PENDAHULUAN
Udang vaname merupakan salah satu produk perikanan penting saat ini.
100-110 hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan
penebaran tinggi dan pemberian pakan, penimbunan kotoran terjadi sangat cepat.
Sebagian besar pakan yang dimakan oleh ikan dan udang akan dirombak menjadi
daging atau jairngan tubuh, sedangkan sisanya dibuang berupa kotoran padat
(feses) dan terlarut menjadi ammonia (NH3) (Kodri dan Tancung, 2007).
Pengaruh langsung dari kadar amonia tinggi yang belum mematikan adalah
fungsinya sebagai alat pernapasan akan terganggu. Sebagai akibat lanjut, dalam
keadaan kronis biota budidaya tidak lagi hidup normal. Penyebab timbulnya
amonia dalam air kolam/tambak adalah sisa-sisa ganggang yang mati, sisa pakan
1
Menurut Guttierrez-Wing dan Malone (2006) metode yang biasa
ganti air secara terus menerus. Kelemahan yang dimiliki oleh metode ini adalah
diperlukannya air baru dalam jumlah banyak dan energi yang cukup besar
terutama untuk kegiatan produksi skala menengah sehingga metode ini dinilai
kurang efisien. Oleh karena itu, permasalahan ini dapat diatasi dengan
dengan tujuan memperbaiki kualitas air agar bisa digunakan kembali (Darmayanti
et al., 2011). Kualitas air atau media pemeliharaan ikan merupakan salah satu
meningkatkan kualitas air yaitu pasir, kerikil, arang, ijuk, bubur kapur, tawas,
merupakan sistem yang hanya mengandalkan perputaran air, dimana air pada
media budidaya ikan akan dimanfaatkan kembali. Pada sistem ini air yang
digunakakan dialirkan melalui filter dan akan dialirkan kembali kedalam wadah
Filter air adalah alat yang digunakan untuk menyaring air dengan tujuan
memperbaiki kualitas air agar bisa digunakan kembali. Filter berfungsi mekanis
amoniak yang toksik menjadi senyawa nitrat yang kurang toksik dalam suatu
2
Filter dapat melakukan fungsinya dengan dua cara yaitu menyerap, dan
stuktur media akibat dari pori-pori yang dimilikinya. Suatu partikel menempel
pada suatu permukaan yang disebabkan adanya perbedaan muatan lemah di antara
Menurut Sidik (2002) filter dibagi atas filter fisika, kimia dan biologi.
Filter fisika atau disebut juga filter mekanis berfungsi untuk memisahkan padatan
dari air secara fisika (berdasarkan ukuran) dengan cara menangkap atau
3
1.2 Rumusan Masalah
vanamei)?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Klasifikasi
Berdasarkan data WHO, terdapat 343 jenis udang yang mempunyai nilai
ekonomis dan 110 spesies berasal dari famili Penaeidae, saat ini baru delapan
jenis udang yang bisa dikembangkan untuk akuakultur antara lain : Penaeus
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustarocea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapodas
Subordo : Dendrobrachiata
Familia : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
5
2.1.2 Morfologi
Menurut Haliman dan Adijaya (2005) tubuh udang vaname dibentuk oleh
dua cabang (biramous), yaitu exopodite dan endopodite, vaname memiliki tubuh
berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik
Kepala udang vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua
pasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan tiga pasang
maxillipied dan lima pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh
yang berujung di bagian dactylus. Dactylus ada yang berbentuk capit (kaki ke-1,
ke-2, dan ke-3) dan tanpa capit (kaki ke-4 dan ke-5). Di antara coxa dan dactylus,
terdapat ruang berturut-turut disebut basis, ischium, merus, carpus, dan cropus.
Pada bagian ischium terdapat duri yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi
6
Gambar 1. Morfologi Udang Vaname (Warsito, 2012).
lautan Pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah dan Selatan. Habitat udang
vaname berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-
tingkatan dalam daur hidupnya. Umumnya udang vaname bersifat bentis dan
hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang
vaname adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran lumpur dan
ditemukan diperairan lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara 70-72 meter
(235 kaki). Udang ini menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat
hidup dari udang vaname adalah catadromous atau dua lingkungan, dimana udang
dewasa akan memijah di laut terbuka. Setelah menetas, larva dan juvenil udang
akan bermigrasi ke daerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut daerah
estuarine dan setelah dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan
7
2) Siklus Hidup
Siklus hidup udang vaname sejak telur mengalami fertilisasi dan lepas dari
tubuh induk betina menurut Wyban dan Sweeney (1991) mengalami berbagai
a) Naupli
Stadia Naupli terbagi atas enam tahapan dengan waktu yang berkisar antara
46-50 jam. Larva dengan ukuran 0,32-0,58 belum memiliki pencernaan yang
b) Zoea
Stadia Zoea berukuran 1,05-3,30 mm. Stadia zoea terbagi atas tiga tahapan,
dan berlangsung selama kurang lebih empat hari. Pada stadia ini larva
mengalami molting sebanyak 3 kali, yaitu stadia zoea 1, zoea 2, dam zoea 3.
Stadia zoea sangat peka terhadap perubahan lingkungan terutama salinitas dan
fitoplankton.
c) Mysis
Stadia Mysis terbagi atas 3 tahapan, yang lamanya sekitar 4-5 hari. Bentuk
udang stadia Mysis mirip udang dewasa, bersifat planktonis dan bergerak
8
d) Post Larva
Stadia Post Larva sudah seperti udang dewasa. Hitungan stadia berdasarkan
hari, contohnya PL1 yang artinya post larva yang sudah berumur satu hari.
Post larva ditandai dengan tubuhnya Plepoda (kaki renang) yang berambut.
Stadia post larva bersifat bentik atau organisme penghuni dasar perairan.
Makanannya biasanya berupa crustacea kecil dan plychaetes (cacing laut). Udang
lain bersifat nocturnal, artinya aktif mencari makan pada malam hari atau apabila
intensitas cahaya berkurang. Sedangkan pada siang hari yang cerah lebih banyak
pasif, diam pada rumpon yang terdapat dalam air tambak atau membenamkan diri
9
Pakan yang mengandung senyawa organik, seperti protein, asam amino,
dan asam lemak, maka udang akan merespon dengan cara mendekati sumber
Selanjutnya, pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara
2.2.1 Bioball
Bioball merupakan salah satu media filter biologi yang berbahan sintetis
dan memiliki daya tahan yang cukup lama. Bioball memiliki keunggulan
dibanding dengan media filter lain yaitu luas spesifik yang cukup besar,
kecil sangat sesuai. Kelebihan lain dari media ini adalah bobot yang ringan,
kualitas air terutama amonia. Bakteri yang biasanya tumbuh pada bioball adalah
Nitrosomnas sp. yang berperan merubah ammonia menjadi nitrit dan Nitrobacter
sp. yang berperan merubah nitrit menjadi nitar dan nitrat akan berbah menjadi
10
Gambar 3. Bioball
(Sumber : Dokumentasi Pribadi )
awal 1950-an. Dakron bersifat elastis mudah dipakai dalam berbagai ruang,
bantal, bad cover, boneka dan lain sebagainya (Rufaidah dan Achir., 2014).
Dakron atau serat kapas biasa digunakan sebagai filter fisika sebagai sama
seperti ijuk dan spons, untuk menyaring kotoran dan sisa pakan yang terkandung
dalam air budidaya (Satyani., 2001 dalam Nurhidayat., 2009). Filter fisika
Gambar 4. Dakron
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.2.3 Zeolit
11
Zeolit merupakan senyawa dengan kation aktif yang bergerak dan
umumnya bertindak sebagai penukar ion. Di samping itu, zeolit juga mudah
melepas kation dan diganti dengan kation lain. Sedangkan keberadaan atom
negatif inilah yang menyebabkan zeolit mampu mengikat kation, sehingga dapat
digunakan untuk mengikat kation-kation pada air, seperti Fe, Al atau Mg. Dengan
mengalirkan air baku pada filter zeolit, kation akan diikat oleh zeolit yang
memiliki muatan negatif. Dengan demikian, zeolit berfungsi sebagai penukar ion
Zeolit merupakan filter kimia yang dapat digunakan sebagai biofilter yang
2015; Nurhidayat et al., 2012). Selain itu zeolit juga dapat dimanfaatkan sebagai
Gambar 5. Zeolit
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
magnesium, lempung, dan zat organik hasil pelapukan sisa-sisa hewan serta
12
tumbuhan. Secara umum, pasir silika di Indonesia mempunyai komposisi SiO2
(55.3-99.87 %), Fe2O3 (0.01-9.14 %), Al2O3 (0.01-18 %), TiO2 (0.01-0.49 %),
CaO (0.01-3.24 %), MgO (0.01-0.26 %), K2O (0.01-17 %) (Fairus et al., 2018).
