Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN MAGANG SATWA AQUATIK

LABORATORIUM KESEHATAN HEWAN BPBAP TAKALAR


SUB BAGIAN PARASITOLOGI DAN MIKROBIOLOGI
Identifikasi Parasit dan Bakteri pada Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
Tanggal 25juni - 6 Juli Tahun 2018

OLEH

RISNA RISYANI, S.KH C034171008


ANDI AINUN KARLINA, S.KH C034171010
ALFIONITA ARIF, S.KH C034171011
NUR SRIANI REZKI, S.KH C034171012

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KOASISTENSI MAGANG SATWA AQUATIK

Nama kegiatan : Koas Magan Satwa Aquatik


Tempat : Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP Takalar)
Peserta : Risna Risyani, S. KH
Andi Ainun Karlina, S. KH
Alfionita Arif, S. KH
Nur Sriani Rezki, S. KH

Takalar, 4 Juli 2018

Menyetujui,

Pembimbing Koordinator Magang Satwa Aquatik

Hamzah, S. Si, M. Si Dr. drh. Dwi Kesuma Sari


NIP. 19730216 199903 2 001

Mengetahui,
Ketua Program PPDH FK Unhas

Dr. drh. Dwi Kesuma Sari


NIP. 19730216 199903 2 001

Tanggal Pengesahan:
Tanggal Ujian :
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun laporan ini
yang berjudul “Identifikasi Parasit dan Bakteri pada Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) ” dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan ini untuk memenuhi tugas
Co-Asistensi bidang Magang Satwa Aquatik Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Gelombang ke-2. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam
laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran kepada
berbagai pihak untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan ilmu
dan pengetahuan untuk kedepannya.

Takalar, 4 Juli 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein hewani terutama yang berasal dari laut sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, hal ini sejalan dengan asumsi bahwa protein hewani yang berasal
dari laut dapat meningkatkan kecerdasan. Berkaitan dengan hal tersebut,
sumber protein hewani yang berasal dari laut saat ini semakin banyak
dibudidayakan. Kelompok besar biota laut yang banyak dibudidayakan selain
ikan adalah dari kelompok krustasea, diantaranya rajungan, kepiting dan
udang. Ketiga biota tersebut banyak dibudidayakan oleh masyarakat di daerah
pantai (Hatmanti, 2003).
Udang vannamei merupakan komoditas unggulan yang banyak
diminati untuk dibudidayakan. Udang vannamei merupakan udang asli dari
pantai pasifik barat Amerika Latin. Daya tahan udang vannamei terhadap
berbagai macam penyakit yang menyerang udang pada umumnya menjadikan
udang ini diminati banyak pembudidaya dan petambak udang di Indonesia.
Munculnya beberapa penyakit yang menyerang udang vannamei berdampak
terhadap menurunya hasil panen. Diperlukan sebuah usaha untuk mencegah
dan mengatasi beberapa penyakit yang dapat menyerang udang.
Salah satu kendala dalam kegiatan marikultur atau budidaya ini adalah
penyakit pada biota budidaya. Timbulnya penyakit dapat disebabkan karena
kondisi perairan yang kurang baik, kualitas pakan yang kurang, maupun
kualitas induk yang kurang baik (Hatmanti, 2003).
Penyakit pada krustasea dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus
dan berbagai jenis parasit yang selalu terdapat pada perairan (Hatmanti, 2003).
Di antara ketiga jenis penyebab penyakit tersebut, bakteri merupakan yang
paling banyak ditemui. Beberapa penyakit udang antara lain disebabkan oleh
bakteri patogenya itu Pseudomonas spp., Aeromonas spp., Vibrio spp.,
Leucothrix spp. dan Mycobacterium (Hatmanti, 2003). Sedangkan penyakit
parasit yang menyerang udang vannamei kebanyakan berasal dari kelas
protozoa yaitu Epistylis, Zoothamnium, dan Vorticela.
Ketiga jenis penyebab penyakit diatas jika tidak segera diatasi, maka
udang tersebut akan mengalami gagal panen, oleh karena itu dibutuhkan
pengendalian yang tepat terhadap penyakit – penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana metode pemeriksaan pada udang?
2. Jenis ektoparasit apa yang ditemukan pada udang tersebut?
3. Adakah cemaran bakteri yang ditemukan pada udang tersebut?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui metode pemeriksaan pada udang
2. Untuk mengetahui jenis ektoparasit pada udang
3. Untuk melihat dan mengidentifikasi cemaran mikroba pada udang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Klasifikasi Udang Vannamei


Klasifikasi udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) menurut
Haliman dan Adijaya (2005), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Sub Fillum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Sub Kelas : Eumalacostraca
Super Ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Dendrobranchiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

II. 2. Morfologi
Secara umum tubuh udang Vannamei dibagi menjadi dua bagian,
yaitu bagian kepala yang menyatu dengan bagian dada (Cephalothorax)
dan bagian tubuh sampai ekor (Abdomen). Bagian cephalothorax
terlindung oleh kulit chitin yang disebut carapace. Bagian ujung
cephalotorax meruncing dan bergerigi yang disebut rostrum. Udang
Vannamei memiliki 2 gerigi di bagian ventral rostrum, sedangkan di
bagian dorsalnya memiliki 8 sampai 9 gerigi (Zulkarnain, 2011).
Gambar 1. Morfologi udang Vannamei.
Bagian dada udang Vannamei terdapat 8 ruas yang masing-masing
ruas terdiri dari anggota badan yang biasa disebut thoracopoda.
Thoracopoda I-III dinamakan maxilliped yang berfungsi sebagai
pembantu mulut dalam memegang makanan. Thoracopoda IV-VIII
berfungsi sebagai kaki jalan (periopoda). Bagian abdomen udang
Vannamei terdapat 6 ruas. Ruas I-V merupakan bagian kaki renang
(pleopoda), sedangkan pada ruas VI berbentuk pipih dan melebar yang
dinamakan uropoda yang bersama-sama dengan telson berfungsi sebagai
kemudi dan anus terdapat di pangkal ujung ekor (Arifin et al. 2007).

II. 3. Penyakit pada udang


Kualitas air tambak merupakan salah satu faktor penting dalam
budidaya udang vannamei. Kualitas air tambak yang kurang baik dapat
menyebabkan udang mudah terserang berbagai macam penyakit, baik yang
disebabkan oleh parasit. Parasit akan menempel pada insang, ekor renang,
dan kaki jalan. Beberapa jenis parasit yang sering menyerang udang
vannamei yaitu Zoothamnium sp, Epistylis sp, dan Vorticella sp (Haliman,
2005).
Selain penyakit yang disebabkan oleh parasit, penyakit pada udang
dapat pula disebabkan oleh bakteri. Umumnya penyakit akibat infeksi
bakteri pada udang yang umum dijumapai yakni penyakit vibrosis.
Vibrosis pada udang disebabkan oleh bakteri Vibrio sp.

a. Zoothamnium sp.
Menurut Mahasri dan Kismiyati (2008), klasifikasi
Zoothamnium sp adalah sebagai berikut:
Phylum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Peritricha
Famili : Vorticellidae
Genus : Zoothamnium
Spesies : Zoothamnium sp

Gambar 2. Zoothamnium sp.


Zoothamnium sp. memiliki ukuran tubuh 50-70 µm dengan
hidup berkoloni, warna keputih-putihan dan menempel pada inangnya
dengan myoneme. Zooid berbentuk globuler yang terdiri dari tangkai
peristomial berbentuk globuler yang bersilia, vakuola kontraktil,
vakuola makanan, mikronukleus dan makronukleus. (Irvansyah, et al.,
2012).

Siklus Hidup
Zoothamnium berkembang biak dengan cara pembelahan
transversal, yang berlangsung dalam waktu 1-2 jam, dari 1 batang
menghasilkan dua zootid dimana pada pangkal dari salah satu zootid
tersebut tumbuh golongan lingkaran cilia. Zootid yang telah bersilia ini
akan lepas dan berenang bebas sampai pada suatu periode tertentu dan
akan terjadi tangkai dimana dia melekat dan akan membentuk koloni
baru (Irvansyah, et al., 2012).
Gejala Klinis
Organ yang terserang akan terlihat seperti diselaputi benda
asing berwarna putih kecoklatan. Bila terjadi infeksi berat, penempelan
ini menyebar ke seluruh permukaan tubuh sehingga disebut penyakit
“udang berjaket“. Serangan protozoa tersebut mengakibatkan udang
sulit bernafas, malas bergerak dan mencari makan.

