Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan inayah-Nya serta
nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Hasil
Perikanan Modern ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada
sunnahnya Amiin.

Makalah ini saya susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan
khususnya mengenai relevansi udang Vannamei, adapun metode yang saya ambil dalam penyusunan
makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber informasi dari berbagai karya tulis dan kajian
serta interview dari jurnal.

Kendari, Juni, 2018

ARMIN

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakng

1.2. Rumusan Masalah

1.2. Tujuan

II. PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana Sejarah Udang Vannamei Masuk ke Indonesia


2.2 Bagaimana Sifat Biologi Udang Vannamei

2.3 Bagaimana Cara Budidaya Udang Vannamei

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditi perikanan yang dibudidayakan
di Indonesia. Udang ini mulai masuk dan dikenalkan di Indonesia pada tahun 2001 melalui SK Menteri
Kelautan dan Perikanan RI. No. 41/2001 sebagai upaya untuk meningkatkan produksi udang Indonesia
menggantikan udang windu (Penaeus monodon) yang telah mengalami penurunan kualitas. Budidaya
udang vaname dilakukan dengan sistem intensif dan semi intensif, dicirikan dengan padat tebar yang
cukup tinggi, yaitu antara60-150 ekor/m2 (Briggs et al., 2004), penggunaan kincir air, pemasangan
biosecurity, pengelolaan kualitas air, penggunaan pakan komersil dengan kandungan protein yang
tinggi, penggunaan probiotik dan alat-alat pendukung lainnya.

Udang vannamei termasuk pada famili Penaidae yaitu udang laut. Udang vannamei berasal
dari Perairan Amerika Tengah. Negara di Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela,
Panama, Brasil, dan Meksiko sudah lama membudidayakan jenis udang yang juga dikenal dengan nama
pacific white shrimp.

Vannamei banyak diminati, karena memiliki banyak keunggulan antara lain, relatif tahan penyakit,
pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100 - 110 hari), padat tebar tinggi, sintasan pemeliharaan
tinggi dan Feed Convertion Ratio rendah (Hendrajat et al. 2007). Tingkat kelulushidupan vannamei dapat
mencapai 80 - 100% (Duraippah et al. 2000), dan menurut Boyd dan Clay (2002), tingkat kelulus
hidupannya mencapai 91%. Berat udang ini dapat bertambah lebih dari 3 gram tiap minggu dalam kultur
dengan densitas tinggi (100 udang/m2). Ukuran tubuh maksimum mencapai 23 cm. Berat udang dewasa
dapat mencapai 20 gram dan diatas berat tersebut, L.vannamei tumbuh dengan lambat yaitu 7 sekitar 1
gram/ minggu. Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang jantan (Wyban et al. 1995).

Udang vannamei termasuk hewan omnivora yang mampu memanfaatkan pakan alami yang
terdapat dalam tambak seperti plankton dan detritus yang ada pada kolom air sehingga dapat
mengurangi input pakan berupa pelet. Kandungan protein pada pakan untuk udang vannamei relatif
lebih rendah dibandingkan udang windu. Menurut Briggs et al. (2004), udang vannamei membutuhkan
pakan dengan kadar protein 20-35%.

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah yakni sebagai berikut

1. Bagaimana Sejarah Udang Vannamei Masuk ke Indonesia

2.Bagaimana Sifat Biologi Udang Vannamei

3. Bagaimana Cara Budidaya Udang Vannamei

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Udang Vannamei

Udang vaname atau biasa juga disebut udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan
udang introduksi. Habitat asli udang ini adalah di perairan pantai dan laut yang ada di Pantai Pasifik
Barat Amerika Latin. Pertama kali udang ini diperkenalkan di Tahiti pada awal tahun 1970, tetapi hanya
sebatas pada penelitian tentang potensi yang dimiliki oleh udang tersebut. Lalu selanjutnya untuk
pengembangan budidaya yang intensif di lakukan di Hawaii (Barat Pantai Pasifik), Teluk Meksiko (Texas),
Balize, Nikaragua, Kolombia, Venezuela dan di Brazil pada akhir 1970an.
Udang ini kemudian diimpor oleh negara-negara pembudidaya udang di Asia, seperti China
(1988), India (2001), Thailand (1988), Bangladesh, Vietnam (2000), dan Malaysia (2001), Filipina (1997).
Dalam perkembangan berikutnya, Indonesia juga memasukkan udang vaname sebagai salah satu jenis
udang budi daya tambak, selain udang windu (Penaeus monodon) dan udang putih/udang njerebung
(Penaeus merguiensis).

Beberapa catatan juga menyebutkan bahwa udang vaname yang masuk ke Indonesia sebagian
berasal dari Nikaragua dan sebagian lagi berasal dari Meksiko. Pada awalnya pemerintah memberi izin
bagi dua perusahaan untuk mengimpor udang vaname sebanyak 2.000 ekor induk dan 5 juta ekor benur
dari Hawaii dan Taiwan, pada saat itu pemerintah juga memberikan izin untuk mengimpor lagi 300 ribu
ekor benur dari daerah asalnya di Amerika Latin.

Dalam perkembangannya induk dan benur tersebut kemudian dikembangkan di hatchery yang
ada di Indonesia. Pengembangan intensif tersebut dilakukan di daerah Situbondo dan juga Banyuwangi,
Jawa Timur. Setelah berhasil diternakkan, maka udang vaname tersebut disebarkan untuk
dikembangkan di daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.

Udang vaname dimasukkan ke Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:


bahwa udang ini memiliki ketahanan terhadap penyakit yang cukup baik, lalu juga memiliki laju
pertumbuhan yang cepat (masa pemeliharaannya berkisar 90 – 100 hari). Selain itu untuk menghasilkan
satu kilogram daging, udang ini memerlukan pakan sebanyak 1,3 kilogram, jumlah tersebut termasuk
angka yang cukup menguntungkan karena nilai FRC-nya termasuk cukup rendah. Sehingga kita dapat
hemat dalam pengeluaran untuk pakan.

2.2 Sifat Biologi Udang Vannamei

Udang vanname (Litopnaeus vannamei) merupakan organisme akuatik asli pantai pasifik meksiko,
amerika tengah dan amerika selatan. Udang vannamei memiliki nama umum pacific white shrimp,
camaron blanco, dan longostino. Udang vanamei dapat tumbuh sampai 230 mm/9 inchi. Udang vanamei
menyukai dasar yang berpasir dengan kedalaman sekitar 72 m dari permukaan laut. Spesies ini memiliki
karapas yang bening sehingga warna pada ovary dapat terlihat.

Penggolongan udang vanname menurut Dore dan Frimodt 1987 diacu dalam Muzaki 2004) adalah :

Filum : Anthropoda

Kelas : Crustacea

Subkelas : Eumalacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Penaidae

Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopnaeus vannamei

Bagian tubuh udang vanamei terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (chepalothorax)
dan perut (abdomen). Kepala udang vanamei terdiri dari antenula , antena, mandibula, dan sepasang
maxillae. Kepala udang vanamei juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2
pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped. Perut udang vanamei terdiri dar 6 ruas dan juga terdapat
pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama
telson. Sift udang vanamei aktif pada kondisi gelap dan dapat hidup pada kisaran salinitas lebar dan suka
memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat tapi terus menerus (continous feeder) serta
mencari makan lewat organ sensor. Spesies ini memiliki 6 stadia naupli, 3 stadia protozoa, 3 stadia mysis
dan stadia post larva dalam siklus hidupnya. Stadia post larva berkembang menjadi juvenil dan akhirnya
menjadi dewasa (Haliman 2005 diacu dalam Pranoto 2007). Udang vanamei juga mempunyai nama
F.A.O yaitu whiteleg shrimp, crevette pattes blanches, dan camaron patiblanco.

Udang vanamei dapat tumbuh sampai 230 mm/9 inchi (Dore dan Frimodt 1987 diacu dalam
Muzaki 2004). Udang vanamei menyukai dasar yang berpasir dengan kedalaman sekitar 72 m dari
permukaan laut (Dore dan Frimodt 1987 diacu dalam Muzaki 2004). Pada betina gonad pertama
berukuran kecil, berwarna coklat keemasan atau coklat kehijauan pada musim pemijahan Penaeus
vannamei, biasa juga disebut sebagai udang putih dan masuk ke dalam famili Penaidae. Anggota famili
ini menetaskan telurnya di luar tubuh setelah telur dikeluarkan oleh udang betina. Udang Penaeid dapat
dibedakan dengan jenis lainnya dari bentuk dan jumlah gigi pada rostrumnya. Penaeid vannamei
memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian dorsal (Anonim ,
2007). Penaeus vannamei memiliki karakteristik kultur yang unggul. Berat udang ini dapat bertambah
lebih dari 3 gram tiap minggu dalam kultur dengan densitas tinggi (100 udang/m2). Berat udang dewasa
dapat mencapai 20 gram dan diatas berat tersebut, Penaeus vannamei tumbuh dengan lambat yaitu
sekitar 1 gram/ minggu. Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang jantan (Wyban et al., 1991).

Penaeus vannamei memiliki toleransi salinitas yang lebar, yaitu dari 2 – 40 ppt, tapi akan tumbuh
cepat pada salinitas yang lebih rendah, saat lingkungan dan darah isoosmotik. Rasa udang dapat
dipengaruhi oleh tingkat asam amino bebas yang tinggi dalam ototnya sehingga menghasilkan rasa lebih
manis. Selama proses post-panen, hanya air dengan salinitas tinggi yang dipakai untuk mempertahankan
rasa manis alami udang tersebut. Temperatur juga memiliki pengaruh yang besar pada pertumbuhan
udang.

Penaeus vannamei akan mati jika tepapar pada air dengan suhu dibawah 15oC atau diatas 33oC
selama 24 jam atau lebih. Stres subletal dapat terjadi pada 15-22 oC dan 30-33oC. Temperatur yang
cocok bagi pertumbuhan Penaeus vannamei adalah 23-30oC. Pengaruh temperatur pada pertumbuhan
Penaeus vannamei adalah pada spesifitas tahap dan ukuran. Udang muda dapat tumbuh dengan baik
dalam air dengan temperatur hangat, tapi semakin besar udang tersebut, maka temperatur optimum air
akan menurun (Wyban et al., 1991).

Proses kawin alami pada kebanyakan udang biasanya terjadi pada waktu malam hari.Tetapi,
udang Penaeus vannamei paling aktif kawin pada saat matahari tenggelam. Spesies Penaeus vannamei
memiliki tipe thelycum tertutup sehingga udang tersebut kawin saat udang betina pada tahap intermolt
atau setelah maturasi ovarium selesai, dan udang akan bertelur dalam satu atau dua jam setelah kawin
(Wyban et al., 2005). Peneluran terjadi saat udang betina mengeluarkan telurnya yang sudah matang.
Proses tersebut berlangsung kurang lebih selama dua menit. Penaeus vannamei biasa bertelur di malam
hari atau beberapa jam setelah kawin. Udang betina tersebut harus dikondisikan sendirian agar perilaku
kawin alami muncul (Wyban et al., 1991).

Dalam usaha pemeliharaan larva udang vanname, perlu adanya pengetahuan tentang sifat udang
vanname, menurut Haliman, (2003), beberapa tingkah laku udang vanname yang perlu kita ketahui
antara lain :

a. Aktif pada kondisi gelap (sifat noktunal)

b. Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline)

c. Suka memangsa sesama jenis (sifat kanibal)

d. Tipe pemakan lambat, tapi terus-menerus (continuo feeder)

e. Menyukai hidup di dasar (bentik)

f. Mencari makanan lewat organ sensor (chemoreceptor)

2.3 Cara Budidaya Udang Vannamei

Pemeliharaan udang vannamei jauh lebih mudah dibanding udang windu. Hal ini yang
menyebabkan para petani tambak saat ini lebih memilih udang vannamei daripada udang windu.
Menurut Irawan (2012) pada awalnya udang windu memang menjadi komoditi utama udang. Setelah
pembudidayaan udang windu banyak mengalami permasalahan, sekarang pemerintah dan petambak
mencari terobosan baru untuk memecahkan permasalahan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut,
dilepas varietas udang vannamei yang diyakini bisa meningkatkan gairah pertambakan udang menjadi
prospektif kembali. Hal ini didukung dengan hasil budidaya udang vannamei pada lahan uji coba di
sejumlah daerah dengan produktivitas yang lebih tinggi dibanding varietas sebelumnya, misalnya udang
windu.

Cara pemeliharaan udang vannamei yang dibudidayakan di tambak

Persiapan Tambak

Menurut narasumber, tambak harus dibuat khusus untuk pembibitan yaitu sedalam 60 cm dengan kadar
asin dan pH yang sesuai. Sebelum memasukkan benih, tambak haruslah sudah dikeringkan.
Ditambahkan oleh WWF Indonesia (2014) persiapan yang perlu dilakukan pada tambak vannamei
meliputi:
Perbaikan konstruksi tambak diutamakan pada kondisi fisik pematang yang harus kuat dan tidak boleh
terdapat bocoran

Pengeringan dasar tambak bertujuan untuk memperbaiki kualitas tanah dasar tambakmaupun untuk
mematikan hama dan penyakitdi dasar tambak. Pengeringan dilakukan sampai tanah dasar terlihat
pecah-pecah/retak-retak (kandungan air 20%), warna cerah dan tidak berbau; atau bila dilakukan
pemeriksaan laboratorium kandungan bahan organik kurang dari 12%. Jika terdapat endapan lumpur
hitam di dasar tambak, harus diangkat dan dibuang ke luar petakan tambak. Untuk menghilangkan sisa
bau lumpur dapat digunakan cairan molase (tetes tebu).

Perbaikan pH lahan tambak dapat dilakukan dengan mengukur pH tanah pada beberapa titik yang
berbeda menggunakan alat ukur pH (pH soil tester). Pengapuran dilakukan untuk menaikkan pH minimal
6. Agar lebih akurat, dapat menggunakan pH fox (penambahan hidrogen peroksida sebanyak 5 tetes).
Jika perbedaan antara pH fresh dan pH fox lebih tinggi dari empat (4), maka harus segera dilakukan
reklamasi. Untuk memperbaiki pH tanah dapat digunakan kapur CaOH untuk pH tanah kurang dari 6
atau menggunakan CaCO3 jika pH telah lebih dari 6.

Pemilihan dan Penebaran Benih

Benih adalah salah satu faktor yang penting dalam budidaya udang karena jika ingin memperoleh hasil
panen yang baik benih udang harus dalam keadaan sehat, tidak cacat dan ukuran antar benih ikan
relative sama. Narasumber mendapatkan benih vannamei dari daerah Paciran, Situbondo, dan Tuban.
Benih dari daerah Situbondo lebih baik daripada benih daerah Paciran dan Tuban.

Penebaran benur dilakukan setelah air dalam tambak siap, ditandai dengan warna hijau cerah/cokelat
muda. Penebaran diawali dengan proses aklimatisasi suhu media angkut benur dengan cara
mengapungkan kantong plastik ke perairan tambak. Adaptasi salinitas dengan cara memasukkan air
tambak ke dalam kantong plastik secara bertahap, hingga salinitas air dalam kantong plastik relatif sama
dengan salinitas air di tambak. Pelepasan benur ke tambak dengan menenggelamkan kantong plastik ke
air tambak secara perlahan. Benur keluar dengan sendirinya ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar
dari kantong, dibantu pengeluarannya secara hati-hati.

Gambar proses penebaran benih yang benar menurut WWF Indonesia (2014)

Kualitas pakan dan cara pemberian pakan

Pakan merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh pembudidaya agar udang bisa tumbuh
dengan baik dan mendapatkan hasil panen yang memuaskan. Pakan yang baik adalah pakan yang
mengandung nutrisi lengkap, tidak rusak dan tidak berjamur. Sebaiknya menggunakan pakan dari
perusahaan yang telah memperoleh sertifikat dari Direktorat

Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB). Pakan disimpan pada tempat yang terlindung, kering, dan
bebas dari hewan pengganggu, seperti tikus, ayam dan serangga, karena dapat menyebabkan masuknya
patogen ke pakan. Pakan diberikan pada hari pertama penebaran, menyesuaikan dengan kebiasaan
udang yang telah diberi pakan secara teratur
setiap hari di hatchery. Pemberian pakan disesuaikan dengan ketersediaan pakan alami di tambak dan
kondisi kesehatan udang. Menurut narasumber pakan yang diberikan pada udang miliknya bernama
“flek”. Satu petak tambak dengan jumlah 100 rean udang cukup diberikan ± toples.

Panen

Narasumber yang kami temui memiliki usaha budidaya vannamei dalam bentuk bibit yang sudah cukup
dewasa. Narasumber memanen udang vannamei setiap 7-9 hari sekali pada tambak dan kemudian
disalurkan ke pembeli untuk budidaya lebih lanjut. Pembudidaya selanjutnya dapat memanen udang
setelah berumur dua setengah bulan. Cara memanen yang dilakukan narasumber yaitu menggunakan
jaring dengan lubang yang sangat kecil kemudian udang dimasukkan ke dalam plastik untuk dihitung
jumlahnya. Apabila ada pesanan untuk pemeliharaan air tawar, udang terlebih dahulu dimasukkan ke
dalam kolam adaptasi air tawar selama 24 jam. Pada kolam tersebut diberi aerator untuk menunjang
kehidupan udang.

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Habitat asli udang Vannamei adalah di perairan pantai dan laut yang ada di Pantai Pasifik Barat
Amerika Latin. Udang vaname yang masuk ke Indonesia sebagian berasal dari Nikaragua dan sebagian
lagi berasal dari Meksiko. Pada awalnya pemerintah memberi izin bagi dua perusahaan untuk
mengimpor udang vaname sebanyak 2.000 ekor induk dan 5 juta ekor benur dari Hawaii dan Taiwan,
pada saat itu pemerintah juga memberikan izin untuk mengimpor lagi 300 ribu ekor benur dari daerah
asalnya di Amerika Latin.

2. Dalam usaha pemeliharaan larva udang vanname, perlu adanya pengetahuan tentang sifat udang
vanname, menurut Haliman, (2003), beberapa tingkah laku udang vanname yang perlu kita ketahui
antara lain :

a. Aktif pada kondisi gelap (sifat noktunal)

b. Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline)

c. Suka memangsa sesama jenis (sifat kanibal)

d. Tipe pemakan lambat, tapi terus-menerus (continuo feeder)

e. Menyukai hidup di dasar (bentik)

f. Mencari makanan lewat organ sensor (chemoreceptor)

Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Alat pencernaan berupa
mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak
di bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala – dada di
kedua sisi abdomen. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat eksresi
disebut kelenjar hijau yang terletak di dalam kepala.

3. Cara pemeliharaan udang vannamei lebih mudah dibanding udang windu karena udang vannamei
lebih tahan terhadap penyakit. Pemeliharaan untuk budidaya dibedakan menjadi 4 tahap yaitu,
persiapan kolam, pemilihan dan penebaran benih, kualitas dan pemberian pakan, dan panen.

Penggunaan pakan yang efisien dalam usaha budidaya sangat penting kerena pakan merupakan
faktor produksi yang paling mahal (Haryanti,2003). Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi
dan perbaikan efisiensi penggunaan pakan tambahan perlu dilakukan guna menigkatkan produksi hasil
perikanan budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta meminimalkan produksi limbah pada
media budidaya, sehingga dapat tercipta budidaya udang yang berkelanjutan (Adiwidjaya et al, 2005).
Pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan apa, berapa banyak, kapan,
berapa kali, dimana ikan/udang diberi pakan
DAFTAR PUSTAKA

Andryan R. 2007. Vitamins and Nutrition is very important for human body.
http://www.geocities.com/andryan_pwt/foodsecret.html?20097 [dia kses pada tanggal 7 Juni 2009].

Ariawan, K., dkk., 2005. Peningkatan produksi udang merguiensis melalui optimasi dan
pengaturan oksigen. Laporan Tahunan. Balai Besar Pengembangan. Budidaya Air Payau. Jepara.

Briggs M., Simon F.S., R. Subasinghe, and M. Phillips. 2004. Introduction and movement of Penaeus
vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and the Pacific. FAO-UN. Bangkok.

Cherian, G. and J. S. Sim. 1994. Omega-3 Fatty Acid Enriched Eggs as a Source of Long Chain
Omega-3 Fatty Acids for the Developing infant. In: Sim, J.S. and S. Nakai (Eds.). Eggs Uses and Processing
Technologies. CAB International, Canada.

Djanarko SB. 2008. Pemanfaatan Limbah Kepala Udang Vannamei (Lithopenaeus vannamei) Dalam
Bentuk Serbuk ”Flavor” Udang.
http://simonbwidjanarko.wordpress.com/2008/12/19/pemanfaatan- limbah-kepala-udang-
vannamei-lithopenaeus-vannamei-dalam-bentuk- serbuk-”flavor”-udang/ [diakses pada tanggal 6
Juni 2009].

Muzaki A. 2004. Produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada saat penebaran berbeda di
tambak biocrete [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ‘’Teknik Biakan Murni’’

November 02, 2017

Gambar

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ‘’Teknik Biakan Murni’’ Oleh :

NAMA : ARMIN STAMBUK :Q1B115011

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS
HALU OLEO

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah tentang mikroba dimulai dengan ditemukannya mikroskop
oleh Leeuwenhoek (1633-1723).Mikroskop temuan tersebut masih sangat sederhana, dilengkapi satu
lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang
perbesarannya antara 50-300 kali.

BACA SELENGKAPNYA

LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN ORGANOLEPTIK “Uji Sensori Ikayaki Otak-Otak Cumi-Cumi (Loligo sp)
dengan Menggunakan Metode Analitik Tipe Sensori”

Oktober 29, 2017


Gambar

LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN ORGANOLEPTIK

“Uji Sensori Ikayaki Otak-Otak Cumi-Cumi (Loligo sp) dengan Menggunakan Metode Analitik Tipe
Sensori”

OLEH NAMA : ARMIN STAMBUK : Q1B1 15 011


KELAS : THP-A

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS
HALU OLEO 2017

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uji kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang
panelisnya mengemukakan responnya yaitu berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji.
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan
diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-
sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut.
Pengindraan dapat juga berart…

BACA SELENGKAPNYA

Laporan Praktikum Pengasapan dan Abon Ikan

Oktober 29, 2017

Gambar

Tugas Individu TEKNIK PROSES PERIKANAN “Pembuatan Abon Ikan dan Pengasapan”

Oleh : ARMIN Q1B115011

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS
HALU OLEO KENDAR 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber
protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Pada tahun
2011, capaian sementara rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional adalah 31,64 kg/kapita. Rata rata
konsumsi ikan per kapita nasional pada tahun 2011 meningkat sebesar 3,81 persen apabila
dibandingkan dengan rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional pada tahun 2010, yakni sebesar 30,48
kg/kapita. Abon ikan adalah jenis makanan awetan yang terbuat dari ikan laut yang diberi bumbu,
deiolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk lembut,
rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya awet yang relatif lama (Warintek, 2014). Abon adalah
salah satu produk olahan ternak ya…

BACA SELENGKAPNYA

Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh Galeries

JASMERA

KUNJUNGI PROFIL

Arsip

Laporkan Penyalahgunaan

Tn.ArminRano

Anda mungkin juga menyukai