Pasir silika memiliki kekerasan 7 skala Mohs, berat jenis 2,65, titik lebur
1715 oC, bentuk kristal hexagonal, konduktivitas panas 12-100 oC. Pasir silika
sangat efektif dalam menyaring lumpur dan bahan pengotor air lainnya (Alwin, et
al., 2017). Pasir silika juga sering digunakan untuk pengolahan air kotor menjadi
air bersih. Fungsi ini baik untuk menghilangkan sifat fisiknya, seperti kekeruhan,
2.2.5 Kerikil
Batu Kerikil (Pebbles) adalah butiran batu lebih besar dari pada pasir dan
lebih kecil daripada kerakal (kira-kira sebesar biji kacang tanah atau biji nangka)
tanah liat dan pasir. Batu kerikil sebenarnya menunjukkan besaran butir pasir,
dapat dikategorikan sebagai batu pasir yang banyak mengandung silika. Tersedia
dalam beberapa warna, ukuran dan bentuk. Kerikil berfungsi sebagai media
penyangga/penahan dalam proses penyaringan, agar media pasir, zeolit dan arang
13
aktif tidak terbawa aliran hasil penyaringan, sehingga penyumbatan dapat di
Kerikil merupakan batuan yang berukuran lebih besar dari 2 mm. Kerikil
penahan pasir harus bersih, keras, tahan lama, dan bulat-bulat (Asmadi, et al.,
2011).
Gambar 7. Kerikil
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2.2.6 Batu Apung
Batu apung disebut pula batu timbul yaitu jenis batu yang berasal dari
dalam batu apung adalah silika. Selain itu ada juga bahan lain seperti alumina,
pengaruh sebagai filter air di dalam kolam terutama terhadap nitrat dan pospat
sisa perombakan pakan ikan. Ditambah dengan penggunaan tanaman maka akan
14
Humaedi (2012) telah mengamati media adsorbsi (serapan) dari batu
bobot, dan jumlah sel yang bersifat ireversible (tidak dapat kembali ke asal).
Pertumbuhan larva dan pasca larva udang merupakan perpaduan antara proses
eksternal seperti salinitas, temperatur dan faktor internal seperti status nutrisi, dan
15
Proses moulting terjadi dalam 5 tahap, proses moulting ini sangat
menentukan waktu ablasi induk udang dan waktu panen yang tepat. Waktu yang
Moulting akan terjadi pada udang yang sehat dan umumnya terjadi pada malam
hari, nafsu makan udang akan mulai menurun 1–2 hari sebelum moulting dan
berhenti total saat akan moulting sehingga udang akan melakukan persiapan
Iswandi et al., (2014) pertumbuhan udang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
internal (Keturunan, umur, dan ketahanan terhadap penyakit) dan eksternal (suhu
perairan, besarnya ruang gerak, kualitas air, jumlah dan mutu makanan)
moulting. Tubuh udang mempunyai karapas/kulit luar yang keras, sehingga pada
setiap kali berganti kulit, karapas terlepas dan akan membentuk karapas baru.
Ketika karapas masih lunak, udang berpeluang untuk dimangsa oleh udang
hidup pada akhir periode pemeliharaan dan jumlah individu yang hidup pada awal
16
abiotik seperti kompetitor, kepadatan populasi, penyakit, umur, kemampuan
oleh ketersediaan pakan yang sesuai dan dari faktor lingkungan itu sendiri.
mengakibatkan kualitas air tambak menjadi jelek sehingga udang mudah stressss
dan pertumbuhan udang jadi terhambat. Selain itu daya tahan udang terhadap
lingkungan yang nyaman untuk dapat tumbuh secara optimal dan sehat. Bila
lingkungan tidak memenuhi syarat, organisme akuatik akan mengalami stres dan
parameter utama yang dapat diamati yaitu parameter fisika dan kimia (Kodri dan
Tancung., 2007).
kelangsungan hidup udang. Parameter kualitas air yang sering diamati dalam
kegiatan peliharaan udang vaname yaitu suhu, oksigen terlarut, pH, dan salinitas.
17
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan sehari dua kali pada waktu pagi dan
2.5.1 Suhu
Suhu adalah salah satu parameter fisika air yang merupakan faktor
pembatas bagi kehidupan organisme akuatik dan paling mudah untuk diamati.
Suhu optimal pertumbuhan udang antara 26-32 ºC jika suhu lebih dari
angka optimum maka metabolisme dalam tubuh udang akan berlangsung cepat.
