Oleh:
Oleh:
MAHASISWA PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA KAMPUS 3 KEDIRI
ANGKATAN 2016
Oleh:
Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan Universitas Brawijaya
Kampus 3 Kediri Angkatan 2016
Mengetahui,
Dr. Ir. Anik Martinah Hariati, M.Sc Nasrullah Bai Arifin, S.Pi, M.Sc
NIP. 196103101987012001 NIP. 2016058408291001
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki keistimewaan
dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan dan
Anik Martinah H., M.Sc dan Bapak Nasrullah Bai Arifin, S.Pi, M.Sc selaku Dosen
dan arahan sejak awal praktikum hingga selesainya penulisan Laporan Ketik ini.
Seluruh Staf Pengajar (Dosen) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Khususnya
Staf Nutrisi Ikan yang telah memberikan bekal pengetahuan selama penulis
Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa jua senantiasa penulis berharap
semoga pengorbanan dan segala sesuatunya yang dengan tulus dan ikhlas telah
diberikan dan penulis dapatkan akan selalu mendapat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, Amin.
v
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Laporan Praktikum Nutrisi Ikan. Laporan ini merupakan salah satu syarat lulus
praktikum Nutrisi Ikan. Laporan Praktikum ini disusun sebagai bukti telah
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar lebih baik untuk
kedepannya.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMAKASIH iv
RINGKASAN v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Waktu dan Tempat 2
III. METODELOGI 9
3.1 Alat dan Fungsi 9
3.1.1 Analisis Proksimat 9
3.1.2 Analisis Fisik Pakan 11
3.1.3 Uji Biologi 12
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN.........................................................................................................44
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I. PENDAHULUAN
diberikan pada ikan budidaya. Apabila pakan yang diberikan pada ikan
peliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi maka hal ini tidak
saja menjamin hidup dan aktivitas ikan tetapi juga mempercepat pertumbuhanya.
Oleh karena itu, pakan yang diberikan pada ikan budidaya selama dipelihara,
tidak hanya sekedar cukup dan tepat waktu, tetapi juga pakan tersebut harus
memiliki kandungan nutrisi atau gizi yang tinggi. Bila ikan budidaya
terhambat bahkan ikan timbul gejala-gejala tertentu yang disebut kekurangan gizi
Pakan terdiri dari dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Di
antara kedua jenis pakan tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangannya. Oleh
karena sebab itu, peternak perlu memperhatikan perbedaan kedua jenis pakan
tersebut agar dapat menentukan saat yang tepat untuk menggunakan pakan
alami atau pakan buatan. Pakan alami biasanya digunakan dalam bentuk hidup
buatan dapat diartikan secara umum sebagai pakan yang berasal dari olahan
beberapa bahan pakan yang memenuhi nutrisi yang diperlukan. Pakan buatan
untuk mengetahui nilai nutrisi suatu makanan dan pemanfaatannya oleh ikan
biasanya tidak diterangkan secara rinci (detail) dalam teori. Cara Analisis bahan-
bahan makanan, feses dan tubuh ikan (carcass) itu sendiri sangat penting,
karena dari sinilah formulasi pakan dapat disusun dengan baik dan akurat serta
11
ikan. Nilai nutrisi suatu makanan atau bahan makanan dapat pula diukur dari
koefisien cerna makanan tersebut, dimana nilai ini dapat menunjukkan seberapa
analisis proksimat, analisis fisik pakan, formulasi, pembuatan pakan dan uji
biologi.
Tujuan dari praktikum Nutrisi Ikan adalah untuk melatih mahasiswa agar
Laboratorium Ilmu Teknologi Hasil Perikanan divisi Nutrisi Ikan dan divisi
diformulasi dan diolah menjadi ransum pelet, crumble atau mash. Parameter
pengujian bahan ini meliputi parameter kadar air, protein, lemak, serat kasar,
abu, kalsium (Ca) dan fospor (P) (Gunawan, 2010). Analisis proksimat
sesuai dengan yang dikehendaki dan dapat mengetahui nilai gizi suatu makanan.
air, protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), serat kasar dan abu
dari pada bahan makanan. Jumlah BETN dengan serat kasar merupakan total
karbohidrat.
yang akan di analisis harus dapat mewakili keseluruhan bahan yang akan
mikron.
6. Untuk bahan basah (misal ikan), sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu
7. Baik sampel bahan kering maupun basah dianalisis dalam bentuk bahan
dalam analisis proksimat dan secara umum telah banyak dipergunakan dalam
II.1.2 Protein
bagi proses kehidupan dan merupakan unsur pokok dalam makanan. Dengan
menggunakan metode kjeldahl, kadar protein dapat ditaksir dari hasil analisis
nitrogen yang dikalikan dengan faktor konversi. Berikut adalah faktor konversi
Analisis protein atau nitrogen dengan metode Kjeldahl terbagi dalam tiga
tahap, yaitu:
- Na2CO3 standard
- Methyl orange
II.1.3 Lemak
Lemak merupakan bahan yang tidak larut di dalam air, sangat sedikit larut
di dalam alkohol dan larut di dalam pelarut organik seperti: karbon tetraoksida,
Apabila sampel dipanaskan pada suhu 500-6000C, maka air dan unsur
pokok lainnya yang mudah menguap akan berkembang menjadi uap, sedangkan
bahan organik lainnya akan terbakar menjadi karbondioksida dari nitrogen, silikat
dan klorida. Residu unsur inorganik tersebut merupakan bahan abu. Unsur K,
Na, Ca dan Mg diperoleh dalam jumlah yang sedikit; dan unsur selain itu akan
memanaskan bahan pada suhu yang tinggi (500 – 6000C). Kadar abu diperoleh
formulasi makanan buatan dibuat sesuai dengan jenis dan tingkat perkembangan
penyimpanan.
yang dikehendaki seperti bentuk emulsi, tepung, flake, pellet dan remah
yang akan dipelajari dalam praktikum ini yaitu cara pembuatan pellet dengan
Uji daya tahan dalam air dilakukan dengan merendam pellet dalam air
dan dihitung berapa lama pellet tersebut tahan dalam air sampai hancur.
Semakin lama pelet tersebut hancur, semakin baik kualitas pellet tersebut. Selain
dari faktor kekerasan pelet, daya tahan pellet dalam air dapat disiasati dengan
pengeringan yang optimal dan merata dan memperbesar ukuran pelet seoptimal
Pengujian standar terhadap daya apung pakan pellet sampai saat ini
masih belum baku. Hasil percobaan pendahuluan terhadap produk pakan pellet
menit. Namun demikian, pada kondisi praktis pakan pellet hanya diperlukan
pada pakan uji adalah pengamatan water stability meliputi kecepatan pecah dan
dalam air atau stabilitas pakan dalam air adalah tingkat ketahanan pakan di
dalam air atau berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pakan lembek dan
hancur, meliputi uji kecepatan pecah dan dispersi padatan. Uji kecepatan pecah
PRINSIP : Penentuan berat kering pakan setelah di rendam dalam air selama
persentase berat. Persen penyerapan air oleh pakan dimana perlu penambahan
pada berat bahan setelah dikurangi dengan air yang terdapat dibawah keadaan
III. METODELOGI
Alat Fungsi
Oven untuk mengeringkan sample dan petridish serta
mengurangi kadar air
Petridish untuk tempat sampel saat di oven
Timbangan digital untuk menimbang bahan pakan dan petridish
Eksikator untuk wadah menyerap uap air
Loyang untuk wadah petridish saat di oven
Serbet untuk membantu mengambil loyang dari oven
Silica gel untuk menyerap uap air dalam ekskator
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum
Sendok plastik untuk membantu mengambil bahan pakan saat
ditimbang
b. Analisis Protein
Alat Fungsi
Destruktor untuk mengubah protein menjadi amonium
sulfat
Labu destruksi untuk wadah pengujian protein
Mortal dan alu Kjedahl untuk menghaluskan tablet kjedahl
Timbangan digital untuk menimbang sampai ketelitian 10-2
Gelas ukur untuk wadah larutan
Destilator untuk mengubah amonium sulfat menjadi
amonia
Erlenmeyer 250 ml untuk wadah akuades dan H2SO4
Jerigen untuk wadah NaOH dan H2O
Sendok plastik untuk membantu mengambil bahan pakan pada
saat ditimbang
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum
Botol plastik untuk tempat pengenceran
Serbet loyang untuk membantu mengambil porselen dari oven
Buret untuk wadah larutan titrasi
Statif untung penyangga buret
18
c. Analisis Lemak
Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Proksimat
Alat Fungsi
Soxhlet untuk alat uji lemak
Labu ekstraksi untuk tempat petroleum ether saat dipanaskan
Pendingin balik untuk melindungi uap petroleum ether
Selang pendingin untuk menyalurkan air ke pendingin balik
Pemanas listrik untuk memanaskan petroleum ether
Timbangan digital untuk menimbang sample dengan ketelitian 10-2
Eksikator untuk wadah menyerap uap air
Oven untuk mensterilisasi alat
Silica gel untuk menyerap uap air
Proksimat mengenai Analisis Kadar Abu atau Mineral adalah sebagai berikut:
Alat Fungsi
Oven untuk mengeringkan sampel dalam crosible
porcelain
Timbangan digital untuk menimbang sampel dan crosible porcelain
Crosible porcelain untuk tempat sampel pada saat pengujian
Eksikator untuk wadah mendinginkan dan menyerap air
Muffle untuk proses pengabuan
Kompor listrik untuk memanaskan sample sampai terbentuk arang
Crushable tang untuk membantu memindahkan crosible porcelain
untuk membantu mengangkat crosible porcelain
Serbet dan loyang
untuk tempat crosible porcelain dan sampel pada
Loyang saat di oven
Nampan untuk wdah alat dan bahan pada saat praktikum
Silica gel untuk menyerap uap air dalam eksikator
19
a. Formulasi Pakan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik pakan
Alat Fungsi
Laptop untuk menghutung formulasi pakan
Kabel rol untuk mengalirkan arus listrik
Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik Pakan
Alat Fungsi
Ayakan untuk menghaluskan bahan pakan
Alat penggilingan untuk mencetak pakan
Timbangan digital untuk menimbang bahan pakan dengan ketelitian 10-2
Baskom untuk tempat mencampurkan bahan
Heater untuk memanaskan air
Oven untuk mengeringkan sampel atau pakan
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum
Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik
Alat Fungsi
Aerator set untuk membuat arus dan gelombang
Stopwatch untuk menghitung lama daya apung pakan
Timbangan digital untuk menimbang dan mengukur sampel dengan
ketelitian 10-2
Botol plastik untuk wadah sampel
Serbet untuk mengeringkan alat yang sudah digunakan
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum
Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik
Alat Fungsi
Timbangan digital untuk menimbang sampel yang akan diuji dengan
ketelitian 10-2
Stopwatch untuk menghitung lama waktu pakan hancur
Oven untuk mengeringkan sampel yang telah diuji
Botol plastik untuk wadah saat pengujian sampel
Serbet untuk pengondisian kering
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum
Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik
Alat Fungsi
Timbangan digital untuk menimbang sampel yang akan diuji dengan
ketelitian 10-2
Aerator set untuk menyuplai oksigen
Stopwatch untuk menghitung lama waktu pakan hancur
Oven untuk mengeringkan sampel yang telah diuji
Loyang untuk wadah sampel saat pengovenan
Botol plastik untuk wadah saat pengujian sampel
Serbet untuk pengondisian kering
Nampan untuk wadah alat dan bahan praktikum
Saringan teh untuk menyaring sampel yang telah diuji
Sendok plastik untuk mengambil sampel
Alat yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Uji Biologi
Alat Fungsi
Akuarium untuk wadah hidup ikan lele (Clarias sp.)
Aerator set untuk suplai oksigen pada air
Kabel rol untuk menyambungkan arus listrik
Selang aerator untuk sifon air pada akuarium
Timbangan digital untuk sampling ikan dan pakan dengan ketelitian 10-2
Seser untuk mengambil ikan dari akuarium
Termometer akuarium untuk mengukur suhu pada media pemeliharaan
pH meter untuk mengukur pH pada media pemeliharaan
DO meter untuk mengukur DO pada media pemeliharaan
Ember 5L untuk wadah air pada saat dilakukan pergantian air
21
Bahan Fungsi
Tepung jagung sebagai sampel yang akan diuji kadar keringnya
Tepung dedak sebagai sampel yang akan diuji kadar keringnya
Tepung ikan sebagai sampel yang akan diuji kadar keringnya
Tepung kacang tanah sebagai sampel yang akan diuji kadar keringnya
Kertas label sebagai penanda cawan porselen
Kertas buram sebagai alas saat penimbangan sampel
Proksimat mengenai Analisis Kadar Kering adalah sebagai berikut:
b. Analisis Protein
Bahan Fungsi
Tepung ikan sebagai sampel yang akan diuji kadar proteinnya
Tepung jagung sebagai sampel yang akan diuji kadar proteinnya
Tepung kacang tanah sebagai sampel yang akan diuji kadar proteinnya
Tepung dedak sebagai sampel yang akan diuji kadar proteinnya
Kertas buram sebagai alas saat penimbangan sampel
H2SO4 96%-98% sebagai oksidator dalam proses destruksi protein
Tablet kjedahl sebagai katalisator dalam proses destruksi
Kertas label sebagai penanda sampel setiap perlakuan
Lateks sebagai pelindung tangan
Benang kasur sebagai pengikat sapel dan menali cerobong
Asam boraks 3% sebagai penampung jumlah amonia yang dihasilkan
Akuades sebagai penghidrolisis protein
Air sebagai pendingin saat destilasi
NaOH sebagai pengondisian basa
Methyl orange sebagai indikator asam basa
Tisu sebagai pembersih alat
Masker sebagai pelindung hidung agar
c. Analisis Lemak
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Proksimat
Bahan Fungsi
Tepung jagung sebagai bahan yang akan diuji kadar lemaknya
Tepung dedak sebagai bahan yang akan diuji kadar lemaknya
Tepung ikan sebagai bahan yang akan diuji kadar lemaknya
Tepung kacang tanah sebagai bahan yang akan diuji kadar lemaknya
Petroleum ether 50ml sebagai pelarut lemak
Air sebagai penurun suhu pada pendingin balik
Benang kasur sebagai pengikat sampel
Kertas label sebagai penanda pada setiap perlakuan
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Proksimat
Bahan Fungsi
Tepung ikan sebagai sampel yang akan diukur kadar abunya
Tepung kacang tanah sebagai sampel yang akan diukur kadar abunya
Tepung dedak sebagai sampel yang akan diukur kadar abunya
Tepung jagung sebagai sampel yang akan diukur kadar abunya
Kertas label sebagai penanda sampel
a. Formulasi Pakan
Bahan yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik Pakan
Bahan Fungsi
Tepung ikan sebagai bahan baku pembuatan pakan
Tepung kacang tanah sebagai bahan baku pembuatan pakan
Tepung jagung sebagai bahan baku pembuatan pakan
Tepung dedak sebagai bahan baku pembuatan pakan
Tepung gaplek sebagai bahan baku pembuatan pakan
Minyak ikan sebagai pemberi aroma pada pakan
Vitamin dan mineral sebagai penambah nutrisi pada pakan
Bahan yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik Pakan
Bahan Fungsi
Tepung ikan sebagai bahan baku pembuatan pakan
23
Bahan yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik
Bahan Fungsi
Air sebagai media sampel pakan uji
Pelet Agaru dan Takari sebagai bahan yang diuji
Kertas label sebagai penanda perlakuan pengujian
Bahan yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik
Bahan Fungsi
Air sebagai media sampel pakan uji
Pelet Agaru dan Takari sebagai bahan yang diuji
Kertas label sebagai penanda perlakuan pengujian
Kertas saring sebagai wadah pakan dan penyaring pakan
Alumunium foil sebagai wadah saat pengovenan
Bahan yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Fisik
Bahan Fungsi
Air sebagai media sampel pakan uji
Pelet Agaru dan Takari sebagai bahan yang diuji
Kertas label sebagai penanda perlakuan pengujian
Kertas saring sebagai wadah pakan dan penyaring pakan
Alumunium foil sebagai wadah saat pengovenan
24
kering, langkah pertama yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan bahan. Ambil
petridish kemudian dioven pada suhu 1050C selama 1 jam. Langkah selanjutnya
hingga dingin, kemudian timbang petridish (a). Langkah berikutnya ambil sampel
yang akan diuji kadar keringnya. Timbang sampel sebanyak 0,5 gram, lalu
letakkan sampel ke dalam petridish (b). Berikutnya, di oven pada suhu 1050C
sampai beratnya konstan (untuk bahan kering dioven ± selama 6 jam). Setelah
Perhitungan:
Keterangan:
a = Berat petridish setelah oven awal (gr).
b = Berat sampel + Petridish setelah oven awal (gr).
c = Berat sampel + Petridish sesudah oven kedua (gr).
b. Analisis Protein
analisis protein dilakukan dengan beberapa tahap yaitu destruksi, destilasi dan
- Destruksi
Proses dekstuksi pertama timbang sampel bahan kering 0,3 gram dan
asam sulfat 96-98% lalu dihomogenkan. Hal yang sama dilakukan pada blanko
dalam rak destruksi bagian depan. Lalu, tutup labu ekstraksi dengan saluran
asap dan ikat menggunakan tali dengan rapat dan sejajar. Kemudian hubungkan
dengan stop kontak dan dipanaskan antara 350OC selama 15-25 menit,
kemudian suhu dinaikkan sampai 380OC. Tunggu selama 2 jam sampai warna
matikan alat lalu pindahkan rak destruksi ke bagian depan. Lalu tunggu selama
15 menit hingga labu berubah menjadi dingin. Berikutnya, buka tutup labu
- Destilasi
kemudian tekan tombol power. Sambungkan selang “in” pada kran lalu kran
dibuka. Lalu perhatikan lampu “cooling” harus menyala, bila tidak menyala kran
dibebaskan. Tunggu sampai lampu start menyala (5-10 menit). Proses analisis
yang pertama dilakukan siapkan erlenmeyer yang telah diisi 100 ml asam borak
3% dan labu dipasang pada alat destruksi dipasang pada alat destilasi. Lalu
tambahkan juga NaOH 40% sampai berwarna biru pertama kali dengan menekan
knop “add NaOH”. Langkah berikutnya, putar tombol “steam” sampai volume
Erlenmeyer mencapai 150 ml. Apabila sudah, matikan tombol “steam”. Kemudian
- Titrasi
menambahkan indikator methyl orange sebanyak 3 tetes. Sampel (a) dan blanko
(b) dititrasi dengan asam sulfat 0,3 N sampai terjadi perubahan warna merah.
26
Lalu perhatikan minikus buret dan catat ml titrasi sampel dan ml titrasi blanko.
berikut:
Keterangan:
14 = No massa Nitrogen.
c. Lemak
lemak, langkah pertama yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan bahan.
Langkah selanjutnya, siapkan kertas saring, kapas, benang kasur dan labu
ekstraksi. Langkah berikutnya oven kertas saring, kapas, benang kasur dan labu
ekstraksi selama 24 jam. Berikutnya, oven bahan kering pakan selama 1 jam
pada suhu 1050C. Apabila proses pengovenan telah selesai maka alat dan bahan
diatas kertas saring lalu letakkan sampel diatasnya. Bungkus dan ikat dengan
diisi dengan petroleum ether sebanyak 50 ml yang diukur dengan gelas ukur dan
dibantu dengan corong. Disusun rangkaian soxhlet yang terdiri dari pendingin
balik di bagian paling atas, soxhlet di bagian tengah dan labu ekstraksi di bagian
soxhlet pada statif yang terdapat pada kompor listrik. Sambungkan keran pada
pendingin balik, setelah itu kran dibuka lalu nyalakan alat. Atur suhu sampai 60 0C
dan tunggu selama 5 jam. Setelah selesai dipanaskan, kemudian labu ekstraksi
dan sampel dioven selama 24 jam pada suhu 105 0C. Labu ekstraksi dan sampel
Timbang sampel dan labu ekstraksi setelah di oven. Hitung lemak kasar dan
Perhitungan:
abu atau mineral. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan
bahan. Langkah selanjutnya dioven sampel pada suhu 1050C selama 24 jam.
Oven crossible porcelain pada suhu 1050C selama 1 jam. Langkah berikutnya,
Apabila proses pengovenan telah selesai, timbang crossible porcelain (a) dan
timbang sampel bahan kering sebanyak 0,5 gram (b). Masukkan sampel ke
sampai berubah warna menjadi hitam arang (± 1 jam) dengan daya 600 watt.
porcelain beserta sampel ke dalam muffle selama ± 2 jam hingga sampel arang
berubah warna menjadi putih membentuk abu. Apabila telah selesai, masukkan
28
ke dalam eksikator sampai dingin (± 15 menit). Timbang berat pengabuan (c) dan
Keterangan:
a = Berat petridish setelah oven awal (gr).
b = Berat sampel + Petridish setelah oven awal (gr).
c = Berat sampel + Petridish sesudah oven kedua (gr).
pada stop kontak. Tekan tombol “power” untuk menghidupkan. Tekan tombol “T”
maka akan muncul suhu pengabuan (6000C). Tekan tombol “time” pilih waktu
diinginkan. Tekan tombol “start”. Tunggu hingga suhu mencapai 6000C, lalu
Tekan tombol “stop”, ambil sampel lalu masukkan ke dalam eksikator. Lalu
apabila suhu telah mencapai ± 260C, tekan tombol “power” untuk mematikan
a. Floating Ability
floating ability. Langkah pertama yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan
bahan. Disiapkan botol plastik, lalu diisi air sebanyak 500 ml dan ditambahkan
sampel pakan (Takari dan Agaru) yang akan diuji. Pada saat yang sama
kategori: (a) sangat baik jika daya apung pelet ≥ 10 menit, (b) baik jika daya
apung pelet 5-10 menit, (c) sedangkan jika daya apung pelet 1-5 menit dan (d)
b. Water stability
water stability. Langkah pertama yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan
bahan. Disiapkan botol plastik, lalu diisi air sebanyak 500 ml. Masukkan ± 2 gram
sampel pakan (Takari dan Agaru) yang akan diuji. Tunggu hingga pakan
Angkat aerator, dan sampel disaring menggunakan saringan teh. Botol plastik
dibilas dengan air untuk meminimalisir pakan yang tertinggal di dalam botol
plastik. Berikutnya, pindahkan sampel pellet daei saringan teh ke dalam kertas
saring dengan menggunakan sendok. Sisa sampel pada saringan teh dibilas
Masukkan semua sampel baik sampel yang direndam maupun tidak direndam
kedalam oven pada suhu 1050C selama 4 jam. Apabila telah selesai, sampel
didinginkan. Timbang seluruh bahan (aluminium foil dan sampel) dan catat
c. Water absorbtion
Kegiatan praktikum Nutrisi Ikan materi Analisis Uji Fisik pakan mengenai
water absorbtion. Langkah pertama yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan
30
bahan. Selanjutnya, timbang ±2 gram sampel pakan pellet dengan ketelitian 10-2.
Siapkan botol plastik kemudian diisi air sebanyak 500 ml. Masukkan sampel ke
dalam kertas saring. Sampel yang berada pada kertas saring dipindahkan ke
sampel dimasukkan kedalam oven pada suhu 105 0C selama 4 jam. Bersamaan
dengan itu masukkan pula pakan yang tidak direndam. Setelah di oven sampel
bersama aluminium foil ditimbang. Catat hasil dan hitung water absorbtion
dengan rumus:
(misalnya 35%) pada bagian tengah bujur sangkar. Kemudian dimasukkan kadar
protein bahan 1 pada pojok kiri atas bujur sangkar. Lalu dimasukan pula kadar
protein bahan 2 pada pojok kiri bawah bujur sangkar. Masing-masing bahan
protein dikurangi dengan nilai kadar protein yang diinginkan (protein 35%) secara
diagonal. Hasil pengurangan bersifat mutlak, yaitu tidak ada nilai negatif.
Untuk mengoreksinya, dilakukan pengukaran pada kadar protein bagian kiri bujur
31
sangkar, dan penjumlahan pada kadar protein bagian kanan bujur sangkar. Jika
Bahan 1 55% 18
35%
Bahan 2 17%- 20 +
38 38
Jumlah bahan pakan yang diperlukan untuk membuat formulasi pakan tersebut
komposisi yang telah ditentukan untuk membuat 500g pelet. Semua bahan
minyak dan pada proses pencampuran ditambahkan air sedikit demi sedikit
sebanyak 10–20% dari berat total bahan, sehingga komposisi ini memiliki
kelembaban tertentu. Apabila komposisi ini dikepal tidak pecah, maka sudah siap
dicetak. Bahan yang telah dicampur tersebut dimasukkan ke dalam mesin pelet
32
untuk dicetak. Selanjutnya pellet dikeringkan dengan cara dijemur atau dengan
alat pengering lain hingga kadar airnya kurang dari 2%. Pakan buatan siap untuk
diberikan atau jika akan disimpan harus pada tempat yang lembab dengan
sirkulasi udara yang baik. Batas waktu penyimpanan pakan sekitar 1-2 bulan.
33
Kadar Kering pada materi Uji Proksimat, didapatkan hasil persentase kadar
kering tepung ikan dengan berat sampel 0,5236 gr yaitu 95,5%. Tepung jagung
kadar kering sebesar 100%. Sedangkan tepung dedak dengan berat 0,50
yang dihasilkan mengacu pada standar pakan ikan menurut SNI tahun 2006
yaitu mengandung protein berkisar 20-35%, lemak berkisar 2-10%, abu kurang
dari 12%, dan kadar air kurang dari 12%. Artinya kadar kering yang baik adalah
Kadar kering merupakan berat bahan pakan tanpa akumulasi air sedikit
pun. Pakan yang mengandung banyak air akan lebih cepat mengalami proses
oksidasi sehingga dapat menimbulkan bau tengik pada pakan. Kadar kering
pengamatan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kadar kering pada kedua
34
tepung tergolong baik. Kadar kering tertinggi terdapat pada tepung kacang yaitu
sebesar 100%. Sedangkan kadar kering terendah terdapat pada tepung jagung
4.1.2 Protein
memiliki kadar protein 14,8%. Tepung kacang dengan N% 2,52% memiliki kadar
Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan sumber protein dalam
ransum unggas dan hampir semua formula ransum pakan menggunakan tepung
ikan sebagai sumber protein. Kenyataan yang ada dan sering dihadapi peternak
bahwa tepung ikan harganya terus meningkat, kualitas tidak menentu dan
kualitas ransum. Menurut NRC, bahwa tepung ikan memiliki kandungan protein
yang tinggi yaitu sekitar 60.05% dan energi 2820 kcal/kg (NRC, 1994 dalam
Dengah, 2016).
kadar protein tertinggi yaitu pada tepung ikan sebesar 36,3% dan yang terendah
terdapat pada tepung kacang sebesar 14,06%. Tinggi rendahnya protein pada
membutuhkan asupan nutrien yang tinggi seperti asupan protein. Kadar protein
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan adalah sebesar 30-40%. Ikan yang
tergolong karnivora akan mudah mencerna protein yang bersumber dari bahan
hewani.
35
4.1.3 Lemak
Praktikum Nutrisi Ikan meteri Analisis Kadar Lemak pada Uji Analisis
Proksimat, hasil yang didapatkan dari tepung jagung dengan hasil lemak kasar
sebesar 13,46% dan lemak asli sebesar 27,56%. Tepung ikan didapatkan hasil
lemak aksar sebesar 4,64% dan lemak asli sebesar 35,30%. Tepung kacang
didapatkan hasil lemak kasar sebesar 44,85% dan lemak asli sebesar 49,32%.
Sedangkan tepung dedak didapatkan hasil lemak kasar sebesar 16,83% dan
yang paling besar bila dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Umumnya,
ikan dapat mencerna dan memanfaatkan lemak lebih efisien dibanding hewan
darat. Ikan karnivora (pemakan daging) lebih efisien dalam memanfaatkan lemak
ditunjukkan oleh hasil dari tepung kacang sebesar 44,85. Sedangkan kadar
lemak kasar terendah pada tepung ikan sebesar 4,64%. Kadar lemak asli
tertinggi ditunjukan oleh hasil dari tepung kacang sebesar 49,32%. Sedangkan
kadar lemak asli terendah ditunjukan oleh hasil dari tepung dedak sebesar
20,9%. Kadar lemak yang terkandung di dalam pelet yang paling ideal adalah
berkisar 4-18%.
Praktikum Nutrisi Ikan meteri Analisis Kadar Lemak pada Uji Analisis
Proksimat, hasil dari tepung ikan didapatkan berat abu sebesar 0,3026 gr
dengan nilai kadar abu sebesar 63,2% (baik). Tepung jagung didapatkan berat
36
abu sebesar 0,0234 gr dengan nilai kadar abu sebesar 4,8% (kurang baik).
Tepung kacang didapatkan berat abu sebesar 0,0151 dengan nilai kadar abu
7,52% (kurang baik). Sedangkan tepung dedak didapatkan hasil berat abu
Kadar abu tepung tulang ikan patin yaitu sebesar 33,5%. Sedangkan,
Pada tepung tulang ikan tuna dan tulang ikan nila, berturut turut memperoleh
kadar abu sebesar 84,22% dan 75.83%. Kandungan abu yang tinggi dalam
tepung tulang ikan disebabkan karena komponen utama penyusun tulang adalah
mineral. Tulang mengandung sel-sel hidup dan matriks intraseluler dalam bentuk
garam mineral. Kandungan abu yang tinggi pada tepung ikan harus
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengujian kadar abu atau mineral
tertinggi diperoleh dari pengukuran tepung ikan sebesar 63,2%. Hasil tersebut
terendah diperoleh dari pengukuran tepung jagung sebesar 4,8%. Hasil tersebut
terdapat beberapa bahan tepung yang kurang baik. Hal tersebut dikarenakan,
berdasarkan literatur kadar abu atau kadar mineral yang optimal yaitu berkisar
antara 10 – 70%
Praktikum Nutrisi Ikan materi Floating Ability didapatkan dari pakan Agaru
terapung selama 0,6 detik. Hasil ini dapat dikatakan tergolong tidak baik. Pakan
Takari dapat terapung selama 12 menit. Hasil ini dapat dikatakan tergolong
sangat baik.
37
Menurut Azizah, et al. (2017), pakan terapung cocok untuk ikan yang
pengujian pakan dalam air pada perlakuan dengan tepung keong mas 28,75%
diperoleh daya apung selama 8 menit 45 detik. Pada perlakuan dengan tepung
keong mas 37,73% diperoleh daya apung selama 7 menit 20 detik, dan pada
perlakuan dengan tepung keong mas 46,69% diperoleh daya apung selama 7
menit 10 detik.
Daya apung pada setiap jenis pakan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
teknologi pembuatan pakan juga berbeda-beda. Pakan yang baik dapat terapung
selama lebih dari 10 menit. Hasil yang didapat tertinggi yaitu pada pakan Takari
selama 12 menit. Hasil yang didapat terendah yaitu pada pakan Agaru dengan
daya apung selama 0,6 detik. Lamanya daya apung suatu pakan dipengaruhi
oleh partikel bahan penyusun pakan serta teknologi yang digunakan untuk
membuat pakan.
Praktikum Nutrisi Ikan materi Water Stability didapatkan hasil dari pakan
Agaru sebesar 87,7%, sedangkan pakan Takari didapatkan hasil sebesar 90,8%
menentukan kualitas pakan. Pakan butan untuk ikan air tawar mempunyai water
stability selama 10 menit. Sedangkan untuk udang daya tahan pakan buatan di
dalam air yaitu berkisar antara 10-24 jam. Pakan buatan yang terlalu lama
bertahan di dalam biasanya sulit dicerna. Sedangkan pakan yang mudah hancur
akan segera larut sehingga sulit ditemukan oleh ikan (Handayani, et al., 2014)
lama pakan direndam. Water stability pada setiap pakan memiliki perbedaan. Hal
tersebut dikarenakan beberapa sebab, salah satunya yaitu jenis bahan perekat.
Setiap pakan baik itu Takari maupun Agaru memiliki jenis bahan perekat yang
38
berbeda, sehingga hasil water stability dapat berubah. Faktor lain yang
pakan.
didapatkan hasil dari pakan Agaru direndam selama 10 detik sebesar 88,85,
selama 1 menit sebesar 91,09, selama 3 menit sebesar 89,95 dan selama 10
menit sebesar 80,99. Pakan Takari direndam selama 10 detik sebesar 88,64,
selama 1 menit sebesar 88,35, selama 3 menit sebesar 87,5 dan selama 10
pakan ditambah perekat. Salah satu perekat CIFA-BIND ADD +. Bahan perekat
pelet Takari. Pakan dapat menyerap hingga sekitar 220% dari bobot awalnya. Hal
ini menunjukkan bahwa pakan apung komersil memiliki komponen berdaya serap
air yang tinggi. Ada berbagai macam komponen pakan ikan yang digunakan
sebagai zat pengikat dan berdaya serap air yang tinggi. Komponen pakan ikan
yang biasa digunakan antara lain agar-agar, pektin, karaginan dan gelatin.
Pada praktikum Nutrisi ikan diperoleh hasil Formulasi Pakan kadar protein
28%. Formulasi bahan dasar memiliki persentase sebagai berikut: tepung ikan
27% (286, 62 gr), tepung kacang tanah 15% (151, 52 gr), tepung jagung 15%
39
(162,97 gr), tepung dedak 15% (156,25 gr), tepung gaplek 20% (224,24 gr), fish
oil 3% dan vitamin 5%. Dari formulasi bahan dasar tersebut didapatkan harga
Rp. 6.410/kg.
cukup dalam jumlah dan kualitas untuk mendukung kualitas yang maksimal.
Biaya pakan dalam budidaya ikan bisa mencapai 60% - 70% dari biaya produksi.
Solusinya ialah diperlukan pengelolaan pakan yang efektif dan efisien melalui
formulasi pakan. Formulasi pakan dapat dihitung menggunakan metode uji coba.
memiliki komposisi pakan antara lain tepung ikan sebanyak 17,59 gr, tepung
kedelai 50 gr, tepung jagung 12,41 gr, dedak padi 13 gr, tepung tapioka 3 gr,
tetes tebu 2 gr dan vitamin mix 2 gr sehingga memiliki total sebanyak 100 gr
pakan yang dibutuhkan sesuai dengan kadar protein yang diinginkan. Dalam
formulasi pakan, harus diketahui terlebih dahulu terkait jenis ikan yang akan
bahan baku serta mengetahui kandungan anti nutrisi yang terkandung di dalam
bahan baku. Penentuan bahan baku yang akan digunakan sebagai pakan ikan
juga perlu diperhatikan ketersediaan serta harga bahan baku tersebut. Formulasi
yang digunakan pada praktikum nutrisi ikan yaitu berdasarkan kadar protein
28%.
40
5.1 Kesimpulan
a. Nutrisi ikan adalah kandungan gizi/ nutrient yang terkandung dalam pakan
ikan. Kandungan gizi yang baik adalah kandungan yang cukup untuk
d. Floating Ability merupakan uji daya pakan terhadap lama paka direndam
air. Semakin lama pakan megapung maka semakin baik nilai FA-nya.
dikonsumsi ikan.
e. Water Stability merupakan uji daya pakan terhadap lama waktu yang
f. Water Absobtion merupakan uji daya pakan terhadap lama waktu yang
g.
h. Hasil persentase kadar kering yang diperoleh pada tepung ikan sebesar
Tepung kacang sebesar 100% tergolong baik dan tepung dedak sebesar
i. Hasil persentase kadar protein yang diperoleh pada tepung ikan sebesar
j. Hasil persentase kadar lemak kasar tepung jagung sebesar 13,46% dan
lemak asli sebesar 27,56%. Lemak kasar tepung ikan sebesar 4,64% dan
lemak asli sebesar 35,30%. Lemak kasar tepung kacang sebesar 44,85%
dan lemak asli sebesar 49,32%. Lemak kasar tepung dedak sebesar
k. Hasil persentase kadar abu atau mineral yang diperoleh pada tepung ikan
sebesar 63,2% (baik), tepung jagung sebesar 4,8% (kurang baik), tepung
kacang sebesar 7,52% (kurang baik), dan tepung dedak sebesar 18,92%
(baik).
harga pakan sebesar Rp. 6.410/kg,- tepung ikan 27% (286, 62 gr), tepung
kacang tanah 15% (151, 52 gr), tepung jagung 15% (162,97 gr), tepung
dedak 15% (156,25 gr), tepung gaplek 20% (224,24 gr), fish oil 3% dan
vitamin 5%.
m. Hasil pengujian floating ability yang diperoleh dari jenis pakan Takari
n. Hasil pengujian Water Stability yang diperoleh dari jenis pakan Agaru
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kordi, K. M. Ghufran. 2010. Budi Daya Ikan Nila di Kolam Terpal. Yogyakarta: Lily
Publisher
Zaenuri, R., Suharo, B., Sutan, A, T. 2014. Kualitas Pakan Ikan Berbentuk Pelet
Dari Limbah Pertanian. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 1(1):
31 - 36.
45
LAMPIRAN
2. Eksikator
3. Timbangan Digital
46
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
4. Kompor Listrik
5. Nampan
6. Akuarium
7. Crossible porcelain
8. Serbet
47
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
9. Petridish
11. Sendok
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
14. Spatula
15. Selang
16. Soxhlet
17. Corong
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
19. Pendingin Balik
20. Loyang
22. Destruktor
50
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
23. Labu destruksi
25. Destilator
26. Jerigen
27. Buret
51
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
28. Statif
32. Muffle
52
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
33. Crushable tang
37. Laptop
53
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
38. Seser
39. Ayakan
41. Baskom
54
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
42. Heater
44. Stopwatch
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
46. Termometer akuarium
47. pH meter
49. Gayung
56
57
b. Bahan
No Nama Gambar
1. Tepung Kacang
2. Tepung Ikan
3. Tepung Jagung
4. Tepung Dedak
58
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
5. Kertas Label
6. Tisu
7. pH Paper
8. Vaseline
59
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
9. Aquadest
10. Air
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
13. Kertas Koran
14. Kapas
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
17. Lateks
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
21. Kertas alas
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
25. Asam boraks 3%
26. H2O
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
28. Petroleum ether 50 ml
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
32. Kertas saring
Lampiran 1. (Lanjutan)
No Nama Gambar
36. Pellet (Takari)
37. Vitamin C
38. Plastik
a. Analisis Proksimat
Petridish
- Dioven pada suhu 105oC selama 1 jam
- Dipindahkan ke dalam eksikator ± 30 menit
- Ditunggu hingga dingin
- Ditimbang (a)
Sampel
- Ditimbang 0,5 gram
- Diletakkan ke dalam petridish (b)
- Dioven pada suhu 105oC (bahan kering ± 6 jam, bahan basah ± 24 jam)
- Dimasukkan ke dalam eksikator ± 30 menit
- Ditimbang
- Dihitung kadar kering dengan rumus:
Hasil
Analisis Protein
- Standarisasi H2SO4
Na2CO3
- Ditimbang 0,2-0,3 gr
- Dilarutkan di dalam 40-50 ml akuades
- Ditambahkan 3-4 tetes indikator methyl orange
- Dititrasi dengan asam sulfat (H2SO4), hingga berwarna merah
- Normalitas asam sulfat (H2SO4) dihitung dengan rumus:
Keterangan :
53 1 2 BM Na 2 CO 3
1000 faktor koreksi dari gram ke miligram
Hasil
68
- Destruksi
Sampel
- Ditimbang 0,3 gr
- Dimasukkan ke dalam labu destruksi
- Ditambah 1/3 tablet kjedahl 1.6 gr katalis destruksi
- Ditambah 15 ml asam sulfat 96-98%
- Dimasukkan dalam rak destruksi
- Diletakkan pada alat destruksi
- Ditutup labu dengan alat yang ada saluran asap
- Dihubungkan dengan stop kontak
- Dipanaskan pada suhu 350oC dalam waktu 15-25 menit
- Dinaikkan suhu sampai 380oC sampai warna jernih ± 2 jam
- Dimatikan alat
- Ditunggu sampai dingin (40oC, 15 menit)
- Dilepas tutup labu dekstruksi
- Dikeluarkan labu dan rak dari alat destruksi
- Diletakkan di dalam ember kecil
- Ditambahkan aquades melalui dinding tabung sebanyak 50 ml
Destilasi
- Destilasi
Alat Destilasi
Titrasi
- Titrasi
69
Erlenmeyer
Keterangan:
14 = No massa nitrogen
Hasil
70
Analisis Lemak
Hasil
71
Sampel
Crossible porselin
Hasil
72
Selesai
Botol plastik
Pelet
- Ditimbang 2 gram
- Dimasukkan ke dalam 600 ml botol plastik
- Dihitung lama waktu pakan terapung dengan stopwatch hingga pakan
mencapai dasar botol plastik
- Daya apung ditentukan terhadap perbedaan kategori:
(a) sangat baik jika daya apung 10 menit
(b) baik pada daya apung 5 – 10 menit
(c) sedang, pada daya apung 1 – 5 menit
(d) tidak baik, pada daya apung 1 menit.
Hasil
73
Kertas saring
- Ditimbang
- Dicatat beratnya
Alumunium foil
- Ditimbang
- Dicatat beratnya
Botol plastik
Pelet
- Ditimbang 2 gram
- Dimasukkan ke dalam 600 ml botol plastik
- Dihitung waktu perendaman hingga 3 menit
- Dinyalakan aerator selama 1 menit
- Dimatikan aerator
- Disaring sampel dengan saringan 0,5 mm
- Dipindahkan ke dalam kertas saring dengan sendok plastik
- Dipindahkan ke alumunium foil
- Dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC selama 4 jam
- Sampel yang tidak direndam juga dikeringkan dalam oven pada suhu
100oC selama 4 jam
- Didinginkan
- Ditimbang
- Dihitung dengan rumus:
Hasil
74
Alumunium foil
- Ditimbang
- Dicatat beratnya
Botol plastik
Pelet
- Ditimbang 2 gram
- Dimasukkan ke dalam 600 ml botol plastik selama: 10 detik, 1, 3, dan 10
menit
- Disaring sampel dengan saringan 0,5 mm
- Dipindahkan ke dalam kertas saring dengan sendok plastik
- Dipindahkan ke alumunium foil
- Dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC selama 4 jam
- Sampel yang tidak direndam juga dikeringkan dalam oven pada suhu
100oC selama 4 jam
- Didinginkan
- Ditimbang
- Dihitung dengan rumus:
Hasil
75
- Analisis Protein
Ditentukan normalitasnya
Dititrasi dengan asam sulfat (H2SO4)
menggunakan rumus perhitungan
hingga berwarna merah.
asam sulfat.
Labu ditutup dengan alat yang ada Dipanaskan antara 350°C selama 15-
saluran asapnya. 25 menit.
- Destilasi
Diisi erlenmeyer dengan 100 ml asam Tabung dekstruksi dipasang pada alat
borak 3% dengan bantuan gelas ukur. destilasi.
Ditambah NaOH 40% sampai volume Ditekan “start” untuk memulai destilasi
90-100 m. dan lampu akan menyala.
- Titrasi
- Analisis Lemak
Dioven kertas saring, kapas dan Dioven bahan pakan selama 1 jam
benang kasur. pada suhu 105°C.
Dipanaskan dengan kompor listrik (40- Labu ekstraksi berisi sampel, dioven
60°C) dan ditunggu 5-6 jam. selama 24 jam (105°C).
Botol plastik ditambah air sebanyak ¾ Dipasang aerator setara 8 volt (sebagai
bagian. pembentuk gelombang air).
Ditimbang pellet ± 5 gram yang Disiapkan botol plastik yang diisi air
dihasilkan (ketelitian 0,01 gram) 200 ml aquadest.
Sampel yang direndam di oven selama 5 gram sampel yang tidak direndam di
4 jam pada suhu 100°C. oven selama 4 jam pada suhu 100°C.
Sampel yang direndam di oven selama Sampel yang tidak direndam di oven
4 jam pada suhu 100°C. selama 4 jam pada suhu 100°C.
Sampel yang direndam di oven selama 5 gram sampel yang tidak direndam di
4 jam pada suhu 100°C. oven selama 4 jam pada suhu 100°C.
- Kadar Kering
Rumus :
Berat Berat
Berat sampel + sampel +
Berat Berat Kadar
Nama petridish PD PD
sampel kering kering Ket
Bahan (gr) sebelum sesudah
(b-a) (c-a) (%)
(a) oven (gr) oven (gr)
(b) (c)
T. 35,01 35,52 35,52 0,51 0,51 100 Baik
Kacang
T. 49,41 49,91 49,89 0,50 0,48 96 Baik
Dedak
T. 49,41 49,9078 49,8682 0,4978 0,4582 92,04 Baik
Jagung
47,425 47,9486 47,9253 0,5236 0,5003 95,5 Baik
T. Ikan
Perhitungan:
Protein
Rumus :
x H2SO4 …..N
Berat
ml Titrasi Kadar
Nama Sampel Nitrogen
Protein
Bahan (gr) (%)
Sampel (a) Blanko(b) (%)
(a)
Tepung
0,3 2,1 0,3 2,52 14,06
Kacang
Tepung 0,3 3,9 0,3 5,04 29,14
Dedak
Tepung 0,3 3,4 1,6 0,252 14,8
Jagung
Tepung 0,3 6 1,6 0,0616 36,3
ikan
Perhitungan:
= 2,52 = 5,04
= 0,252% = 0,616%
- Lemak
Rumus :
T.
2,0002 3,549 2,6518 28,246 29,2324 44,85 49,32
Kacang
T.
2,0001 3,928 3,5913 36,1065 36,5247 16,83 20,9
Dedak
T.
2,0045 3,704 3,4342 35,232 35,7845 13,46 27,56
Jagung
Perhitungan:
Tepung Kacang Tepung Dedak
- Kadar Abu
Rumus :
berat abu ca
Kadar abu x 100% x 100%
berat sampel b
Nama Berat Berat Berat cawan Berat Kadar Keterangan
Bahan cawan sampel + sampel abu (gr) abu
(gr) (gr) setelah (c-a) (%)
(a) (b) dioven(gr)
(c)
T. ikan 25,6017 0,51 25,92 0,3026 63,2 Baik
T.
21,6596 0,50 21,70 0,0234 4,8 Kurang baik
jagung
T.
14,282 0,51 14,30 0,0151 7,52 Kurang baik
kacang
T.
21,268 0,50 21,36 0,0792 18,92 Baik
dedak
Perhitungan:
96
- