Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL MANAJEMEN AKUAKULTUR

RANCANGAN PROYEK PEMBUATAN TAMBAK UDANG DENGAN


MODAL 10 MILIAR

Disusun Oleh:
Muhammad Jihad
21742025

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

LAMPUNG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya

saya dapat menyelesaikan Proposal Matakuliah Manajemen Akuakultur yang

berjudul “Rancangan Proyek Pembuatan Tambak Udang Dengan Modal 10 Miliar”.

Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata

kuliah ManajemenAkuakultur. Selain itu, Proposal ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan tentang Manajemen Akuakultur.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat di

sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas ini. Saya menyadari, tugas yang di tulis ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan

demi kesempurnaan makalah ini.


BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tambak merupakan salah satu metode pembudidayaan yang paling populer


di Indonesia. Tambak merupakan kolam buatan, biasanya di daerah pantai,
yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan
(akuakultur). Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan,
udang, serta kerang. Penyebutan "tambak" ini biasanya dihubungkan
dengan air payau atau air laut. Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut
kolam saja atau empang.

Salah satu komoditi budidaya perairan yang di minati oleh petambak adalah
udangvannamei (Litopenaeus vannamei). Kehadiran varietas udang
vannamei diharapkantidak hanya menambah pilihan bagi petambak tetapi
juga menopang kebangkitan usaha pertambakan udang di Indonesia.
Dahuri merinci, udang vannamei memilikisejumlah keunggulan antara lain
lebih tahan penyakit, pertumbuhan lebih cepat, tahan terhadap gangguan
lingkungan dan waktu pemeliharaan yang lebih pendek yaitu sekitar 90 –
100 hari dan yang lebih penting tingkat survival ratenya tergolongtinggi dan
hemat pakan.

Dengan penggunaan probiotik yang baik, cara aplikasi yang benar


diharapkan dapatmemantapkan keberhasilan budidaya udang di tambak
sehingga dapat meningkatkan produktivitas tambak dan kematian udang
yang menjadi masalah utama dapat ditekan semaksimal mungkin untuk
meningkatkan SR yang lebih tinggi. Faktor - faktor keberhasilan budidaya
udan vannamei ini adalah kualitas airyang sesuai standar, Daya dukung
tambak dan lingkungannya, Kualitas 2 benur yang ditebar, Kualitas pakan
dan manajemen pakan, Manajemen kesehatan udang dan pengendalian
hama penyakit.
1.2.Tujuan
Tujuan dari proposal ini yakni untuk Merancangan Proyek Pembuatan
Tambak Udang Dengan Modal 10 Milyar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vanammei (Litopenaeus


Vanammei)
Udang vaname merupakan udang introduksi yang berasal dari
Amerika danmasuk ke Indonesia pada awal tahun 2000. Petambak
memilih udang vaname sebagai komoditas budidaya karena dinilai
memiliki daya tahan yang lebih tinggi, kepadatan tebar yang lebih besar
dan teknis budidaya yang lebih ringandibandingkan pengelolaan udang
windu. Klasifikasi udang vaname menurut Effendie (1997) adalah
sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Subkelas : Eumalacostraca

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata

Famili : Penaeidae

Genus : Penaeus

Subgenus : Litopenaeus

Spesies : L. Vannamei
Yuliati dalam Marfa’ati (2016) mengemukakan bahwa tubuh udang
vaname berwarna putih transparan sehingga lebih umum dikenal
sebagai “white shrimp”. Namun, ada juga yang cenderung berwarna
kebiruan karena lebih di dominasi oleh kromatofor biru. Panjang tubuh
dapat mencapai 23 cm. Tubuh udang vaname dibagi menjadi dua
bagian, yaitu kepala (thorax) dan perut (abdomen). Kepala udang
vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua pasang
maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang
maxilliped dan lima pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh
(decapoda). Sedangkan pada bagian perut (abdomen) udang vaname
terdiri darienam ruas dan pada bagian abdomen terdapat lima pasang
kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas
bersama-sama telson.

2.2. Habitat dan Penyebaran Udang Vaname ((Litopenaeus Vanammei)

Pada usia muda udang vaname habitatnya berada di air payau, seperti
muara sungaidan pantai. Semakin dewasa udang jenis ini semakin suka
hidup di laut. Ukuran udang menunjukkan tingkat usia. Dalam
habitatnya, udang dewasa dapat mencapai usia 1,5 tahun. Pada musim
kawin tiba, udang dewasa yang sudah matang gonad atau calon
spawner akan berbondong-bondong ke tengah laut yang dalamnya
sekitar 50 meter untuk melakukan perkawinan. Udang dewasa biasanya
hidup berkelompok dan melakukan perkawinan setelah betina berganti
cangkang (Nadhif, 2016).
Lingkungan hidup optimal udang vaname untuk menunjang
pertumbuhan dan sintasan atau kelangsungan hidup yaitu salinitas 0,1-
25 ppt (tumbuh denganbaik 10-25 ppt, ideal 15-25 ppt) dan suhu 12-
31°C baik pada 24-34°C dan ideal
pada 28-31°C). Di beberapa negara Amerika Selatan, Amerika Tengah,
dan Cina, udang vanamei (L.vannamei) juga di pelihara di lingkungan
air tawar dan menunjukkan perbedaan produktivitas yang tidak
signifikan dengan yang di pelihara di habitatnya (Kordi K, 2009).
Secara ekologis udang vannamei mempunyai siklus hidup identik
dengan udang windu yaitu melepaskan telur ditengah laut kemudian
terbawa arus dan gelombang menuju pesisir menetas menjadi nauplius
seterusnya menjadi stedium zoea, mysis, postlarva, dan juvenil. pada
stadium juvenil telah tiba di daerah pesisir selanjutnya kembali ke
tengah laut untuk proses pendewasaan telur.

2.3. Siklus Hidup udang vaname

Menurut Nadhif (2016), siklus hidup udang vaname sejak telur


mengalami fertilisasi dan lepas dari induk betina akan mengalami
beberapa tahap, yaitu :

1. Nauplius

Stadia nauplius terbagi atas enam tahapan yang lamanya berkisar 46-
50 jam. Larva berukuran 0,32 – 0,58 mm. Sistem pencernaan belum
sempurna memilikicadangan makanan berupa kuning telur sehingga
tida membutuhkan makanan.

2. Zoea

Stadia zoea terbagi atas tiga tahapan yang berlangsung selama


kurang lebih4 hari. Larva zoea berukuran 1,05 – 3,30 mm. Pada stadia
ini larva mengalami moulthing sebanyak 3 kali, yaitu stadia zoea 1,
zoea 2, dan zoea 3. Stadia zoea sangat pekaterhadap perubahan
lingkungan terutama kadar garam dan suhu air.Pada stadia ini, udang
mulai membutuhkan makanan yaitu berupa fitoplankton.

3. Mysis

Stadia mysis terbagi atas 3 tahapan yang lamanya 4 – 5 hari. Bentuk


udangstadia mysis sudah mirip udang dewasa, bersifat planktonis dan
bergerak mundur dengan cara membengkokkan badannya. Udang
stadia ini mulai menggemari pakan berupa zooplankton.
4. Post Larva
Pada stadia ini sudah seperti udang dewasa, hitungan stadia
berdasarkan hari, misalnya PL1 berarti post larva berumur 1 hari.
Stadia larva ditandai dengan tumbuhnya pleopoda yang berambut
(setae) untuk renang. Stadia larva bersifat bentik atau organisme
penghuni dasar perairan dengan pakan yang di senangi berupa
zooplankton.

2.4. Manajemen Akuakultur

Akuakultur memiliki sejarah yang panjang, lebih dari 2500 tahun.


Akuakultur sendiri berasal dari Asia dan sudah dilaksanakan selama lebih
dari 4000 tahun. Bidang ini tidak terperhatikan hingga sekitar tahun
1960.Pada pertengahan tahun 1980, produksi akuakultur memberikan
kontribusi hanya 14% dari produksi perikanan dunia. Pada saat itu,
produksi perikanan lebih banyak disuplai dari hasil tangkapan di laut
(perikanan tangkap). Tetapi pada akhir tahun 1990, kontribusi akuakultur
meningkat menjadi 27,6%.

Akuakultur Asia sebagian memperlihatkan kekuatannya seperti


produksi yangmencapai 91% dari total produksi akuakultur dunia, terlebih
lagi di Asia Tenggara,budidaya ikan memegang peranan penting dalam
menyediakan gizi bagi penduduk dan pengumpulan devisa. Hal ini
dimungkinkan karena perikanan tangkap sudah mulai mencapai titik jenuh
akibat over eksploitasi dan over fishing. Faktor penyebab rusaknya dan
rendahnya produksi perikanan tangkap, sehingga kegiatan penangkapan
yang ada harus mulai dikurangi secara bertahap dan diganti dengan
kegiatan yang bersifat hemat sumberdaya alam.

2.4.1. Fungsi Manajemen

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah aktivitas strategis dengan menyusun hal-hal yang


akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan
untuk menentukantujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik
untuk memenuhi tujuan itu.Misalnya, dalam divisi marketing yang sedang
melakukan perencanaan strategi pemasaran demi meningkatkan sales.
Disini manajer marketing bisa mengevaluasi
berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian
melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk
memenuhi tujuan perusahaan.Perencanaan merupakan proses terpenting
dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi
lainnya tak dapat berjalan.Planning yang baik harus memiliki tujuan, dibuat
secara rasional dan sederhana, memuat analisis pekerjaan, flkesibel sesuai
dengan kondisi, memiliki keseimbangan dan juga mampu mengefektifkan
sumber daya.

2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen pengorganisasian dilakukan dengan tujuan
membagi suatukegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan
dan menentukan orang yangdibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas
yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan
cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa
yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana
keputusan harus diambil.
3. Pengarahan (Actuating)
Pengarahan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggotakelompok berusaha agar dapat mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha. Dalam proses ini meliputi kegiatan:
a. Membimbing dan memberi motivasi kepada pekerja supaya
bisa bekerjasecara efektif dan efisien
b. Memberi tugas serta penjelasan secara rutin tentang pekerjaan
c. Menjelaskan semua kebijakan yang sudah ditetapkan.

4. Evaluasi (Controlling)

Fungsi manajemen evaluasi dilakukan setelah proses kerja dilakukan.


Pada proses ini, kinerja dinilai apakah sesuai dengan planning atau strategi
yang sudah direncanakan. Pada tahap ini manajemen mengevaluasi
keberhasilan dan efektifitaskinerja, melakukan klarifikasi dan koreksi, dan
juga memberikan alternatif solusi masalah yang terjadi selama proses kerja
berlangsung. Manajemen controlling ataufungsi pengawasan bisa berjalan
dengan efektif jika hal hal ini diperhatikan:
a. Routing, manajer harus bisa menetapkan cara atau jalur guna bisa
mengetahui letak diaman sesuatu sering terjadi suatu kesalahan

b. Scheduling, manajer harus bisa menetapkan dengan tegas kapan


semestinya pengawasan itu dijalankan. terkadang pengawasan yang
dijadwal tidak efisien dalam menemukan suatu kesalahan, dan sebaliknya
yang dilakukan secara mendadak terkadang malah lebih berguna.

c. Dispatching, manajemen dalam hal ini akan melakukan


penyampaian terkaitevaluasi kinerja kepada unit delegasi. pihak manajer
akan menyampaikan kesalahandan solusi perbaikan.

d. Follow Up, yaitu proses tindak lanjut dan penyampaian informasi.


Masalahyang disampaikan dan didiskusikan selanjutnya ditindak-lanjut
sebagai upaya memperbaiki kesalahan kinerja.

2.5. Manajemen Pemberian

Pakan Program pemberian pakan pada budidaya udang putih


merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik
jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa
pemeliharaan. Nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan penting
untuk kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik. Penggunaan pakan
yang efisien dalam usaha budidaya sangatpenting kerena pakan merupakan
faktor produksi yang paling mahal.

Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan


efisiensi penggunaan pakan tambahan perlu dilakukan guna menigkatkan
produksi hasil perikanan budidaya dan mengurangi biaya pengadaan
pakan, serta meminimalkan produksi limbah pada media budidaya,
sehingga dapat tercipta budidaya udang yangberkelanjutan. Pengelolaan
pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan apa, berapa
banyak, kapan, berapa kali, dimana ikan/udang diberi pakan. Penerapan
feeding ragim hendaknya disesuikan dengan tingkah laku kultivan, serta
siklus alat pencernaan guna memaksimalkan penggunaan pakan.
2.5.1. Waktu Pemberian Pakan

Waktu pemberian pakan Pemberian makanan udang vaname juga turut


menentukan keberhasilan pemberian pakan. Anda disarankan untuk
memberikan pakan dengan pertimbangan sigat udang vaname dan
kemampuan udang vaname dalam memproses makanan. Udang vaname
dapat memproses pakannya dalam waktu antara 3-4 jam. Oleh karena itu,
Anda disarankan untuk memberikan pakan sesuai dengan waktu biologisnya.
1. Pada udang vaname kecil, disarankan untuk memberikan pakan dalam
frekuensi 2-3 kali/hari. Ini dikarenakan udang kecil masihmemakan pakan
alami udang vaname seperti fitoplankton dan zooplankton yang ada dikolam.

2. Sedangkan pada udang vaname besar, frekuensi pemberian pakan


vanameharus lebih sering. Berikan pakan pelet udang vaname sesuai dosis
dengan frekuensi 4-6 kali/hari.

3. Pada udang vaname besar, frekuensi pemberian pakan ini juga


dipengaruhioleh ada tidaknya pakan alami didalam kolam dan jenis
pakan vaname yang Andaberikan. Semakin pada nutrisi, maka frekuensi
pemberian pakan bisa cukup 4 kali/hari.
BAB Ⅲ METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan pelaksanaan

Pelaksanaan proyek ini dilaksanakan pada bulan September-Januari 2025,


berlokasi di Medan, Provinsi Sumatra Utara.

3.2 Rancangan Biaya

Tabel 1. Rancangan alat yang digunakan dalam budidaya udang


NO NAMAALAT JUMLAH HARGA JUMLAH
SATUAN HARGA
1 Aerator atau kincir 48 Unit Rp 5.200.000 Rp 249.600.000
2 Plastik HDPE 86 Roll Rp 6.258.000 Rp 538.188.000
3 Blower 4 unit Rp 2.770.000 Rp 11.080.000
4 Do Meter 2 unit Rp 3.498.000 RP 6.996.000
5 PH Meter 2 unit Rp 503.000 RP 1.006.000
6 Refkatometer 2 unit Rp115.000 Rp 230.000
7 Secchi Disk 8 unit Rp 390.000 Rp 3.120.000
8 Selang Siphon 2unit/25 Rp 2.350.000 Rp5.700.000
Meter
9 Jala udang 16 unit Rp 205.000 Rp 3.280.000
10 Anco 8 unit Rp 175.000 Rp 1.400.000
11 Pipa 1.000 Meter Rp 30.000 Rp 30.000.000
12 Disel 2 Unit Rp 17.480.000 Rp 34.960.000
Total biaya alat: Rp
1.200.200.000

Tabel 2. Rancangan bahan yang digunakan dalam budidaya udang


NO NAMA BAHAN JUMLAH HARGA JUMLAH
SATUAN HARGA
1 Tanah 2 Hektar Rp1.200.000.000 2.400.000.000
2 Benur udang 2500.000 benur Rp 60 150.000.000
3 Bangunan 10 rumah Rp50.000.000 500.000.000
4 Sewa Operator 2 unit 250.000.000 Rp 500.000.000
5 Listrik 1 unit Rp50.000.000 Rp 50.000.000
6 Kapur dolomit 4 ton Rp 1.000 Rp 4.000.000
7 Molase/probiotik 8 liter Rp 25.000 Rp 200.000
8 Pakan 487.500 kg Rp 20.000 Rp
9.750.000.000
9 Gaji karyawan 32 Rp 5.000.000 Rp 160.000.000
Total biaya bahan: Rp 13.487.200.000
Rp 1.200.200.000
Total biaya yang dibutuhkan: 14.687.400.000

3.3 Prinsip Manajemen Akuakultur

• Planning (Merencanakan Budidaya Ikan)

• Organizing (Mengatur SDA SDM Budidaya Ikan)


• Actuating (Melaksanakan rencana Budidaya Ikan)

• Controlling (Mengevaluasi / mengontrol

Budidaya Ikan)Rencana Usaha Budidaya Ikan

dapat digunakan untuk;

1. Merintis Usaha Pemijahan Ikan / Pembenihan Ikan /


Pendederan Ikan /Pembesaran Ikan

2. Pengembangan usaha Budidaya Ikan; Menambah kapasitas


produksi, untukmemperluas skala & cakupan usaha

3. Pemilihan jenis usaha atau investasi Jenis usaha budidaya ikan


(produksi ikan,penjualan ikan, jasa perikanan) atau proyek budidaya
ikan.

Pihak yang memerlukan dan berkepentingan dengan Rencana Usaha


Budidaya Ikandiantaranya;

• 1. Wirausahawan

• 2. Pemilik perusahaan
• 3. Investor

• 4. Penyandang Dana (Bank)


• 5. Masyarakat dan Pemerintah

Rencana usaha Budidaya Ikan yang baik perlu diadakan suatu evaluasi
sebagaiberikut;

• Ringkasan Pelaksanaan usaha

• Deskripsi Usaha (Latar Belakang, Tujuan, Waktu, Tempat)

• Produk & Jasa Yg dijual

• Analisa pasar

• Strategi pasar

• Manajemen/pengelolaan (Sumberdaya Daya Alam,


Sumberdaya DayaManusia, Struktur Organisasi, Job
description)

• Operasi usaha

• Proyeksi Keuangan.

3.3.1 Manajemen Kualitas Air

Kualitas Air = Mutu Air

• Penggolongan kualitas air berdasarkan kualitas air:

• Air untuk minum

• Air untuk budidaya ikan

• Air untuk peternakan

• Air untuk pertanian

• Kualitas air untuk budidaya perikanan dilihat dari parameter fisika,


parameterkimia, parameter biologi.

Pengukuran dan Pengelolaan


• Pengukuran kualitas air = kegiatan mengidentifikasi kualitas air dengan alat
ukur tertentu sehingga didapatkan hasil angka pengukurannya

• Pengelolaan kualitas air = Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk


memperbaiki atau mempertahankan suatu parameter kualitas air agar tetap
optimal

Rencana Pengelolaan Kualitas Air yang Baik Merancang:

• Jumlah Kebutuhan alat dan bahan

• Waktu yang tepat untuk mengukur dan mengelola kualitas air

• Kebutuhan biaya untuk mengelola kualitas air.

3.3.2 Manajemen Hama dan Penyakit Ikan

• Hama = Oranisme yang salah satu fase atau keseluruhan siklus hidupnya
merugikan atau mengakibatkan gangguan pada ikan budidaya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Hama umumnya berukuran relative lebih
besar.

• Penyakit = merupakan gangguan pada fungsi dari organ baik sebagian maupun
secara keseluruhan. Secara garis besar dapat disebabkan oleh dua factor abiotic
(parasite, jamur, bakteri dan virus) dan factor abiotic (kualitas pakan yang jelek
dan kondisi lingkungan yang mendukung).

Tujuan Penyusunan Rencana Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan

• Mengetahui jumlah kebutuhan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk


pengendalian hama penyakit ikan

• Merancang waktu yang tepat untuk mengendalikan hama dan penyakit ikan

• Merancang efisiensi biaya, tenaga, waktu untuk pengendalian hama dan


penyakit ikan.

Rencana Pengendalian Hama Penyakit Ikan yang baik Berisi tentang informasi:
• Jenis Hama atau penyakit yang potensial menyerang

• Karakteristik Hama / Penyakit Ikan

• Alat dan Bahan yang dibutuhkan untuk pengendalian hama dan penyakit
ikan

• Treatment / metode pengendalian yang dilakukan

• Waktu yang dibutuhkan untuk Treatment / pengendalian HPI

• Biaya yang dibutuhkan untuk pengendalian HPI.

3.3.3 Organizing Kegiatan Budidaya

• Organizing adalah proses mengatur wewenang, tugas, dan tanggung


jawab padasetiap individu dan sumberdaya yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya Ikan.