Imbasnya pada kebutuhan oksigen terlarut meningkat (Suliswati, 2016). Jika suhu
dalam kisaran yang optimum maka metabolisme udang akan berlangsung cepat
dan kebutuhan oksigen meningkat, pada suhu rendah metabolisme udang menjadi
rendah dan secara nyata berpengaruh nyata terhadap nafsu makan udang yang
2.5.2 Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi seluruh larutan garan yang diperoleh dalam air
laut dan berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas maka
akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Salinitas merupakan kadar ion-ion
dalam air secara keseluruhan, komposisi ion-ion dalam air laut didominasi oleh
18
Udang vaname memiliki toleransi salinitas yang lebar, yaitu dari 2-40 ppt,
tapi akan tumbuh cepat pada salinitas yang lebih rendah, saat lingkungan dan
kimia air. Oksigen terlarut adalah total jumlah oksigen terlarut di air. Oksigen
terlarut dibutuhkan oleh sebagian besar jasad hidup untuk pernapasan, proses
yang baik untuk budidaya udang vaname adalah 3,5 – 7,5 mg/l. Level oksigen
terlarut (DO) minimum yang dapat ditolerir ikan dengan aman bergantung pada
suhu hingga batas – batas tertentu untuk tiap spesies. Kelarutan oksigen dalam air
naik sejalan dengan penurunan suhu. Pada kolam, DO dapat berubah secara
dramatis selama periode 24 jam. Konsentrasi DO pada benur menurut SNI 7311
hidrogen yang terdapat dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik
buruknya suatu perairan. pH air merupakan salah satu parameter kimia yang
pH air yang asam sangat tidak produktif dan dapat menyebabkan kematian
19
rendahnya kandungan oksigen terlarut, sebagai akibatnya konsumsi oksigen
menurun, aktifitas pernafasan naik dan nafsu makan ikan berkurang. Hal itu dapat
berbanding terbalik apabila pada kondisi basah (Kodri dan Tancung, 2007).
yang baik untuk budidaya udang vaname adalah 7,5 – 8,5. Selanjutnya Effendi
proses biokimiawi perairan, misal proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah.
Kualitas air merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya. Salah satu
masalah utama dalam manajemen kualitas air adalah adanya akumulasi amonia.
Amonium (NH4+) bersifat non toksik, sedangkan yang berbentuk tak terionisasi
(NH3) bersifat sangat toksik. Konsentrasi NH3 dipengaruhi atau ditentukan oleh
pH dan suhu perairan. Melalui proses nitrifikasi, amonia akan dioksidasi oleh
bakteri menjadi nitrit (NO2) dan nitrat (NO3). Sebaliknya melalui proses
dinitrifikasi nitrat akan direduksi oleh bakteri oleh bakteri menjadi nitrit dan dari
mengurangi kemampuan darah udang mengikat oksigen dari air, level amonia
20
darah. Tingginya konsentrasi amonia dalam darah akan mengurangi afinitas
Kandungan nitrit yang tinggi dalam perairan sangat berbahaya bagi udang
sebaiknya lebih kecil dari 0,3 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air merupakan
nitrifikasi. Pada salinitas diatas 20 ppt, batas ambang aman nitrit adalah < 2.ppm
(Suharyadi, 2011).
Nitrat (NO3-) adalah ion-ion organik alami, yang merupakan bagian dari
siklus nitrogen. Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari amonia melalui
2009). Kadar nitrat yang baik untuk perairan adalah 2-5 mg/l (Nurhidayat, 2009).
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2021, bertempat di
UPTD Balai Perikanan Budidaya Laut dan Payau Dinas Kelautan dan Perikanan,
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 1
berikut :
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 2
berikut :
dan tiga ulangan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Perlakuan Ulangan
A A1 A2 A3
B B1 B2 B3
C C1 C2 C3
D D1 D2 D3
yang paling sederhana. Pada umumnya, rancangan ini biasa digunakan untuk
percobaan yang memiliki media atau lingkungan percobaan yang seragam atau
homogen (Mattjik & Sumertajaya, 2000). Adapun model rancangan acak lengkap
Y ij =μ+ τ i+ ϵ ij
23
Dimana :
i = 1,2, …, t dan j = 1,2, …r
Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = rata-rata umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i.
∈ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
B3 C2 C3 B2
D1 C1 A1 A3
A2 D3 B1 D2
telah dibuat yaitu Perlakuan A, Zeolit, Pasir, Ijuk. Perlakuan B, Batu, Kerikil dan
Ijuk. Perlakuan C, Bioball, Ijuk Dan Pasir. Perlakuan D, Tanpa Filter, (Kontrol)
dengan susunan filter yang berbentuk horizontal. Sistem filtrasi dilengkapi dengan
pompa yang berfungsi untuk menyuplai media air ke wadah pemeliharaan dari
24
tempat penampung air yg telah melalui filter. Pembersihan filter dilakukan setiap
tiga hari sekali agar kotoran yang terdapat pada filter tidak menumpuk sehingga
Biota akuatik yang diujikan pada penelitian ini yaitu udang vaname stadia
PL10. Menurut Wayuni (2018) kriteria larva udang vaname yang baik adalah
mencapai ukuran PL 10 atau organ insangya telah sempurna, seragam atau rata,
tubuh benih dan usus terlihat jelas, berenang melawan arus. Kepadatan larva tiap
wadah pemeliharaan yaitu 1 individu per liter dengan volume air 20 liter per
wadah.
Media pemeliharaan udang vaname yaitu air laut dengan tingkatan kadar
salinitas 29 ppt.
3.4.5 Pakan
Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pellet yang berbentuk
tepung dengan kandungan protein 32% dan dosis 25% dari bobot biomassa.
timbangan digital lalu setelahnya pakan ditebar secara merata pada wadah secara
langsung.
Tahapan penelitian ini dimulai dengan persiapan alat dan bahan, biota uji,
akuarium, setelah itu pengisian media air dan pemasangan aerasi tiap wadah.
25
Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan pompa dan bahan filter sesuai dengan
pemeliharan. Setelah proses aklimatisasi, udang uji ditimbang serta dicatat untuk
mengetahui bobot sebagai data awal penelitian. Setelah itu udang uji dimasukkan
dalam wadah penelitian yang telah terisi media air dengan padat tebar 20
aglibitum (sampai kenyang) yang dilakukan setiap 4 kali dalam sehari yaitu pukul
hidup dan kualitas air. Pada pengamatan pertumbuhan panjang dan bobot ikan,
untuk mendapatkan data maka dilakukan sampling sejumlah 50% dari jumlah
total populasi individu dalam wadah. Pengambilan sampel dalam setiap wadah
dilakukan secara acak. Sedangkan untuk tingkat kelangsungan hidup tetap secara
Panjang tubuh udang akan diukur setiap 7 hari dari awal sampai akhir
sorong) dan papan ukur dengan ketelitian 0,01 cm, kemudian dicatat pada buku
pengamatan.
26
Pengamatan tingkat kelangsungan hidup dilakuakan setiap hari. Jumlah
udang yang ada pada setiap wadah pemeliharaan dihitung setiap hari sekali dari
awal penelitian hingga akhir penelitian. Jumlah udang yang hidup dan yang mati,
Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini yaitu suhu,
pH dan DO dilakukan 2 kali setiap 7 hari yaitu pada saat sebelum dan sesudah
amonia diukur pada awal penelitian dan akhir penelitian. Pengambilan sampel
kualitas air dilakukan sejak awal penelitian hingga akhir. Pengamatan suhu dan
menggunakan teskit.
L = L2 - L1
27
Keterangan:
L = Pertumbuhan panjang mutlak (cm);
L2 = panjang akhir (cm);
L1 = panjang awal (cm)
W = Wt-W0
Keterangan :
W = Pertumbuhan bobot mutlak (g)
Wt = Bobot ikan akhir pemeliharaan (g)
W0 = Bobot ikan awal pemeliharaan (g)
populasi. Hal ini juga disebut tingkat pertumbuhan eksponensial atau tingkat
lnWt −ln W 0
RGR= x 100 %
t
Keterangan:
RGR : Laju pertumbuhan relatif
Ln Wt : Berat ikan akhir penelitian
Ln W0 : Berat ikan awal penelitian
t : Waktu penelitian (lama penelitian)
α= (√ )
t wt
w0
−1 x 100 %
dimana:
28
α = Laju pertumbuhan harian (%),
Wt = bobot rata-rata pada akhir perlakuan
(hari ke – t) (gr),
W0 = bobot rata-rata pada awal perlakuan (hari ke – 0) (gr).
hidup pada akhir waktu tertentu (Cholik, et al., 2005), adalah sebagai berikut :
Nt
SR= x 100 %
No
Dimana :
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah benih akhir penelitian ke-t
No = Jumlah awal benih
Terlarut, pH. diukur 2 kali setiap 7 hari yaitu pada saat sebelum dan sesudah
hasil analisis terdapat perbedaan dalam taraf kepercayaan 95% maupun 99% maka
dilanjutkan uji terhadap nilai tengah dengan uji BNT untuk mengetahui perlakuan
29
(t-1) KTP/KTG
Galat t (r-1) JKG TKG =
JKG/t(r-1)
Total t.r-1 JKT
BAB IV
HASIL DAN PEMBHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Kualitas Air
30
perlakuan yang dipelihara selama 45 hari yang meliputi suhu, DO, pH, salinitas,
amonia, nitrit, nitrat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Paramter Kualitas Air
Perlakua Ulangan Suhu DO pH Salinita Amoni Nitrat Nitrit
n (oC) (mg/ s a (mg/l) (mg/
l) (ppt) (mg/l) l)
1 27.37 7.2 7.27 31.1
A 2 27.39 7.1 7.31 32.3 0.63 <1.0 1.0
3 27.41 7.2 7.27 32.6
1 27.31 7.1 7.27 32
B 2 27.47 7.2 7.30 31.7 0.11 0.9 1.0
3 27.36 7.2 7.30 31.9
1 27.40 7.2 7.30 31.1
C 2 27.39 7.2 7.30 31 0.29 1.0 1.0
3 27.46 7.2 7.30 32
1 27.39 7.1 7.29 31.9
D 2 27.41 7.1 7.30 32.1 0.08 1.9 1.0
3 27.33 7.1 7.33 32.6
31
B. Disolved Oxygen (DO)
Rata-rata suhu pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Perlakua Ulangan
Jumlah
n 1 2 3
A 7.18 7.12 7.18 21.48
B 7.1 7.15 7.18 21.43
C 7.18 7.21 7.22 21.61
D 7.07 7.1 7.12 21.29
Jumlah 28.53 28.58 28.7 85.81
C. pH
Rata-rata suhu pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Perlakua Ulangan
Jumlah
n 1 2 3
A 7.27 7.31 7.27 21.86
B 7.27 7.30 7.30 21.87
C 7.30 7.30 7.30 21.90
D 7.29 7.30 7.33 21.91
Jumlah 29.13 29.21 21.87 87.54
32
4 9
D. Salinitas
Rata-rata suhu pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Perlakua Ulangan
Jumlah
n 1 2 3
A 31.7 32.3 32.6 96.57
B 32.0 31.7 31.9 95.57
C 31.1 31.0 32.0 94.14
D 31.9 32.1 32.6 96.57
Jumlah 126.71 127.14 129.00 382.86
Fhitun Ftabel
Sumber Keragaman DB JK KT
g 0.05 0.01
Perlakuan 3 1.320 0.440
Gallat 9 1.265 0.141 3.129 … …
Total 11 2.585 0.235
E. Amonia
Rata-rata suhu pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Perlakua Ulangan
Jumlah
n 1 2 3
A 0.63 0.63 0.63 1.89
B 0.11 0.11 0.11 0.33
C 0.29 0.29 0.29 0.87
D 0.08 0.08 0.08 0.24
Jumlah 1.11 1.11 1.11 3.33
33
B 39.49 36.63 30.87 106.99
C 41.23 37.01 38.95 117.19
D 36.86 37.28 27.45 101.60
Jumlah 164.96 149.18 133.46 447.60
34
C 42 40 41 123
D 40 40 39 119
Jumlah 164 161 158 483
4.2 Pembahasan
A. Suhu
Suhu adalah salah satu parameter fisika air yang merupakan faktor
pembatas bagi kehidupan organisme akuatik dan paling mudah untuk diamati.
Suhu optimal pertumbuhan udang antara 26-32 ºC jika suhu lebih dari
angka optimum maka metabolisme dalam tubuh udang akan berlangsung cepat.
35
28.5
28
27.5
Perlakuan A
(C)
27 Perlakuan B
26.5 Perlakuan C
Perlakuan D
26
0 1 2 3 4 5 6
Minggu
wadah perlakuan. Bersadarkan grafik diatas, suhu pada setiap perlakuan berkisar
antara 27-28,2oC. Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada minggu ke-5 dengan
nilai rata-rata perlakuan A, (Zeolit, Silika) 28,1 oC, perlakuan B (Batu Apung,
sedangkan suhu terendah pada minggu ke-6 dengan nilai rata-rata perlakuan A
perlakuan C 27,8oC dan perlakuan D 27,7oC dan pada minggu ke-2 mengalami
penurunan dengan kisaran nilai rata-rata 27,2oC-27,4oC dan pada minggu ke-3
Pada minggu ke-2 dan ke-6 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
oleh cuaca pada saat itu (mendung). Hal ini didukung oleh pernyataan oleh
Zonneveld (1991) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab menurunya suhu
36
Berdasarkan hasil diatas, setiap perlakuan cenderung mendekati standar
yang ditentukan SNI 8037.1.2014 yang mana telah ditetapkan suhu optimum
kimia air. Oksigen terlarut adalah total jumlah oksigen terlarut di air (Hamuna,
2018). konsentrasi oksigen yang baik untuk budidaya udang vaname adalah 3,5 –
7.5
7.4
7.3
7.2
(mg/l)
Perlakuan A
7.1
Perlakuan B
7
Perlakuan C
6.9 Perlakuan D
6.8
0 1 2 3 4 5 6
MInggu
mg/l untuk setiap wadah perlakuan. Berdasarkan grafik diatas, oksigen terlarut
pada setiap perlakuan berkisar antara 7-7,4 mg/l. Nilai oksigen terlarut terendah
berada pada perlakuan D yaitu dengan kisaran rata-rata 7 mg/l pada minggu ke-1
dan ke 5. Sedangkan nilai tertinggi pada perlakuan C yaitu dengan rata-rata 7.4
Dalam arti, selalu terjadi kenaikkan dan penurunan setiap minggu.. Walaupun
kandungan oksigen terlarut untuk pemeliharaan udang vaname yaitu < 4,0 mg/l.
