ZAINAL SAMPARA
SULKIFLI ALAMSYAH ZAKARIA
NURAKSAN ISHAK
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun
ini bisa memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama
dalam hal pengelolaan larva udang vaname.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang potensial untuk
dibudidayakan karena memiliki laju pertumbuhan yang relatif cepat serta
kemampuan adaptasi yang relatif tinggi terhadap perubahan lingkungan seperti
perubahan suhu dan salinitas (Adiwijaya et al., 2003). Peningkatan produksi
budidaya udang vannamei selalu dilakukan dengan cara meningkatkan padat tebar
dengan lahan dan sumber air yang terbatas sehingga mengakibatkan penurunan
kualitas air budidaya (Ariawan, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan biologi udang vaname?
2. Menjelaskan sarana pokok dan sarana penunjang?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui biologi udang vaname.
2. Untuk mengetahui sarana pokok dan sarana penunjang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biologi Udang Vaname
1. Morfologi
a. Kepala (thorax)
dan dua pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan
tiga pasang maxillipied dan lima pasang kaki berjalan (periopoda) atau
ruas yang berujung di bagian dactylus. Dactylus ada yang berbentuk capit
(kaki ke-1, ke-2, dan ke-3) dan tanpa capit (kaki ke-4 dan ke-5). Di antara
merus, carpus, dan cropus. Pada bagian ischium terdapat duri yang bisa
taksonomi.
b. Perut (abdomen)
pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk
kipas (Haliman, R.W dan Adijaya, D.S, 2005). Untuk lebih jelasnya bisa
Gambar 1. Morfologi udang vannamei (Haliman, R.W dan Adijaya, D.S 2005)
2. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Artrhopoda
Kelas : Malascostraca
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
3. Siklus Hidup
a. Stadia Naupli
Udang masih belum memiliki sistem pencernaan sempurna dan
masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur sehingga udang
masih belum membutuhkan makanan dari luar. Menurut Haliman, R.W
dan Adijaya, D.S (2005) pada stadia ini, larva berukuran 0,32 - 0,58 mm.
Sistem pencernaannya belum sempurna dan masih memiliki cadangan
makanan berupa kuning telur sehingga pada stadia ini larva udang
vannamei belum membutuhkan makanan dari luar.
Menurut Elovaara, A.K (2001) fase naupli dimulai dari
pengeraman sampai hari ke-2 yaitu N1 sampai N2.
b. Stadia Zoea
Menurut Haliman, R.W dan Adijaya, D.S (2005) stadia
selanjutnya adalah stadia zoea, stadia ini terjadi setelah naupli ditebar di
bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Larva sudah berukuran 1,05 - 3,30
mm. Pada stadia ini, benih udang mengalami moulting sebanyak 3 kali,
yaitu stadia zoea 1, zoea 2, zoea 3. Lama waktu proses pengantian kulit
sebelum memasuki stadia berikutnya (mysis) sekitar 4 - 5 hari. Pada stadia
ini udang dapat diberi pakan alami berupa artemia.
Menurut Elovaara, A.K (2001) fase zoea dimulai dari hari ke-2
sampai hari ke-4 yaitu Z1, Z2, Z3.
c. Stadia Mysis
Menurut Haliman RW dan Adijaya D (2005)pada stadia ini, benih
sudah menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan sudah terlihat ekor
kipas (uropoda) dan ekor (telson). Benih pada stadia ini sudah mampu
menyantap pakan fitoplankton dan zooplankton. Ukuran larva sudah
berkisar 3,50 - 4,80 mm. Stadia ini memiliki 3 substadia, yaitu mysis 1,
mysis 2, mysis 3 yang berlangsung selama 3 - 4 hari sebelum masuk pada
stadia post larva.
Menurut Elovaara, A.K (2001) fase mysis dimulai dari hari ke-5
sampai hari ke-10 yaitu M1, M2, M3.
d. Stadia Post larva
Menurut Haliman, R.W dan Adijaya, D.S (2005) pada stadia ini
benih udang sudah tampak seperti udang dewasa dan sudah mulai bergerak
lurus ke depan.
Sedangkan menurut Elovaara, A.K (2001) fase post larva dimulai
dari hari ke-11 sampai hari ke-21 yaitu PL1 sampai M2.
Fase larva udang vannamei dapat dilihat dari gambar 2 berikut :
Gambar 2. Fase larva udang vannamei (Elovaara, A.K, 2001)
a. Bentuk
Baik bak yang berukuran besar maupun yang kecil keduanya sama
baiknya. Karena keduanya dapat digunakan untuk menghasilkan
postlarva (PL) jual. Namun, dari kedua ukuran itu ada keuntungan dan
kerugiannya. Bak besa akan menciptakan kondisi air media yang
stabil seperti suhu dan salinitasnya, tetapi sering mendapat serangan
penyakit.
4. Tandon
6. Bak penampungan 2
2. Sarana Penunjang
2. Persiapan Bak
a. Sanitsi Bak
1. Sterilisasi tahap I
2. Sterilisasi tahap II
3. Penebaran Nauplius
Menurut Heryadi, D dan Sutadi (1993) sebelum naupli ditebar ke
dalam bak perlu diperhatikan salinitas, kondisi naupli, dan suhu air media.
Ciri naupli yang sehat, gerakannya sangat aktif terutama jika kena sinar.
Dan bila terjadi perbedaan suhu dan salinitas, maka dilakukan proses
penyesuaian yang dikenal dengan proses aklimatisasi.
Aklimatisasi salinitas dilakukan dengan cara, air media yang di dalam
bak dialirkan ke dalam baskom yang berisi naupli dengan menggunakan
dengan menggunakan slang plastik yang berdiameter kecil, sehingga aliran
airnya hanya sebesar benag jahit.
Untuk penurunan kadar garam sebesar 1 permil diperlukan waktu
antara 15-30 menit. Apabila salinitas antara air media pada bak
pemeliharaan sudah sama dengan air media pada baskom naupli, maka
proses akilmatisasi salinitas dianggap selesai.
Setelah aklimatisasi selesai naupli ditebarkan ke dalam bak
pemeliharaan dengan menjungkirkan baskom yang berisi naupli perlahan-
lahan. Padat tebar nauplii yang aman berkisar 100-150 ekor/L
4. Penyediaan Pakan
DO 5,0 – 9,0
Karbondioksida ≥ 20 ppm
pH 7,0 – 8,3
Klorin ≤ 10 ppb
Kadmium ≤ 10 ppb
Kopper ≤ 25 ppb
Merkuri ≤ 0,1ppb
Suhu 28 – 32 0 C
6. Penerapan Bioscurity
7. Pengendalian Penyakit
3. Pemanenan
Pemanenan benur dilakukan mulai pada stadia PL10 atau ukuran
PL telah mencapai 1 cm dan yang telah memenuhi kriteria-kriteria benur
yang siap dipanen. Caranya adalah membuka saluran pembuangan yang
telah diberi saringan di dalamnya agar air yang keluar tidak deras dan
benur tidak ikut keluar. Sebelum hal tersebut dilakukan terlebih dahulu
mengurangi ketinggian air hingga 6-10 cm sehingga benur mudah
ditangkap dengan menggunakan serok. Setelah ketinggian air mencapai 5
cm hentikan penyerokan dan buka saringan, sehinga sisa benur akan
keluar bersama air tersebut. Langkah berikutnya adaptasi salinitas,
penghitungan, dan pengemasan (Heryadi D dan Sutadi 1993).
4. Pengangkutan
Menurut Heryadi D dan Sutadi (1993) pengangkutan benur
umumnya dilakukan dengan cara tertutup dan terbuka. Pengangkutan
cara tertutup disenangi karena pengirimannya dapat dilakukan dengan
menggunakan bus, kereta api, pesawat udara, dan kendaraan lainnya. Cara
ini membutuhkan es, kantong pastik, tabung oksigen dan kardus Styrofoam.
Kunci keberhasilan dalam pengangkutan cara tertutup adalah suhu
dan kepadatan. Dalam pengangkutan diusahakan agar suhu tetap rendah,
oleh karena itu setelah plastik diikat, maka bagian luarnya digantungkan
plastik berisi es. Untuk daerah tropis suhu yang dianggap aman adalah
18-20 0 C.
Kepadatan yang aman dalam pengankutan cara tertutup yaitu
4.000-6.000 ekor /kantong. Setiap kantong diisi dengan 4 liter air dengan
perbandingan oksigen dan air 5:1. Pengangkutan dengan cara ini akan
aman jika lama perjalanan maksimum 6 jam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Stadia Naupli
2. Stadia Zoea
3. Stadia Mysis
4. Stadia Post larva
Menurut Haliman, R.W dan Adijaya, D.S (2005), udang
merupakan golongan hewan omnivora atau pemakan segala. Beberapa
sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton,
cocepoda, polyhaeta, larva kerang, dan lumut.
Dalam usaha pemeliharaan larva udang vannamei, perlu adanya
pengetahuan tentang sifat udang vannamei, menurut Haliman, R.W dan
Adijayam D.S (2005), beberapa tingkah laku udang vannamei yang perlu
kita ketahui antara lain :
a. Aktif pada kondisi gelap (sifat noktunal)
b. Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline)
c. Suka memangsa sesama jenis (sifat kanibal)
d. Tipe pemakan lambat, tapi terus-menerus (continuo feeder)
e. Menyukai hidup di dasar (bentik)
f. Mencari makanan lewat organ sensor (chemoreceptor)
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unila.ac.id/4797/17/BAB%20I.pdf
http://repositori.kemdikbud.go.id/10324/1/Teknik%20Pembenihan%20
Krustacea%204.pdf
file:///C:/Users/Hewlett%20Packard/Downloads/21-Article%20Text-
84-1-10-20180814.pdf
http://digilib.umg.ac.id/files/disk1/21/jipptumg--evyluthfia-2052-1-
bab1.pdf
https://www.scribd.com/doc/248421674/Teknik-Pemeliharaan-Larva-
Udang-Vannamei