• Bertujuan untuk mencapai rencana dan tujuan yang diinginkan dalam


kegaiatanbudidaya ikan.

3.4 ACTUATING (PELAKSANAAN)


3.4.1 Definisi actuating dalam konteks budidaya udang di tambak
Actuating, atau tahap pelaksanaan dalam manajemen, memiliki peran
sentral dalam konteks budidaya udang di tambak. Ini mencakup serangkaian
tindakan dan keputusan yang diterapkan oleh pengelola tambak untuk
mengoperasikan rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan sebelumnya. Proses
ini tidak hanya melibatkan implementasi rencana, tetapi juga keterlibatan aktif
dalam memantau, mengevaluasi, dan mengadaptasi strategi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

3.4.2 Pemilihan Bibit Unggul sebagai Awal Actuating


Pemilihan bibit udang yang unggul menjadi langkah awal dalam proses
actuating. Bibit yang sehat, tahan penyakit, dan memiliki potensi pertumbuhan
optimal akan memberikan dasar yang kuat untuk mengoptimalkan produksi.
Actuating pada tahap ini melibatkan pemilihan jenis bibit yang sesuai dengan
kondisi tambak dan strategi budidaya. harga benur udang perekor yaitu Rp. 60
dengan perkiraan SR yaitu 85% . padat tebar benur yang ditebar yaitu 250 ekor/ m2.

3.4.3 Manajemen Air dan Lingkungan sebagai Bagian Penting Actuating


Actuating dalam pengelolaan air dan lingkungan tambak menjadi elemen
kunci. Pengaturan suhu, salinitas, dan kualitas air harus dilakukan dengan hati-hati
untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan kesehatan
udang. Pemantauan secara terus-menerus diperlukan untuk menyesuaikan
parameter lingkungan sesuai dengan kebutuhan udang.

3.4.4 Sistem Pakan Berkualitas dan Efisiensi Konversi Pakan


Penerapan actuating dalam pemilihan dan pemberian pakan merupakan
langkah strategis. Penggunaan pakan berkualitas tinggi dengan kandungan nutrisi
yang seimbang dapat meningkatkan efisiensi konversi pakan. Actuating di sini juga
melibatkan penyesuaian jenis pakan sesuai dengan tahap pertumbuhan udang.

3.4.5 Pengendalian Penyakit dan Tindakan Pencegahan


Actuating dalam pengendalian penyakit melibatkan langkah-langkah
pencegahan yang proaktif. Pemantauan kesehatan udang secara rutin, implementasi
biosecurity, dan respons yang cepat terhadap gejala penyakit adalah strategi yang
penting untuk menjaga kestabilan populasi udang dan mengurangi risiko kerugian.

3.4.6 Pengelolaan Keuangan yang Bijaksana sebagai Aspek Actuating


Pengelolaan keuangan yang bijaksana juga menjadi bagian dari actuating
dalam budidaya udang di tambak. Monitoring pengeluaran dan pendapatan,
perencanaan anggaran, serta diversifikasi investasi adalah langkah-langkah yang
mendukung keberlanjutan bisnis. Actuating di bidang keuangan juga mencakup
pemantauan tren pasar dan adaptasi strategi finansial sesuai kebutuhan.

3.4.7 Evaluasi Berkelanjutan dan Inovasi


Actuating tidak hanya bersifat satu kali, melainkan melibatkan evaluasi
berkelanjutan. Pengelola tambak perlu secara terus-menerus mengevaluasi hasil
produksi, kondisi lingkungan, dan strategi budidaya. Inovasi, baik dalam teknologi
budidaya maupun manajemen operasional, menjadi landasan untuk meningkatkan
efisiensi dan daya saing tambak.
2.4.8 Density
250 x 10.000
SR = 85% x 2.500 jt = 2.125.000 ekor
Size = 55 →42.500 kg
FCR = 1,5
= 42.500 x1,5
= 63.750
H. udang = 75.000
H. pakan = 15.000
= 42500 x 75.000 = 3.187.500000
Pakan = 63.750 x 15.000= 956.250.000

Anda mungkin juga menyukai