37
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Sedana et al, (2001) bahwa
lebih atau sama dengan 8 mg/l digolongkan sangat baik, kurang dari 6 mg/l
digolongkan baik, kurang dari 4 mg/l kritis serta 2 mg/l digolongkan sangat
buruk.
C. pH
hidrogen yang terdapat dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik
buruknya suatu perairan. pH air merupakan salah satu parameter kimia yang
7.6
7.5
7.4
7.3
7.2 Perlakuan A
7.1 Perlakuan B
7 Perlakuan C
6.9 Perlakuan C
6.8
0 1 2 3 4 5 6
Minggu
grafik diatas, pada minggu pertama. Pada perlakuan A dan perlakuan B meningkat
dengan nilai rata-rata 7.4 sedangkan pada perlakuan C dan D meningkat dengan
tetap hingga akhir penelitian. Nilai tersebut mendekati SNI 8037.1.2014, bahwa
38
Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan dari Effendi (2000) yang
senyawa kimia air. Daya racun amonia akan meningkat dengan adanya pH.
Amonia yang tidak terionisasi konsentrasinya lebih tinggi pada peraian yang
D. Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi seluruh larutan garan yang diperoleh dalam air
laut dan berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas maka
akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. (Kordi dan Tancung., 2007).
40
30
20 Perlakuan A
ppt
Perlakuan B
10 Perlakuan C
Perlakuan D
0
0 1 2 3 4 5 6
MIinggu
Kadar salinitas yang digunakan pada awal penelitian yaitu 29 ppt. hasil
pengukuran tingkat salinitas pada penelitian ini berkisar antara 29 ppt hingga 35
ppt. Berdasarkan grafik diatas, kadar salinitas pada tiap perlakuan cenderung terus
air pada setiap wadah sedikit mengalami penurunan tinggi air pada setiap
minggunya. Hal ini didukung dengan pernyataan Astuti (2007) yang menyatakan
39
bahwa salinitas tinggi dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan,
kisaran rata-rata 30,7 ppt dan pada perlakuan B,C dan D memiliki nilai
kandungan yang sama yaitu dengan nilai kandungan rata-rata 30,3 ppt.
Namun kisaran tersebut masih dikategorikan pada kisaran yang baik untuk
minimum kandungan salinitas pada budidaya udang vaname yaitu 30-33 ppt.
Hal ini pun didukung oleh pernyataan Haliman dan Adijaya, (2005)
dengan rentang salinitas yang masih dapat di tolerir untuk pertumbuhan udang
vannamei yaitu 1 sampai 42 ppt dan salinitas yang optimum bagi pemeliharaan
larva kisaran antara 15-30 ppt ( Suprapto, 2005), udang vannamei termasuk
40
100.00
80.67 80.00 82.00 79.33
60.00
40.00
20.00
0.00
A B C D
Perlakuan
41
DAFTAR PUSTAKA
Adiwidjaya, D., Rahardjo, S.P., Suktiono, E., Sugeng & Subiyanto. 2003.
Petunjuk teknis budidaya udang vaname (Litopeaneus vannamei) system
tertutup yang ramah lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Pasar Pengembangan
Budidaya Air Payau, Jepara, 19 hlm
Affandi, R dan U. M. Tang, 2002. Fisiologi hewan air. UNRI Press. Pekanbaru.
Amrizal, A. Munzir dan Elfrida. 2015. Pengaruh Penggunaan Bahan Filter Yang
Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus). Skripsi, Fakutas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Bung Hatta Padang. Sumatera Barat.
Anggoro, S. 1992. Efek osmotik berbagai tingkat salinitas media terhadap daya
tetas telur dan vitalitas larva udang windu, Penaeus monodon Fabricius.
Disertasii, Fak. Pascasarjanan, IPB, Bogor. 127 halaman.
Darmayanti, L. Yohanna L., dan Josua MTS. 2011. Pengaruh Penambahan Media
pada Sumur Resapan Dalam Memperbaiki Kualitas Air Limbah Rumah
Tangga. Jurnal Sains dan Teknologi 10: 61-66.