Predileksi
Zoothamnium sp menyerang udang pada semua stadia mulai
dari telur, larva, juvenil dan dewasa pada kondisi perairan dengan
oksigen terlarut rendah (Mahasri, 1996). Protozoa ini menyerang pada
permukaan tubuh, kaki renang, kaki jalan, rostrum dan insang.

b. Epistylis sp.
Menurut Dias et al. (2006), adapun klasifikasi Epistylis sp.
adalah sebagai berikut
Phylum : Protozoa
Class : Ciliata
Order : Peritrichida
Family : Epistylidae
Genus : Epistylis
Species : Epistylis sp.

Gambar 3. Epistylis sp.


Epistylis sp terlihat seperti bongkol atau “ ropy ”. Ditemukan di
kaki renang, dan ekor udang. Epistylis sp memiliki ukuran tubuh 45-49
µm dengan morfologi hidupnya soliter, berwarna keputih-putihan,
mempunyai makronukleus kecil, tidak berkontraktil, sel mampu
berkontraksi dan terdapat capsilia berpasangan. Zooid berbentuk
memanjang yag terdiri dari tangkai peristomial yang bersilia, vakuola
makanan, mikronukleus dan makronukleus. Protozoa kecil memiliki
pegangan, terdapat 2-5 dalam koloni (Saglan dan Sarieyyupoglu,
2002).

Siklus Hidup
Parasit ini bereproduksi secara seksual maupun aseksual.
Pembelahan secara aseksual terjadi melalui pembelahan biner.
Epistylis mudah hidup di perairan yang banyak dipenuhi bahan organic
sehingga populasinya meningkat dan dapat menginfestasi inangya, hal
tersebut dapat terjadi karena koloni Epistylis mampu mensekresikan
enzim yang dapat menghancurkan jaringan inang sehingga memicu
terjadinya infeksi sekunder (Ruth dan Ruth, 2003).

Predileksi
Epistylis menginfestasi bagian kepala, pectoral, insang dan
juga kulit hospes. Epistylis akan menginfestasi hospes lain dalam
kolam melalui ceraian tangkainya. Epistylis yang belum dewasa akan
berenang mencari hospes dengan melekatkan dirinya pada badan
hospes.

c. Vorticella sp.
Menurut Verma (2005) klasifikasi Vorticella sp. adalah sebagai
berikut:
Phylum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Subklas : Protociliata
Ordo : Peritricha
Famili : Vorticellidae
Genus : Vorticella
Spesies : Vorticella sp

Gambar 4. Vorticella sp.

Vorticella sp. memiliki ukuran tubuh 95-110 x 55-65 µm


dengan hidup berkoloni, satu koloni dapat terdiri sampai 30 zooid.
Menempel pada inangnya dengan myoneme, tangki pipih dan silindris,
peristome besar bersilia, makronukleus dan mikronukleus. Zooid
berbentuk bulat dengan bagian terluas terdapat pada tubuh bagian
tengah. Memiliki vakuola kontraktil dan vakuola makanan yang
terletak di bagian dorsal (Sun, et al., 2006).

Siklus Hidup
Parasit ini biasa hidup menempel pada suatu tempat dan jarang
sekali terlihat hidup bebas. Ketika memasuki masa reproduksi
pembelahan, Vorticella akan membagi diri pada sepanjang garis axis
longitudinal dalam suatu proses yang dikenal sebagai budding. Ketika
parasit ini tengah membelah, salah satu belahannya akan tetap
memiliki myoneme dan bagian yang lainnya akan berenang bebas.
Fungsi dari silia yang berada di bagian atas adalah untuk mengambil
makanan masuk ke dalam corongnya (Aziz, et al., 2013). Parasit baru
hasil pembelahan akan memisahkan diri dari induknya kemudian
berenang bebas, sampai kemudian menemukan tempat baru untuk
menempel. Vorticella sp. juga dapat bereproduksi secara seksual.
Predileksi
Parasit ini menyerang bagian kerapaks, kaki renang, insang dan
ekor udang.

