I. PENDAHULUAN
Udang putih merupakan spesies asli dari Perairan Amerika Tengah yang baru
dibudidayakan di Indonesia mulai awal tahun 2000. Udang putih yang dikenal
Amerika Tengah dan Selatan seperti Venezuela, Panama, Brasil, dan Meksiko
(Hanny, 2017).
Hal di atas didukung oleh regulasi dan program kerja pemerintah terkait dengan
permintaan pasar dengan adanya hatchery (balai benih) udang dapat membantu
kebutuhan para petani tambak karena ketersediaan post larva dari alam sangat
terbatas (Yustianti dkk., 2013). Permintaan udang kaki putih sangat besar baik pasar
lokal maupun internasional, karena memiliki keunggulan nilai gizi yang sangat tinggi
dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi menyebabkan pesatnya budidaya
Perkembangan larva pada Udang kaki putih (Penaeus vannamei) sejak menetas
hingga post larva (pascalarva) meliputi nauplius, zoea, mysis, dan pascalarva (PL).
utama, yaitu lingkungan, pakan, dan biota. Unit pembenihan, yang dimaksud
lingkungan adalah media pemeliharaan larva. Pakan pada fase pemeliharaan larva
2
budidaya secara intensif dengan penerapan sapta usaha pertambakan secara utuh dan
menyeluruh. Salah satu di antaranya adalah pemberian pakan yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu perlu dilakukan praktek lapang teknologi budidaya udang untuk
Tujuan dari praktek lapang teknologi budidaya udang yaitu untuk mengetahui
bagaimana proses budidaya udang vaname yang ada di Desa Ovulua, Pelawa,
kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di
bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas
4
pula. Ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang
berbentuk runcing (Wyban dan Sweeney, 1991). Udang vannamei termasuk genus
Penaeus dicirikan oleh adanya gigi pada rostrum bagian atas dan bawah, mempunyai
dua gigi di bagian ventral dari rostrum dan gigi 8-9 di bagian dorsal serta mempunyai
terdiri dari antena, antenula, dan 3 pasang maxilliped . Kepala udang vannamei juga
Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan.
Pada ujung peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus). Dactylus ada pada
8 kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas, ada bagian abdomen
terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan sepasang uropods (ekor) yang
Siklus Hidup Menurut Toro & soegiarto (1979) dan King & King (1995) di
alam, udang dari suku Penaeidae hidup dalam dua fase yaitu: fase di tengah laut dan
fase di perairan muara sungai sebagai berikut: Fase di tengah laut (paneluran) Udang
dewasa hidup dan berbiak di tengah laut (jauh dari pantai). Beberapa saat sebelum
kawin, udang betina berganti kulit terlebih dahulu. Matang telur ditandai dengan
ovari yang memanjang di bagian dorsal, melebar ke kiri dan kanan, berwarna
5
kehijauhijauan sampai hijau tua atau coklat tua. Keadaan tersebut biasanya
menandakan udang betina sudah siap bertelur dan spermatophora telah diterima dari
udang jantan (Pratiwi, 2008). Induk udang matang telur akan melepaskan telur-
telurnya (berpijah) di laut pada malam hari. Telur-telur diletakkan di dasar laut dan
akan menetas, menjadi larva (dalam bentuk beberapa tingkatan) dan bersifat
(protozoea) Æ mysis Æ post larva (juvenil). Larva akan terbawa arus hingga ke
daerah mangrove (yang dekat dengan muara sungai) atau ke daerah-daerah asuhan
(Pratiwi, 2008).