Effendi 2006, I N.J. Bugri, dan Widanarni. 2006. Pengaruh Padat Penebaran
Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
(Osphornemus gouramy). Ukuran 2 cm. jurnal akuakultur Indonesia, 5(2):
127-135
Effendi. H 2003. Kualitas Air Bagi Pengengolaan Sumber Daya Dan Lingkungan.
Yokyakarta:Kanisius
Fairus, S et al. 2018. Proses Pembuatan Waterglass dan Pasir Silika Dengan
Pelebur Natrium Hidroksida, Jurnal teknik kimia Indonesia, 8(2), p. 56.
Doi: 10.5614/jkti.2009.8.2.4.
42
Fauzzia, M., Izza, R., dan Nyoman W. 2013. Penyisihan Amonia dan Kekeruhan
pada Sistem Resirkulasi Budidaya Kepiting dengan Teknologi Membran
Biolfiter. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 2: 155- 161.
Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. W., & Suprapto, H. 2017. Teknik Pembesaran
Udang Vannamei (Litopeaneus Vannamei) pada Tambak Pendamping PT
Central Proteina Prima Tbk di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton,
Probolinggo, Jawa Timur. Journal of Aquacultural and Fish Health, Vol.
7 No. 2 Hal 70-77.
Hamuna, B., Tanjung, R., Suwito, Maury, K., Alianto. 2018. Kajian Kualitas Air
Laut dan Indeks Parameter Fisika-Kimia Di Perairan Distrik Depapre,
Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan. Pascasarjana UNDIP. Semarang.
Han, H., Fang, X., Wei, X., Liu, Y., Jin, Z., Chen, Q., dkk. 2017. Dose-Response
Relationship between Dietary Magnesium Intake, Serum Magnesium
Concentration and Risk of Hypertension: a System Review and
MetaAnalysis of Prospective Cohort Studies. Nutrition Journal. 16(26).
Iswandi, N., Rusliandi. dan Putra, I. 2014. Growth And Survival of Giant Prawns
(Macrobraachium Rosenbergii) Universitas Riau. Riau
Kordi, K dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. PT. Rhineka Cipta. Jakarta.
43
Kordi, G. H. K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Bina
Adiaksara dan Rineka Cipta. Jakarta.
Kumalasari F., Satoto Y. 2011. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air
Bersih. Bekasi: Laskar Aksara
Kusnaedi, 2006. Mengelolah Air Gambut Untuk Air Minum, Penebar Swadaya,
Jakarta
Manampiring, dr. A. E.,M.Kes. 2009. Studi Kandungan Nitrat (NO -3) pada
Sumber Air Minum Masyarakat Kelurahan Runtukan Kecamatan
Tomohon Timur Kota Tomohon. Fakultas Kedokteran Universitas Sam.
Ratulangi. Manado. Hal. 9-15, 21-27
Mugiyantoro, Alwin., dkk. 2017. Penggunaaan Bahan Zeolite, Pasir Silika, dan
Arang Aktif Dengan Kombinasi Teknik Shower Dalam Filterisasi Fe, Mn
dan Mg pada air tanah di UPN Veteran Yokyakarta.
Nelvia, L., Elfrida dan Y. Basri. 2015. Penambahan bioball pada Filter Media
Pemeliharaan Terhadap Kalengsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih
Ikan Mas Koki (Carassius Auratus): 1-5.
44
Putra, Iskandar., dan N.A Pamungkas, 2011. Pemeliharaan Ikan Selais (Ompok
sp). Dengan Resirkulasi, Sistem Aquaponik. Jurnal Perikanan dan
Kelautan, XVI(1): 125-131
Said, Nusa Idaman & Ruliasih. 2005. Tinjauan Aspek Teknis Pemilihan Media
Biofilter Untuk Pengolahan Air Limbah. Teknik Lingkungan, BPPT. JAI
Vol. 1, No. 3.
Sidik, A.S. 2002. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Laju Nitrifikasi Dalam
Budidaya Ikan Sistem Resirkulasi Tertutup. Jurnal Akuakultur Indonesia,
I(2): 47-51.
Suliswati. 2016. Panen Rupiah Dari Bisnis Pembesaran udang. PT.Palapa: Air
Publishing, (Hal 80-81).
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1980. Principles and procedures of statistic, Second
Ed, Graw-Hall, Book Comp, New York.
Suryani. 2012. Studi Pegolahan Air Melalui Media Filter Pasir Kuarsa (studi
kasus sungai malimpung)
Untara, L. Agus, M., Studi, P., Perairan, B., & Pekalongan, F.P. 2018. Kajian
Teknik Budidaya Udang Vaname (Litopeaneus Vannamei) Pada Tabak
Busmetik Spum Negeri Tegal Dengan Tambak Tuvami 16 Universitas
Pekalongan.17(1), 76-88.
45