d. Vibrosis
Penyakit vibriosis tersebut biasanya disebabkan oleh bakteri
Vibrio sp. (V. harveyi, V. alginolyticus, V. anguilarum, V. parahaemo-
lyticus dan V. vulnificus). Penyakit yang diakibatkan Vibrio sp. bersifat
sangat akut dan ganas karena dapat mematikan populasi larva udang
yang terserang dalam waktu 1 sampai 3 hari sejak awal dampak.
Penyakit vibriosis dikenal pembudidaya udang sebagai penyakit yang
menyerang bagian kulit udang (Feliatra, et al., 2014).
Salah satu spesies dalam kelompok ini yang paling banyak
menyebabkan penyakit dan kematian pada budidaya krustasea adalah
Vibrio harveyi. Bakteri ini merupakan penyebab penyakit kunang-
kunang atau penyakit berpendar, karena krustasea yang terinfeksi
akan terlihat terang dalam keadaan gelap (malam hari). Pada dasarnya
bakteri ini bersifat oportunistik dan akan menjadi patogen jika pada
media pemeliharaannya terjadi goncangan secara drastik, seperti
perubahan suhu, pH, salinitas dan faktor lainnya (Hatmanti, 2003).
Vibrio alginolyticus dan V. parahaemolyticus merupakan agen
penyebab septikemia pada udang saat periode larva dan post larva.
Penyakit ini timbul sebagai akibat penyebab lain yaitu defisiensi
vitamin C, toksin, luka dan karena stres. Vibrio parahaemolyticus
mampu menyebabkan lisis pada sel-sel darah tubuh inang (Hatmanti,
2003).
Sebagai organisme aquatik, Vibrio spp mempunyai kelimpahan
yang tinggi padalingkungan perairan dan biasanya berhubungan erat
dengan organisme laut. Umumnya bakteri ini merupakan patogen
oportunistik untuk hewan poikiloterm dan homoioterm di perairan
(Hatmanti, 2003).
e. Aeromonas spp
Aeromonas spp, terutama dari jenis Aeromonas hydrophila,
merupakan bakteri yang dapat ditemukan secara luas dalam
lingkungan perairan dan telah lama diketahui sebagai bakteri patogen
bagi biota air tawar maupun air laut, karena bakteri Aeromonas spp ini
bersifat saprofitik dan parasit obligat. Bakteri ini mampu hidup optimal
pada kisaran suhu 25 -30° C. Kondisi ini memungkinkan Aeromonas
spp berpotensi menyebabkan penyakit ikan di Indonesia. Keberadaan
bakteri Aeromonas spp dan Vibrio spp merupakan indikasi munculnya
wabah penyakit biota laut khususnya pada udang (Hatmanti, 2003).

BAB III
MATERI DAN METODE
III.1. Materi
III.1.1. Alat
 Cawan Petri
 Pinset
 Gunting
 Pipet tetes
 Mikroskop
 Inkubator
 Bunsen
 Pipet Mikro
 Hocky Stick
 Rak Tabung reaksi
 Tabung reaksi

III.1.2. Bahan
 Udang Vannamei
 Media PCA (Plate Count Agar)
 Media TCBSA (Thiosulfat Citrate Bile Salts Sucrose Agar)
 Larutan buffer phosphate

III.2. Metode
a. Pemeriksaan Parasit
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ambil cawan petri kemudian teteskan air setetes untuk tiap sampel.
3. Ambil sampel secara aseptik. Bagian udang yang dijadikan sampel
yakni kaki renang udang. Kaki renang udang dipotong menggunakan
gunting kemudian diletakkan di cawan petri yang sudah ditetesi air.
4. Diamati menggunakan mikroskop

b. Pemeriksaan Mikrobiologi
Preparasi Sampel/Pengenceran
1. Ambil sampel secara aseptic, kemudian potong-potong kecil (sampel
yang diambil yakni hepatopankreas).
2. Timbang sampel (1 gr, 25 gr, atau 50 gr) secara aseptik, masukkan ke
dalam tube steril, gerus hingga hancur, kemudian tambahkan larutan
pengencer tree salt/larutan buffer phosphate (9 ml, 225 ml, 450 ml).
3. Homogenkan/vortex selama 2 menit, larutan ini merupakan
pengenceran 10-1
4. Secara aseptik dan menggunakan pipet steril, ambil 1 ml homogenant
pertama (10-1) dan masukkan ke tabung berisi larutan pengencer 9 ml,
homogenkan/kocok selama minimal 25 detik, larutan ini merupakan
pengenceran 10-2.
5. Lakukan cara yang sama untuk pengenceran seterusnya.

Inokulasi metode cawan agar sebar (SPM)


1. Secara aseptik pipet 100µl (0,1 ml) dari setiap pengenceran (10-1, 10-2,
dst) dan masukkan ke dalam cawan yang berisi media agar
(PCA/TCBSA)
2. Ratakan dengan menggunakan Hocky stik
3. Lakukan secara duplo masing-masing pengenceran
4. Lakukan kontrol tanpa sampel, tetapi menggunakan larutan pengencer
dengan media agar
5. Setelah contoh meresap ke dalam media agar (diamkan ± 1 jam).
Inkubasi cawan-cawan tersebut dalam posisi terbalik dalam incubator
suhu 30oC selama 24-48 jam.
6. Amati koloni pada media

BAB IV
PEMBAHASAN
Salah satu jenis pemeriksaan kesehatan pada satwa akuatik yang dilakukan
di BPBAP Takalar yakni melalui pemeriksaan parasit dan mikroba.

IV.1. Pemeriksaan Parasit


Pemeriksaan parasit yang dilakuakn yakni pemeriksaan pada Udang
Vennamai yang berumur 1 bulan yang diambil dari 2 tambak dengan jumlah
sampel masing-masing 5 ekor pertambak. Pemeriksaan parasit dilakukan melalui
pengamatan secara mikroskopis. Sampel udang yang diambil bagian kaki renang
udang yang kemudian diamati dibawah mikroskop. Adapun hasil dari
pemeriksaan parasit pada udang Vannamei tersebut yakni ditemukan adanya
infestasi protozoa Zoothamnium sp., Epistylis sp., dan Vorticella sp.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis


Tambak A Tambak B
 Terdeteksi adanya infestasi  Terdeteksi adanya infestasi Protozoa
Protozoa yaitu Zoothamnium sp yaitu Vorticella sp dan Epistylis sp
 Prevalensi 80% dan intensitas >20  Prevalensi 100% dan intensitas >
sel/ekor 100 sel/ekor

a. Zoothamnium sp
Protozoa Zoothamnium sp. yang terdeteksi pada udang Vannamei berasal
dari tambak A. Adapun ciri khas Zoothamnium yang membedakan dari protozoa
lainnya yakni memiliki satu tangkai yang bercabang-cabang dan terdiri lebih dari
2 zooid.
Gambar 5. Zoothamnium sp yang terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis

b. Epistylis sp
Protozoa Epistylis sp. yang terdeteksi pada udang Vannamei berasal dari
tambak B. Adapun ciri khas Epistylis sp yang membedakan dari protozoa lainnya
yakni memiliki satu tangkai yang bercabang dua dan dan memiliki 2 zooid.

Gambar 6. Epistylis sp yang terdeteksi melalui pemeriksaan Mikroskopis

c. Vorticella sp.
Protozoa Vorticella sp. yang terdeteksi pada udang Vannamei berasal dari
tambak B. Adapun ciri- ciri Vorticella yakni hanya memiliki satu tangkai dan 1
zooid (hidup soliter).

A
Gambar 7. (A) Vorticellai sp. dan (B) Epistylis sp yang terdeteksi melalui
pemeriksaan Mikroskopis

IV.2. Pemeriksaan Mikroba


Pemeriksaan Mikroba dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya infeksi
bakteri pada udang vannamei tersebut. Pada pemeriksaan bakteri sampel udang
yang digunakan sebanyak 3 ekor, bagian udang yang dijadikan sampel adalah
hepatopankreas. Media agar untuk isolasi bakteri yang digunakan adalah PCA
(Plate Count Agar) dan Media TCSBA (Thiosulfat Citrate Bile Salts Sucrose
Agar) yang merupakan media selektif untuk bakteri Vibrio sp.
Hasil isolasi dari sampel hepatopankreas udang vannamei ditemukan
adanya koloni bakteri yang tumbuh di media PCA dan pada media TCSBA. Hal
tersebut menunjukkan adanya infeksi bakteri pada udang vannamei tersebut yang
berasal dari golongan Vibrio sp.

Gambar 8. Koloni bakteri pada Media PCA


Gambar 9. Koloni bakteri pada Media TCSBA
BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan parasit dapat disimpulkan bahwa udang
vannamei yang berasal dari tambak A terdeteksi terinfestasi protozoa
Zoothamnium sp, sedangkan pada tambak B terdeteksi terinfestasi protozoa
Epistylis sp dan Vorticella sp. Dan dari hasil isolasi bakteri ditemukan adanya
pertumbuhan koloni pada media selektif TCSBA yang merupakan koloni bakteri
Vibrio sp.

V.2. Saran
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang mendeteksi adanya
penyakit yang menyerang udang tersebut, maka perlu dilakukan tindakan
penanganan yang cepat dan tepat pada kedua tambak tersebut, terutama perbaikan
kualitas air tambak.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Z, Andrat K, Subiyanto. 2007. Teknik produksi udang vaname


(Litopenaeus vannamei) secara sederhana. Departemen Kelautan dan
Perikanan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara 9 hal.
Aziz, H. Iromo., Darto. 2013. Identifikasi Ektoparasit pada Udang Windu
(Panaeus monodon Fabricus) di Tambak Tradisional Kota Tarakan. FPIKP
Universitas Borneo Tarakan. Artikel ILmiah :29-31.
Dias, R. J. P., S.M. D’Avila dan D’Agosto. 2006. First Record of Epibionts
Peritrichids and Sucrians (Protozoa, Ciliophora) on Pomacea lineate (Spix,
1827). Brazilian Arch Techno. 49 (5):809
Feliatra , Zainuri dan D. Yoswaty. 2014. Pathogenitas Bakteri Vibrio sp terhadap
Udang Windu (Penaeus monodon). Jurnal Sungkai Vol. 2 No. 1: 23-36.
Haliman, Rubiyanto Widodo & S Dian Adijaya. 2005. Udang Vannamei. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Hatmanti, Ariani. 2003. Penyakit bakterial pada budidaya krustasea serta cara
penanganannya. Oseana, Vol XXVIII, No 3:1-10
Irvansyah, M.Y., N. Aldulgani, dan G. Mahasri. 2012. Identifikasi dan intensitas
Ektoparasit pada Kepiting BAkau (Scylla serrata) Stadia Kepiting Muda di
Pertambakan Kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Sains Seni
ITS 1 (1): 1-5.
Mahasri, G. 1996. Pengaruh Manipulasi Tingkat Aerasi dan Padat Tebar Terhadap
Infestasi Parasit Protozoa Kelas Ciliata Pada Benur Udang Windu. Tesis
IPB Bogor : 67 halaman.
Mahasri, G. dan dan kismiyati. 2008. Parasit dan Penyakit Ikan I, Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya. 46 halaman.
Ruth E.K., dan Ruth F.F. 2003. Introduction to Freshwater Fish Parasite.
University of Florida
Saglam, N., dan M. Sarieyyupoglu. 2002. A Study on Tetrahymena pyriformis
(Holotrichous) and Epistylis sp. (Peritrichous) Found on Freshwater Leech,
Nephelopsis obscura. Departement of Fisheries and Fish Disease. Faculty
of Fisheries. Pakistan. Journal of Biological Scieces 5:487-498
Sun, P., W. Song., J. Clamp, dan A.S.A. Khaled. 2006. Taxonomic
Characterization of Vorticella fusca Precht, 1935 and Vorticella parapulche
lla n. sp., Two Marine Peritrichs (Ciliophora, Oligohym enophorea) from
China. Laboratory of Protozoology, KLM, Ocean University of China,
Qingdao 266003, China. Journal Internasional: 348-350.
Verma, A. 2005. Invertebrates. Protozoa to Echinodermata. Alpha Science
International Ltd. Harrow.
Zulkarnain F N M. 2011. Identifikasi parasit yang menyerang udang vannamei
(Litopenaeus vannamei) di Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan,
Kabupaten Gresik, Jawa Timur (Praktik Kerja Lapangan). Jawa
timur:Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai