OLEH
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Program PPDH FK Unhas
Tanggal Pengesahan:
Tanggal Ujian :
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun laporan ini
yang berjudul “Identifikasi Parasit dan Bakteri pada Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) ” dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan ini untuk memenuhi tugas
Co-Asistensi bidang Magang Satwa Aquatik Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Gelombang ke-2. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam
laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran kepada
berbagai pihak untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan ilmu
dan pengetahuan untuk kedepannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
II. 2. Morfologi
Secara umum tubuh udang Vannamei dibagi menjadi dua bagian,
yaitu bagian kepala yang menyatu dengan bagian dada (Cephalothorax)
dan bagian tubuh sampai ekor (Abdomen). Bagian cephalothorax
terlindung oleh kulit chitin yang disebut carapace. Bagian ujung
cephalotorax meruncing dan bergerigi yang disebut rostrum. Udang
Vannamei memiliki 2 gerigi di bagian ventral rostrum, sedangkan di
bagian dorsalnya memiliki 8 sampai 9 gerigi (Zulkarnain, 2011).
Gambar 1. Morfologi udang Vannamei.
Bagian dada udang Vannamei terdapat 8 ruas yang masing-masing
ruas terdiri dari anggota badan yang biasa disebut thoracopoda.
Thoracopoda I-III dinamakan maxilliped yang berfungsi sebagai
pembantu mulut dalam memegang makanan. Thoracopoda IV-VIII
berfungsi sebagai kaki jalan (periopoda). Bagian abdomen udang
Vannamei terdapat 6 ruas. Ruas I-V merupakan bagian kaki renang
(pleopoda), sedangkan pada ruas VI berbentuk pipih dan melebar yang
dinamakan uropoda yang bersama-sama dengan telson berfungsi sebagai
kemudi dan anus terdapat di pangkal ujung ekor (Arifin et al. 2007).
a. Zoothamnium sp.
Menurut Mahasri dan Kismiyati (2008), klasifikasi
Zoothamnium sp adalah sebagai berikut:
Phylum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Peritricha
Famili : Vorticellidae
Genus : Zoothamnium
Spesies : Zoothamnium sp
Siklus Hidup
Zoothamnium berkembang biak dengan cara pembelahan
transversal, yang berlangsung dalam waktu 1-2 jam, dari 1 batang
menghasilkan dua zootid dimana pada pangkal dari salah satu zootid
tersebut tumbuh golongan lingkaran cilia. Zootid yang telah bersilia ini
akan lepas dan berenang bebas sampai pada suatu periode tertentu dan
akan terjadi tangkai dimana dia melekat dan akan membentuk koloni
baru (Irvansyah, et al., 2012).
Gejala Klinis
Organ yang terserang akan terlihat seperti diselaputi benda
asing berwarna putih kecoklatan. Bila terjadi infeksi berat, penempelan
ini menyebar ke seluruh permukaan tubuh sehingga disebut penyakit
“udang berjaket“. Serangan protozoa tersebut mengakibatkan udang
sulit bernafas, malas bergerak dan mencari makan.
Predileksi
Zoothamnium sp menyerang udang pada semua stadia mulai
dari telur, larva, juvenil dan dewasa pada kondisi perairan dengan
oksigen terlarut rendah (Mahasri, 1996). Protozoa ini menyerang pada
permukaan tubuh, kaki renang, kaki jalan, rostrum dan insang.
b. Epistylis sp.
Menurut Dias et al. (2006), adapun klasifikasi Epistylis sp.
adalah sebagai berikut
Phylum : Protozoa
Class : Ciliata
Order : Peritrichida
Family : Epistylidae
Genus : Epistylis
Species : Epistylis sp.
Siklus Hidup
Parasit ini bereproduksi secara seksual maupun aseksual.
Pembelahan secara aseksual terjadi melalui pembelahan biner.
Epistylis mudah hidup di perairan yang banyak dipenuhi bahan organic
sehingga populasinya meningkat dan dapat menginfestasi inangya, hal
tersebut dapat terjadi karena koloni Epistylis mampu mensekresikan
enzim yang dapat menghancurkan jaringan inang sehingga memicu
terjadinya infeksi sekunder (Ruth dan Ruth, 2003).
Predileksi
Epistylis menginfestasi bagian kepala, pectoral, insang dan
juga kulit hospes. Epistylis akan menginfestasi hospes lain dalam
kolam melalui ceraian tangkainya. Epistylis yang belum dewasa akan
berenang mencari hospes dengan melekatkan dirinya pada badan
hospes.
c. Vorticella sp.
Menurut Verma (2005) klasifikasi Vorticella sp. adalah sebagai
berikut:
Phylum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Subklas : Protociliata
Ordo : Peritricha
Famili : Vorticellidae
Genus : Vorticella
Spesies : Vorticella sp
Siklus Hidup
Parasit ini biasa hidup menempel pada suatu tempat dan jarang
sekali terlihat hidup bebas. Ketika memasuki masa reproduksi
pembelahan, Vorticella akan membagi diri pada sepanjang garis axis
longitudinal dalam suatu proses yang dikenal sebagai budding. Ketika
parasit ini tengah membelah, salah satu belahannya akan tetap
memiliki myoneme dan bagian yang lainnya akan berenang bebas.
Fungsi dari silia yang berada di bagian atas adalah untuk mengambil
makanan masuk ke dalam corongnya (Aziz, et al., 2013). Parasit baru
hasil pembelahan akan memisahkan diri dari induknya kemudian
berenang bebas, sampai kemudian menemukan tempat baru untuk
menempel. Vorticella sp. juga dapat bereproduksi secara seksual.
Predileksi
Parasit ini menyerang bagian kerapaks, kaki renang, insang dan
ekor udang.
d. Vibrosis
Penyakit vibriosis tersebut biasanya disebabkan oleh bakteri
Vibrio sp. (V. harveyi, V. alginolyticus, V. anguilarum, V. parahaemo-
lyticus dan V. vulnificus). Penyakit yang diakibatkan Vibrio sp. bersifat
sangat akut dan ganas karena dapat mematikan populasi larva udang
yang terserang dalam waktu 1 sampai 3 hari sejak awal dampak.
Penyakit vibriosis dikenal pembudidaya udang sebagai penyakit yang
menyerang bagian kulit udang (Feliatra, et al., 2014).
Salah satu spesies dalam kelompok ini yang paling banyak
menyebabkan penyakit dan kematian pada budidaya krustasea adalah
Vibrio harveyi. Bakteri ini merupakan penyebab penyakit kunang-
kunang atau penyakit berpendar, karena krustasea yang terinfeksi
akan terlihat terang dalam keadaan gelap (malam hari). Pada dasarnya
bakteri ini bersifat oportunistik dan akan menjadi patogen jika pada
media pemeliharaannya terjadi goncangan secara drastik, seperti
perubahan suhu, pH, salinitas dan faktor lainnya (Hatmanti, 2003).
Vibrio alginolyticus dan V. parahaemolyticus merupakan agen
penyebab septikemia pada udang saat periode larva dan post larva.
Penyakit ini timbul sebagai akibat penyebab lain yaitu defisiensi
vitamin C, toksin, luka dan karena stres. Vibrio parahaemolyticus
mampu menyebabkan lisis pada sel-sel darah tubuh inang (Hatmanti,
2003).
Sebagai organisme aquatik, Vibrio spp mempunyai kelimpahan
yang tinggi padalingkungan perairan dan biasanya berhubungan erat
dengan organisme laut. Umumnya bakteri ini merupakan patogen
oportunistik untuk hewan poikiloterm dan homoioterm di perairan
(Hatmanti, 2003).
e. Aeromonas spp
Aeromonas spp, terutama dari jenis Aeromonas hydrophila,
merupakan bakteri yang dapat ditemukan secara luas dalam
lingkungan perairan dan telah lama diketahui sebagai bakteri patogen
bagi biota air tawar maupun air laut, karena bakteri Aeromonas spp ini
bersifat saprofitik dan parasit obligat. Bakteri ini mampu hidup optimal
pada kisaran suhu 25 -30° C. Kondisi ini memungkinkan Aeromonas
spp berpotensi menyebabkan penyakit ikan di Indonesia. Keberadaan
bakteri Aeromonas spp dan Vibrio spp merupakan indikasi munculnya
wabah penyakit biota laut khususnya pada udang (Hatmanti, 2003).
BAB III
MATERI DAN METODE
III.1. Materi
III.1.1. Alat
Cawan Petri
Pinset
Gunting
Pipet tetes
Mikroskop
Inkubator
Bunsen
Pipet Mikro
Hocky Stick
Rak Tabung reaksi
Tabung reaksi
III.1.2. Bahan
Udang Vannamei
Media PCA (Plate Count Agar)
Media TCBSA (Thiosulfat Citrate Bile Salts Sucrose Agar)
Larutan buffer phosphate
III.2. Metode
a. Pemeriksaan Parasit
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ambil cawan petri kemudian teteskan air setetes untuk tiap sampel.
3. Ambil sampel secara aseptik. Bagian udang yang dijadikan sampel
yakni kaki renang udang. Kaki renang udang dipotong menggunakan
gunting kemudian diletakkan di cawan petri yang sudah ditetesi air.
4. Diamati menggunakan mikroskop
b. Pemeriksaan Mikrobiologi
Preparasi Sampel/Pengenceran
1. Ambil sampel secara aseptic, kemudian potong-potong kecil (sampel
yang diambil yakni hepatopankreas).
2. Timbang sampel (1 gr, 25 gr, atau 50 gr) secara aseptik, masukkan ke
dalam tube steril, gerus hingga hancur, kemudian tambahkan larutan
pengencer tree salt/larutan buffer phosphate (9 ml, 225 ml, 450 ml).
3. Homogenkan/vortex selama 2 menit, larutan ini merupakan
pengenceran 10-1
4. Secara aseptik dan menggunakan pipet steril, ambil 1 ml homogenant
pertama (10-1) dan masukkan ke tabung berisi larutan pengencer 9 ml,
homogenkan/kocok selama minimal 25 detik, larutan ini merupakan
pengenceran 10-2.
5. Lakukan cara yang sama untuk pengenceran seterusnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Salah satu jenis pemeriksaan kesehatan pada satwa akuatik yang dilakukan
di BPBAP Takalar yakni melalui pemeriksaan parasit dan mikroba.
a. Zoothamnium sp
Protozoa Zoothamnium sp. yang terdeteksi pada udang Vannamei berasal
dari tambak A. Adapun ciri khas Zoothamnium yang membedakan dari protozoa
lainnya yakni memiliki satu tangkai yang bercabang-cabang dan terdiri lebih dari
2 zooid.
Gambar 5. Zoothamnium sp yang terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis
b. Epistylis sp
Protozoa Epistylis sp. yang terdeteksi pada udang Vannamei berasal dari
tambak B. Adapun ciri khas Epistylis sp yang membedakan dari protozoa lainnya
yakni memiliki satu tangkai yang bercabang dua dan dan memiliki 2 zooid.
c. Vorticella sp.
Protozoa Vorticella sp. yang terdeteksi pada udang Vannamei berasal dari
tambak B. Adapun ciri- ciri Vorticella yakni hanya memiliki satu tangkai dan 1
zooid (hidup soliter).
A
Gambar 7. (A) Vorticellai sp. dan (B) Epistylis sp yang terdeteksi melalui
pemeriksaan Mikroskopis
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan parasit dapat disimpulkan bahwa udang
vannamei yang berasal dari tambak A terdeteksi terinfestasi protozoa
Zoothamnium sp, sedangkan pada tambak B terdeteksi terinfestasi protozoa
Epistylis sp dan Vorticella sp. Dan dari hasil isolasi bakteri ditemukan adanya
pertumbuhan koloni pada media selektif TCSBA yang merupakan koloni bakteri
Vibrio sp.
V.2. Saran
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang mendeteksi adanya
penyakit yang menyerang udang tersebut, maka perlu dilakukan tindakan
penanganan yang cepat dan tepat pada kedua tambak tersebut, terutama perbaikan
kualitas air tambak.
DAFTAR PUSTAKA