Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH

MIKROBIOLOGI AKUATIK

APLIKASI PROBIOTIK

NAMA
NIM

: RUTH BARANA
: L22115003

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016

APLIKASI PROBIOTIK PADA BUDIDAYA


UDANG VANAME SUPER INTENSIF
I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sektor perikanan memilki banyak komoditas yang bernilai ekonomis tinggi

terutama udang dan merupakan salah satu komoditas penghasil devisa negara.
Komoditi, ini dilaris baik dipasar domestik maupun dipasar internasional sehingga
dari segi budidaya, budidaya perikanan memberikan banyak peluang yang sangat
potensial untuk usaha dan wirausaha. Indonesia pernah mengalami masa
keemasan dalam bidang budidaya udang yaitu pada pada waktu yaitu pada waktu
udang windu masih mudah dipelihara.
Penggunaan probiotik dalam budidaya terbukti dapat meningkatkan
resistensi organisme yang dibudidayakan (udang) terhadap infeksi, karena itu
pengguanaan probiotik merupakan merupakan salah satu cara preventif yang
dapat mengatasi penyakit. Probiotik adalah mikroorganisme hidup sengaja
dimasukkan kedalam tambak untuk memberikan efek menguntungkan bagi
kesehatan udang.
Melihat kenyataan

diatas,

maka

penulis

tertarik

untuk

melakukan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM)di Tambak Supra


Intensif

PT.

Esaputlii

Prakarsa

Utama

Barru dengan judul

Tugas

Akhir Penggunaan Probiotik pada Pembesaran Udang Vaname (L. vannamei) di


Tambak Supra Intensif.
1.2

Tujuan dan Kegunaan


Tujuan penulisan tugas akhir dengan judul Penggunaan Probiotik pada

Pembesaran Udang Vaname (L. vannamei) di Tambak Supra Intensif PT. Esaputlii
Prakarsa Utama Barru untuk menambah pengetahuan dalampenggunaan
probiotik dan mengetahui reaksi probiotik pada pembesaran udang vaname.
Kegunaan yang dapat diperoleh adalah untuk menambah wawasan
tentang penggunaan probiotik sehingga nantinya pengetahuan yang diperoleh

dapat diterapkan dalam rangka membuka peluang usaha setelah menyelesaikan


studi pada Jurusan Budidaya Perikanan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Deskripsi Udang Vaname


Udang vaname (L. vannamei) merupakan salah satu jenis udang yang

memilki pertumbuhan cepat dan tidak rentang terkena penyakit, namun ukuran
yang dicapai pada saat dewasa lebih kecil dibandingkan udang windu
(Penaeus monodon), habitat aslinya adalah di perairan Afrika, tetapi spesies ini
hidup dan tumbuh dengan baik diindonesia. Dipilihnya udang vaname ini
disebabkan beberapa faktor yaitu; (1) sangat diminati pasar Afrika, (2) lebih tahan
terhadap penyakit dibanding udang lainnya, (3) pertumbuhan lebih cepat dalam
budidaya, (4) mempunyai toleransi terhadap paramater lingkungan (Haliman dan
Adijaya, 2005).
Udang vaname termasuk genus Penaeus, namun yang membedakan dengan
genus Penaeus lain adalah mempunyai sub genus litopenaeus yang dicirikan oleh
bentuk thelicum terbuka tapi tidak ada tempat untuk menyimpan sperma. Ada dua
spesies yang termasuk sub genus litopenaues yakni L. vannamei dan Litopenaeus
stylirostris.
2.2

Klasifikasi Udang Vaname


Menurut Wiban dan Sweeny, 1991 menyatakan bahwa klasifikasi udang

vaname adalah sebagai berikut :


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Anthropoda

Class

: Crutasea

Sub Class

: Malacostraca

Series

: Eumalacostraca

Superorder

: Eucarida

Ordo

: Decapoda

Sub Ordo

: Dendrobranchiata

Infra Ordo

: Panaeidea

Super Family

: Penaeioidea

Family

: Penaeidea

Genus

: Penaeus

Sub Genus

: Litopenaeus

Spesies

: Litopenaeus vannamei

Udang vaname termasuk crustase dalam ordo decapoda dimana di dalamnya


juga termasuk udang, lobster dan kepiting. Dengan kata lain decapoda dicirikan
mempunyai 10 kaki, carapace berkembang baik menutup seluruh kepala. Udang
vaname berbeda dengan decapoda lainnya.
2.3

Morfologi
Morfologi adalah bentuk atau bagian luar dari organisme. Ciri ciri khusus

udang ini berbeda dengan lainnya yaitu penampakan luar berwarna putih
transparan disertai warna agak kebiruan, (karena kromathopor dominan berwarna
biru)

yang

terpusat

pada

bagian

ekor

dan

kaki

renangnya (Haliman dan Adijaya, 2005).