Fase di perairan muara sungai “Post larva” (juvenil) hidup secara merayap
atau melekat pada benda-benda di dasar perairan. Juvenil (anakan udang) banyak
mangrove yang berfungsi sebagai tempat berlindung (asuhan) dan tempat mencari
makan (feeding ground). Anakan udang hidup menyesuaikan diri pada salinitas yang
bervariasi antara 4-35% 0 dengan suhu yang cukup tinggi dan tumbuh hingga
menjadi juvenil muda serta siap bermigrasi kembali ke laut hingga dewasa
udang hidup di laut, yang keberadaannya di perairan dengan bentuk tubuh yang
Habitat yang disukai udang pada umumnya adalah dasar laut yang bersubstrat
lunak dan biasanya terdiri dari campuran lumpur dan pasir. Pada umumnya udang
dalam lubang di pasir, di terumbu karang yang hidup dan yang mati atau di bawah
lainnya baik hewani maupun nabati. Dalam mencari makan udang mempunyai
pergerakan yang terbatas, tetapi udang selalu didapatkan di alam oleh manusia,
karena udang mempunyai sifat dapat menyesuaikan diri dengan makanan yang
tersedia di lingkungannya dan tidak bersifat memilih (Putri, 2005). Moriarty (dalam
toro & soegiarto, 1979) berdasarkan penelitiannya, makanan dari beberapa jenis
bennettae bersifat omnivora, memakan apa yang tersedia di alam (pratiwi, 2008).
7
2.5 Pertumbuhan
Menurut Supono (2006), dalam (Hanny, 2017) Pertumbuhan (berat) udang putih
sangat dipengaruhi oleh manajemen pakan yang digunakan. Kelebihan pakan akan
akhir pemeliharaan dari jumlah seluruh organisme awal yang dipelihara dalam
kelangsungan hidup sebagai salah satu parameter uji kualitas benur adalah
peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah
kematian yang terjadi pada sesuatu populasi organisme yang dapat menyebabkan
turunnya populasi.
vaname, pada salinitas rendah udang vaname masih bisa hidup karena udang vaname
yang bersifat euryhaline dan pemeliharaan yang diusahakan sebaik mungkin, serta
cara aklimatisasi yang tepat dengan menurunkan salinitas sedikit demi sedikit agar
udang tidak mudah stres. Udang bisa bertahan hidup pada salinitas 0 - 50 ppt Pillay
(1990), salinitas 0,5-38,3 ppt Saoud dkk. (2003), salinitas 1 – 40 ppt Bray dkk.(1994).
8
tanggal 20-21 April 2019, pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai. Praktek lapang
bertempat di Desa Ovulua, Pelawa, Kampal, dan tindaki, Kabupaten Parigi Moutong,
Aapun alat dan bahan yang digunakan pada praktek lapang ini, antara lain
Prosedur kerja yang di lakukan pada saat praktek lapang adalah sebagai berikut:
Jenis data yang di pakai dalam praktek lapang ini yaitu ada dua macam, yang
pertama adalah data primer yang berasal dari hasi wawancara langsung ke petambak
dengan mengunakan kuisioner yang telah dibuat sebelumnya. Data ke dua adalah data
sekunder yang di dapatkan melalui studi kepustakaan dari berbagai sumber, baik
Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu sebagai
berikut :
Lokasi dan Tata letak Bangunan Tambak di Parigi, Tindaki dan Lalombi
Kabupaten. Parigi Moutong, Provinsi. Sulawesi Tengah. Peta lokasi terlihat pada
memiliki Luas tambak udang vaname di kampal 27,5 x 27,5 m, di Tindaki luas
supra intensif.
11
dan baja ringan, sela2 penutup menggunakan papan supaya air tidak terlalu press ke
pinggir kolam. Untuk terpal menggunakan PE Terpaulin Korean. Ukuran bak kolam
1 5x6 ketinggian kolam 1,5 m luasnya, kolam 2 6x6 dgn ketinggian 1,5 m juga. Tata
letak bangunan yang ada di avulua dapat di lihat dari gambar yang ada di atas.
Tambak budidaya yang beroperasi ada dua, dan Mees terdapat 2, dan tersedia juga
yang berbentuk persegi (mati sudut) yang bertujuan untuk memudahkan arus yang di
buat oleh kinsir, luasan lahan 27,5x27,5, ketinggian air 2,5-3 m, tambak di kampal
budidaya berlangsung.
14
Ket :
Fasilitas Budidaya yang digunakan di tambak Parigi, Tindaki Dan Maleali, ada
beberapa fasilitas yang digunakan dalam proses budidaya udang sebagai berikut,
Kincir
4.
5.
6 Mesin Listrik
Jaring Biosecurity
17
pos jaga keamanan perusahaan, rumah pompa, rumah genset, gudang penyimpanan
lumpur dan lumut dari siklus sebelumnya untuk mencegah terjadinya penyakit pada
jika persiapan dan pembuatan tambak baik maka keberhasilan tersebut dapat kita raih.
persiapan buat kolam dari baja ringan unutk rangka, unutk sela2 penutup
menggunakan papan supaya kalau ada air tidak terlalu press ke pinggir kolam. Untuk
terpal untuk budidaya, tapi karena agak tebal ukurannya. Ukuran bak kolam 1 5x6
ketinggian kolam 1,5 m luasnya, kolam 2 6x6 dgn ketinggian 1,5 m juga. Kenapa
18
beda ukuran ? karena masih uji coba pertama. Untuk persiapan memakan waktu
sekitar 1 bulan. Mulai dari pembuatan pondasi kolam, pemmasangan terpal, sampai
Pada tahap ini dilakukan pencucian kincir dan penambahan oli pelumas
sebanyak 2 liter oli per dinamo kincir serta mengecek kesiapan alat tersebut untuk
pemakaian, karena blower yang tidak dipergunakan beberapa bulan pasca panen
biasanya akan mengalami kemacetan begitupun dengan pompa air laut harus
dilakukan juga perbaikan instalasi dasar tambak yang meliputi perbaikan klem pipa
aerasi.
pembersihan dan pencucian juga di lakukan pada saat selesai panen. Pencucian dasar
dan dinding tambak dengan bantuan alat sikat dan steam machine dengan
mengalirkan air tawar, tujuannya untuk membersihkan lumut dan tritip yang
mengering di dalam petak tambak, penggunaan air tawar dalam pembersihan tambak
bertujuan untuk meminimalisir tumbuhnya penyakit yang terdapat pada air laut
19
penuh sesudah pembersihan dasar tambak. Tujuan pengeringan tambak yaitu untuk
menguapkan zat-zat beracun yang bersifat toksik seperti amoniak (NH3), nitrit
(NO2), asam hydrogen sulfida (H2S) yang dihasilkan dari sisa pakan dan kotoran
udang dan dapat diuraikan oleh bakteri pengurai dibantu dengan sinar matahari serta
parigi moutong, tidak melakukan pengapuran dan pemupukan pada saat persiapan
tambak, karna kualitas air laut yang digunakan masih sangat baik dijadikan sebagai
pencemar, namun dalam fase produksi ada kalanya mereka memberikan molase untuk
pemasangan pompa sumber air laut berjarak 15 m dari batas pantai dengan panjang
pipa yang digunakan 100 meter dengan kedalaman ± 7 m. Proses pengisian air laut
tersebut dilakukan secara langsung mengambil dari laut tanpa menggunakan tandon.
Proses pengisian tersebut berlangsung selama dua hari dengan menyalakan pompa air
laut hingga ketinggian air setinggi 200 cm untuk tambak berukuran 729 m2.
Tambak supra intensif yang berlokasi di desa kampal dan tindaki pada
penebaran awal ketinggian air berada pada batas 2 meter, kemudian setiap pagi hari
untuk menjaga agar tidak terjadi blooming plankton, serta memperbaiki kondisi
parameter kualitas air terkhusus bahan-bahan organik yang terlalu pekat. Proses
pembuangan air melalui central drain, hal tersebut dilatarbelakangi oleh ukuran PL
yang baru ditebar sangat kecil dan masih rentan serta mengantisipasi agar benur
udang tidak tersangkut pada waring yang melapisi paralon pada sisi-si central drain
yang terbawa oleh air yang keluar sehingga perlu untuk menunggu hingga kondisi
dalam kisaran 2,5-3 m dengan ketinggian tambak 3 meter. Hal ini dikarenakan
kepadatan udang vaname yang tinggi dengan kisaran kepadatan 1000 ekor/m2 serta
habitat udang vaname yang dapat memanfaatkan semua badan air, sehingga
ketinggian air tersebut mampu memberikan ruang gerak untuk aktivitas udang.
memasang waring di sekeliling tambak untuk mencegah hewan lain masuk pada
tambak budidaya, namun selama proses budidaya berlangsung belum ada hama yang
menjadi penggangu proses budidaya udang vaname di Desa Ovulua, Pelawa, Kampal,
oleh penyesuaian suhu antara plastik benur dengan tambak. Umumnya, suhu pada
plastik benur termasuk rendah. Maka, sebaiknya anda melakukan penebaran pada dini
hari menjelang subuh, karena pada saat itu suhu tambak masih dalam kondisi rendah.
Sumber benur dari PT. Prima benur bali, Benur yang digunakan yaitu benur
berkualitas, karena mutu kualitas benur tersebut merupakan salah satu faktor penentu
SPF (Spesific Pathogen Free) dan SPR (Spesifik Pathogen Resistance). Secara visual
benur sudah cukup baik dengan ukuran PL 5, gerakannya aktif, ukuran benur cukup
seragam serta tidak bergerombol atau menyebar di dalam kantong benur. Benur yang
ditebar berasal dari perusahaan pembenihan udang yang berada di daerah Makassar
(cabang perusahaan).
dan benur yang berkualitas dapat diperoleh dari hatcher, terkait mengenai kriteria
benur yang ditebar, tidak sesuai yang dilakukan dilapangan bahwa PL yang
dimasukkan dalam kantong plastik yang telah diisi oksigen dan dimasukkan dalam
styrofoam dan diberikan es diantara kantongan untuk menjaga suhu agar tetap stabil.
4.2.2.2 Aklimatisasi
Aklimatisasi benur yang ada di Desa Ovulua, Pelawa, Kampal, dan tindaki,
menit. Sebelum penebaran dilakukan terlebih dahulu mengukur parameter kualitas air
yang ada di dalam kantong benur untuk mengetahui perbedaan parameter kualitas air
Parameter kualitas air yang diamati antara lain DO, pH, salinitas, dan suhu
pada media dalam kantong benur. Sebelum proses penebaran benur berlangsung,
untuk menyesuaikan kondisi benur dengan lingkungan perairan yang baru agar benur
yang ditebar tidak mengalami stres akibat perbedaan parameter kualitas air.
Benur di tebar pad pukul 16.47 WIB, karena pada sore hari suhu tidak terlalu
tinggi sehingga tidak menyebabkan benur menjadi stres. Waktu penebaran dilakukan
sore hari atau menjelang matahari terbenam, pukul 16.00 - 18.00, atau pagi hari
setelah matahari terbit sampai pukul 09.00 WIB karena pada waktu ini kondisi
fluktuasi suhu, parameter air dan lingkungan tidak banyak berubah. Setelah proses
aklimatiasi selesai, kantong plastik benur dibuka dan benur sedikit demi sedikit
untuk menyesuaikan kondisi lingkungan pada udang yang berasal dari lingkungan
yang baru. Serta dapat menekan mortalitas yang terjadi pada saat proses pengiriman.
Proses aklimatisasi tersebut dilakukan pada saat sore hari dimana terik dari pancaran
4.2.3 Pemeliharaan
Pemberian pakan ini disesuaikan dengan umur atau size udang yang kita pelihara.
Hal ini sesuai dengan pendapat Adiwijaya (2004), yang menuliskan bahwa pada
umumnya pakan yang akan diberikan untuk udang berupa pakan pellet dan crumble
secara merata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Diah ayu Lestari, bahwa syarat
terpenuhinya pemberian pakan yang baik adalah merata, agar setiap individu udang
memperoleh bagian pakan yang sama, sehingga diharapkan udang budidaya akan
seragam.
25
Pemberian pakan sehari 6 kali, jam 6 pagi, jam 10 pagi, jam 2 siang, jam 6 sore, jam
10 malam, jam 2 malam. Semua jumlahpakan sama tiap kolam, karna dihitung dari
kebutuhan pakan 1 hari/6 kali jam makan dengan kandungan protein pakan 30%.
Kegiatan praktek lapang udang kaki putih (P. vannamei) di Parigi dan Tindaki
melakukan pemberian pakan dalam satu hari satu malam 8 x dengan perbandingan
pakan 1:3 Pakan-pakan yang diberikan sangat penting dalam pemeliharaan dan perlu
adanya pengontrolan yang ketat berdasarkan jam pakan dan pengontrolan pada anco.
adalah pengelolaan kualitas air. Pengukuran kualitas air selama pemeliharaan udang
penting dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala yang terjadi akibat perubahan salah
26
satu parameter kualitas air. Dengan mengetahui gejala tersebut maka langsung dapat
terhadap kelangsungan hidup biota yang dipelihara (Dia Ayu Lestari). Kegiatan
praktek lapang udang kaki putih (P. vannamei) di Parigi dan Tindaki sudah tidak
melakukan pengontrolan kualitas air karena manajemen kualitas airnya masih baik
tanpa melakukan treatment. Tetapi menurut Banun dkk. 2007 kualitas air dalam
budidaya. kualitas air harus berada pada kondisi optimal dan diukur lengkap untuk
mendapatkan data akurat yang menjadi acuan untuk pengukuran kualitas air, adanya
pengamatan Visual untuk mengetahui apakah udang tersebut terserang penyakit atau
4.2.2.4 Sampling
Sampling dilakukan tiga hari sekali. Hal ini dilakukan sesuai dengan
teknologi budidaya yang dipakai yaitu Supra intensif dengan kepadatan udang yang
dimiliki dalam kisaran 1000 ekor/m2, sehingga kontroling terhadap biota semakin
ditingkatkan. Sampling dilakukan menggunakan anco pada DoC 15 hingga DoC 60,
setelah umur pemeliharaan udang lebih dari 60 hari sampling dilakukan dengan
menggunakan jala. Parameter yang diukur dalam sampling yaitu berat rata-rata udang
Panen udang supra intensif dilakukan secara parsial dan panen total
disesuaikan dengan harga pasaran yang bagus serta kondisi bobot udang yang sudah
ditargetkan sebelumnya untuk panen parsial serta panen total sehingga dapat
menguntungkan secara finansial. Diah Ayu Lestari salah seorang mahasiswa alumni
Untad Prodi Akuakultur angkatan 2005 yang kini bekerja dilokasi praktek lapang
menyatakan bahwa panen dapat dilakukan secara total maupun parsial, tergantung
Panen parsial atau selektif dilakukan hanya sebagian biomassa yang dipanen.
Untuk panen parsial dapat dilakukan lebih dari satu kali panen. Panen parsial pertama
dilakukan setelah umur pemeliharaan 65 hari saat berat udang sudah mencapai 100 gr
atau size 100, panen parsial kedua pada saat target udang mencapai size 65 sampai
68. Panen parsial dapat dilakukan seminggu sekali hingga mencapai panen total, serta
Panen total dapat dilakukan pada target size 37 sudah memasuki DoC 120 hari
dengan berat tubuh 37 gr/ekor. Panen total dilakukan tidak berpatokan terhadap
ukuran udang saja melainkan monitoring pada kondisi kesehatan udang tersebut yang
di perhatikan (Diah Ayu Lestari). Panen total yaitu panen yang dilakukan secara
Kegiatan praktek lapang udang kaki putih (P. vannamei) di Parigi dan Tindaki
udang kaki putih dipanen setelah berumur sekitar 65 hari dengan size berkisar antara
30, 40, 50 gram/ekor. Pemasaran hasil di Makasaar dan lain-lain. Teknik yang
digunakan saat panen tergantung dari ukuran dan sistem pemeliharaan yang
digunakan serta ketersediaan tenaga kerja. Udang kaki putih dapat dipanen setelah
berumur sekitar 62 hari dengan berat tubuh berkisar antara 16-20 gram/ekor.
29
5.1 Kesimpulan
Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Memiliki sumber air yang
baik dan layak untuk budidaya, sehinga air laut langsung di alirkan ke dalam petakan
tambak, sehingga budidaya tidak banyak memiliki kendala dan masala-masalah pada
saat budidaya, hal tersebut tentunya memudahkan dan menjanjikan hasil yang
memuaskan pada saat panen, hanya saja setiap petambak memiliki perlakuan atau
5.2 Saran
Saran saya dalam praktek lapang ini agar ke depanya bias menamba ilmu