merupakan suatu gaya hidup. Orang yang memenangkan
undian tersebut tidak mungkin bisa seratus persen mengubah gaya hidupnya
seperti orang kelas atas. Walaupun dia mencoba meniru gaya hidup kelas atas
dengan uang yang dimilikinya, akan muncul kepalsuan pada gaya hidupnya.
Apalagi mentalitas dan selera kelas atas tidak mudah ditiru begitu saja.
Namun demikian, secara umum uang dan kekayaan masih merupakan
faktor penting dalam menentukan perbedaan kelas sosial seseorang. Melihat
benyaknya uang dan kekayaan seseorang, maka dengan mudah akan diketahui
latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang. Orang yang tidak memiliki
banyak uang, tentu tidak bisa membiayai gaya hidup seperti orang kelas atas.
Kebutuhan dan gaya hidup kelas atas antara lain, memuliki rumah mewah,
memiliki mobil mewah, membeli barang-barang mahal, dan lain-lain. Gaya hidup
seperti itu tidak mungkin dimiliki oleh orang dari kelas mengah ke bawah, kecuali
dengan usaha yang keras.
2) Faktor pekerjaan
Masyarakat memiliki penilaian tertentu terhadap setiap jenis pekerjaan.
Ada jenis pekerjaan yang dianggap memiliki prestise lebih dibandingkan dengan
jenis pekerjaan lainyya. Perbedaan terhadap setiap jenis pekerjaan berbeda-beda
antara satu dengan masyarakat yang lainnya. Misalnya di Indonesia secara umum,
pekerjaan sebagai pegawai negri lebih tinggi kedudukannya dari pada sebagai
buruh pabrik. Demikian pula pekerjaan sebagai dokter dianggap lebih tinggi
kedudukannya dibanding pekerjaan sebagai guru.
Penilaian seperti itu berhubungan dengan keahlian dan pendidikan yang
menjadi syarat pekerjaan tersebut serta penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan
itu. Namun ada pengecualian, misalnya seseorang artis mampu memperoleh
penghasilan jauh lebih tinggi dari pada penghasilan seorang guru dalam sebulan.
Walaupun demikian masyarakat tetap menilai bahwa guru adalah jenis pekerjaan
yang memiliki prestise lebih tinggi dan lebih terhormat dari pada artis.
Pada dasarnya kelas sosial merupakan cara atau gaya hidup seseorang.
Pekerjaan hanya merupakan salah satu hal yang dapat digunakan untuk
menentukan kelas sosial seseorang.
3) Faktor Pendidikan
Latar belakang pendidikan dapat memengaruhi kelas sosial seseorang. Ada
dua alasan mengapa bisa demikian. Pertama, pendidikan tinggi memerlukan biaya
dan motivasi. Artinya, pendidikan hanya dapat diperoleh bagi mereka yang
mempunyai biaya dan motivasi untuk belajar. Walaupun demikian, tidak ada
jaminan bagi kelas sosial yang mempunyai kemampuan finansial dapat
memperoleh pendidikan pada jenjang yang tinggi dengan mudah apabila mereka
tidak memiliki motivasi. Sebaliknya, tidak mustahil bagi kelas sosial bawah untuk
memperoleh pendidikan yang tinggi walaupun hanya dengan motivasi belajar
yang kuat.
Kedua setelah seseorang memperoleh pendidikan, maka terjadilah
perubahan mental, selera, minat, tujuan hidup (cita-cita), tata krama, cara
berbicara, dan aspek-espek gaya hidup lainnya. Selain itu, pendidikan juga
membekali seseorang dengan keahlian dan keterampilan yang memungkinkannya
memperoleh pekerjaan lebih baik.
C. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial
Kekayaan, pnghasilan, pekerjaan, dan pendidikan merupakan faktor utama
dalam mnentukan kelas sosial seseorang. Namun, kelas sosial seseorang tidak
semata-mata ditentukan oleh faktor saja. Faktor lainya adalah usia, jenis kelamin
(gender), agama, kelompok etnis atau ras, kekuasaan, status, tempat tinggal, dan
faktor-faktor lainnya. Semua faktor tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga
kelompok yaitu faktor ekonomi, politis, dan status.
Faktor-faktor tersebut menentukan bentuk-bentuk kelas sosial
diamasyarakat. Karena kelas-kelas sosial merupakan penyusun stratifikasi sosial,
maka pada dasarnya bentuk-bentuk stratifikasi sesuai dengan faktor-faktor
penentuanya. Oleh karena itu, Jeffris dan Ransom (1980) merinci bentuk
stratifikasi sosial sebagai berikut :
1) Stratifikasi Ekonomi (Economic Stratification)
Bentuk stratifikasi berdasarkan faktor ekonomi terjadi sejak zaman
Aristoteles. Faktor-faktor ekonomi yang sering menjadi dasar terbentuknya kelas
sosial kekayaan, penghasilan, dan kepemilikan alat produksi. Penghasilan adalah
pemasukan bersih yang diperoleh seseorang dalam jangka waktu tertentu. Dengan
mengukur tingakt penghasilan seseorang, maka diperoleh bentuk stratifikasi sosial
yang menggolongkan warga masyarakat menjadi kelas bawah atau kelas atas.
Faktor ekonomi lain yang menentukan bentuk stratifikasi sosial adalah
kepemilikan kekayaan dan sarana produksi. Faktor ini dapat menghasilkan
bentuk-bentuk kelas sosial yang berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat
lainnya. Dikalang masyarakat petani misalnya, luas sawah yang dimiliki biasanya
dijadikan dasar penentuan kelas sosial.
Stratifikasi ekonomi juga meliputi pembagian kelas-kelas sosial
berdasarkan pekerjaan (occupational strafication). Jenis pekerjaan yang
membutuhkan pendidikan, keahlian, dan keterampilan tinggi biasanya diduduki
oleh orang-orang yang memperoleh imbalan (upah) yang tinggi pula.
2) Stratifikasi politik (Political Stratification)