Selanjutnya dikatakan, tubuh udang ini terbentuk dalam 2 cabang
(biromous) yaitu exopodite dan endopodite. Udang vaname (L. vannamei)
memiliki tubuh yang bungkuk dan aktifitas pergantian kulit (moulting) pada
bagian tubuh sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan berbagai
keperluan aktivitas. Morfologi udang vaname dapat dilihat pada
2.4

Penyebaran dan Habitat


Penyebaran dan habitat berbedabeda tergantung dari persyaratan hidup dari

tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Pada umumnya udang vaname dapat


ditemukan di perairan lautan Pasifik mulai dari Meksiko, Amerika Tengah, dan
Selatan dimana temperatur perairan tidak lebih dari 20 C sepanjang tahun.
Udang vaname bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut, Adapun
habitat yang disukai oleh udang adalah dasar laut lumer (soft) yang biasanya
campuran lumpur dan pasir. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sesuai
bagi udang sebagai tempat perlindungan dan mencari makan (Trycahyo,
1995 dalam Naharuddin, 2008).
2.5

Siklus Hidup
Udang vaname bersifat noctural, yaitu melakukan aktifitas pada malam

hari. Proses perkawinan ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada
saat loncatan tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat bersamaan,

udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu.
Proses perkawinan berlangsung sekitar 1 menit (Haliman dan Adijaya, 2005).
Selanjutnya dikatakan, sepasang udang vaname dapat menghasilkan
100.000-250.000 butir telur yang menghasilkan telur yang berukuran 0,22 mm
Siklus hidup udang vaname meliputi stadia nauplius, stadia zoea, stadia mysis,
dan stadia postlarva.
2.6

Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan


Menurut (Haliman dan Adijaya, 2005), udang merupakan golongan hewan

omnivora atau pemakan segala. Beberapa sumber pakan udang antara lain udang
kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polyhaeta, larva kerang, dan lumut. Udang
vaname mencari dan mengidentifikasi pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa
getaran

dengan

bantuan

organ

sensor

yang

terdiri

dari

bulu-bulu

halus (setae) yang terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit,
antena, dan maxilliped. Untuk mendekati sumber pakan, udang akan berenang
menggunakan kaki jalan yang memiliki capit.

Pakan langsung dicapit

menggunakan kaki jalan, kemudian dimasukkan ke dalam mulut. Selanjutnya,


pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan dan osephagus. Bila
pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara kimiawi
terlebih dahulu oleh maxilliped didalam mulut.
2.7

Komposisi dalam Penggunaan Probiotik

Vitamin
Vitamin secara umum dikenal sebagai senyawa organik yang diperlukan
dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting artinya untuk perbaikan, pertumbuhan,
reproduksi dan kesehatan udang. Beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan udang
antara lain; vitamin A, vitamin D3, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin
B12 dan vitamin C (Khairul dan Iskandar, 2008).
Dedak
Bahan dedak ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang
paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras,
dengan kandungan gizi: Protein = 11,35%, Lemak = 12,15%, Karbohidrat = 28,62

%, Abu = 10,5%, Serat kasar = 24,46%, Ai r= 10,15%, Nilai ubah = 8 dan dedak
halus ini menyediakan karbodidrat bagi bakteri untuk tumbuh.
Molases
Molases adalah salah satu hasil samping pabrik gula yang memiliki
kandungan sukrosa sekitar 30 % disamping gula reduksi sekitar 25 % berupa
glukosa dan fruktosa (Hadi, 2000). Molases merupakan sirup terakhir dari nira
yang telah mengalami pengolahan di pabrik gula dan telah dipisahkan gulanya
melalui kristalisasi berulang sehingga sudah tidak mungkin lagi menghasilkan
kristal gula dengan cara kristalisasi konvensional. Molases biasanya dimanfaatkan
sebagai bahan kultur bateri bacilus sp selain itu juga sebagai bahan baku proses
fermentasi dan isolasi bahan-bahan non-gula. Sukrosa dalam tetes tebu tidak dapat
lagi dikristalisasi secara konvensional karena adanya pengotor dan viskositas tetes
tebu yang sangat tinggi. Molasses dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan berbagai macam produk antara lain penyedap rasa, alkohol, pakan
ternak dan lain-lain.
Molases juga dapat digunakan sebagai media fermentasi dalam pembuatan
biosurfaktan dan dapat digunakan pada saat meakukan pencampuran pakan
sebelum ditebar i tambak yang merupakan makanan bagi bakteri bacillus sp yang
ada

ditambak.

Penggunaan molases sebagai

substrat

dalam

pembuatan

biosurfaktan telah banyak diteliti. Menggunakan tetes tebu (molasses) sebagai


sumber karbon menghasilkan biosurfaktan jenis rhamnolipid. juga telah berhasil
menggunakan molasses untuk memproduksi biosurfaktan dan menunjukkan
bahwa

produksi

biosurfaktan

bertambah

dengan

meningkatnya

konsentrasimolasses. (Nitschke, et al, 2004) telah berhasil memanfaatkan limbah


cair tapioka (manipueira), whey susu, dan tetes tebu (molasses) sebagai substrat
oleh B. Subtilis menghasilkan surfaktan yang mempunyai sifat lipopeptida, jenis
surfaktin.
2.8

Cara Penggunaan Probiotik


Probiotik adalah penggunaan mikroba hidup yang menguntungkan saluran

pencernaan hewan untuk meningkatkan kesehatan inangnya. Jadi lebih difokuskan


pada hewan/inangnya. Sejalan dengan kemajuan tehnologi, probiotik juga
dimanfaatkan dalam akuakultur. Probiotik adalah penggunaan bakteri atau
mikroba menguntungkan untuk meningkatkan kesehatan ekosistem tambak,

kesehatan udang maupun meningkatkan sistem imun dari inang (udang) dan
mengendalikan/menghambat mikroba patogen.
Menurut (Poernomo, A, 2004) probiotik adalah mikroorganisme yang
memiliki kemampuan mendukung pertumbuhan dan produktifitas udang.
Penerapan probiotik pada udang selain berfungsi untuk meyeimbangkan
mikroorganisme dalam pencernaan agar tingkat serapannya tinggi, probiotik juga
bermanfaat menguraikan senyawa-senyawa sisa metabolisme dalam air . Sehingga
probiotik dapat berfungsi sebagai bioremediasi, biokontrol, imunostimulan serta
memacu pertumbuhan.
Probiotik adalah mikroba yang merupakan bahan tambahan di perairan
(Moriarty, 1998). Umumnya bakteri probiotik terdiri dari bakteri nitrifiying dan
atau bakteri heterotrofik. Bakteri heterotrofik adalah bakteri yang mengkonsumsi
oksigen untuk menghasilkan karbodioksida dan amoniak pada saat proses
oksidasi. Sedangkan bakteri autrofik nitrtiying mengkonsumsi oksigen dan
karbondioksida pada saat oksidasi amoniak dengan produk akhirnya nitrat.
Penggunaan probiotik (kultur tunggal atau multikultur), antara lain
meningkatkan kualitas air dan dasar tambak, meningkatkan kesehatan udang dan
sebagai agent hayati (biological control agents) untuk mengendalikan berbagai
penyakit pada tambak. Probiotik adalah mikroorganisme hidup non phatogen yang
diberikan pada hewan untuk perbaikan laju pertumbuhan, efesiensi konsumsi
ransum dan kesehatan hewan. Selain itu dijelaskan bahwa probiotik adalah feed
additive berupa mikroba hidup menguntungkan yang mempengaruhi induk
semang melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran
pencernaan. Probiotik dapat berupa satu atau beberapa jenis mikroorganisme
(mikroorganisme tunggal atau kultur campuran).
Cara penggunaan probiotik adalah ; apabila diberikan di kolom air yang
aerobik sebaiknya diencerkan dulu dengan air tambak, kemudian ditebar merata
(untuk perbaikan kualitas air). Sedangkan apabila diberikan di dasar tambak,
penggunaannya dicampur dengan subtrat pembawanya misal dengan zeolit,
caranya tuang zeolit ke dalam bak plastik campur dengan probiotik, aduk hingga
merata dan tebarkan campuran tersebut di tambak terutama dibagian yang banyak
endapan lumpur. Probiotik dapat juga digunakan dengan dicampur dengan pakan
buatan, keringkan sebentar lalu menebarkan pakan tersebut.

2.9

Pengaruh Pemberian Probiotik


Pengaruh penggunaan probiotik adalah untuk aplikasi probiotik rutin dengan

sistem sedikit ganti air mempunyai pH cenderung tinggi, NH3 dan H2S relatif
rendah, kecerahan lebih pekat, suhu, salinitas, warna air, DO, pH, memenuhi
kebutuhan hewan yang dibudidayakan. Penggunaan probiotik pada usaha
budidaya ikan dan udang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia dan
antibiotik, berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan, FCR
dan produksi ikan serta udang.
Menurut (Simarmata, 2006) mekanisme penggunaan probiotik dalam
meningkatkan kualitas air, kesehatan udang dan pengendalian secara biologis
dapat diringkas sebagai berikut :
Menguraikan senyawa toksis (detoksifikasi) dalam ekosistem tambak, terutama
NH3 , NO2- dan H2S dan menguraikan timbunan bahan organik dan detritus pada
dasar tambak.
Antagonisme yaitu mikroba tersebut menghasilkan suatu senyawa yang dapat
menghambat pertumbuhan patogen.
Kompetisi yaitu mikroba probiotik berkompetisi dengan mikroba patogen
dalam memanfaatkan faktor tumbuh.
Immunostimulan yaitu mikroba probiotik meningkatkan sistem imun dari
inang atau organisme menguntungkan dalam ekosistem tambak.
Meningkatkan

status

nutrisi

yaitu

mikroba

probiotik

meningkatkan

ketersediaan hara dan penguraian hara pada inang.


Beberapa penelitian tentang penggunaan probiotik dalam budidaya udang
antara lain; hasil penelitian Widanarni bertujuan mencari bakteri pembunuh yang
alami. Ia menemukan adanya kompetisi antara Vibrio harveyi dengan bakteri
probiotik. Kondisi ini terjadi saat Vibrio harveyi hendak melekatkan diri ke tubuh
udang. Bakteri probiotik tersebut menurut Widanarti bisa diperoleh dengan cara
menapisnya (screning) dari bakteri Vibrio juga, yang jenisnya adalah probiotik
SKT-b kepanjangan dari Skeletonema. Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa
kelangsungan hidup larva udang windu dengan penambahan probiotik SKT-b
menjadi lebih besar (93%) dibandingkan tanpa SKT-b (68%). Penambahan
probiotik SKT-b ternyata berhasil mengurangi populasi Vibrio harveyi di saluran
pencernaan larva udang (Widanarti, 2005).

Sementara itu (Murtiati dkk, 2006) melakukan penelitian tentang


penggunaan probiotik pada udang galah menjelaskan bahwa kolam perlakuan
dengan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik EM4 (B) maupun MBPI (C)
memberikan pengaruh yang baik pada peningkatan kadar oksigen terlarut, yaitu
pada kolam perlakuan ikan bandeng dan EM4 konsentrasi tertinggi mencapai 8,24
mg/l dan pada kolam perlakuan ikan bandeng dan MBPI 5,89 mg/l. Pada
penelitian yang sama diketahui juga bahwa dengan penggunaan probiotik dapat
menurunkan konsentrasi kandungan ammonia dan nitrit pada dasar tambak.
Lingkungan yang bersih bebas dari timbunan sisa-sisa penguraian bahan
organik (Ammonia, nitrit dan asam sulfida) serta kaya akan oksigen akan sangat
membantu

pertumbuhan

udang

dan

menjaga

kesehatan

udang

selama

pemeliharaan. Tehnik aplikasi penggunaan probiotik dalam budidaya udang


biasanya dilakukan pada saat persiapan lahan. Setelah pemberian probiotik pada
saat persiapan lahan maka probiotik dapat kembali diberikan setelah benur
ditebarkan, dan sebaiknya diberikan secara rutin.
2.10 Penggunaan Probiotik pada Parameter Kualitas Air
Menurut (Murtiati et al, 2006) melaporkan bahwa penggunaan probiotik
memberikan pegaruh yang cukup baik dibandingkan dengan kontrol (tanpa
probiotik) terhadap kondisi kaulitas air serta mampu mendukung pertumbuhan
udang vaname. Hal yang sama juga diperoleh pada penelitian (Badjoeri dan
Widianto, 2008) bahwa penelitian bakteri nitrifikasi denitrifikasi berpengeruh
positif terhadap perbaikan kondisi kuaitas air ditambak, pertumbuhan, dan
produksi udang vaname. Konsentrasi kualitas air yang tidak stabil akan
berpengaruh besar bagi udang vaname. Oleh karena melihat kenyataan ini maka
dengan adanya penggunaan probiotik membantu petambak dalam memperbaiki
kualias airnya.
2.11 Peranan Probiotik dalam Budidaya
Peranan bakteri probiotik sebagai kontrol biologis pada sistem budi daya
adalah (1). Menekan pertumbuhan bakteri patogen (2.) Mempercepat degradasi
bahan organik dan limbah (3). Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial (4).
Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan pada
tanaman, misal Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut pospat. (5). Memfiksasi
nitrogen (6.) Mengurangi pupuk dan pestisida.

Bahan organik ini dapat digunakan secara langsung oleh fitoplankon dalam
air untuk kelangsungan hidupnya. Fitoplankton makanan bagi zooplankton,
sehingga jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan tersebut menjadi
subur. Zooplankton merupakan pakan alami bagi sebagian besar larva ikan,
termasuk larva. Dengan demikian maka ketersediaan pakan alami bagi ikan akan
tetap terjaga.
Pemberian probiotik melalui lingkungan (air dan dasar tambak) bertujuan
Memperbaiki serta mempertahankan kualitas air dan dasar tambak, mengoksidasi
senyawa organic sisa pakan, kotoran udang, plankton dan organisme mati,
menurunkan senyawa metabolit beracun (ammonia, nitirt , H2S), mempercepat
pembentukan dan kestabilan plankton, menurunkan pertumbuhan bakteri yang
merugikan, penyedia pakan alami dalam bentuk flok bakteri dan menumbuhkan
bakteri pengurai. Sedangkan pemberian bakteri melalui pakan bertujuan :
Menyeimbangkan fungsi usus sehingga mampu menekan bakteri yang merugikan,
menghasilkan enzim yang membantu sistem pencernaaan makanan, mengandung
protin yang dapat dimanfaatkan oleh ikan dan udang yang memekannya, dan
meningkatkan kekebalan tubuh udang dan ikan.
Probiotik dapat dibagi 2 kelompok yaitu ; bentuk cair merupakan mikroba
dalam bentuk suspensi (inokulan tunggal maupun multikultur) antara lain
Lactobacillus, Bacillus sp, Nitrobacteria dan bentuk padat yaitu mikroba
diinokulasi (tunggal atau multikultur) dalam media carier. (Simarmata, 2006).
Hubungan Kondisi Di Tambak dengan Jenis Bakteri Probiotik:
Bagian Atas air dalam kondisi aerob kelompok bakteri aerob
Bagian Dasar Tambak Air umumnya kekurangan Oksigen (Anaerob) kelompok
bakteri anaerob
bakteri pengendali pertumbuhan plankton.

III METODOLOGI
3.1.

Waktu dan Tempat


Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja

Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan selama bulan Februari sampai


Mei 2015 di Tambak Supra Intensif PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru.
3.2.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan tugas

akhir ini adalah sebagai berikut :


3.2.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara mengamati, menghitung, atau mengukur
secara langsung pada saat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan aplikasi
probiotik dan wawancara langsung dengan pembimbing lapangan.
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara penelusuran literatur dan pustaka yang
relevan dengan judul Tugas Akhir sebagai penunjang dari data primer.
3.3

Analisa Data

ADG (Average Daily Gain) adalah Pertambahan berat harian dengan rumus
ADG (g/hari) : MBW (g)2-MBW (g)1
DOC
Biomassa adalah Jumlah total berat udang yang ada di tambak (kg) dengan
rumus Biomassa (kg): pupulasi (ekor) x MBW (g)
1000
ABW (Average Body Weight) ABW adalah Berat rata rata udang/ekor dengan
rumus ABW (g): biomassa (kg)
Populasi (ekor)
FCR (Feed Convertion Ratio) adalah Perbandingan antara jumlah pakan yang
digunakan dengan berat udang yang dihasilkan dengan rumus
Jumlah pakan yang habis (Kg)
Biomassa udang (kg).

Size :1000
MBW
SR (Survival Rate) adalah Tingkat kelangsungan hidup udang dengan rumus
SR : Jumlah udang yang hidup (kg) x 100%
Jumlah tebar

3.4

Alat dan Bahan

3.4.1 Alat
Dalam kegiatan pembesaran udang vaname di PT. Esaputlli Prakarsa Utama
Barru secara supra intensif ini perlu ditunjan dengan peralatan yang relevan yang
akan digunakan untuk budidaya agar membantu berjalanya suatu kegiatan
pembesaran

udaang

vaname. Alat merupakan sesuatu

yang

digunakan dari

kegiatan persiapan lahan sampai pada kegiatan akhir budiaya udang


(panen). Peralatan yang digunakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan selama pemeliharaan udang vaname pada
intensif PT. Esaputli Prakarsa Utama Barru.

tambak

No
Alat
1. Tambak

Spesifik
6.000 m2

2.

Jala lempar

2 meter

3.

Kincir

4.

Ember dan gayung

5.

Anco

6.

Pipa Paralon

7.

Do Meter

8.

pH meter

9.

Hand
refractometer

10
.

Timbangan

Jaring kondom,
11. Karung, Papan
Tarik, dan tali
12
Seser
.
13
Aerator
.
14
Timbangan
.
15
Keranjang / Basket
.
16
Pompa
.
17
Genset
.
18
Papan
.
19 Batu, Pasir, dan
. Semen
20 Patok, obeng, palu,
. dan kabel

4.2.2 Bahan

1 Hp
8 inch

80 cm
-

Kegunaan
Sebagai wadah budidaya
Digunakan dalam
pengambilan sampling
Digunakan untuk mengsuplai
oksigen
Sebagai tempat pakan dan
pengaporitan
Digunakan untuk mengontrol
pakan dan kesehatan
Untuk mendistribusi air ke
saluran Prime, Sekunder, dan
Tersier
Digunakan untuk mengukur
oksigen terlarut dan suhu
Digunakan untuk mengukur
pH tanah tambak
Digunakan untuk mengukur
salinitas
Digunakan untuk menimbang
pakan
Digunakan yang digunakan
untuk memanen udang
Digunakan untuk
pengangkatan lumut
Digunakan untuk pengaktifan
probiotik
Untuk menimbang pakan
Digunakan untuk tempat
udang
Digunakan untuk pengisian
dan pengeluaran air
Digunakan untuk penghasil
listrik
Sebagai dinding pada pintu
monik
Sebagai pembuat pintu
monik
Sebagai pembantu dalam
setting kincir

Bahan adalah sesuatu yang digunakan yang habis pakai. Adapun bahan
yang digunakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan selama pemeliharaan udang vaname pada tambak
Intensif PT. Esaputlii prakarsa utama barru
Bahan
Kegunaan
Organisme yang
1. Udang vaname
800.000
dibudidayakan
Kapur dolomit
2.
Meningkatkan alkalinitas
(CaMg(CO3)2)
Kapur kaptan
3.
Meningkatkan pH air
(CaCO3)
Menguraikan bahan organik
Probiotik(aquazym
5.
pada tambak dan
)
memperbaiki kualitas air
Sebagai bahan probiotik
8. Molases
untuk penumbuhan bakteri
yang dikultur
9. Kaporit
Menetralisir air
10
Sebagai pakan udang dalam
Pakan buatan
.
proses pemeliharaan
Membunuh hama (ikan)
11. Saponim
yang ada dalam tambak

3.3

Prosedur Kerja
Prosedur kerja penebaran probiotik bacillus sp pada pada pembesaran udang

vaname di tambak supra intensif adalah sebagai berikut :


Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan
Drum di isi dengan air
Molases dimasukkan kedalam teco kemudian dimasukkan agi kedalam drum
Timbang aquazym lalu dimasukkan kedalam drum,
Kemudian timbang susu bubuk lalu masukkan kedalam drum
Aduk secara merata
Aerasi dimasukkan dalam drum
Ketika air hampir penuh, kemudian ditutup dengan karung bekas dan di ikat
dengan karet.
Setelah kultur dilakukan selama 24 jam, penebaran dilakukan dalam wadah
budibaya.
Prosedur kerja penebaran probiotik lactobacillus sp pada pada pembesaran
udang vaname di tambak supra intensif adalah sebagai berikut :

Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan


Drum di isi dengan air
Molases dimasukkan kedalam teco kemudian dimasukkan agi kedalam drum.
Timbang power lac lalu dimasukkan kedalam drum, kemudian timbang
sodium lalu masukkan kedalam drum plastik
Lalu diaduk secara merata, aerasi dimasukkan dalam drum
Ketika air hampir penuh, kemudian ditutup dengan karung bekas dan di ikat
dengan karet.
Setelah kultur dilakukan selama 24 jam, penebaran dilakukan dalam wadah
budibaya
Prosedur kerja penebaran probiotik (fermentasi) sp pada pada pembesaran
udang vaname di tambak supra intensif adalah sebagai berikut :
Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan
Air dari wadah tambak di timbah, kemudian dimasukkan kedalam drum
Dedak dimasukkan kedalam drum, kemudian ditambahkan molases
Setelah itu ditambahkan lagi fermipan, kemudian aduk secara merata
Drum yang sudah aduk ditutu dengan karung bekas kemudian di ikat dengan
karet ban
Setelah 24 jam dikultur fermentasi ditebar kewadah budidaya udang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1

Pertumbuhan Populasi Bakteri


Hasil

pengamatan

pertumbuhan

bakteri

menguntungkan

dan

bakteri vibrio sp yang diperoleh selama budidaya pembesaran udang vaname


secara supra intensif pada tambak beton dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Pertumbuhan populasi bakteri menguntungkan dan bakteri vibrio sp
Bakteri Menguntungkan
Bakteri Vibrio Sp
Umur Udang
(cfu/ml)
(cfu/ml)
Perisiapan
4000
510000
Persiapan
260000
9700
4 hari
220000
2200
11 hari
410000
23000
18 hari
650000
10
25 hari
130000
310
32 hari
17000
260
39 hari
17000
10
46 hari
7000
310
53 hari
95000
950
60 hari
8000
240
67 hari
120000
2300
74 hari
36000
1500

81 hari
88 hari
95 hari
102 hari

150000
110000
94000
6000

3700
2600
3800
3000

Sumber : PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru


Kepadatan populasi bakteri vibrio sp terhadap udang vaname ditamabak
supra intensif adalah 10-510.000 cfu/ml. Pada awal persiapan, kepadatan
popuasi vibri sp tinggi di sebakan awal pemeliharaan penebaran probiotik masih
kurang

unuk

menekan

pertumbuhan vibrio sp

(tabel

3).

Kisaran

kepadatan vibrio sp yang optimal bagi budidaya udang adalah 101 cfu/ml
(Sumarwan, 2009). Keberadaan bakteri vibrio sp harus dikontrol karena
organisme ini patogen yang meyebabkan penyakit vibriosis pada udang, untuk
menekan bakteri vibrio pada budidaya maka dilakukan penebaran probiotik setiap
hari. Pertumbuhan bakteri menguntungkan

selama pemeliharaan dengan

kepadatan 4000-410.000 cfu/ml. Hal ini menunjukkan kondisi normal suatu


budidaya udang terhadap penekanan bakteri vibrio sp keberadaan bakteri non
patogen seperti bacillus sp sangat berperan penting dalam mempercepat proses
penguraian bahan organik dalam tambak dan membantu menyediakan
pembentukan nutrien bagi plakton serta mampu menjaga kualitas air lingkugan
tambak dan kandungan bakteri bacillus sp yang baik bagi udang

adalah

109 cfu/ml (Sumarwan, 2009).


4.2

Pengaruh Pemberian Probiotik Terhadap Produktivitas


Produksi udang vaname yang diperoleh selama budidaya pembesaran udang

vaname secara supra intensif pada tambak beton dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Produksi Udang Vaname pada Tambak Budidaya
Luas Jmlh
Total
Bobot Size
SR
Biomassa Jmlh
FCR
(m2) tebar
panen
(g)
(ekor/kg) (%) (kg)
pakan(kg)
(ekor)
2.300 800.000 16,843 15,07 66,357
86 12,056
24,522
1,45
Sumber : PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru
Produktivitas tambak yang diperoleh menunjukkan bahwa SR sebesar 86 %
dengan FCR 1, 45. konversi pakan atau food convertion ratio (FCR) udang
vaname sebesar 1,3-1,4 (Supono, 2008). Kandungan protein untuk udang vaname
relatif lebih mudah dibandingkan udang windu. Udang vaname membutuhkan
pakan dengan kadar protein 20-35%, dengan menggunakan pakan berkadar

protein rendah maka biaya untuk pembelian pakan lebih kecil sehingga dapat
menekan biaya produksi.
Sebagaimana yang diketahui pakan yang digunakan dalam budidaya udang
memiliki kandungan protein tinggi. Pakan yang diberikan tidak seluruhnya
mampu diasimilasi oleh tubuh udang. Hanya sebagian saja yang mampu
diasimilasi kedalam tubuh sedangkan sisanya terbuang keperairan dalam bentuk
sisa pakan dan buangan metabolisme. Sisa pakan dan buangan metabolisme itu
menjadi suatu masalah pada tambak udang karena unsur protein yang terlarut akan
segera membentuk amoniak yang berbahaya bagi organisme yang dibudidayakan
khususnya udang vaname sehingga aplikasi probiotik rutin dilakukan untuk
menguraikan sisa-sisa pakan yang tidak termakan oleh udang .
Salah satu jenis probiotik yang digunakan dalam budidaya pembesaran
udang vaname di tambak supra intensif adalah jenis bacillus sp. Bakteri ini adalah
salah satu bakteri yang mampu membentuk bioflok. Bacillus sp memiliki banyak
manfaat terutama dalam menghasilkan berbagai enzim, seperti enzim amilase dan
enzim protease, termasuk subtilisin. Berkembangnya bakteri bacillus sp disertai
dengan berkembangnya bakteri nitrifikasi sehingga mampu mengurangi amoniak
(NH3) yang ada didalam tambak. Bakteri nitrifikasi berperan mengubah amoniak
menjadi nitrit sehingga mampu mengatasi akumulasi bahan organik dan amoiak
dalam air.
Penyedian pakan alami dalam bentuk flok bakteri dan menumbuhkan bakteri
pengurai. Sedangkan pemberian bakteri bacillus sp bertujuan meyeimbangkan
fungsi khusus sehingga mampu menyeimbangkan bakteri yang merugikan
menghasilkan enzim untuk membantu pencernaan makanan, mengandung protein
yang dapat dimanfaatkan oleh udang dan memakannya. Dan meningkatkan
kekebalan tubuh udang. Melalui cara ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas
air serta penggunaan pakan dengan baik dan pergantian air pada tambak.
4.3 Pengaruh Pemberian Probiotik Terhadap Parameter Kualitas Air
Hasil analisa parameter kualitas air (kimia) yang diperoleh selama budidaya
udang vaname secara supra intensif pada tambak beton dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisa Parameter Kualitas Air (Kimia)
Parameter Kimia
Nilai Parameter (ppm)
Nilai Optimal (ppm)
Bahan Organik
67,300-294,070
55-100 (Adiwijaya, 2003)
Nitrit (NO2)
0,001-5,100
<9-0,3 (Sulistinarto,
2008)
Nitrat (NO3)
0,024-7,850
0,05-1,0 (Boyd, 2002)

Amoniak (NH3)

0,0000,-0,151

0,05-0,1 (Adiwijaya,
2003)

Sumber : PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru.


4.3.1 Bahan Organik
Kandungan bahan organik yang diperoleh selama budidaya udang vaname
ditambak supra intensif menunjukkan kisaran 67,300-294,070 ppm yang dapat
dilihat pada tabel 5. Kandungan bahan organik yang baik bagi udang adalah 55100 ppm (Adiwijaya, 2003). Apabila bahan organik tinggi maka dapat menjadi
senyawa yang bersifat racun bagi udang. Hal ini dapat disebabkan karena adanya
sisa pakan yang tidak dikonsumsi, feses udang, kematian plankton, tanaman air
dan bahan organik yang masuk pada saat penambahan air. Untuk mengantisifasi
bahan organik terlalu tinggi pada budidaya udang vaname dilakukan penebaran
probiotik secara berkala 2 hari sekali. Dengan adanya probiotik maka proses
degradasi bahan organik pada dasar tambak lancar sehingga menghasilkan zat-zat
yang bermanfaat bagi pertumbuhan plankton. Bahan organik yang mengalami
mineralisasi oleh jasa pengurai (probiotik) akan di ubah menjadi anorganik seperti
nitrat dan fosfat. Bahan anorganik ini dapat digunakan secara langsung oleh
fitoplankton dalam air untuk kelangsungan hidupnya.
4.3.2 Nitrit (NO2)
Kandungan nitrit dalam budidaya pembesaran udang vaname dalam tambak
supra intensif menunjukkan nilai 0,001-5,100 ppm dan dapat dilihat pada tabel 5.
Kandungan nitrit yang optiml bagi udang <0,3 ppm, agar tidak membahayakan
bagi budidaya udang. Percepatan pross perombakan nitrit menjadi nitrat yang
tidak berbahaya udang dapat dilakukan dengan cara menambahkan secara
langsung probiotik lactobacillus sp. Dapat pula dengan peningkatan kadar oksigen
dalam air dengan cara mengoptimalkan pengoprasian gincir. Kandungan nitrit
pada budidaya udang tidak normal dan mempengaruhi tingkat kelangsungan
udang yang dibudidayakan. Hal ini terlihat dari hasil produksi udang sebesar
16,843 dan dapat dilihat dari panen.
4.3.3 Nitrat (NO3)
Kandungan nitrat dalam budidaya pembesaran udang vaname dalam tambak
supra intensif menunjukkan nilai 0,024-7,850 ppm dan dapat dilihat pada tabel 5.
Hal ini dipengaruhi kandungan nitrit yang terlalu tinggi selama proses budidaya,
sejalan dengan kondisi perairan dengan air media budidaya selam pemeliharaan.

Kandungan nitrat dalam budidaya yang optimal 0,25-1,0 ppm (Boyd,


2002). Kelebihan nitrat dapat berpengaruh bagi pertumbuhan fitoplankton
menjadi tidak stabil dan didominasi oleh makro alga (ganggang dan lumut)
sehingga menganggu proses budidaya.
4.4.4 Amoniak (NH3)
Amoniak (NH3) merupakan produk akhir utama dalam peecahan protein
pada budidaya udang organisme akuatik lainnya. Udang mencerna protein pakan
dan mengekskresikan amoniak melalui feses. Jumlah amoniak diekskresikan oleh
udang bevariasi, tergantung jumlah pakan yang ditebar dalam tambak akibat
dekomposisi bahan organik seperti dekomposisi pakan dan bahan lainnya.
Kandungan amoniak dalam air pada budidaya udang vaname ditambak supra
intensif 0,0000,-0,151 ppm (tabel 5). Hal ini menunjukkan kandungan amoniak
selama pemeliharaan normal, sesuai pendapat (Adiwijaya, 2003) bahwa
konsntrasi amoniak ditambak ang masih normal adalah 0,05-0,1 ppm. Senyawa
ini sangat beracun bagi organisme perairan walaupun dalam konsentrasi rendah
ditekan dengan cara pengendalian pH yang optimal dan disuplai oksigen yang
cukup seta pengendalian parameter lainnya. Pengololan air dan pemberian
probiotik secara rutin dapat menekan laju peningkatan amoniak dalam air.

V PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan

hasil Pengalaman

Kerja

Praktik

Mahasiswa

(PKPM) di tambak Supra Intensif PT. Esaputlii Prakara Utama Barru maka
disimpulkan bahwa:
1) Penggunaan probiotik

meliputi komposisi

dalam penggunaan probiotik, cara

penggunaan probiotik, pengaruh pemberian probiotik, penggunaan probiotik


pada parameter kualitas air dan peranan probiotik dalam budidaya.
2)

Pertumbuhan bakteri menguntungkan selama pemeliharaan dengan kepadatan

4000-410.000 cfu/ml dengan kepadatan populasi bakteri vibrio sp terhadap udang


vaname ditamabak supra intensif adalah 10-510.000 cfu/ml.
3)

Produktivitas tambak yang diperoleh menunjukkan bahwa SR sebesar 86 %

dengan FCR 1, 45 dengan melalukan pengamatan Parameter Kualitas Air (Kimia).


5.2

Saran

Melihat penerapan tehnologi probiotik yang sederhana maka disarankan


untuk dapat diterapkan oleh para pembudidaya udang sebagai usaha pencegahan
secara biologis terhadap serangan penyakit. Saat ini probiotik dalam usaha

budidaya telah tersedia secara komersial, tetapi informasi yang secara ilmiah
dianggap memadai belum tersedia. Kondisi inilah menyebabkan kesenjangan
antara pelaksanaan di lapangan dengan landasan ilmiah yang mendukungnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya, 2003. Budidaya udang vaname (litopenaeus vannamei ). Sistem
Tertutup Yang Rama Lingkungan. Depertemen Kelautan dan Perikanan.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Jepara, 29 hlm
Boyd, C. E. dan B.W. Green. 2002. Coastal Water Quality Monitoring in Shrimp
Farming Areas, An Example from Honduras. World Bank, NACA, WWF
and FAO Consortium Program on Shrimp Farming and the Environment.
29 h.Briggs, M., S. Funge-Smith, R. Subasinghe and M. Philips, 2004.
Introductions and movement of Penaeus vannamei and Penaeus
stylirostris in Asia and the Pacific. FAO Regional Office for Asia and the
Pacific. Bangkok.
Supono, 2008. Produktivitas Udang Vaname, Kelautan dan Perikanan. Bandung
Badjoeri, M. dan Widiyanto, T, 2008. Pengaruh pemberian konsersium bakteri
terhadap kondisi kualitas air ditambak dan pertumbuhan udang vaname
Hadi, 2000. Pembuatan Molases dengan Sistem Terbaru untuk Budidaya Udang
Vaname, Jevara.

Haliman, Mo, S.B, 2003. Mutu induk dan Benih Udang Litopenaeus vannamae
Yang Baik. Balai Besar Riset Perikanan. Budidaya Laut, Gondol-Bali.
Haliman dan Adijaya, 2005). Udang Vaname. Pembudidayaan dan Prosfek Udang
Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta, 75 hlm.
Kordi.K dan Ghufron., 2010. Pakan Udang. Akademia, Jakarta.
Moriarty, 1998. Microbial Biosystem ; New Frontiers In: Bell C. R (Editor).
Proceeding Of The 8 Th Internasional Symposium On Microbial Ecologi.
Canada.
Murtiati dkk, 2006. Aplikasi Probiotik pada Pembesaran Udang . Jurnal
Budiday Sukabumi, 3 (1): 1-7.
Nitschke, et al. 2004. Pemanfaatan Probiotik Yang Ramah Lingkungan. Jurnal
Budidaya, Jakarta
Poernomo, A. 1988. Pembuatan Tambak Udang di Indonesia, Departemen
Pertanian, Balit. Perikanan Budidaya Pantai, Maros. 40
hal.
Purnomo ,A. 2003 . Seminar Evaluasi Perkembangan udang Vannamei. BBAP
Situbondo.
Poernomo, A, 2004. Technology of Probiotics to solve the problem in shrimp
pond culture and the culture environment. Paper presented in the
National Symposium on Develeopment Scienticfic and Technology
Innovation Aquaculture, January 27 29, 2005. Patrajas Hotel,
Semarang.
Diakses: 13/07.2015
http://elfahrybima.blogspot.com/2009/01/applikasi-probiotik-untukpencegahan.html
Simarmata, Tualar, 2006. Revitalisasi Ekosistem Tambak Dengan Pemanfaatan
Tehnologi Bioremediasi dan Probiotik, Makalah Pada Seminar Tehnologi
Bioremediasi dan Probiotik, Banyuwangi.
Sulistinarto, 2008. Pengelolaan Kualitas Air, julnal Budidaya. Jawa Tengah.
http://elfahrybima.blogspot.com/2009/01/applikasi-probiotik-untukpencegahan.html
Naharuddin., 2008. Teknik Pembuatan Pakan dan
Alami. Universitas Islam Indragiri, Jawa Tengah.

Budidaya

Pakan

Widanarti, 2005. Penapisan Bakteri Probiotik untuk Biokontrol Vibriosis pada


Larva Udang Windu: Konstruksi Penanda Molekuler dan Esei Pelekatan,
Diakses: 13/07.2015
http://elfahrybima.blogspot.com/2009/01/applikasi-probiotik-untukpencegahan.html
Wiban dan Sweeny, 1991. Budidaya Udang
Vanmae
(Litopenaeus
vannamei) Teknologi
Ekstensif
Plus. Dinas
Kelautan
dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. 2009.

Anda mungkin juga menyukai