Anda di halaman 1dari 100

i

ANALISA PROKSIMAT, ANALISIS FISIK PAKAN,


FORMULASI PAKAN DAN PEMBUATAN PAKAN MANDIRI

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI IKAN

Oleh:

MAHASISWA PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA KAMPUS 3 KEDIRI
ANGKATAN 2016

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
ii

ANALISA PROKSIMAT, ANALISIS FISIK PAKAN,


FORMULASI PAKAN DAN PEMBUATAN PAKAN MANDIRI

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI IKAN

Sebagai Salah Satu Syarat Lulus


Mata Kuliah Nutrisi Ikan Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh:
MAHASISWA PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA KAMPUS 3 KEDIRI
ANGKATAN 2016

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
iii

ANALISA PROKSIMAT, ANALISIS FISIK PAKAN,


FORMULASI PAKAN DAN PEMBUATAN PAKAN MANDIRI

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI IKAN

Oleh:
Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan Universitas Brawijaya
Kampus 3 Kediri Angkatan 2016

Mengetahui,

Dosen Pengampu Dosen


Praktikum Nutrisi Ikan Praktikum Nutrisi Ikan

Dr. Ir. Anik Martinah Hariati, M.Sc Nasrullah Bai Arifin, S.Pi, M.Sc
NIP. 196103101987012001 NIP. 2016058408291001

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki keistimewaan

dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan dan

kekuatan didalam penyusunan laporan ketik ini.


iv

Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Dr. Ir.

Anik Martinah H., M.Sc dan Bapak Nasrullah Bai Arifin, S.Pi, M.Sc selaku Dosen

Pengampu mata kuliah Nutrisi Ikan, disela-sela rutinitasnya namun tetap

meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk, dorongan, bantuan, saran

dan arahan sejak awal praktikum hingga selesainya penulisan Laporan Ketik ini.

Seluruh Staf Pengajar (Dosen) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Khususnya

Staf Nutrisi Ikan yang telah memberikan bekal pengetahuan selama penulis

menjalani praktikum di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univesitas

Brawijaya. Seluruh Asisten Praktikum Nutrisi Ikan yang telah membimbing

praktikan selama praktikum berlangsung.

Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa jua senantiasa penulis berharap

semoga pengorbanan dan segala sesuatunya yang dengan tulus dan ikhlas telah

diberikan dan penulis dapatkan akan selalu mendapat limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, Amin.
v

RINGKASAN

BUDIDAYA PERAIRAN 2016. Laporan Praktikum Nutrisi Ikan (di bawah


bimbingan Tim asisten Nutrisi Ikan dan Dr. Ir. Anik Martinah H. M. Sc serta
Nasrullah Ba’i Arifin, S.Pi, M.Sc).
Pakan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam kegiatan
budidaya ikan. Sekitar hingga 70% biaya produksi dikeluarkan hanya untuk
pakan. Tidak dapat dipungkiri memang bahwa pakan adalah hal pokok yang
menyebabkan pertambahan pertumbuhan ikan. Namun, hal itu dapat cepat
terjadi apabila kandungan nutrisi dalam pakan tinggi. Kandungan tersebut antara
lain adalah protein, lemak, serat kasar, karbohidrat, mineral, dan vitamin serta
kadar air. Kandungan utama untuk pertumbuhan adalah protein. Untuk itu
kualitas pakan biasanya ditentukan dari kadar proteinnya. Kandungan protein
harus sesuai dengan kebutuhan masing masing spesies ikan. Apabila protein
tidak mencukupi kebutuhan maka laju pertumbuhan tidak akan meningkat.
Namun, apabila kandungan protein terlampau tinggi, akan menjadi toksik karena
pakan tidak sepenuhnya dicerna oleh ikan.
Tujuan dari praktikum Nutrisi Ikan adalah untuk memberikan pengalaman
kepada mahasiswa berupa langkah-langkah pembuatan pakan. Serta
memberikan pengalaman dalam bentuk pengamatan dan meneliti kandungan
pakan ikan.
Pada praktikum Nutrisi Ikan dilakukan analisis proksimat dan analisis fisik
pakan. Parameter proksimat yang diuji adalah kadar kering, kadar protein, kadar
lemak, dan kadar abu. Parameter fisik pakan yang diteliti adalah Floating Ability,
Water Absorbtion, Water Stabilitiy, formulasi pakan, dan pembuatan pakan.
Praktikum Nutrisi Ikan dilaksanakan pada tanggal 23 dan 24 November
2018 di Lab. Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya Malang.
Hasil yang didapatkan pada praktikum Nutrisi Ikan Uji Proksimat adalah
nilai kadar kering tertinggi dari tepung kacang sebesar 100%, terendah dari
tepung jagung sebesar 92,04%. Kadar protein tertinggi didapat dari tepung ikan
sebesar 36,3% dan terendah dari tepung kacang sebesar 14,06%. Kadar lemak
kasar tertinggi dari tepung kacang sebesar 44,85, kadar lemak kasar terendah
pada tepung ikan sebesar 4,64%, kadar lemak asli tertinggi dari tepung kacang
sebesar 49,32%, kadar lemak asli terendah dari tepung dedak sebesar 20,9%.
Kadar abu tertinggi dari tepung ikan sebesar 63,2%, dan terendah diperoleh dari
tepung jagung sebesar 4,8%. Hasil yang didapatkan pada praktikum Nutrisi Ikan
Uji Fisik adalah nilai Floating Ability tertinggi pada pakan Takari selama 12 menit,
dan terendah pada pakan Agaru selama 0,6 detik. Water Stability tertinggi dari
pakan Takari didapatkan hasil sebesar 90,8%, dan terendah dari pakan Agaru
sebesar 87,7%. Water Absorbtion tertinggi dari pakan Agaru terendam selama 1
menit sebesar 91,09%, dan terendah dari pakan Agaru terendam 10 menit
sebesar 80,99%. Formulasi bahan pakan protein 28% adalah tepung ikan 27%
(286, 62 gr), tepung kacang tanah 15% (151, 52 gr), tepung jagung 15% (162,97
gr), tepung dedak 15% (156,25 gr), tepung gaplek 20% (224,24 gr), fish oil 3%
dan vitamin 5%, dengan harga Rp. 6.410/kg.
vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan

Laporan Praktikum Nutrisi Ikan. Laporan ini merupakan salah satu syarat lulus

praktikum Nutrisi Ikan. Laporan Praktikum ini disusun sebagai bukti telah

melaksanakan praktikum Nutrisi Ikan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik

dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan

pengalaman. Kami mengharapkan laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar lebih baik untuk

kedepannya.

Kediri, 8 Desember 2018

Penulis
vii

DAFTAR ISI

Halaman

UCAPAN TERIMAKASIH iv
RINGKASAN v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR LAMPIRAN viii

I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Waktu dan Tempat 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 3


2.1 Analisis Proksimat 3
2.1.1 Kadar Kering 4
2.1.2 Protein 4
2.1.3 Lemak 5
2.1.4 Kadar Abu dan Mineral 5

2.2 Analisis Fisik Pakan 6


2.2.1 Formulasi Pakan 6
2.2.2 Proses Pembuatan Pakan 6
2.2.3 Floating Ability7
2.2.4 Water Stability 7
2.2.5 Water Absorbtion 8

III. METODELOGI 9
3.1 Alat dan Fungsi 9
3.1.1 Analisis Proksimat 9
3.1.2 Analisis Fisik Pakan 11
3.1.3 Uji Biologi 12

3.2 Bahan dan Fungsi 13


3.2.1 Analisis Proksimat 13
3.2.2 Analisis Fisik Pakan 14

3.3 Prosedur Kerja 16


3.3.1 Analisis Proksimat 16
3.3.2 Analisis Fisik Pakan 20
3.3.3 Formulasi Pakan 22
3.3.4 Pembuatan Pakan 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25


4.1 Analisis Proksimat 25
4.1.1 Kadar Kering 25
4.1.2 Protein 26
4.1.3 Lemak 27
viii

4.1.4 Kadar Abu dan Mineral 28

4.2 Analisis Fisik Pakan 36


4.2.1 Floating Ability36
4.2.2 Water Stability 37
4.2.3 Water Absorbtion 38
4.2.4 Formulasi Pakan 38

V. KESIMPULAN DAN SARAN 40


5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN.........................................................................................................44
ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat dan Bahan............................................................................................ 47


2. Skema Kerja.................................................................................................. 68
3. Dokumentasi Kegiatan Praktikum.................................................................. 76
4. Perhitungan Analisis Proksimat...................................................................... 93
5. Perhitungan Analisis Fisik Pakan................................................................... 97
6. Formulasi Pakan...........................................................................................100
1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Nutrisi (nutrition) adalah kandungan gizi yang dikandung pakan yang

diberikan pada ikan budidaya. Apabila pakan yang diberikan pada ikan

peliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi maka hal ini tidak

saja menjamin hidup dan aktivitas ikan tetapi juga mempercepat pertumbuhanya.

Oleh karena itu, pakan yang diberikan pada ikan budidaya selama dipelihara,

tidak hanya sekedar cukup dan tepat waktu, tetapi juga pakan tersebut harus

memiliki kandungan nutrisi atau gizi yang tinggi. Bila ikan budidaya

mengkonsumsi pakan yang kandungan nutrisinya rendah maka pertumbuhanya

terhambat bahkan ikan timbul gejala-gejala tertentu yang disebut kekurangan gizi

(malnutrition) (Kordi dan Ghufron, 2010).

Pakan terdiri dari dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Di

antara kedua jenis pakan tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangannya. Oleh

karena sebab itu, peternak perlu memperhatikan perbedaan kedua jenis pakan

tersebut agar dapat menentukan saat yang tepat untuk menggunakan pakan

alami atau pakan buatan. Pakan alami biasanya digunakan dalam bentuk hidup

dan agak sulit untuk mengembangkanya, karena membutuhkan perlakuan

khusus sebelum pakan tersebut diberikan kepada ikan. Sedangkan pakan

buatan dapat diartikan secara umum sebagai pakan yang berasal dari olahan

beberapa bahan pakan yang memenuhi nutrisi yang diperlukan. Pakan buatan

sering dijumpai dalam bentuk pellet (Syahputra, 2005).

Metodologi dalam pengukuran parameter–parameter yang digunakan

untuk mengetahui nilai nutrisi suatu makanan dan pemanfaatannya oleh ikan

biasanya tidak diterangkan secara rinci (detail) dalam teori. Cara Analisis bahan-

bahan makanan, feses dan tubuh ikan (carcass) itu sendiri sangat penting,

karena dari sinilah formulasi pakan dapat disusun dengan baik dan akurat serta
11

dapat mengetahui pemanfaatan suatu nutrient (misalnya deposisi protein) oleh

ikan. Nilai nutrisi suatu makanan atau bahan makanan dapat pula diukur dari

koefisien cerna makanan tersebut, dimana nilai ini dapat menunjukkan seberapa

baik makanan tersebut dapat dicerna oleh ikan.

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum Nutrisi Ikan adalah untuk mempelajari tentang

analisis proksimat, analisis fisik pakan, formulasi, pembuatan pakan dan uji

biologi.

Tujuan dari praktikum Nutrisi Ikan adalah untuk melatih mahasiswa agar

mempunyai pengalaman serta terampil dalam mengukur parameter-parameter

yang berhubungan dengan penelitian dalam bidang nutrisi ikan.

I.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Nutrisi Ikan dilaksanakan pada tanggal 23 November - 24

November 2017 di Laboratorium Budidaya Ikan divisi Reproduksi Ikan,

Laboratorium Ilmu Teknologi Hasil Perikanan divisi Nutrisi Ikan dan divisi

Perekayasaan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya Malang.