Persoalan politik berarti persoalan kekuasaan. Kekuasaan adalah


kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memengaruhi orang lain dalam
mencapai dalam suatu tujuan. runtuk melaksanakan program pembangunan di
daerah itu. Tidak hanya orang yang memiliki jabatan formal yang memiliki
kekuasaan. Seorang kiai, kepala suku, atau tokoh, masyarakat juga memiliki
kekuasaan memiliki kekuasaan terhadap warga masyarakatnya.
Stratifikasi politik menghasilkan dua kelas yaitu :
a) Kelas penguasa; kelas ini terdiri dari sekelompok elit yang jumlahnya sedikit.
Di tanagan kelas penguasa itulah wewenang untuk mengatur gerak masyarakat
berada. Anggota kelas penguasa memiliki kesadaran bahwa kelompoknya yang
berwenang mengatur. Mereka bersatu dan tidak setiap orang dapat menjadi
anggota kelas itu. Sifat kelas penguasa yang demikian, terjadi terjadi pada
sistem pada masyarakat yang hidup dalam pemerintahan feudal dan otoriter.
b) Kelas yang dikuasai; kelas ini terdiri dari warga masyarakat kebanyakan.
Merekan menjadi objek kekuasaan serta tidak mempunyai wewenang untuk
mengatur. Mereka harus tunduk pada semua aturan yang telah dibuat dan
diputuskan oleh penguasa, serta menjadi objek kekuasaan. Seiring dengan
berkembangan masyarakat, kelas penguasa tidal lagi memonopoli suatu
wewenang. Terutama, jika masyarakat itu telah menerapkan sistem demokrasi.
Misalnya, sistem pembagian kekuasaan yang diterapkan di Indonesia yang
menganut trias politika.
3) Stratifikasi status sosial (Social Status Stratification)
Kelas-kelas sosial di masyarakat terjadi karena adanya perbedaan
status berdasarkan kehormatan. Di satu sisi ada kelas sosial yang memiliki
status lebih tinngi dan terhormat, sedangkan sedangkan di sisi lain ada
yang kelas tidak memiliki kehormatan seperti yang disebutkan pertama.
Kelas terhormat biasanya bersifat eksklusif, membatasi pergaulan dengan
kelas sosial dibawahnya. Status sosial berdasarkan kehormatan dalam
masyarakat berupa kelas bangsawan di satu sisi dan kelas rakyat jelata di
sisi lain, atau para tokoh agama di satu sisi dan para pengikutnya di sisi
lain.
4) Stratifikasi Usia (Age Stratification)
Stratifikasi berdasarkan usia (age stratification) membagi
masyarakat menjadi kelompok usia balita, amak-anak, remaja, dewasa,
dan manula. Setiap kelompok usia memiliki hak dan kewajiban berbeda.
Orang yang lebih muda selayaknya menghormati orang yang lebih tua.
D. Ciri-ciri Stratifikasi Sosial
Adanya stratifikasi sosial membuat sekelompok orang yang
memiliki ciri-ciri yang berbeda dalam hal kedudukan, gaya hidup, dan
perolehan sumber daya. Ketiga ciri stratifikasi ciri stratifikasi sosial adalah
sebagai berikut.
1) Perbedaan Kemampuan
Anggota masyarakat dari kelas (strata) tinggi memiliki kemampuan lebih
tinggi di bandingkan dengan anggota kelas sosial dibawahnya.
Misalnya, orang kaya tentu mampu membeli mobil mewah, rumah
bagus, dan membiayai pendidikan anaknya sampai jenjang tinggi.
Sementara itu, orang miskin harus berjuang keras untuk biaya hidup
sehari-hari.
2) Perbedaan Gaya Hidup
Gaya hidup meliputi banyak hal, seperti mode pakaian, model
rumah, selera makanan, kegiatan sehari-hari, kendaraan, selera seni,
cara berbicara, tatakrama pergaulan, hobi (kegemaran), dan lain-lain.
Orang yang berasal dari kelas atas (pejabat tinggi pemerintahan atau
pengusaha besar) tentu memiliki gayab hidup yang berbeda dengan
orang kelas bawah. Orang kalangan atas biasanya berbusana mahal dan
bermerek, berlibur ke luar negeri, berpergian dengan mobil mewah
atau naik pesawat, sedangkan orang kalangan bawah cukup berbusana
dengan bahan sederhana, berpergian dengan kendaraan umum, dan
berlibur di tempat-tempat wisata tersebut.
3) Perbedaan Hak dan Peroleh Sumber Daya
Hak adalah sesuatu yang dapat di peroleh atau dinikmati
sehubungan dengan kedudukan seseorang, sedangkan sumber daya
adalah segala sesuatu yang bermanfaat untuk mendukung kehidupan
seseorang. Semakin tinggi tinggi kelas sosial seseorang maka hak yang
diperoleh semakin besar, termasuk kemampuan untuk memperoleh
sumber daya. Misalnya, hak yang dimiliki oleh seorang direktur
sebuah perusahaan dengan hak yang dimiliki para karyawan tentu
berbeda. Penghasilannya pun berbeda. Sementara itu, semakin besar
penghasilan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk
memperoleh hal-hal lain.
E. Sifat dan Manfaat Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial dalam masyarakat mempunyai dua sifat yaitu
stratifikasi tertutup dan terbuka. Stratifikasi tertutup membatasi
kemungkinan berpindahannya seseorang dari satu lapisan lainnya, baik
perpindahan ke atas atau kebawah. Satu-satunya jalan untuk menjadi
anggota suatu lapisan dalam stratifikasi tertutup adalah kelahiran, misalnya
dalam sistem kasta di India atau Bali. Seseorang yang terlahir dikasta
sudra akan selamanya berada di kasta tersebut,. Sistem kasta mengganggap
tidak pantas (tabu) bagi anggota masyarakat yang melakukan perkawinan
antar kasta. Dalam dunia modern, sistem tertutup itu pernah terjadi, yaitu
ketika Amerika Serikat menerapkan pemisahan kelas kulit putih dan kelas
kulit hitam yang dikenal dengan segregation. Begitu pula dengan sistem
apartheid yang pernah berlaku di Afrika Selatan.
Namun, semakin maju suatu masyarakat biasanya sisten stratifikasi
tertutup cenderung ditinggalkan. Kesadaran bahwa setiap orang memiliki
hak yang sama untuk memasuki kelas sosial tertentu sesuai dengan
kemampuannya telah melahirkan sistem stratifikasi terbuka. Satu hal yang
perlu dipahami, bahwa tidak ada suatu stratifikasi yang dapat dikatakan
benar-benar tertutup atau benar-benar terbuka. Pengertian stratifikasi
tertutup dan terbuka hanya sebatas kadar ketertutupan atau keterbukaannya
saja.
Dalam masyarakat modern, sistem stratifikasi sosial sangat
diperlukan. Hal ini disebabkan berkembangan persoalan dan sistem
pembagian kerja dalam masyarakat. Suatu pekerjaan dalam sistem
pembagian kerja membutuhkan spesialisasi-spesialisasi tertentu yang tidak
bisa dilakukan oleh satu orang saja. Dengan demikian, masyarakat modern
menyesuaikan diri dengan tuntunan dari sistem pembagian kerja.
Stratifikasi sosial memungkinkan suatu pekerjaan dapat dilakukan lebih
efektif dan waktu yang relative singkat. Selain itu, stratifikasi dapat
merangsang tubuhnya iklim kompetisi dalam masyarakat secara sehat.
2. Definisi Sosial
a. Penfertian Definisi sosial
Di samping ada pengelompokan kelas-kelas sosial yang bertingkat-
tingkat, ternyata di masyarakat juga ada pengelompokan lain yang
tidak menyebabkan adanya tingkatan. Anda tentu sering
mendengar sebutan masyarakat Jawa atau masyarakat Batak, umat
Kristen, kaum pria atau kaum wanita, turis asing atau turis lokal.
Semua sebutan ini jelas mengelompokan orang dalam kesatuan
yang berbeda, namun tidak menunjukan adanya tingkatan. Tidak
ada seorang pun yang menganggap bahwa orang jawa
berkedudukan lebih tinggi dari pada orang Batak. Tidak ada pula
orang yang menganggap bahwa kaum pria kedudukannya lebih
tinggi dari pada kaum wanita. Hal itu menunjukan bahwa
kelompok-kelompok sosial dianggap kedudukan sama, tidak
bertingkat. Penggolongan seperti ini disebut deferensi sosial.
Setiap kelompok yang tercakup dalam deferensi disebutb
kelompok sosial. Banyak sekali kelompok-kelompok sosial yang
ada dimasyarakat. Semua itu juga membentuk kesatuan stuktur
masyarakat

KELOMPOK SOSIAL

Suku Jawa Suku Batak Suku Papua

Gambar 1.5 setiap kelompok sosial berkedudukan sama atau sejajar


Proses deferensiasi sosial menghasilkan adanya kelompok-kelompok
sosial di masyarakat. Deferensi (ketidaksamaan) sosial berupa perbedaan pretise
atau pengaruh seseorang terhadap seseorang yang lain. Oleh karena itu,
deferensiasi bersifat individual. Deferensiasi sosial dapat terjadi dalam masyarakat
yang bersifat homogen. Masyarakat homogeny adalah satu kelompok sosial yang
sama, misalnya kelompok orang Minang. Setiap individu dalamkelompok orang
minang memiliki perbedaan dalam hal-hal tertentu.
Deferensiasi membedakan kelompok-kelompok dalam masyarakat
menurut ciri-ciri biologis antar manusia atau atas dasar agama, jenis kelamin, dan
profesi. Oleh Karena itu, deferensiasi sosial membedakan orang Minang yang
berjenis kelamin wanita, orang Dayak yang sebagai berprofesi senagai pengusaha
dan seterusnya.
b. Deferensiasi Sosial Berdasarkan Ras, Etnik, Agama, dan Gender
Pada dasarnya setiap masyarakat bersifat pluralistic karena didalamnya
selalu terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan perbedaan itu
disebabkan oleh beberapa kenyataan. Kenyataan-kenyataan itu
adalah perbedaan dalam hal agama yang dianut, cirri fisik,
kebudayaan (etnik), profesi dan perbedaan jenis kelamin. Seacara
etnik, pebedaan semakin beragam karena terpisah-pisan menurut
perbedaan bahasa, adat istiadat, sejarah, nilai dan norma, dan
wilayah masing-masing etnis. Setiap orang yang memiliki
kesamaan dalam hal unsur-unsur di atas cenderung mengelompok
menjadi satu. Akibatnya, terbentuklah kelompok-kelompok sosial
yang berbeda latar belakangnya.
Dari semua aspek di atas, berikut ini akan diuraikan lebih jauh mengenai
deferensiasi sosial berdasarkan ras, etnik, agama, dan gender (jenis
kelamin).
1. Perbedaan Ras

Menurut Horton dan Hunt (1987), ras adalah suatu kelompok


manusia yang agak berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya dalam
segi cirri fisik bawaan. Perbedaan menurut ras sangat penting untuk
diperhatikan karena memengaruhi interaksi sosial. Kita selalu
mengidentifikasikan diri kita atau orang lain sebagai bagian dari kelompo
ras tertentu, terutama berdasarkan kesamaan warna kulit. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai klasifikasi ras sangat diperlukan dalam rangka
memahami prilaku manusia di masyarakat. Kenyataan, perbedaan ras telah
menyebabkan terjadinya prasangka dan kesalahpahaman rasial di
masyarakat.
Cotohnya, hubunan anara orang keturunan Cina dengan orang
pribumi di Indonesia senantiasa berbeda dengan hhubungan antara semua
orang keturunan Cina atau sesame keturunan pribumi. Padahal sebagai
sesame warga Negara Indonesia semua mendapat perlakuan yang sama di
mata hukum.
a) Teori Tiga Ras
Teori ini membagi kelompok manusia di dunia menjadi ras utama.
a. Raskulit putih (kaukasoid) memiliki cirri-ciri fisik meliputi:
1. Wajah dan bagian-bagiannya menonjol,
2. Rambut lurus atau berombak,
3. Hidung sempit,
4. Bertubuh tinggi, dan
5. Warna kulit terang.
b. Ras kulit kuning dan coklat (Mongloid) memiliki cirri-ciri fisisk
meliputi:
1. Wajah mendatar, pangkal hidung rendah dan menonjol ke depan,
2. Cela mata mendatar dengan kerut menonjol
3. Rambut hitam lurus dan tebal, dan
4. Warna kulit kekuningan
c. Ras kulit hitam (Nengloid) memiliki cir-ciri fisik meliputi:
1. Warna kulit gelap,
2. Rambut keriting,
3. Hidung sangat lebar,
4. Wajah progant, dan
5. Bibir tebal
b) Teori Evolusi
Teori evolusi ini berdasarkan pemikiran Charles R. Darwin.
Menurut teori-teori evolusi, semua ras manusia berasal dari satu keturunan
sehingga secara umum semua memiliki cirri dasar yang sama sebagai ras
manusia. Namun karena perkembangan dan persebarannya, terjadilah
perubahan cirri-ciri fisik yang disebabkan oleh keadaan lingkungan tempat
mereka hidup.oramng yang tinggal di daerah beriklim dingin mempunyai
kulit yang berwarna cerah. Sementara itu yang tinggal di daerah
khatulistiwa mempunyai kulit yang berwarna gelap. Lebih dari itu,
perkembangan manusia selama ribuan tahun telah membuat beberapa ras
saling membaur dalam bentuk perkawinan sehingga terjadi percampuran.
c) Teori Ras Geografis
Teori ras geografis membagi manusia ke dalam Sembilan ras, yaitu:
1. Ras orangorang Afrika,
2. Ras orang-orang Indian-Amerika,
3. Ras orang-orang Asia,
4. Ras orang-orang Australia,
5. Ras orang-orang Eropa,
6. Ras orang-orang India,
7. Ras orang-orang Malanesia,
8. Ras orang-orang Mikronesia, dan
9. Ras orang-orang Polinesia
Pembagian kesembilan ras itu didasarkan pada cirri-ciri yang menunjukan
kemiripan.
2. Perbedaan Etnik
Istilah etnik berasal dari yunani ethnikos yang berarti memiliki satu
kebangsaan atau kelompok asing. Kelompok etnik adalah suatu kelompok
orang yang memiliki cirri-ciri tertentu yang membedakannya dengan
kelpmpok-kelompok lain di masyarakat . kesatuan kelompok tersebut
diikat oleh asal keturunan atau nenek moyang, budaya, bahasa,
kebangsaan, agama, atau perpaduan dari beberapa hal tersebut.
Dalam masyarakat, terdapat kelompok etnik minoritas dan mayoritas.
Perbedaan ini bukan hanya di dasarkan pada jumlah anggota dalam satu
lingkup geografis tertentu, akan tetapi juga pengaruh dan kekuasaan yang
dimiliki. Contohnya kelompok etnik cina dianggap minoritas karena
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan etnik lainnya. Faktor-faktor
yang membuat semakin beragam kelompok etnik adalah migrasi, perang,
perbudakan, perubahan batas wilayah politik, dan bentuk-bentuk
perpindahan lainnya.
Kelompok-kelompok etnik ini memiliki kebudayaan tersendiri.
Kebudayaan itu mungkin berasal dari warisan nenek moyang mereka atau
hasil asimilasi antara nenek moyangnya dengan kebudayaan lain. Apabila
suatu kelompok tersebut telah menjadi satu kesatuan etnik (budaya)
tersendiri. Oleh karena itu kelompok etnik dapat berupa satu kelompok ras
tertentu dan dapat pula campuran beberapa ras yang telah menyatu
membentuk satu kebudayaan sendiri. Kebudayaan atau sub kebudayaan
setiap kelompok etnik bersifat tidak tetap, karena hakikat kebudayaan
memang selalu berubah. Perubahan itu terutama diakibatkan oleh asimilasi
dan amalgamasi. Asimilasi merupakan pembaruan dua kebudayaan yang
berada sehingga melahirkan kebudayaan barua, sedangkan amalgamis
adalah pembauran dua ras manusia yang berbeda sehingga sehingga
menghasilkan satu rumpun.
Di Negara-negara lain, asimilasi dan amalgamis antar ras kulit putih, kulit
kuning, maupun kulit hitam selalu terjadi sehingga melahirkan kelompok
etnik baru. Begitu pula Indonesia yang dari dulu memang kaya adkan
kelompok etnik. Berbagai suku Indonesia, seperti Jawa, Batak, Ambon,
Makassar, etnik yang senantiasa berbaur secara fisik maupun biologis.
3. Peebedaan Agama
Menurut Emile Durkheim, agama adalah sistem terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal suci.
Kepercayaan dan praktik mempersatukan semua orang yang beriman
(mempercayai agama tersebut) ke dalam suatu komunitas moral yang
disebut umat.
Agama-agama besar di dunia memiliki lima cirri utama, yaitu:
a. Mempercayai adanya suatu kekuatan adikodrati.
b. Adanya doktrin (ajaran) untyk menuju keselamatan.
c. Adanya ketentuan yang mengatur hubungan antar
sesame manusia dan antara manusia denan Tuhan.
d. Penyampaian ajaran moral dengan menggunakan kisah-
kisah yang tertulis dalam kitab suci, serta
e. Adanya upacara dan ritual tertentu.

Dalam dunia ini terdapat bermacam-macam agama yang dipeluk


manusia. Delapan agama besar yang paling doain adalah Budha, Nasrani,
Konfusianisme, Hindu, Islam, Yahudi, Shinto, dan Taoisme. Di Indonesia
sendiri, agama-agama yang dipeluk warga masyarakat secara berurutan
dari yang paling domain adalah islam, Kristen Prostestan, Khatolik,
Budha, Hindu dan KhongHU Chu. Agama memepersatukan orang-orang
ke dalam satu kesatuan umat, namun di sisi lain agama juga memisahkan
orang-orang ke dalam berbagai kelompok umat karena banyaknya agama
yang ada di masyarakat. Apalagi setiap agama bentuklah kelompok-
kelompok sosial di masyarakat yang menganut agama atau aliran-aliran
agama yang berbeda-beda.
4. Perbedaan Genjer
Genjer adalah pembedaan manusia menurut jenis kelaminnya.
Secara umum, manusia dikelompokan menjadi dua jenis kelamin, pria dan
wanita, walaupun ada pengecualian bagi orang-orang yang dianggap
memiliki penyompangan seksualitas (homoseksual dan lesbian).
Secara biologis, pria dan wanita memiliki perbedaan cirri-ciri fisik. Pria
memiliki kekuatan fisik yang melebihi wanita, sedangkan wanta memiliki
kemampuan untuk mengandung dan melahirkan anak. Para ahli sosiologi
telah meneliti pembagian peran sosial pria dan wanita, dan menyimpulkan
bahwa perbedaan itu hanya merupakan hasil sosialisasi, bukan
pembawaan. Semua pekerjaan yang dapat dilakukan pria u umnya dapat
pula dilakukan wanita, begitu juga sebaliknya.
Dalam masyarakat tradisional, wanita dipandang sebagai manusia yang lemah.
Mereka mengalami deksriminasi karena dianggap tidak mampu melakukan
ekerjaan yang mengandalakan kekuatan otot. Dalam masyarakat modern,
mula muncul gerakan ssmasyarakat. Wanita tidak mau lagii dianggap
hanya mampu melahirkan dan merawat anak, mengurus rumah tangga, dan
tidak di luar rumah.
Pada saat ini, gerakan emasipasi masih belum mampu menghilangkan
pembedaan kelompok pria dan wanita. Cita-cita untuk menciptakan
masyarakat androgini kelihatannya sulit terwujud. Androgini adalah suatu
masyarakat yang orang-orangnya memiliki dua kepribadian sekaligus,
sebagai pria dan sekaligus sebagai wanita. Karakter pria yang agresif,
bebas, percya dii, dan penuh ambisi dalam karier harus dimiliki pula oleh
wanita. Sementara itu, karakter wanita yang lembut, perasa, tergantung
pada orang lain, dan suka mengalah harus pula dimiliki oleh kaum pria.
Keinginan seperti itu sulit terwujud, sehingga perbedaan antara kaum pria
dan kaum wanita akan selalu mewarnai struktur sosial suatu masyarakat.

2. Diferensiasi Sosial
D. Interaksi Sosial
A. Pengertian Interaksi Sosial
Menurut Soekanto dalam Elisanti, dkk (2009: 50) bahwa Interaksi sosial
adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang perseorangan, antara beberapa kelompok manusia, maupun antara
perseorangan dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial antar kelompok-kelompok sosial
tidak selalu bersifat antar interaksi antara individu sebagai anggota kelompok
dengan individu sebagai lawan kelompoknya. Contoh; kelompok A
berlawanan dengan kelompok B memiliki anggota lain antara lain X,
sedangkan kelompok B memiliki anggota lain yaitu Y. Secara individual X
dan Y adalah teman dalam satu urusan lain, misalnya dalam urusan dagang.
Interaksi sosial antar kelompok itu akan lebih nyata dan lebih intensif apabila
kepentingan kelompok tersebut merupakan kepentingan individu sebagai
anggota kelompoknya yang mendukung aktivitas kelompok yang bersangkuta.
Interaksi sosial pelakunya harus lebih dari satu orang, terjadi melalui adanya
kontak dan komunikasi antar pelaku interaksi untuk mencapai tujuan, baik
tujuan yang disepakati atau tidak disepakati.
Dari contoh diatas maka interaksi sosial dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu:
1. Interaksi antara individu
Interaksi sosial antar individu yaitu hubungan timbal balik yang terjadi
antara orang perseorangan. Hubungan terjadi karena adanya pengaruh
reaksi atau tanggapan yang diberikan oleh salah satu individu. Bentuk
interaksi antar individu ini dapat berlangsung secara verbal seperti
tersenyum atau mengnedipkan mata. Dapat pula secara fisik terjadi kontak
fisik, misalnya berjabat tangan.
2. Interaksi antara individu dengan kelompok
Interaksi sosial antar individu dengan kelompok yeitu hubungan timbal
balik yang terjadi antara oraang perorangan dengan kelompok. Sebagai
contoh kepala sekolah sedang memberikan pembinaan kepada siswa pada
saat upacara bendera.

3. Interaksi antara kelompok


Setiap individu yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama dengan
individu lainnya akan tergabung dalam kelompok-kelompok sosial.
Kepentingan individu melebur menjadi kepentingan kelompok. Perbedaan
kepentingan dan tujuan antar kelompok ini akan melahirkan interaksi.
Contoh peringatan 17 Agustusan di kampung yang melibatakan kerja
ssama antar kelompok Karang Taruna, kelompok Posyandu dan kelompok
Remaja masjid.
Apabila kedua syarat itu tidak terpenuhi, maka tidak akan terjadi
interaksi sosial. Syarat tersebut adalah diantaranya:
1. Adanya kontak sosial (social contact)
Dalam Elisanti, dkk (2009: 51) bahwa secara etimologi (asal kata)
kata kontak berasal dari bahasa latin yaitu Con atau jamaknya cum, yang
berarti bersama-sama, dan tanggo artinya menyentuh. Jadi kontak berarti
bersama-sama menyentuh. Dalam kehidupan sehari-hari manusia
senantiasa melakukan kontak dengan manusia lainnya. Kondisi ini tidak
dapat dihindari oleh manusia karena manusia adalah makhluk sosial.
Wujud kontak tidak selamanya harus terjadi persentuhan secara fisik, tapi
juga dapat secara verbal atau bahkan hanya berupa reaksi pasif
(simbol).penyampaian pesan sebagai tujuan dari adanya kontak sosial
dapat juga dilakukan dengan menggunakan media atau alat komunikasi
seperti radio, televisi, telepon, dan sebagainya.orang yang menyampaikan
pesan disebut dengan komunikator dan orang yang menerima pesan
disebut dengan komunian.
Untuk dapat memahami bentuk-bentuk kontak sosial yang terjadi
maka kita dapat membedakan kontak sosial sebagai berikut:
a. Berdasarkan cara terjadinya kontak sosial
1) Kontak langsung
Kontak yang terjadi antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok secara
langsung artinnya tidak menggunakan media. contohnya berjabat
tangan, mengucapkan salam, mengobrol, berpidato dimuka umum
dan sebagainya.
2) kontak secara tidak langsung
kontak secara langsung yaitu kontak yang terjadi antara pelaku
dngan menggunakan alat atau orang lain sebagai perantar.
Contohnya penyampaian pesan melalui radio atau televisi, ataupun
menggunakan handphone.
b. Berdasarkan terjadinya proses komunikasi
1) Kontak primer
Kontak primer adalah kontak yang terjadi pada awal kejadian
kontak berlangsung. Kontak primer sama pengertiannya dengan
kontak langsung yaitu kontak yang terjadi ketika seseorang
berhubungan langsung atau bertatap muka. Contohnya berjabat
tangan atau bersalaman.
2) Kontak sekunder
Kontak sekunder adalah kontak yang terjadi secara tidak langsung
antara komunikasi dan komunikan. Kontak ini berlangsung dengan
menggunakan media perantara atau pihak lain. Contohnya telepon,
surat, radio dan sebagainya

2. Adanya komunikasi
Secara etimologi kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu
communicare yang artinya berhubungan. Komunikasi memiliki tujuan
yaitu untuk menyampaikan pesan atau keinginan dari pihak komunitor
kepada pihak kimunikan mengerti dan atau melaksanakan pesan dan
keinginan komunikator. Komunikasi memiliki maksud yang luas
dibandingkan dengan kontak, karena komunikasi dapat memiliki dan
menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Seperti tersenyum
dapat ditafsirkan sebagai penghormatan atau ejekan terhadap seseorang.
Kontak dan komunikasi merupakan awal terjadinya interaksi sosial,
interaksi tidak mungkin terjadi apabila sebelumnya tidak ada kontak dan
komunikasi. Kontak dan komunikasi sama-sama memiliki tujuan yaitu
untuk menciptakan kerjasama dan kesamaan tujuan yang dimaksud oleh
kedua belah pihak yang melakukan interaksi. Kontak dan komunikasi ada
yang bersifat positif dan negatif. Bersifat positif apabila kontak dan
komunikasi tersebut menciptakan kerjasama yang baik sehingga tercapai
tujuan bersama kedua belah pihak. Bersifat negatif apabila tidak tercapai
kerjasama, dan menimbulkan bentrokan atau pertentangan antar kedua
belah pihak yang melakukan interaksi.

B. Faktor-faktor yang mendasari proses interaksi


1. Imitasi
Imitasi artinya meniru atau tiruan. Imitasi ialah tindakan atau usaha
untuk meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya. Usaha meniru
atau tindakan tiruannya tidak terlalu persis sama. Apabila tokoh itu berasal
dari kelompok tertentu, maka tokoh ideal yang menjadi panutan disebut
reference group, kelompok acuan, atau kelompok referensi. Kelompok
referensi merupakan kelompok yang menjadi ukuran bagi seseorang yang
bukan anggota kelompok untuk membentuk pribadi dan kelakuannya.
Reference group memiliki dua tipe yaitu:
a. Tipe normatif yaitu kelompok yang menentukan dasar-dasar
kepribadian seseorang.
b. Tipe pembanding yaitu kelompok yang menjadi pegangan bagi
individu didalam menilai kepribadiannya.
Dengan demikian tindakan dapat dikatakan sebagai gaya seperti
kelompok atau person idealnya, yang ditiru bisa sebagian tindakan bisa
juga berusaha meniru seluruhnya, seperti cara berpakaian, cara berbicara,
cara bertindak bahkan gaya berjalan atau bertingkah laku. Imitasi memiliki
segi negatif bagi pelakunya, yaitu daya kreasinyadapat tidak berkembang
karena hanya ingin meniru oranglain. Segi positifnya ialah apabila yang
ditiru adalah sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma.
2. Sugesti
Sugesti artinya pengaruh karena emosional/perasaan/kata hati
tersentuh oleh pandangan, sikap, dan anjuran dari pihak lain. Pengaruh ini
sifatnya kualitatif, bukan kuantitatif yang selalu diukur dengan korelasi
regresif atau sejenisnya. Sugesti merupakan proses psikologis karena
tindakan pihak lain yang berpengaruh pada dirinya. Proses sugesti bisa
terjadi bila yang memberi pandangan adalah orang yang berwibawa, yang
memiliki sifat otoriter, atau merupakan sikap sebagian besar anggota
kelompok yang bersangkutan atau masyarakat seluruhnya.
3. Identifikasi
Identifikasi yaitu kecenderungan atau keinginan dalam diri
seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi
mengakibatkan terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan
imitasi. Proses identifikasi dapat dimulai dari sugesti, kemudian simpati,
imitasi dan identifikasi. Contoh, seorang anak biasanya akan
mengidentifikasikan gaya dan perilaku orang tuanya.
4. Simpati
Simpati yaitu suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada
pihak lain. Pada proses ini perasaan seseorang sangat didorong untuk
memahami pihak lain. Perbedaan utama dengan identifikasi ialah
dorongan oleh suatu keinginan untuk belajar dari pihak lain yang
kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai
kelebihan atau kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh.
Dorongan utama pada simpati ialah keinginan untuk memahami pihak lain
untuk bekerja sama. Contoh perasaan simpati adalah ungkapan selamat
atas keberhasilan seseorang, atau ungkapan turut berduka cita atas
musibah yang dialami seseorang.
5. Empati
Empati yaitu kemampuan mengambil atau memainkan peranan
secara efektif dari seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar-
benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orng lain
tersebut, seperti rasa senang, sakit, susah dan bahagia. Contoh, kita turut
merasakan empati terhadap masyarakat Yogya yang menjadi korban
gempa Yogya.
6. Motivasi
Motivasi yaitu dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulus yang
diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa,
sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan
apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional ddan penuh tanggung jawab.
Motivasi memiliki sifat yang sama dengan sugesti karena memberikan
dorongan kepada individu lain untuk melakukan tindakan. Individu yang
memberikan motivasi biasanya memiliiki status dan kelebihan dari
individu yang diberikan motivasi. Contoh seorang guru memberikan
motivasi kepada murid-muridnya untuk belajar lebih giat agar mencapai
prestasi.

C. Hubungan Antara Keteraturan Sosial Dan Interaksi Sosial


Interaksi sosial akan terjadi dalam kehidupan manusia, apabila
berlangsung secara terus menerus dalam keadaan baik, maka akan
menimbulkan keteraturan sosial. Keteraturan sosial merupakan hasil dari
hubungan sosial atau interaksi sosial yang berlangsung secara
berkesinambungan. Keteratiran sosial adalah sistem kemasyarakatan,
hubungan dan kebiasaan yang berjalan secara lancar sehingga dapat mencapai
tujuan bersama yang diinginkan. Adanya keselenggaraan antara kerjasama
sebagai hasil interaksi dengan nilai dan norma sosial akan menciptakan
hubungan sosial yang tertib, harmonis sesuia dengan nilai-nilai yang berlaku.
Unsur-unsur yang menciptakan keteraturan sosial yaitu:
1. Tertib Sosial
Tertib sosial yaitu keadaan suatu masyarakat dengan kehidupannya
yang teratur, dinamis, sebagai hasil dari hubungan sosial yang harmonis
selaras dengan norma dan nilai sosial dalam interaksi masyarakat.
Tertib sosial ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut, yaitu:
a. Individu atau kelompok bertindak sesuai dengan norma dan nilai
yang berlaku.
b. Adanya pranata-pranata sosial yang saling mendukung.
c. Adanya sistem norma dan nilai-nilai sosial yang diakui dan
dijunjung tinggi oleh masyarakat.
d. Adanya kerjasama yang harmonis dan menyenangkan.
2. Order
Order yaitu sistem norma dan nilai sosial yang berkembang diakui, dan
dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Contoh dari order adalah kerja
bakti atau dikenal dengan gotong royong, tepo seliro atau dikenal dengan
toleransi.
3. Keajegan
Keajegan yaitu keteraturan sosial yang tetap dan relatif tidak
berubah sebagai hasil hubungan selaras antara tindakan, norma, dan nilai
dalam interaksi sosial. Keajegan dapat dikatakan sebagai kebiasaan yang
sudah dilembagakan, sebagai contoh kegiatan belajar mengajar siswa
disekolah yang disertai dengan kedisiplinan dan ketaatan siswa terhadap
peraturan sekolah.
4. Pola
Pola yaitu gambaran atau corak hubungan sosial yang tetap dalam
interaksi sosial. Contoh pola adalaj kewajiban untuk menghormati orang
yang lebih tua.

Unsur-unsur keteraturan sosial apabila berlangsung secara


berkesinambungan dan berjalan dengan baik maka akan menciptakan
keteraturan sosial. Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial.
Terdapat dua macam proses sosial yang terjadi karena interaksi sosial, yaitu:
1. Proses yang asosiatif
a. Bekerja sama (cooperation)
Pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia.
Umumnya kerjasama akan semakin kuat apabila ada bahaya atau
ancaman dari luar. Kerjasama timbul apabila pada saat orang menyadari
bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama, dan pada saat yang
sama itu pula ia mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri
sendiri untuk memenuhi kepentingannya. Contohnya di Indonesia kita
mengenal kerjasama dalam bentuk tradisional yaitu gotong royong.
Dalam bentuk pelaksanaannya ada 4 bentuk kerjasama yaitu:
1) Bergaining
Bergaining yaitu suatu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang dan jasa antara dua orang atau dua organisasi atau lebih.
2) Cooptation
Cooptation yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatuorganisasi, sebagai
salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
organisasi yang bersangkutan.
3) Coalition
Coalition yaitu suatu kombinasi antara dua organisasi atau lebih
yangmempunyai tujuan yang sama. Koalisi sifatnya kooperatif.
4) Joint-venture
Joint-venture yaitu suatu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu, denggan perjanjian proporsi keuntungan tertentu pula.
5) Accomodation (akomodasi)
Istilah akomodasi dapat digunakan dalam dua keperluan, yaitu:
- Untuk menunjuk pada suatu keadaan.
- Untuk menunjuk suatu proses.
Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan adalah adanya suatu
kenyataan akan adanya equilibrium (keseimbangan) didalam interaksi
individual dan kelompok sosial sehubungan dengan norma-norma
sosial yang berlaku di masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi
menunjuk pada usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan
atau uasaha untuk mencapai kestabilan.
Akomodasi sebagai suatu proses dapat memiliki bentuk yaitu:
1) Tolerant-participation yaitu suatu watak perseorangan atau
kelompok untuk sedapat mungkin menghindari perselisishan.
Individu semacam itu disebut tolerant.
2) Compromise yaitu suatu bentuk akomodasi, masing-masing pihak
mengerti pihaka lain, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan
mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaiannya terhadap
perselisihan. Kompromi dapat pula berarti perundingan.
3) Coercion yaitu bentuk akomodasi yang proses pelaksanaannya
menggunakan paksaan.
4) Arbitration yaitu proses akomodasi yang proses pelaksanaannya
menggunakan pihak ketiga dengan kedudukan yang lebih tinggi
dari kedua belah pihak yang bertentangan.
5) Mediation yaitu menggunakan pihak ketiga yang netral untuk
menyelesaikan kedua belah pihak yang berdamai.
6) Conciliation yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan
yang berselisih, agar tercapai persetujuan bersama.
7) Adjudication yaitu penyelesaian perkara melalui pengadilan.
8) Stalemate yaitu akomodasi semacam balance of power (politik
keseimbangan) sehingga kedua belah pihak yang berselisih smpai
pada titik kekuatan yang seimbang. Posisi itu sama dengan zero
option (titik nol) yang sama-sama mengurangi kekuatan serendah
mungkin. Dua belah pihak yang bertentangan tidak dapat mencapai
lagi maju atau mundur.
Tujuan dari akomodasi yaitu:
1) Mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok yang
saling berselisish.
2) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu.
3) Memungkinkan terjadinya kerjasama kelompok-kelompok sosial.
4) Mengupayakan peleburan antar kelompok-kelompok sosial. Hasil dari
proses akomodasi dapat berupa terhindarnya benih-benih pertentangan
baru, menekan oposisi (persaingan atau pertentangan), koordinasi berbagai
kepentingan yang berbeda, membuka jalan kearah asimilasi, perubahan-
perubahan kedudukan, dan perubahan-perubahan lembaga kemasyarakatan
agar sesuia dengan keadaan yang baru.
a. Asimilasi (assimilation)
Dalam proses asimilasi setiap individu mengidentifikasikan dirinya
dengan kepentingan atau tujuan kelompoknya. Apabila dua kelompok
mengadakan asimilasi, maka batas antara dua kelompok itu hilang,
keduanya menjadi satu kelompok. Kelompok-kelompok tadi ialah
kelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda kebudayaannya.
Individu sebagaio anggota kelompoknya bergaul secara langsung dan
insentif untuk waktu yang sangat lama sehingga kebudayaan dari
kelompok manusia tadi berubah dan saling menyesuaikan diri.
Ditinjau dari segi budaya, apabila dua kebudayaan atau lebih bertemu akan
terjadinya sekurang-kuranngnya tiga kemungkinan yaitu:
1) Dominasi ialah kebudayaan baru yang datang mendesak bahkan
melenyapkan kebudayaan yang lama.
2) Akulturasi yaitu kedua kebudayaan hidup saling berdampingan,
masing-masing individu pendukungnya mempertahankan budayanya,
bila harus melepas tradisinya pendatang baru diharap mau menerima
kebudayaannya, dan ia pun mau menerima kebudayaan baru.
3) Sintesis yaitu muncul budaya baru sebagai hasil pertemuan antar
manusia pelaku budaya berbudaya. Budaya baru itu merupakan bentuk
yang sama sekali lain dari kedua sumbernya, tetapi memiliki unsur-
unsur campuran yang berasal dari kedua sumber.
Asimilasi merupakan kelanjutan untuk mengurangi perbedaan individu
atau kelompok manusia, mempertinggi kesatuan tingkah laku, sikap dan
proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Akomodasi dapat diartikan sebagai penyelesaian sementara terhadap
perselisihan atau pertentangan yang sedang berlangsung, apabila
penyelesaian tersebut belum dapat diterima oleh pihak-pihak yang
bertikai.
Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi,
misalnya perkawinan campuran (amalgamasi), toleransi, keseimbangan
kesempatan dibidang ekonomi, persamaan dalam unsur-unsur budaya,
sikap keterbukaan, saling menghargai dan adanya musuh bersama dari
luar.
b. Proses sosial yang dissosiatif
Proses sosial disosiatif sering disebut juga yang oposisional. Terdapat tiga
bentuk oposisi yaitu:
a. Kompetisi atau persaingan
Kompetisi atau persaingan yaitu proses sosial yang interaksi sosialnya
ditandai dengan adanya orang perseorangan atau kelompok manusia yang
bersaing untuk mencari keuntungan tertenru yang pada saat itu menjadi
perhatian perseorangan atau publik dengan cara atau usaha yang menarik,
mempertajam prasangka, tanpa menggunakan kekerasan dan ada
persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peran serta persaingan
ras.
b. Kontravensi
Kontravensi yaitu suatu sikap mental yang tersembunyi terhadap
orang lain atau terhadap unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap
tersebut dapat berubah menjadi kebencian, namun belum sampai pada
tingkat pertentangan. Kontravensi dapat berupa perbuatan seperti,
perlawanan, penolakan, keengganan, menghalangi protes, gangguan-
gangguan, ataupun perbuatan-perbuatan yang mengacaukan rencana pihak
lain, menyangkal pernyataan pihak lain dimuka umum, penyebar masalah
sampai dengan mengumumkan rahasia ke pihak lain atau perbuatan
berkhianat.
c. Konflik/Pertentanagn
Konflik yaitu salah satu interaksi sosial dalam suatu proses sosial
individu atau kelompok manusia untuk mencapai tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Konflik ada beberapa macam, antara lain pertentanganpribadi,
pertentangan rasial, pertentangan kelas, pertentangan politik dan
pertentangan yang bersifat internasional. Konflik dapat disebabkan oleh
adanya perbedaan individual yang menyebabkan timbulnya pertentangan
perseorangan, perbedaan kebudayaan yang menyebabkan perbedaan antara
kelompok, nbentrokan kepentingan dan perubahan sosial yang cepat
merubah nilai-nilai dalam masyarakat berakibat pada munculnya
kelompok-kelompok yang ,memiliki perbedaan yang berbeda-beda dalam
reorganisasi sistem nilai yang pada gilirannya menyebabkan disorganisasi
da;lam masyarakat. Konflik dapat menimbilkan perubahan kepribadian
dalam diri seseorang, bertambahnya solidaritas in group takluknya pihak
lawan, retaknya persatuan kelompok, akomodasi, dominasi, akulturasi atau
sintesis.
d. Diferensiasi
Diferensiasi yaitu suatu proses individu didalam masyarakat yang
memperoleh hak dan kewajiban yang berbeda dalam masyarakat.
Diferensiasi dapat didasarkan pada umur, jenis kelamin atau profesi.
Diferensiasi dapat menghasilkan sistem pelapisan dalam masyarakat
bahkan polarisasi atau pemisahan.

Anda mungkin juga menyukai