12

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Analisis Proksimat

Analisis proksimat adalah pengujian laboratorium bahan pakan yang akan

diformulasi dan diolah menjadi ransum pelet, crumble atau mash. Parameter

pengujian bahan ini meliputi parameter kadar air, protein, lemak, serat kasar,

abu, kalsium (Ca) dan fospor (P) (Gunawan, 2010). Analisis proksimat

merupakan kunci untuk menetapkan pemanfaatan bahan tercerna atau energi

metabolik makanan, bukan untuk mendefinisikan kandungan zat makanan. Dari

hasil analisis proksimat dapat dipergunakan untuk menyusun ransum makanan

sesuai dengan yang dikehendaki dan dapat mengetahui nilai gizi suatu makanan.

Analisis proksimat pada umumnya dipergunakan untuk mengetahui kandungan

air, protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), serat kasar dan abu

dari pada bahan makanan. Jumlah BETN dengan serat kasar merupakan total

karbohidrat.

Hal yang perlu diperhatikan di dalam analisis proksimat adalah

pengambilan sampel dan ketelitian melaksanakan prosedur analisis. Sampel

yang akan di analisis harus dapat mewakili keseluruhan bahan yang akan

dianalisis. Metode yang umumnya digunakan dalam pengambilan sampel yaitu

“metode kerucut” dengan prosedur sebagai berikut:

1. Bahan ditumpahkan secara bebas sehingga membentuk kerucut, kemudian

ditekan sampai rata.


2. Dibagi menjadi 4 bagian secara diagonal.
3. Mengambil sampel pada bagian tersebut.
4. Sampel dicampur sampai homogen.
5. Untuk bahan kering, sampel yang akan dianalisis harus dihaluskan terlebih

dahulu kemudian diayak dengan ayakan yang mempunyai ukuran lubang 60

mikron.
6. Untuk bahan basah (misal ikan), sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu

dipotong kecil-kecil kemudian dihaluskan.


13

7. Baik sampel bahan kering maupun basah dianalisis dalam bentuk bahan

kering (tidak mengandung air).

II.1.1 Kadar Kering

Penetapan kadar kering merupakan salah satu bagian yang penting

dalam analisis proksimat dan secara umum telah banyak dipergunakan dalam

pengukuran analitik. Kadar kering sering dipergunakan sebagai indeks daripada

kestabilan dan kualitas suatu bahan makanan.

II.1.2 Protein

Protein merupakan senyawa organik nitrogen kompleks yang esensial

bagi proses kehidupan dan merupakan unsur pokok dalam makanan. Dengan

menggunakan metode kjeldahl, kadar protein dapat ditaksir dari hasil analisis

nitrogen yang dikalikan dengan faktor konversi. Berikut adalah faktor konversi

dari beberapa bahan makanan (Tabel 1).

Tabel 1. Faktor konversi beberapa bahan makanan

Bahan Faktor Konversi


Daging ternak, ikan 6,25
Susu, keju, mentega 6,38
Biji-bijian (jagung, kacang tanah, dedak) 5,90
Tepung terigu 5,70
Agar-agar 5,55
Minyak biji 5,40

Analisis protein atau nitrogen dengan metode Kjeldahl terbagi dalam tiga

tahap, yaitu:

1. Destruksi komponen dan susunan garam-garam nitrogen


2. Pelepasan nitrogen destilasi
3. Titrasi
 Reagents
- H2SO4, NH3-free
- Katalis detruksi: 2 g CuSO4, 5H2O dan 30 g K2SO4
- 40% NaOH: 400 g NaOH dalam 1 liter larutan (bebas NH3)
- 4% asam boraks: 40 g asam boraks dalam 1 liter larutan (bebas NH3)
14

- Na2CO3 standard
- Methyl orange

II.1.3 Lemak

Lemak merupakan bahan yang tidak larut di dalam air, sangat sedikit larut

di dalam alkohol dan larut di dalam pelarut organik seperti: karbon tetraoksida,

karbon disulfide, ether anhydrase atau petroleum ether.

II.1.4 Kadar Abu dan Mineral

Apabila sampel dipanaskan pada suhu 500-6000C, maka air dan unsur

pokok lainnya yang mudah menguap akan berkembang menjadi uap, sedangkan

bahan organik lainnya akan terbakar menjadi karbondioksida dari nitrogen, silikat

dan klorida. Residu unsur inorganik tersebut merupakan bahan abu. Unsur K,

Na, Ca dan Mg diperoleh dalam jumlah yang sedikit; dan unsur selain itu akan

diperoleh dalam jumlah yang sangat sedikit (trace elements).

Metode yang dipergunakan untuk analisis abu/mineral yaitu dengan cara

memanaskan bahan pada suhu yang tinggi (500 – 6000C). Kadar abu diperoleh

dari berat abu dibagi berat sampel sebelum dipanaskan.

II.2 Analisis Fisik Pakan

II.2.1 Formulasi Pakan

Ada beberapa metode matematik yang sering digunakan dalam membuat

formulasi pakan ikan, diantaranya adalah:

1. Metode bujur sangkar Pearson


2. Metode persamaan aljabar
3. Metode lembar kerja (worksheet)
4. Metode program linier
 Metode Bujur sangkar Pearson

Metode ini sering sekali digunakan dalam pembuatan pakan ikan

sederhana atau pada pakan tambahan (supplemental feed). Hal tersebut

dikarenakan kesederhanaan metode ini sehingga sulit untuk diterapkan dalam

pembuatan pakan lengkap (complete feed).


15

II.2.2 Proses Pembuatan Pakan

Proses pembuatan makanan merupakan langkah lanjutan setelah

formulasi makanan buatan dibuat sesuai dengan jenis dan tingkat perkembangan

ikan. Pada prinsipnya proses pembuatan makanan ikan meliputi penggilingan

bahan baku, pengayakan, penimbangan, pencampuran dan pencetakan serta

penyimpanan.

Pencetakan makanan buatan disesuaikan dengan kebutuhan atau ukuran

yang dikehendaki seperti bentuk emulsi, tepung, flake, pellet dan remah

(crumble). Bentuk-bentuk tersebut pada umumnya disesuaikan dengan ukuran

atau besarnya ikan yang dipelihara. Dari bermacam-macam bentuk tersebut,

yang akan dipelajari dalam praktikum ini yaitu cara pembuatan pellet dengan

menggunakan mesin pellet.

II.2.3 Floating Ability

Uji daya tahan dalam air dilakukan dengan merendam pellet dalam air

dan dihitung berapa lama pellet tersebut tahan dalam air sampai hancur.

Semakin lama pelet tersebut hancur, semakin baik kualitas pellet tersebut. Selain

dari faktor kekerasan pelet, daya tahan pellet dalam air dapat disiasati dengan

beberapa cara, antara lain yaitu dengan menggunakan perekat, lama

pengeringan yang optimal dan merata dan memperbesar ukuran pelet seoptimal

mungkin (Handajani dan Wahyu, 2010).

Pengujian standar terhadap daya apung pakan pellet sampai saat ini

masih belum baku. Hasil percobaan pendahuluan terhadap produk pakan pellet

terapung komersial mendapatkan bahwa pellet mampu terapung antara 20–30

menit. Namun demikian, pada kondisi praktis pakan pellet hanya diperlukan

terapung beberapa menit sebelum dikonsumsi oleh ikan.


16

II.2.4 Water Stability

Menurut Aslamyah dan Yushinta (2009), pengujian fisik yang dilakukan

pada pakan uji adalah pengamatan water stability meliputi kecepatan pecah dan

dispersi padatan, tingkat kekerasan, serta kecepatan tenggelam. Stabilitas pakan

dalam air atau stabilitas pakan dalam air adalah tingkat ketahanan pakan di

dalam air atau berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pakan lembek dan

hancur, meliputi uji kecepatan pecah dan dispersi padatan. Uji kecepatan pecah

mengukur berapa lama waktu sampai pakan hancur di dalam air.

PRINSIP : Penentuan berat kering pakan setelah di rendam dalam air selama

beberapa waktu tertentu.

II.2.5 Water Absorbtion

Penyerapan air oleh pakan ditunjukkan sebagai faktor terhadap

persentase berat. Persen penyerapan air oleh pakan dimana perlu penambahan

pada berat bahan setelah dikurangi dengan air yang terdapat dibawah keadaan

yang spesifik. Water absorption dapat mempengaruhi perlengkapan mekanik dan

elektrik (Webar,1972 dalam Tabin, 2010).

PRINSIP: Penentuan persen penambahan berat sampel pakan setelah

perendaman dalam air selama waktu tertentu


17

III. METODELOGI

III.1 Alat dan Fungsi

3.1.1 Analisis Proksimat

a. Analisis Kadar Kering

Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis

Proksimat mengenai Analisis Kadar Kering adalah sebagai berikut:

Alat Fungsi
Oven untuk mengeringkan sample dan petridish serta
mengurangi kadar air
Petridish untuk tempat sampel saat di oven
Timbangan digital untuk menimbang bahan pakan dan petridish
Eksikator untuk wadah menyerap uap air
Loyang untuk wadah petridish saat di oven
Serbet untuk membantu mengambil loyang dari oven
Silica gel untuk menyerap uap air dalam ekskator
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum
Sendok plastik untuk membantu mengambil bahan pakan saat
ditimbang

b. Analisis Protein

Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis

Proksimat mengenai Analisis Protein adalah sebagai berikut:

Alat Fungsi
Destruktor untuk mengubah protein menjadi amonium
sulfat
Labu destruksi untuk wadah pengujian protein
Mortal dan alu Kjedahl untuk menghaluskan tablet kjedahl
Timbangan digital untuk menimbang sampai ketelitian 10-2
Gelas ukur untuk wadah larutan
Destilator untuk mengubah amonium sulfat menjadi
amonia
Erlenmeyer 250 ml untuk wadah akuades dan H2SO4
Jerigen untuk wadah NaOH dan H2O
Sendok plastik untuk membantu mengambil bahan pakan pada
saat ditimbang
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum
Botol plastik untuk tempat pengenceran
Serbet loyang untuk membantu mengambil porselen dari oven
Buret untuk wadah larutan titrasi
Statif untung penyangga buret
18

Selang untuk membantu mengambil sampel


Pipet tetes untuk membantu mengalirkan H2O dan H2SO4
ke alat
Corong untuk mengambil larutan methyl orange
Saringan teh untuk menyamaratakan sampel bahan seperti
tepung tepungan

c. Analisis Lemak

Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Proksimat

mengenai Analisis Lemak adalah sebagai berikut:

Alat Fungsi
Soxhlet untuk alat uji lemak
Labu ekstraksi untuk tempat petroleum ether saat dipanaskan
Pendingin balik untuk melindungi uap petroleum ether
Selang pendingin untuk menyalurkan air ke pendingin balik
Pemanas listrik untuk memanaskan petroleum ether
Timbangan digital untuk menimbang sample dengan ketelitian 10-2
Eksikator untuk wadah menyerap uap air
Oven untuk mensterilisasi alat
Silica gel untuk menyerap uap air

d. Analisis Kadar Abu dan Mineral

Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis

Proksimat mengenai Analisis Kadar Abu atau Mineral adalah sebagai berikut:

Alat Fungsi
Oven untuk mengeringkan sampel dalam crosible
porcelain
Timbangan digital untuk menimbang sampel dan crosible porcelain
Crosible porcelain untuk tempat sampel pada saat pengujian
Eksikator untuk wadah mendinginkan dan menyerap air
Muffle untuk proses pengabuan
Kompor listrik untuk memanaskan sample sampai terbentuk arang
Crushable tang untuk membantu memindahkan crosible porcelain
untuk membantu mengangkat crosible porcelain
Serbet dan loyang
untuk tempat crosible porcelain dan sampel pada
Loyang saat di oven
Nampan untuk wdah alat dan bahan pada saat praktikum
Silica gel untuk menyerap uap air dalam eksikator
19

3.1.2 Analisis Fisik Pakan

a. Formulasi Pakan

Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik pakan

mengenai Formulasi Pakan adalah sebagai berikut:

Alat Fungsi
Laptop untuk menghutung formulasi pakan
Kabel rol untuk mengalirkan arus listrik

b. Proses Pembuatan Pakan

Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik Pakan

mengenai Proses Pembuatan Pakan adalah sebagai berikut:

Alat Fungsi
Ayakan untuk menghaluskan bahan pakan
Alat penggilingan untuk mencetak pakan
Timbangan digital untuk menimbang bahan pakan dengan ketelitian 10-2
Baskom untuk tempat mencampurkan bahan
Heater untuk memanaskan air
Oven untuk mengeringkan sampel atau pakan
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum

c. Pengujian Floating Ability

Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik

Pakan mengenai Pengujian Floating Ability adalah sebagai berikut:

Alat Fungsi
Aerator set untuk membuat arus dan gelombang
Stopwatch untuk menghitung lama daya apung pakan
Timbangan digital untuk menimbang dan mengukur sampel dengan
ketelitian 10-2
Botol plastik untuk wadah sampel
Serbet untuk mengeringkan alat yang sudah digunakan
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum

d. Pengujian Water Stability

Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik

Pakan mengenai Pengujian Water stability adalah sebagai berikut:


20

Alat Fungsi
Timbangan digital untuk menimbang sampel yang akan diuji dengan
ketelitian 10-2
Stopwatch untuk menghitung lama waktu pakan hancur
Oven untuk mengeringkan sampel yang telah diuji
Botol plastik untuk wadah saat pengujian sampel
Serbet untuk pengondisian kering
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum

e. Pengujian Water Absorbtion

Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik

Pakan mengenai Pengujian Water absorbtion adalah sebagai berikut:

Alat Fungsi
Timbangan digital untuk menimbang sampel yang akan diuji dengan
ketelitian 10-2
Aerator set untuk menyuplai oksigen
Stopwatch untuk menghitung lama waktu pakan hancur
Oven untuk mengeringkan sampel yang telah diuji
Loyang untuk wadah sampel saat pengovenan
Botol plastik untuk wadah saat pengujian sampel
Serbet untuk pengondisian kering
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum
Saringan teh untuk menyaring sampel yang telah diuji
Sendok plastik untuk mengambil sampel

3.1.3 Uji Biologi

Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Uji Biologi

adalah sebagai berikut:

Alat Fungsi
Akuarium untuk wadah hidup ikan lele (Clarias sp.)
Aerator set untuk suplai oksigen pada air
Kabel rol untuk menyambungkan arus listrik
Selang aerator untuk sifon air pada akuarium
Timbangan digital untuk sampling ikan dan pakan dengan ketelitian 10-2
Seser untuk mengambil ikan dari akuarium
Termometer akuarium untuk mengukur suhu pada media pemeliharaan
pH meter untuk mengukur pH pada media pemeliharaan
DO meter untuk mengukur DO pada media pemeliharaan
Ember 5L untuk wadah air pada saat dilakukan pergantian air
21

Gayung untuk mengambil air


Selang untuk sifon air pada akuarium
3.2 Bahan dan Fungsi

3.2.1 Analisis Proksimat

a. Analisis Kadar Kering

Bahan yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis

Bahan Fungsi
Tepung jagung sebagai sampel yang akan diuji kadar keringnya
Tepung dedak sebagai sampel yang akan diuji kadar keringnya
Tepung ikan sebagai sampel yang akan diuji kadar keringnya
Tepung kacang tanah sebagai sampel yang akan diuji kadar keringnya
Kertas label sebagai penanda cawan porselen
Kertas buram sebagai alas saat penimbangan sampel
Proksimat mengenai Analisis Kadar Kering adalah sebagai berikut:

b. Analisis Protein

Bahan yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis

Proksimat mengenai Analisis Protein adalah sebagai berikut:

Bahan Fungsi
Tepung ikan sebagai sampel yang akan diuji kadar proteinnya
Tepung jagung sebagai sampel yang akan diuji kadar proteinnya
Tepung kacang tanah sebagai sampel yang akan diuji kadar proteinnya
Tepung dedak sebagai sampel yang akan diuji kadar proteinnya
Kertas buram sebagai alas saat penimbangan sampel
H2SO4 96%-98% sebagai oksidator dalam proses destruksi protein
Tablet kjedahl sebagai katalisator dalam proses destruksi
Kertas label sebagai penanda sampel setiap perlakuan
Lateks sebagai pelindung tangan
Benang kasur sebagai pengikat sapel dan menali cerobong
Asam boraks 3% sebagai penampung jumlah amonia yang dihasilkan
Akuades sebagai penghidrolisis protein
Air sebagai pendingin saat destilasi
NaOH sebagai pengondisian basa
Methyl orange sebagai indikator asam basa
Tisu sebagai pembersih alat
Masker sebagai pelindung hidung agar

c. Analisis Lemak

Bahan yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Proksimat

mengenai Analisis Lemak adalah sebagai berikut:


22

Bahan Fungsi
Tepung jagung sebagai bahan yang akan diuji kadar lemaknya
Tepung dedak sebagai bahan yang akan diuji kadar lemaknya
Tepung ikan sebagai bahan yang akan diuji kadar lemaknya
Tepung kacang tanah sebagai bahan yang akan diuji kadar lemaknya
Petroleum ether 50ml sebagai pelarut lemak
Air sebagai penurun suhu pada pendingin balik
Benang kasur sebagai pengikat sampel
Kertas label sebagai penanda pada setiap perlakuan

d. Analisis Kadar Abu atau Mineral

Bahan yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Proksimat

mengenai Analisis Kadar Abu atau Mineral adalah sebagai berikut:

Bahan Fungsi
Tepung ikan sebagai sampel yang akan diukur kadar abunya
Tepung kacang tanah sebagai sampel yang akan diukur kadar abunya
Tepung dedak sebagai sampel yang akan diukur kadar abunya
Tepung jagung sebagai sampel yang akan diukur kadar abunya
Kertas label sebagai penanda sampel

3.2.2 Analisis Fisik Pakan

a. Formulasi Pakan

Bahan yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik Pakan

mengenai Formulasi Pakan adalah sebagai berikut:

Bahan Fungsi
Tepung ikan sebagai bahan baku pembuatan pakan
Tepung kacang tanah sebagai bahan baku pembuatan pakan
Tepung jagung sebagai bahan baku pembuatan pakan
Tepung dedak sebagai bahan baku pembuatan pakan
Tepung gaplek sebagai bahan baku pembuatan pakan
Minyak ikan sebagai pemberi aroma pada pakan
Vitamin dan mineral sebagai penambah nutrisi pada pakan

b. Proses Pembuatan Pakan

Bahan yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik Pakan

mengenai Proses Pembuatan Pakan adalah sebagai berikut:

Bahan Fungsi
Tepung ikan sebagai bahan baku pembuatan pakan
23

Tepung kacang tanah sebagai bahan baku pembuatan pakan


Tepung jagung sebagai bahan baku pembuatan pakan
Tepung dedak sebagai bahan baku pembuatan pakan
Tepung gaplek sebagai bahan baku pembuatan pakan
Minyak ikan sebagai pemberi aroma pada pakan
Vitamin C sebagai penambah nutrisi pada pakan
Air panas sebagai pencampur bahan
Plastik sebagai wadah pakan
Kertas koran sebagai alas saat pengeringan pakan

c. Pengujian Floating Ability

Bahan yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik

Pakan mengenai Floating Ability adalah sebagai berikut:

Bahan Fungsi
Air sebagai media sampel pakan uji
Pelet Agaru dan Takari sebagai bahan yang diuji
Kertas label sebagai penanda perlakuan pengujian

d. Pengujian Water Stability

Bahan yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik

Pakan mengenai Water Stability adalah sebagai berikut:

Bahan Fungsi
Air sebagai media sampel pakan uji
Pelet Agaru dan Takari sebagai bahan yang diuji
Kertas label sebagai penanda perlakuan pengujian
Kertas saring sebagai wadah pakan dan penyaring pakan
Alumunium foil sebagai wadah saat pengovenan

e. Pengujian Water Absorbtion

Bahan yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik

Pakan mengenai Water Absorbtion adalah sebagai berikut:

Bahan Fungsi
Air sebagai media sampel pakan uji
Pelet Agaru dan Takari sebagai bahan yang diuji
Kertas label sebagai penanda perlakuan pengujian
Kertas saring sebagai wadah pakan dan penyaring pakan
Alumunium foil sebagai wadah saat pengovenan
24

III.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Analisis Proksimat

a. Analisis Kadar Kering

Kegiatan praktikum Nutrisi Ikan materi analisis proksimat mengenai kadar

kering, langkah pertama yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan bahan. Ambil

petridish kemudian dioven pada suhu 1050C selama 1 jam. Langkah selanjutnya

pindahkan petridish yang telah dioven ke dalam eksikator ± 15 menit. Tunggu

hingga dingin, kemudian timbang petridish (a). Langkah berikutnya ambil sampel

yang akan diuji kadar keringnya. Timbang sampel sebanyak 0,5 gram, lalu

letakkan sampel ke dalam petridish (b). Berikutnya, di oven pada suhu 1050C

sampai beratnya konstan (untuk bahan kering dioven ± selama 6 jam). Setelah

dioven masukkan sampel ke dalam eksikator ± 15 menit, tunggu hingga dingin.

Berikutnya, timbang sampel dan petridish (c) menggunakan timbangan digital.

Catat hasil dan hitung menggunakan rumus berikut:

Perhitungan:

Keterangan:
a = Berat petridish setelah oven awal (gr).
b = Berat sampel + Petridish setelah oven awal (gr).
c = Berat sampel + Petridish sesudah oven kedua (gr).

b. Analisis Protein

Kegiatan praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Proksimat mengenai

analisis protein dilakukan dengan beberapa tahap yaitu destruksi, destilasi dan

titrasi. Tahap tersebut antara lain:

- Destruksi

Proses dekstuksi pertama timbang sampel bahan kering 0,3 gram dan

masukkan ke dalam labu ekstraksi. Tambahkan 1,6 gr tablet Kjeldahl dan 15 ml


25

asam sulfat 96-98% lalu dihomogenkan. Hal yang sama dilakukan pada blanko

(tanpa sampel). Langkah berikutnya, masukkan dan susun labu ekstraksi ke

dalam rak destruksi bagian depan. Lalu, tutup labu ekstraksi dengan saluran

asap dan ikat menggunakan tali dengan rapat dan sejajar. Kemudian hubungkan

dengan stop kontak dan dipanaskan antara 350OC selama 15-25 menit,

kemudian suhu dinaikkan sampai 380OC. Tunggu selama 2 jam sampai warna

jernih. Sesudah jernih panaskan kembali selama 10 menit. Langkah selanjutnya

matikan alat lalu pindahkan rak destruksi ke bagian depan. Lalu tunggu selama

15 menit hingga labu berubah menjadi dingin. Berikutnya, buka tutup labu

destruksi dan angkat labu destruksi. Tambahkan akuades sebanyak 50 ml

dengan posisi labu destruksi miring 45 derajat. Sampel siap didestilasi.

- Destilasi

Prosedur destilasi yaitu sambungkan destilator dengan sumber listrik

kemudian tekan tombol power. Sambungkan selang “in” pada kran lalu kran

dibuka. Lalu perhatikan lampu “cooling” harus menyala, bila tidak menyala kran

dibebaskan. Tunggu sampai lampu start menyala (5-10 menit). Proses analisis

yang pertama dilakukan siapkan erlenmeyer yang telah diisi 100 ml asam borak

3% dan labu dipasang pada alat destruksi dipasang pada alat destilasi. Lalu

tambahkan H2O untuk membantu proses steam selama 20 detik. Kemudian

tambahkan juga NaOH 40% sampai berwarna biru pertama kali dengan menekan

knop “add NaOH”. Langkah berikutnya, putar tombol “steam” sampai volume

Erlenmeyer mencapai 150 ml. Apabila sudah, matikan tombol “steam”. Kemudian

tutup kran dan tekan tombol power untuk mematikan mesin.

- Titrasi

Setelah proses destilasi selesai, sampel dititrasi dengan cara

menambahkan indikator methyl orange sebanyak 3 tetes. Sampel (a) dan blanko

(b) dititrasi dengan asam sulfat 0,3 N sampai terjadi perubahan warna merah.
26

Lalu perhatikan minikus buret dan catat ml titrasi sampel dan ml titrasi blanko.

Selanjutnya lakukan analisis dengan 2 ulangan hitung menggunakan rumus

berikut:

Kadar protein = N% x faktor konfersi

Keterangan:
14 = No massa Nitrogen.

c. Lemak

Kegiatan praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Proksimat mengenai

lemak, langkah pertama yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan bahan.

Langkah selanjutnya, siapkan kertas saring, kapas, benang kasur dan labu

ekstraksi. Langkah berikutnya oven kertas saring, kapas, benang kasur dan labu

ekstraksi selama 24 jam. Berikutnya, oven bahan kering pakan selama 1 jam

pada suhu 1050C. Apabila proses pengovenan telah selesai maka alat dan bahan

di eksikator selama 15 menit. Labu ekstraksi awal yang telah dieksikator,

kemudian di timbang menggunakan timbangan digital. Langkah selanjutnya,

timbang masing-masing bahan sebanyak 2 gram. Berikutnya, letakkan kapas

diatas kertas saring lalu letakkan sampel diatasnya. Bungkus dan ikat dengan

benang kasur. Langkah selanjutnya masukkan kedalam soxhlet. Labu ekstraksi

diisi dengan petroleum ether sebanyak 50 ml yang diukur dengan gelas ukur dan

dibantu dengan corong. Disusun rangkaian soxhlet yang terdiri dari pendingin

balik di bagian paling atas, soxhlet di bagian tengah dan labu ekstraksi di bagian

paling bawah. Setiap sambungan rangkaian soxhlet diolesi dengan vaseline


27

sebagai pelumas agar tidak lengket setelah dipanaskan. Pasang rangkaian

soxhlet pada statif yang terdapat pada kompor listrik. Sambungkan keran pada

pendingin balik, setelah itu kran dibuka lalu nyalakan alat. Atur suhu sampai 60 0C

dan tunggu selama 5 jam. Setelah selesai dipanaskan, kemudian labu ekstraksi

dan sampel dioven selama 24 jam pada suhu 105 0C. Labu ekstraksi dan sampel

dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit.

Timbang sampel dan labu ekstraksi setelah di oven. Hitung lemak kasar dan

lemak asli dengan rumus:

Perhitungan:

d. Kadar Abu atau Mineral

Kegiatan praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Proksimat mengenai kadar

abu atau mineral. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan

bahan. Langkah selanjutnya dioven sampel pada suhu 1050C selama 24 jam.

Oven crossible porcelain pada suhu 1050C selama 1 jam. Langkah berikutnya,

masukkan crossible porcelain dan sampel ke dalam eksikator selama 15 menit.

Apabila proses pengovenan telah selesai, timbang crossible porcelain (a) dan

timbang sampel bahan kering sebanyak 0,5 gram (b). Masukkan sampel ke

dalam crossible porcelain. Langkah berikutnya, panaskan diatas kompor listrik

sampai berubah warna menjadi hitam arang (± 1 jam) dengan daya 600 watt.

Nyalakan muffle sampai dengan suhu ± 6000C (± 6 jam). Masukkan crossible

porcelain beserta sampel ke dalam muffle selama ± 2 jam hingga sampel arang

berubah warna menjadi putih membentuk abu. Apabila telah selesai, masukkan
28

ke dalam eksikator sampai dingin (± 15 menit). Timbang berat pengabuan (c) dan

dihitung menggunakan rumus:

Keterangan:
a = Berat petridish setelah oven awal (gr).
b = Berat sampel + Petridish setelah oven awal (gr).
c = Berat sampel + Petridish sesudah oven kedua (gr).

- Penggunaan Tungku Pengabuan

Cara pengoperasian tungku pengabuan atau muffle adalah pasang kabel

pada stop kontak. Tekan tombol “power” untuk menghidupkan. Tekan tombol “T”

maka akan muncul suhu pengabuan (6000C). Tekan tombol “time” pilih waktu

lamanya pengabuan (60-180 menit). Atur waktu lamanya pengabuan yang

diinginkan. Tekan tombol “start”. Tunggu hingga suhu mencapai 6000C, lalu

masukkan sample. Kemudian tunggu sampai waktu pengabuan selesai yang

ditandai dengan adanya perubahan warna sampel menjadi abu (keputih-putihan).

Tekan tombol “stop”, ambil sampel lalu masukkan ke dalam eksikator. Lalu

apabila suhu telah mencapai ± 260C, tekan tombol “power” untuk mematikan

mesin. Terakhir, cabut stop kontak dari aliran listrik.

3.3.2 Analisis Fisik Pakan

a. Floating Ability

Kegiatan praktikum Nutrisi Ikan materi analisis fisik pakan mengenai

floating ability. Langkah pertama yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan

bahan. Disiapkan botol plastik, lalu diisi air sebanyak 500 ml dan ditambahkan

aerator setara 8 volt sebagai pembentuk gelombang air. Masukkan ± 2 gram

sampel pakan (Takari dan Agaru) yang akan diuji. Pada saat yang sama

dipersiapkan stopwatch untuk mengukur waktu pakan pelet terapung.

Pengukuran stopwatch dihentikan ketika seluruh butiran pellet mencapai dasar


29

botol plastik. Penentuan daya apung pellet dilakukan terhadap perbedaan

kategori: (a) sangat baik jika daya apung pelet ≥ 10 menit, (b) baik jika daya

apung pelet 5-10 menit, (c) sedangkan jika daya apung pelet 1-5 menit dan (d)

tidak baik jika daya apung pelet < 1 menit.

b. Water stability

Kegiatan praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik pakan mengenai

water stability. Langkah pertama yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan

bahan. Disiapkan botol plastik, lalu diisi air sebanyak 500 ml. Masukkan ± 2 gram

sampel pakan (Takari dan Agaru) yang akan diuji. Tunggu hingga pakan

terendam air selama 3 menit. Ditambahkan aerator setara 8 volt sebagai

pembentuk gelombang air selama 1 menit untuk mengetahui kestabilan pakan.

Angkat aerator, dan sampel disaring menggunakan saringan teh. Botol plastik

dibilas dengan air untuk meminimalisir pakan yang tertinggal di dalam botol

plastik. Berikutnya, pindahkan sampel pellet daei saringan teh ke dalam kertas

saring dengan menggunakan sendok. Sisa sampel pada saringan teh dibilas

menggunakan air. Kemudian, sampel dalam kertas saring dipindahkan ke dalam

aluminium foil yang sudah ditimbang sebelumnya dengan menggunakan spatula.

Masukkan semua sampel baik sampel yang direndam maupun tidak direndam

kedalam oven pada suhu 1050C selama 4 jam. Apabila telah selesai, sampel

didinginkan. Timbang seluruh bahan (aluminium foil dan sampel) dan catat

hasilnya. Hitung hasil yang diperoleh dengan rumus:

c. Water absorbtion

Kegiatan praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Uji Fisik pakan mengenai

water absorbtion. Langkah pertama yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan
30

bahan. Selanjutnya, timbang ±2 gram sampel pakan pellet dengan ketelitian 10-2.

Siapkan botol plastik kemudian diisi air sebanyak 500 ml. Masukkan sampel ke

dalam botol plastik, masing-masing sampel direndam selama 10 detik, 1 menit, 3

menit dan 10 menit. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui perbandingan

persentase pakan setiap perlakuan. Sampel disaring menggunakan saringan teh

bertujuan untuk menghilangkan sisa air. Selanjutnya, sampel dipindahkan ke

dalam kertas saring. Sampel yang berada pada kertas saring dipindahkan ke

dalam aluminium foil yang sebelumnya sudah diketahui beratnya. Berikutnya,

sampel dimasukkan kedalam oven pada suhu 105 0C selama 4 jam. Bersamaan

dengan itu masukkan pula pakan yang tidak direndam. Setelah di oven sampel

bersama aluminium foil ditimbang. Catat hasil dan hitung water absorbtion

dengan rumus:

3.3.3 Formulasi Pakan

Kegiatan praktikum Nutrisi Ikan materi Formulasi Pakan menggunakan

metode bujur sangkar pearson. Dalam menggunakan metode ini, pertama

digambar bentuk bujur sangkar, dimasukkan kadar protein yang diinginkan

(misalnya 35%) pada bagian tengah bujur sangkar. Kemudian dimasukkan kadar

protein bahan 1 pada pojok kiri atas bujur sangkar. Lalu dimasukan pula kadar

protein bahan 2 pada pojok kiri bawah bujur sangkar. Masing-masing bahan

protein dikurangi dengan nilai kadar protein yang diinginkan (protein 35%) secara

diagonal. Hasil pengurangan bersifat mutlak, yaitu tidak ada nilai negatif.

Kemudian hasil pengurangan dicantumkan pada bagian kanan bujur sangkar.

Untuk mengoreksinya, dilakukan pengukaran pada kadar protein bagian kiri bujur
31

sangkar, dan penjumlahan pada kadar protein bagian kanan bujur sangkar. Jika

hasilnya sama, maka dapat dilanjutkan kelangkah-langkah selanjutnya.

Bahan 1 55% 18

35%

Bahan 2 17%- 20 +

38 38

Jumlah bahan pakan yang diperlukan untuk membuat formulasi pakan tersebut

dapat diubah dalam satuan unit berat (kg) dengan cara:

(misal membuat 1 kg pakan dengan kadar protein 25%)

 Bahan 1 = 18/38 x 1 kg = 0,47 kg


 Bahan 2 = 20/38 x 1 kg = 0,52 kg

Dari perhitungan protein menggunakan metode bujur sangkar, didapatkan

campuan bahan I sebesar 0,47 kg dan bahan II sebesar 0,52 kg untuk

mendapatkan pakan dengan protein 35%.

3.3.4 Pembuatan Pakan

Kegiatan praktikum Nutrisi Ikan materi Pembuatan Pakan, langkah

pertama yang dilakukan adalah membuat formulasi makanan dengan

menggunakan bahan-bahan yang tersedia. Ditimbang bahan-bahan menurut

komposisi yang telah ditentukan untuk membuat 500g pelet. Semua bahan

dicampur ke dalam baskom sampai rata. Bahan-bahan dimasukan

menggunakan metode kerucut. Yaitu, metode pencampuran bahan dari kadar

yang terbanyak hingga kadar tersedikit. Kemudian ditambah dengan vitamin,

minyak dan pada proses pencampuran ditambahkan air sedikit demi sedikit

sebanyak 10–20% dari berat total bahan, sehingga komposisi ini memiliki

kelembaban tertentu. Apabila komposisi ini dikepal tidak pecah, maka sudah siap

dicetak. Bahan yang telah dicampur tersebut dimasukkan ke dalam mesin pelet
32

untuk dicetak. Selanjutnya pellet dikeringkan dengan cara dijemur atau dengan

alat pengering lain hingga kadar airnya kurang dari 2%. Pakan buatan siap untuk

diberikan atau jika akan disimpan harus pada tempat yang lembab dengan

sirkulasi udara yang baik. Batas waktu penyimpanan pakan sekitar 1-2 bulan.
33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Proksimat

4.1.1 Kadar Kering

Hasil yang didapatkan dari praktikum Nutrisi Ikan tentang Pengukuran

Kadar Kering pada materi Uji Proksimat, didapatkan hasil persentase kadar

kering tepung ikan dengan berat sampel 0,5236 gr yaitu 95,5%. Tepung jagung

dengan berat sampel 0,4978 gr didapatkan persentase kadar kering yaitu

92,04%. Tepung kacang dengan berat sampel 0,51 gr didapatkan persentase

kadar kering sebesar 100%. Sedangkan tepung dedak dengan berat 0,50

didapatkan persentase kadar kering sebesar 96%

Standar Nasional Indonesia (SNI) pakan ikan buatan dirumuskan sebagai

upaya meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan, mengingat pakan

buatan banyak diperdagangkan serta sangat berpengaruh terhadap kegiatan

budidaya sehingga diperlukan persyaratan teknis tertentu. Karakteristik pelet

yang dihasilkan mengacu pada standar pakan ikan menurut SNI tahun 2006

yaitu mengandung protein berkisar 20-35%, lemak berkisar 2-10%, abu kurang

dari 12%, dan kadar air kurang dari 12%. Artinya kadar kering yang baik adalah

lebih dari 88% (Zaenuri, et al., 2014)

Kadar kering merupakan berat bahan pakan tanpa akumulasi air sedikit

pun. Pakan yang mengandung banyak air akan lebih cepat mengalami proses

oksidasi sehingga dapat menimbulkan bau tengik pada pakan. Kadar kering

dapat ditentukan dengan menghitung bobot yang hilang selama proses

pengeringan dengan oven bersuhu 105oC selama 24 jam. Berdasarkan data

pengamatan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kadar kering pada kedua
34

tepung tergolong baik. Kadar kering tertinggi terdapat pada tepung kacang yaitu

sebesar 100%. Sedangkan kadar kering terendah terdapat pada tepung jagung

yaitu sebesar 92,04%.

4.1.2 Protein

Hasil yang didapatkan dari praktikum Nutrisi Ikan tentang Pengukuran

Protein pada materi Uji Proksimat, didapatkan N% tepung ikan 0,0616%

sehingga memiliki kadar protein 36,3%. Tepung jagung dengan N% 0,252%

memiliki kadar protein 14,8%. Tepung kacang dengan N% 2,52% memiliki kadar

protein sebesar 14,06%. Sedangkan tepung dedak dengan N% 5,04% memiliki

kadar protein 29,14%.

Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan sumber protein dalam

ransum unggas dan hampir semua formula ransum pakan menggunakan tepung

ikan sebagai sumber protein. Kenyataan yang ada dan sering dihadapi peternak

bahwa tepung ikan harganya terus meningkat, kualitas tidak menentu dan

ketersediaannya adakalanya terbatas, sehingga mempengaruhi harga dan

kualitas ransum. Menurut NRC, bahwa tepung ikan memiliki kandungan protein

yang tinggi yaitu sekitar 60.05% dan energi 2820 kcal/kg (NRC, 1994 dalam

Dengah, 2016).

Berdasarkan data pengamatan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kadar protein tertinggi yaitu pada tepung ikan sebesar 36,3% dan yang terendah

terdapat pada tepung kacang sebesar 14,06%. Tinggi rendahnya protein pada

pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ikan yang masih kecil

membutuhkan asupan nutrien yang tinggi seperti asupan protein. Kadar protein

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan adalah sebesar 30-40%. Ikan yang

tergolong karnivora akan mudah mencerna protein yang bersumber dari bahan

hewani.
35

4.1.3 Lemak

Praktikum Nutrisi Ikan meteri Analisis Kadar Lemak pada Uji Analisis

Proksimat, hasil yang didapatkan dari tepung jagung dengan hasil lemak kasar

sebesar 13,46% dan lemak asli sebesar 27,56%. Tepung ikan didapatkan hasil

lemak aksar sebesar 4,64% dan lemak asli sebesar 35,30%. Tepung kacang

didapatkan hasil lemak kasar sebesar 44,85% dan lemak asli sebesar 49,32%.

Sedangkan tepung dedak didapatkan hasil lemak kasar sebesar 16,83% dan

lemak asli sebesar 20,9%.

Menurut Marzuqi dan Anjusary (2013), lemak memiliki kandungan energi

yang paling besar bila dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Umumnya,

ikan dapat mencerna dan memanfaatkan lemak lebih efisien dibanding hewan

darat. Ikan karnivora (pemakan daging) lebih efisien dalam memanfaatkan lemak

sebagai sumber energi daripada ikan omnivore (pemakan segalanya) atau

herbivore (pemakan tumbuhan). Ikan memerlukan lemak dalam pakannya antara

9%-11%. Lemak dan karbohidrat merupakan sumber energi alternatif untuk

memenuhi kebutuhan metabolik dengan tujuan untuk menghemat energi.

Berdasarkan hasil yang didapatkan kadar lemak kasar tertinggi

ditunjukkan oleh hasil dari tepung kacang sebesar 44,85. Sedangkan kadar

lemak kasar terendah pada tepung ikan sebesar 4,64%. Kadar lemak asli

tertinggi ditunjukan oleh hasil dari tepung kacang sebesar 49,32%. Sedangkan

kadar lemak asli terendah ditunjukan oleh hasil dari tepung dedak sebesar

20,9%. Kadar lemak yang terkandung di dalam pelet yang paling ideal adalah

berkisar 4-18%.

4.1.4 Kadar Abu dan Mineral

Praktikum Nutrisi Ikan meteri Analisis Kadar Lemak pada Uji Analisis

Proksimat, hasil dari tepung ikan didapatkan berat abu sebesar 0,3026 gr

dengan nilai kadar abu sebesar 63,2% (baik). Tepung jagung didapatkan berat
36

abu sebesar 0,0234 gr dengan nilai kadar abu sebesar 4,8% (kurang baik).

Tepung kacang didapatkan berat abu sebesar 0,0151 dengan nilai kadar abu

7,52% (kurang baik). Sedangkan tepung dedak didapatkan hasil berat abu

sebesar 0,792 dengan nilai kadar abu 18,92% (baik)

Kadar abu tepung tulang ikan patin yaitu sebesar 33,5%. Sedangkan,

Pada tepung tulang ikan tuna dan tulang ikan nila, berturut turut memperoleh

kadar abu sebesar 84,22% dan 75.83%. Kandungan abu yang tinggi dalam

tepung tulang ikan disebabkan karena komponen utama penyusun tulang adalah

mineral. Tulang mengandung sel-sel hidup dan matriks intraseluler dalam bentuk

garam mineral. Kandungan abu yang tinggi pada tepung ikan harus

dipertimbangkan penggunaannya karena akan menghasilkan pakan dengan

komposisi mineral yang tidak seimbang (Putranto, et al., 2015).

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengujian kadar abu atau mineral

tertinggi diperoleh dari pengukuran tepung ikan sebesar 63,2%. Hasil tersebut

menjadikan indikator kadar keringnya “baik”. Sedangkan hasil kadar mineral

terendah diperoleh dari pengukuran tepung jagung sebesar 4,8%. Hasil tersebut

menjadikan indikator kadar keringnya “kurang baik”. Jadi dapat disimpulkan

terdapat beberapa bahan tepung yang kurang baik. Hal tersebut dikarenakan,

berdasarkan literatur kadar abu atau kadar mineral yang optimal yaitu berkisar

antara 10 – 70%

4.2 Analisis Fisik Pakan

4.2.1 Floating Ability

Praktikum Nutrisi Ikan materi Floating Ability didapatkan dari pakan Agaru

terapung selama 0,6 detik. Hasil ini dapat dikatakan tergolong tidak baik. Pakan

Takari dapat terapung selama 12 menit. Hasil ini dapat dikatakan tergolong

sangat baik.
37

Menurut Azizah, et al. (2017), pakan terapung cocok untuk ikan yang

mempunyai kebiasaan mencari pakan di permukaan perairan. Setelah dilakukan

pengujian pakan dalam air pada perlakuan dengan tepung keong mas 28,75%

diperoleh daya apung selama 8 menit 45 detik. Pada perlakuan dengan tepung

keong mas 37,73% diperoleh daya apung selama 7 menit 20 detik, dan pada

perlakuan dengan tepung keong mas 46,69% diperoleh daya apung selama 7

menit 10 detik.

Daya apung pada setiap jenis pakan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan

teknologi pembuatan pakan juga berbeda-beda. Pakan yang baik dapat terapung

selama lebih dari 10 menit. Hasil yang didapat tertinggi yaitu pada pakan Takari

selama 12 menit. Hasil yang didapat terendah yaitu pada pakan Agaru dengan

daya apung selama 0,6 detik. Lamanya daya apung suatu pakan dipengaruhi

oleh partikel bahan penyusun pakan serta teknologi yang digunakan untuk

membuat pakan.

4.2.2 Water Stability

Praktikum Nutrisi Ikan materi Water Stability didapatkan hasil dari pakan

Agaru sebesar 87,7%, sedangkan pakan Takari didapatkan hasil sebesar 90,8%

Daya tahan pakan buatan di dalam air dapat digunakan untuk

menentukan kualitas pakan. Pakan butan untuk ikan air tawar mempunyai water

stability selama 10 menit. Sedangkan untuk udang daya tahan pakan buatan di

dalam air yaitu berkisar antara 10-24 jam. Pakan buatan yang terlalu lama

bertahan di dalam biasanya sulit dicerna. Sedangkan pakan yang mudah hancur

akan segera larut sehingga sulit ditemukan oleh ikan (Handayani, et al., 2014)

Water stability merupakan uji daya tahan kehancuran pakan terhadap

lama pakan direndam. Water stability pada setiap pakan memiliki perbedaan. Hal

tersebut dikarenakan beberapa sebab, salah satunya yaitu jenis bahan perekat.

Setiap pakan baik itu Takari maupun Agaru memiliki jenis bahan perekat yang
38

berbeda, sehingga hasil water stability dapat berubah. Faktor lain yang

mempengaruhi water stability yaitu komposisi bahan dan teknik pengolahan

pakan.

4.2.3 Water Absorbtion

Pada praktikum Nutrisi ikan diperoleh hasil dari water absorbtion

didapatkan hasil dari pakan Agaru direndam selama 10 detik sebesar 88,85,

selama 1 menit sebesar 91,09, selama 3 menit sebesar 89,95 dan selama 10

menit sebesar 80,99. Pakan Takari direndam selama 10 detik sebesar 88,64,

selama 1 menit sebesar 88,35, selama 3 menit sebesar 87,5 dan selama 10

menit sebesar 82,47.

Berdasarkan Sahu, et al. (2017), tingkat water absorbtion yang

didapatkan 30,83% - 66,18%. Tingkat water absorbtion dapat meningkat jika

pakan ditambah perekat. Salah satu perekat CIFA-BIND ADD +. Bahan perekat

tersebut sering digunakan pada extruded pelet. Dengan demikian penambahan

perekat ditujukan untuk meningkatkan water absorbtion sehingga peningkatan

water absorbtion adalah hal penting.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka didapatkan hasil Water

Absorbtion. Hasil Water Absorbtion yang baik adalah dengan menggunakkan

pelet Takari. Pakan dapat menyerap hingga sekitar 220% dari bobot awalnya. Hal

ini menunjukkan bahwa pakan apung komersil memiliki komponen berdaya serap

air yang tinggi. Ada berbagai macam komponen pakan ikan yang digunakan

sebagai zat pengikat dan berdaya serap air yang tinggi. Komponen pakan ikan

yang biasa digunakan antara lain agar-agar, pektin, karaginan dan gelatin.

4.2.4 Formulasi Pakan

Pada praktikum Nutrisi ikan diperoleh hasil Formulasi Pakan kadar protein

28%. Formulasi bahan dasar memiliki persentase sebagai berikut: tepung ikan

27% (286, 62 gr), tepung kacang tanah 15% (151, 52 gr), tepung jagung 15%
39

(162,97 gr), tepung dedak 15% (156,25 gr), tepung gaplek 20% (224,24 gr), fish

oil 3% dan vitamin 5%. Dari formulasi bahan dasar tersebut didapatkan harga

Rp. 6.410/kg.

Usaha budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang

cukup dalam jumlah dan kualitas untuk mendukung kualitas yang maksimal.

Biaya pakan dalam budidaya ikan bisa mencapai 60% - 70% dari biaya produksi.

Solusinya ialah diperlukan pengelolaan pakan yang efektif dan efisien melalui

formulasi pakan. Formulasi pakan dapat dihitung menggunakan metode uji coba.

Bahan penyusun pakan kemudian dianalisis proksimat terlebih dahulu untuk

mengetahui kandungan nutrisinya. Pakan dengan kandungan protein 29%

memiliki komposisi pakan antara lain tepung ikan sebanyak 17,59 gr, tepung

kedelai 50 gr, tepung jagung 12,41 gr, dedak padi 13 gr, tepung tapioka 3 gr,

tetes tebu 2 gr dan vitamin mix 2 gr sehingga memiliki total sebanyak 100 gr

(Centyana, et al., 2014).

Formulasi pakan adalah suatu metode untuk menyusun komposisi bahan

pakan yang dibutuhkan sesuai dengan kadar protein yang diinginkan. Dalam

menyusun formulasi pakan, hendaknya melakukan analisis kadar proksimat

terhadap bahan yang akan diformulasikan. Selain itu, Sebelum melakukan

formulasi pakan, harus diketahui terlebih dahulu terkait jenis ikan yang akan

dibudidayakan, kebutuhan nutrisi ikan, komposisi nutrisi untuk masing-masing

bahan baku serta mengetahui kandungan anti nutrisi yang terkandung di dalam

bahan baku. Penentuan bahan baku yang akan digunakan sebagai pakan ikan

juga perlu diperhatikan ketersediaan serta harga bahan baku tersebut. Formulasi

yang digunakan pada praktikum nutrisi ikan yaitu berdasarkan kadar protein

28%.
40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan serta pengujian pada praktikum Nutrisi Ikan

maka didapatkan kesimpulan bahwa:

a. Nutrisi ikan adalah kandungan gizi/ nutrient yang terkandung dalam pakan

ikan. Kandungan gizi yang baik adalah kandungan yang cukup untuk

pertumbuhan optimal ikan budidaya

b. Analisis proksimat merupakan pengujian bahan pakan yang akan

diformulasi menjadi pakan ikan. Meliputi analisa kadar kering, protein,

lemak, serat kasar, dan kadar abu.

c. Analisis fisik merupakan pengujian fisik pakan yang akan diberikan

kepada ikan budidaya. Meliputi Floating Ability, Water Stability, Water

Absorbtion, Formulasi Pakan, serta Pembuatan Pakan.

d. Floating Ability merupakan uji daya pakan terhadap lama paka direndam

air. Semakin lama pakan megapung maka semakin baik nilai FA-nya.

Semakin baik nilai FA maka semakin layak pakan terapung untuk

dikonsumsi ikan.

e. Water Stability merupakan uji daya pakan terhadap lama waktu yang

dibutuhkan pakan hingga lembek dan hancur. Pengujian WS dilakukan

berdasarkan prinsip penentuan berat kering pakan setelah di rendam air

selama beberapa waktu tertentu. Maka didapatkan persamaan untuk

mencari nilai WS, yaitu:

f. Water Absobtion merupakan uji daya pakan terhadap lama waktu yang

dibutuhkan pakan untuk menyerap air. Pengujian WA dilakukan


41

berdasarkan prinsip penentuan persen penambahan berat sampel pakan

setelah perendaman dalam air selama waktu tertentu. Maka didapatkan

persamaan untuk mencari nilai WA, yaitu:

g.

Formulasi pakan merupakan penentuan komposisi pakan yang disusun

berdasarkan kebutuhan gizi ikan. Ada 4 metode dalam melakukan

formulasi pakan. Diantaranya adalah metode bujur sangkar, persamaan

aljabar, worksheet, dan program linier.

h. Hasil persentase kadar kering yang diperoleh pada tepung ikan sebesar

95,5 % tergolong baik, tepung jagung sebesar 92,04% tergolong baik,

Tepung kacang sebesar 100% tergolong baik dan tepung dedak sebesar

96% juga tergolong baik.

i. Hasil persentase kadar protein yang diperoleh pada tepung ikan sebesar

36,3%, tepung jagung sebesar 14,8%, tepung kacang sebesar 14,06%,

dan tepung dedak sebesar 29,14%.

j. Hasil persentase kadar lemak kasar tepung jagung sebesar 13,46% dan

lemak asli sebesar 27,56%. Lemak kasar tepung ikan sebesar 4,64% dan

lemak asli sebesar 35,30%. Lemak kasar tepung kacang sebesar 44,85%

dan lemak asli sebesar 49,32%. Lemak kasar tepung dedak sebesar

16,83% dan lemak asli sebesar 20,9%.

k. Hasil persentase kadar abu atau mineral yang diperoleh pada tepung ikan

sebesar 63,2% (baik), tepung jagung sebesar 4,8% (kurang baik), tepung

kacang sebesar 7,52% (kurang baik), dan tepung dedak sebesar 18,92%

(baik).

l. Hasil perhitungan Formulasi Pakan didapatkan dengan kadar protein

sebesar 28%. Formulasi pakan untuk kadar protein tersebut dengan


42

harga pakan sebesar Rp. 6.410/kg,- tepung ikan 27% (286, 62 gr), tepung

kacang tanah 15% (151, 52 gr), tepung jagung 15% (162,97 gr), tepung

dedak 15% (156,25 gr), tepung gaplek 20% (224,24 gr), fish oil 3% dan

vitamin 5%.

m. Hasil pengujian floating ability yang diperoleh dari jenis pakan Takari

selama 12 menit tergolong sangat baik, sedangkan jenis pakan agaru

selama 0,6 detik tergolong tidak baik.

n. Hasil pengujian Water Stability yang diperoleh dari jenis pakan Agaru

sebesar 87,7%, sedangkan pakan Takari didapatkan hasil sebesar 90,8%

o. Water absorbtion didapatkan hasil dari pakan Agaru terendam selama 10

detik sebesar 88,85, selama 1 menit sebesar 91,09, selama 3 menit

sebesar 89,95 dan selama 10 menit sebesar 80,99. Pakan Takari

terrendam selama 10 detik sebesar 88,64, selama 1 menit sebesar 88,35,

selama 3 menit sebesar 87,5 dan selama 10 menit sebesar 82,47.

5.2 Saran

Berdasarkan praktikum Nutrisi Ikan terdapat beberapa saran antara lain

sebaiknya lebih berhati-hati dalam penggunaan alat laboratorium. Saat praktikum

menggunakan timbangan sebaiknya kedua kaca timbangan ditutup agar hasil

timbangan tidak dipengaruhi udara dan hasilnya valid.


43

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., M. Junaidi, Paryono, N. Cokrowati dan S. Yuniarti. 2015. Pertumbuhan


dan konsumsi pakan ikan Lele (Clarias sp.) yang diberi pakan berbahan
baku lokal. Depik. 4(1): 33-39.
Aslamyah, S. & Y. Fujaya. 2009. Formulasi Pakan Buatan Khusus Kepiting yang
Berkualitas Murah dan Ramah Lingkungan. Jurnal Sains dan Teknologi,
Seri Ilmu-Ilmu Pertanian, 9 (2) 133-141.
Azizah, N., Rindhira. H. Z dan Muliari. 2017. Efektivitas penambahan tepung
keong mas (Pomacea canaliculta) dalam pakan buatan terhadap
pertumbuhan benih ikan bandeng (Chanos chanos Forskall). Jurnal
Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya. 1(1): 8-14.
Centyana, S., L. Helfrich, D. Kuhn and M. Schwarz. 2017. Understanding fish
nutrition, feeds and feeding. Virginia Cooperative Extension. 1-6.

Dengah, S, P., Umboh, J, F., Rahasia, C, A., Kowel, Y, H, S. 2016. Pengaruh


Penggantian Tepung Ikan Dengan Tepung Mggot (Hermetia illucens)
Dalam Ransum Terhadap Performans Broiler. Jurnal Sumberdaya Alam
dan Lingkungan. 1 (2): 46 – 50

Gunawan, D. 2010. http://www.ditjennak.go.id/ regulasi Pedoman Pemb Pabrik


Pakan Skala Kecil pdf. Diakses tanggal 7 Desember 2011, pukul 19.15

Handajani, H. dan Wahyu W. 2010. Nutrisi Ikan. Malang: UMM Press.

Handayani, I., Nofyan, E., Wijayanti, M. 2014. Optimasi Tingkat Pemberian


Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan
Patin Jambal (Pangasius djambal). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2
(2): 175 - 187Marzuqi, M., dan Anjusary, D, N. 2013. Kecernaan Nutrien
Pakan Dengan Kadar Protein Dan Lemak Berbeda Pada Juvenil Ikan
Kerapu Pasir (Ephinephelus corallicola). Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis. 5(2): 311 – 323

Kordi, K. M. Ghufran. 2010. Budi Daya Ikan Nila di Kolam Terpal. Yogyakarta: Lily
Publisher

Putranto, H, F., Asikin, A, N., Kusumaningrum, I. 2015. Karakterisasi Tepung


Tulang Ikan Belida (Chitala sp) Sebagai Sumber Kalsium Dengan Metode
Hidrolisis Protein. Jurnal Ziraa'ah. 40 (1): 11 – 20

Sahu, B. B., K. C. Das, N. K. Barik, A. Paikaray, A. Agnibesh, S. Mohapatra, K. N.


Mahanta, S. K. Nayak and P. Jayasankar. 2017. Development of fish
hydrolysate (bind-add+) incorporated extruded pellets and its performance
in tilapia (Oreochromis niloticus) feeding trial. International Journal of
Advanced Engineering Research and Science. 4(1): 119-125.

Syahputra, E. 2005. Best Management Practices: Panduan Budidaya Ikan Nila


Sistem Keramba jaring Apung. Tim Prikanan WWF-Indonesia
44

Zaenuri, R., Suharo, B., Sutan, A, T. 2014. Kualitas Pakan Ikan Berbentuk Pelet
Dari Limbah Pertanian. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 1(1):
31 - 36.
45

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan


a. Alat
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
1. Oven

2. Eksikator

3. Timbangan Digital
46

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
4. Kompor Listrik

5. Nampan

6. Akuarium

7. Crossible porcelain

8. Serbet
47

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
9. Petridish

10. Mortar dan alu

11. Sendok

12. Beaker glass 600 ml

13. Kabel Rol


48

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
14. Spatula

15. Selang

16. Soxhlet

17. Corong

18. Erlenmeyer 500 ml


49

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
19. Pendingin Balik

20. Loyang

21. Silica gel

22. Destruktor
50

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
23. Labu destruksi

24. Gelas ukur 100 ml

25. Destilator

26. Jerigen

27. Buret
51

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
28. Statif

29. Pipet tetes

30. Labu ekstraksi

31. Pemanas listrik

32. Muffle
52

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
33. Crushable tang

34. Erlenmeyer 250 ml

35. Labu didih 250 ml

36. Hot plate

37. Laptop
53

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
38. Seser

39. Ayakan

40. Alat penggilingan

41. Baskom
54

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
42. Heater

43. Aerator set

44. Stopwatch

45. Saringan teh


55

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
46. Termometer akuarium

47. pH meter

48. Ember 5 liter

49. Gayung
56
57

b. Bahan
No Nama Gambar
1. Tepung Kacang

2. Tepung Ikan

3. Tepung Jagung

4. Tepung Dedak
58

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
5. Kertas Label

6. Tisu

7. pH Paper

8. Vaseline
59

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
9. Aquadest

10. Air

11. Aluminum Foil

12. Minyak Ikan


60

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
13. Kertas Koran

14. Kapas

15. Benang Kasur

16. Methyl Orange


61

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
17. Lateks

18. Air Panas

19. Plastik Klip

20. Alat Tulis


62

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
21. Kertas alas

22. H2SO4 96-98%

23. H2SO4 0,3 N

24. Tablet kjeldahl


63

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
25. Asam boraks 3%

26. H2O

27. NaOH (N 0,313)


64

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
28. Petroleum ether 50 ml

29. K2SO4 10% 15 ml

30. H2SO4 200 ml (N 0,255)

31. Alkohol 96%


65

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
32. Kertas saring

33. Kain blancu

34. Tepung gaplek

35. Pellet (Agaru)


66

Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
36. Pellet (Takari)

37. Vitamin C

38. Plastik

39. Ikan Lele (Clarias sp.)


67

Lampiran 2. Skema Kerja

a. Analisis Proksimat

 Analisis Kadar Kering

Petridish
- Dioven pada suhu 105oC selama 1 jam
- Dipindahkan ke dalam eksikator ± 30 menit
- Ditunggu hingga dingin
- Ditimbang (a)
Sampel
- Ditimbang 0,5 gram
- Diletakkan ke dalam petridish (b)
- Dioven pada suhu 105oC (bahan kering ± 6 jam, bahan basah ± 24 jam)
- Dimasukkan ke dalam eksikator ± 30 menit
- Ditimbang
- Dihitung kadar kering dengan rumus:

Hasil

 Analisis Protein

- Standarisasi H2SO4
Na2CO3
- Ditimbang 0,2-0,3 gr
- Dilarutkan di dalam 40-50 ml akuades
- Ditambahkan 3-4 tetes indikator methyl orange
- Dititrasi dengan asam sulfat (H2SO4), hingga berwarna merah
- Normalitas asam sulfat (H2SO4) dihitung dengan rumus:

Keterangan :
53  1 2 BM Na 2 CO 3
1000  faktor koreksi dari gram ke miligram
Hasil
68

- Destruksi
Sampel

- Ditimbang 0,3 gr
- Dimasukkan ke dalam labu destruksi
- Ditambah 1/3 tablet kjedahl 1.6 gr katalis destruksi
- Ditambah 15 ml asam sulfat 96-98%
- Dimasukkan dalam rak destruksi
- Diletakkan pada alat destruksi
- Ditutup labu dengan alat yang ada saluran asap
- Dihubungkan dengan stop kontak
- Dipanaskan pada suhu 350oC dalam waktu 15-25 menit
- Dinaikkan suhu sampai 380oC sampai warna jernih ± 2 jam
- Dimatikan alat
- Ditunggu sampai dingin (40oC, 15 menit)
- Dilepas tutup labu dekstruksi
- Dikeluarkan labu dan rak dari alat destruksi
- Diletakkan di dalam ember kecil
- Ditambahkan aquades melalui dinding tabung sebanyak 50 ml
Destilasi

- Destilasi
Alat Destilasi

- Dihubungkan stop kontak


- Ditekan knop power
- Dibuka kran, perhatikan lampu “cooling” harus menyala, bila tidak
menyala kran dibebaskan
- Ditunggu sampai lampu “start” menyala (5-10 menit)
Analisis

- Diisi 100 ml asam borak 3% ke dalam erlenmyer


- Dipasang tabung destruksi pada alat destilasi
- Ditambah H2O selama 20 detik
- Ditambah NaOH sampai warna biru pertama kali dengan menekan knop
“add NaOH”
- Ditekan knop “power” untuk memulai destilasi hingga volume erlenmeyer
sampai 150ml
- Ditekan knop “stop” apabila volume erlenmeyer sudah 150ml
- Dimatikan alat destilasi dengan memutar tombol “power off”, lalu kemudian
dimatikan kran air

Titrasi

- Titrasi
69

Erlenmeyer

- Ditambah 3 tetes indikator methyl-orange


- Dititrasi sampel (a) dan blanko (b) dengan asam sulfat 0,3 N hingga
merah
- Dicatat ml titrasi sampel (a’) dan ml titrasi blanko (b’)
- Dihitung N% dengan rumus:

Keterangan:
14 = No massa nitrogen

- Dihitung kadar protein dengan rumus:

Hasil
70

 Analisis Lemak

Kertas saring kapas dan benar


kasur
- Dioven selama 24 jam
Bahan pakan

- Dioven selama 1 jam pada suhu 105oC


- Dieksikator selama 15 menit
- Ditimbang masing-masing sebanyak 2 gram
- Dibungkus dengan kapas dan kertas saring
- Ditimbang labu ekstraksi
- Diangkat/disusun pada alat soxhlet hingga membentuk suatu rangkaian
labu
- Diisi petroleum ether sebanyak 50 ml
- Dinyalakan alat
- Dibuka kran
- Diatur suhu antara 40-60oC
- Dibiarkan selama 5-6 jam
- Dioven labu ekstraksi berisi sampel selama 24 jam pada suhu 105oC
- Dikeluarkan sampel dari oven
- Dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit
- Ditimbang sampel dan labu ekstraksi setelah dioven
- Dihitung dengan rumus:

Hasil
71

 Analisis Kadar Abu atau Mineral

Sampel

- Dioven sampel pada suhu 105oC selama 24 jam

Crossible porselin

- Dioven pada suhu 105oC selama 1 jam


- Dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit
- Ditimbang setelah dioven (a)

Sampel bahan kering

- Ditimbang sebanyak 0,5 gr (b)


- Ditempatkan ke dalam crossible porselin
- Dipanaskan di atas kompor listrik sampai berwarna hitam arang (± 1 jam)
dengan daya 600 watt
- Dinyalakan muffle sampai dengan suhu ± 600oC (± 6 jam)
- Dimasukkan crossible porselin ke dalam muffle selama ± 2 jam hingga
arang memutih membentuk abu
- Dimasukkan ke dalam eksikator sampai dingin (± 15 menit)
- Ditimbang berat pengabuan (c)
- Dihitung dengan rumus :

berat abu ca


Kadar abu  x 100%  x 100%
berat sampel b

Hasil
72

- Cara Menggunakan Tungku Pengabuan


Tungku pengabuan

- Dipasang kabel pada stop kontak


- Ditekan “power” untuk menghidupkan
- Ditekan tombol “T”, maka akan muncul suhu pengabuan (600oC)
- Ditekan tombol “time”
- Dipilih lama waktu pengabuan (60-180 menit)
- Ditekan tombol “start”
- Dimasukkan sampel setelah suhu mencapai 600oC
- Ditunggu hingga warna sampel berubah menjadi keputih-putihan
- Ditekan tombol “stop”
- Diambil sampel
- Dimasukkan dalam eksikator
- Ditekan “power” untuk mematikan setelah suhu mencapai ± 25oC
- Dicabut kabel dari stop kontak
- Alat bisa digunakan kembali setelah 24 jam dari waktu dimatikan

Selesai

b. Analisis Fisik Pakan

 Pengujian Floating Ability

Botol plastik

- Diisi dengan air kran atau air sumur


- Ditambahkan aerator setara 8 volt
- Dinyalakan aerator

Pelet

- Ditimbang 2 gram
- Dimasukkan ke dalam 600 ml botol plastik
- Dihitung lama waktu pakan terapung dengan stopwatch hingga pakan
mencapai dasar botol plastik
- Daya apung ditentukan terhadap perbedaan kategori:
(a) sangat baik jika daya apung  10 menit
(b) baik pada daya apung 5 – 10 menit
(c) sedang, pada daya apung 1 – 5 menit
(d) tidak baik, pada daya apung  1 menit.

Hasil
73

 Pengujian Water Stability

Kertas saring

- Ditimbang
- Dicatat beratnya

Alumunium foil

- Ditimbang
- Dicatat beratnya

Botol plastik

- Diisi dengan air kran atau air sumur


- Ditambahkan aerator setara 8 volt

Pelet

- Ditimbang 2 gram
- Dimasukkan ke dalam 600 ml botol plastik
- Dihitung waktu perendaman hingga 3 menit
- Dinyalakan aerator selama 1 menit
- Dimatikan aerator
- Disaring sampel dengan saringan 0,5 mm
- Dipindahkan ke dalam kertas saring dengan sendok plastik
- Dipindahkan ke alumunium foil
- Dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC selama 4 jam
- Sampel yang tidak direndam juga dikeringkan dalam oven pada suhu
100oC selama 4 jam
- Didinginkan
- Ditimbang
- Dihitung dengan rumus:

Hasil
74

 Pengujian Water Absorbtion

Alumunium foil

- Ditimbang
- Dicatat beratnya

Botol plastik

- Diisi dengan air kran atau air sumur


- Ditambahkan aerator setara 8 volt

Pelet

- Ditimbang 2 gram
- Dimasukkan ke dalam 600 ml botol plastik selama: 10 detik, 1, 3, dan 10
menit
- Disaring sampel dengan saringan 0,5 mm
- Dipindahkan ke dalam kertas saring dengan sendok plastik
- Dipindahkan ke alumunium foil
- Dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC selama 4 jam
- Sampel yang tidak direndam juga dikeringkan dalam oven pada suhu
100oC selama 4 jam
- Didinginkan
- Ditimbang
- Dihitung dengan rumus:

Hasil
75

Lampiran 3. Doumentasi Praktikum


a. Analisis Proksimat
- Analisis Kadar Kering

Disiapkan petridish dan dioven pada Dipindahkan petridish ke dalam


suhu 105°C selama 1 jam. desikator ±30 menit.

Ditimbang 0,5 gram sampel dan


Ditimbang petridish (a).
diletakkan di atas petridish.

Dioven (105°C) sampai beratnya Dimasukkan ke dalam desikator ± 30


konstan. menit.
76

Dihitung menggunakan rumus Analisis


Ditimbang sampel dan petridish (c)
Kadar Kering

- Analisis Protein

Ditimbang 0,2-0,3 gr Na2CO3 dan Ditambahkan 2-4 tetes indikator methyl


dilarutkan di dalam 40-50 ml aquadest. orange.

Ditentukan normalitasnya
Dititrasi dengan asam sulfat (H2SO4)
menggunakan rumus perhitungan
hingga berwarna merah.
asam sulfat.

Ditimbang 0,3 gr sampel dan


Ditambah 1/3 tablet Kjedahl 2 gr.
dimasukkan ke dalam labu destruksi.
77

Dimasukkan ke dalam rak destruksi


Ditambah 15 ml asam sulfat 96-98%. .
dan diletakkan pada alat destruksi.

Labu ditutup dengan alat yang ada Dipanaskan antara 350°C selama 15-
saluran asapnya. 25 menit.

Dikeluarkan rak beserta cerobong asap


Kemudian dinaikkan ke suhu 380°C
dari pemanas dan ditunggu hingga
hingga jernih (2 jam).
dingin (40°C, 15 menit).

Labu dikeluarkan dan ditaruh di atas


Dilepaskan alat bercerobong asap.
meja serta ditambah aquades 50 ml.
78

- Destilasi

Diisi erlenmeyer dengan 100 ml asam Tabung dekstruksi dipasang pada alat
borak 3% dengan bantuan gelas ukur. destilasi.

Ditambah NaOH 40% sampai volume Ditekan “start” untuk memulai destilasi
90-100 m. dan lampu akan menyala.

Ditekan “stop” destilasi setelah


Ditambah H2SO4 selama 20 detik.
terdengar bunyi.

Diulang proses destilasi hingga


erlenmeyer mencapai volume 150 ml.
79

- Titrasi

Dititrasi sampel (a) dan blanko (b)


Ditambah indikator methyl-orange
dengan asam sulfat 0,3 N sampai
sebanyak 3 tetes.
berwarna merah .

Diperhatikan minikus buret. Lakukan analisis dengan 2 ulangan.

Dihitung dengan rumus titrasi.


80

- Analisis Lemak

Dioven kertas saring, kapas dan Dioven bahan pakan selama 1 jam
benang kasur. pada suhu 105°C.

Ditimbang masing-masing bahan


Didesikator selama 15 menit.
sebanyak 2 gram

Dibungkus dengan kapas dan kertas


Ditimbang labu ekstraksi.
saring.

Disusun rangkaian alat soxhlet. Labu diisi petroleum ether.


81

Dipanaskan dengan kompor listrik (40- Labu ekstraksi berisi sampel, dioven
60°C) dan ditunggu 5-6 jam. selama 24 jam (105°C).

Sampel dimasukkan desikator selama Kemudian sampel dan labu ekstraksi


30 menit. ditimbang.

Dihitung dengan menggunakan rumus


perhitungan lemak.
82

- Analisis Kadar Abu atau Mineral

Dioven sampel pada suhu 105°C Dioven crossible porselin selama 1


selama 24 jam. jam pada suhu 105°C.

Dimasukkan ke dalam desikator


Ditimbang crossible porselin (a).
selama 15 menit.

Ditimbang sampel bahan kering Ditempatkan sampel ke dalam


sebanyak 0,5 gram (b). crossible porselin.
83

Dipanaskan di atas kompor listrik Dinyalakan muffle sampai suhu ±


sampai sampel menghitam (± 1 jam). 600°C (± 6 jam)

Dimasukkan ke dalam muffle selama


2 jam hingga arang memutih Ditimbang berat akhir pengabuan (c).
membentuk abu.
84

b. Analisis Fisik Pakan


- Proses Pembuatan Pakan

Diayak bahan tersebut hingga


Digiling semua bahan kecuali minyak.
mendapatkan partikel yang lebih kecil.

Ditimbang bahan sesuai komposisi Semua bahan dicampur di dalam


yang telah ditentukan. baskom.

Ditambah vitamin C. Ditambah minyak ikan.

Ditambah air 10-20% dengan cara Dicampur hingga merata menggunakan


sedikit demi sedikit. tangan.
85

Dimasukkan bahan yang telah Dijemur pellet tersebut hingga kadar


tercampur ke dalam mesin pelet. airnya kurang dari 2%.

Pakan yang telah jadi siap diujikan.


86

- Pengujian Floating Ability

Botol plastik ditambah air sebanyak ¾ Dipasang aerator setara 8 volt (sebagai
bagian. pembentuk gelombang air).

Diukur lama waktu menggunakan


Dimasukkan ± 2 gram sampel pakan
stopwatch, pellet mengapung hingga
pellet.
butir pellet terakhir tenggelam.

Ditentukan daya apung pellet


berdasarkan lama waktu pellet
mengapung.
87

- Pengujian Water Stability

Ditimbang pellet ± 5 gram yang Disiapkan botol plastik yang diisi air
dihasilkan (ketelitian 0,01 gram) 200 ml aquadest.

Sampel yang telah ditimbang


Setelah 3 menit, air diberi aerator
dimasukkan ke dalam botol plastik
berdaya 8 volt selama 1 menit.
berisi aquadest.

Disaring sampel menggunakan


Setelah 1 menit, aerator diangkat.
saringan 0,5 mm.

Sampel pakan yang berada di saringan Selanjutnya dipindahkan ke dalam


0,5 mm dipindahkan di atas kertas alumunium foil yang telah ditimbang
saring. sebelumnya.
88

Sampel yang direndam di oven selama 5 gram sampel yang tidak direndam di
4 jam pada suhu 100°C. oven selama 4 jam pada suhu 100°C.

Dihitung menggunakan rumus dan


ditentukan water stability-nya
89

- Pengujian Water Absorbtion

Dimasukkan sampel ke dalam botol


Ditimbang ± 5 gram sampel pakan
gelas plastik berisi aqudest selama (10
pellet (ketelitian 0,01 gram).
detik, 1, 3 dan 10 menit).

Disaring sampel menggunakan


Dipindah sampel di atas kertas saring.
saringan ukuran 0,5 mm.

Dipindahkan sampel dari kertas saring


Ditimbang sampel dan alumunium foil.
ke dalam alumunium foil.
90

Sampel yang direndam di oven selama Sampel yang tidak direndam di oven
4 jam pada suhu 100°C. selama 4 jam pada suhu 100°C.

Sampel yang direndam di oven selama 5 gram sampel yang tidak direndam di
4 jam pada suhu 100°C. oven selama 4 jam pada suhu 100°C.

Ditimbang sampel dan alumunium foil Dihitung menggunakan rumus dan


yang telah dioven. tentukan water absorbtionn
91

Lampiran 4. Perhitungan Analisis Proksimat

- Kadar Kering
Rumus :

Berat Berat
Berat sampel + sampel +
Berat Berat Kadar
Nama petridish PD PD
sampel kering kering Ket
Bahan (gr) sebelum sesudah
(b-a) (c-a) (%)
(a) oven (gr) oven (gr)
(b) (c)
T. 35,01 35,52 35,52 0,51 0,51 100 Baik
Kacang
T. 49,41 49,91 49,89 0,50 0,48 96 Baik
Dedak
T. 49,41 49,9078 49,8682 0,4978 0,4582 92,04 Baik
Jagung
47,425 47,9486 47,9253 0,5236 0,5003 95,5 Baik
T. Ikan

Perhitungan:

Tepung Kacang Tepung Dedak


0,51 0,48
Kadar Kering = x100% Kadar Kering = x100%
0,51 0,50
= 100 % = 96 %

Tepung Jagung Tepung Ikan


0,4582 0,5003
Kadar Kering = x100% Kadar Kering = x100%
0,4978 0,5236
= 92,04 % = 95,5 %
92

Protein

Rumus :

x H2SO4 …..N

Kadar Protein = N% x faktor konversi

Berat
ml Titrasi Kadar
Nama Sampel Nitrogen
Protein
Bahan (gr) (%)
Sampel (a) Blanko(b) (%)
(a)
Tepung
0,3 2,1 0,3 2,52 14,06
Kacang
Tepung 0,3 3,9 0,3 5,04 29,14
Dedak
Tepung 0,3 3,4 1,6 0,252 14,8
Jagung
Tepung 0,3 6 1,6 0,0616 36,3
ikan

Perhitungan:

Tepung Kacang Tepung Dedak

= 2,52 = 5,04

Kadar Protein = N% x faktor konversi Kadar Protein = N% x faktor konversi


= 2,52 x 5,9 = 0,252 x 5,9
= 14,06% = 29,14%

Tepung Jagung Tepung Ikan

= 0,252% = 0,616%

Kadar Protein = N% x faktor konversi Kadar Protein = N% x faktor konversi


= 0,7 x 5,9 = 2,1 x 6,25
= 14,8% = 36,3%
93

- Lemak
Rumus :

Berat Sampel Sampel Labu Labu Lemak


Nama Lemak
sampel awal akhir Ekstraksi Ekstraksi kasar
Bahan asli (%)
(gr) (gr) (gr) awal akhir (%)

T.
2,0002 3,549 2,6518 28,246 29,2324 44,85 49,32
Kacang

T.
2,0001 3,928 3,5913 36,1065 36,5247 16,83 20,9
Dedak

T.
2,0045 3,704 3,4342 35,232 35,7845 13,46 27,56
Jagung

T. Ikan 2,0003 3,618 3,5252 34,905 35,6121 4,64 35,30

Perhitungan:
Tepung Kacang Tepung Dedak

Lemak Kasar = x 100% Lemak Kasar = x 100%

Lemak Asli = x 100% Lemak Asli = x100%

Tepung Jagung Tepung Ikan

Lemak Kasar = x 100% Lemak Kasar = x100%

Lemak Asli = x 100% Lemak Asli = x 100%


94
95

- Kadar Abu
Rumus :
berat abu ca
Kadar abu  x 100%  x 100%
berat sampel b
Nama Berat Berat Berat cawan Berat Kadar Keterangan
Bahan cawan sampel + sampel abu (gr) abu
(gr) (gr) setelah (c-a) (%)
(a) (b) dioven(gr)
(c)
T. ikan 25,6017 0,51 25,92 0,3026 63,2 Baik
T.
21,6596 0,50 21,70 0,0234 4,8 Kurang baik
jagung
T.
14,282 0,51 14,30 0,0151 7,52 Kurang baik
kacang
T.
21,268 0,50 21,36 0,0792 18,92 Baik
dedak

Perhitungan:
96

Lampiran 5. Perhitungan Analisis Fisik Pakan

- Floating Ability

No. Jenis Pakan Waktu Indikator

1 Agaru 0,6 detik Kurang Baik

2 Takari 12 menit Sangat Baik

- Water Stability

Rumus :

Berat Alas
Berat Berat (gram) Berat
Jenis WS
NO Awal Akhir Sampel
Pakan
(gram) (gram) Awal Akhir (gram)

1. Agaru 2 gram 1,775 0,811 - 2,586 87,7%

2. Takari 2 gram 1,693 0,856 - 2,549 90,8%


Agaru
3. 2 gram 2,022 0,758 - 2,78 -
Kering
Takari
4. 2 gram 1,864 0,634 - 2,498 -
Kering

Perhitungan:

Agaru Takari

WS = WS =

= 87,8% = 90,8%
97

- Water Absorbtion

Rumus :

Berat Berat Berat Berat


Jenis
NO Waktu Awal Akhir Alas Sampel
Pakan
(gram) (gram) (gram) (gram)

1 0 detik Agaru 2 2,009 0,901 -

2 (kontrol) Takari 2 2,008 0,625 -

3 Agaru 2,004 1,785 0,791 88,85


10 detik
4 Takari 2,004 1,780 0,820 88,64

5 Agaru 2,002 1,830 0,840 91,09


1 menit
6 Takari 2,003 1,774 0,679 88,35

7 Agaru 2,004 1,807 0,850 89,95


3 menit
8 Takari 2,002 1,757 0,729 87,5

9 Agaru 2,005 1,627 0,982 80,99


10 menit
10 Takari 2,002 1,656 0,715 82,47

Perhitungan:

Agaru Takari
10 detik = (1,785) x 100% 10 detik = (1,780) x 100%
(2,009) (2,008)
= 88,85% = 88,64 %

1 menit = (1,830) x 100% 1 menit = (1,774) x 100%


(2,009) (2,008)
= 91,09% = 88,35%

3 menit = (1,807) x 100% 3 menit =(1,757) x 100%


(2,009) (2,008)
= 89,95% = 87,5%

10 menit=(1,627) x 100% 10 menit=(1,656) x 100%


(2,009) (2,008)
98

= 80,99% = 82,47%
1

Lampiran 6. Formulasi Pakan

- Formulasi Pakan

KOMPOSISI KIMIA BAHAN


T.
BAHAN DASAR % komposisi (%) T. T. T. T. FISH
DIET KACANG VIT
IKAN JAGUNG DEDAK GAPLEK OIL
TANAH
T. IKAN 27,00 K-KERING 94,30 94,20 99,00 92,04 96,00 89,19 99 100
T. KACANG TANAH 15,00 PROTEIN 28,00 45,50 36,30 15,70 14,80 11,74
T. JAGUNG 15,00 LEMAK 18,55 11,00 46,50 11,00 20,90 4,23 99
T. DEDAK 15,00 SERAT 13,16 14,00 12,00 2,00 12,00 27,38
T. GAPLEK 20,00 ABU 20,60 53,85 4,80 4,50 15,30 11,83
KARBOHIDRAT
FISH OIL 3 (BETN) 34,56 5,38 34,49 69,01 57,46 44,82
ENERGI
VIT 5 (kkal/gram) 4,00
Harga (Rp/kg) 6410,00 9000 7000 7000 6000 4000 6000
TOTAL 100,00

KEBUTUHAN TEPUNG GRAM


T. IKAN 286,62
T. KACANG TANAH 151,52
T. JAGUNG 162,97
T. DEDAK 156,25
T. GAPLEK 224,24
1

Anda mungkin juga menyukai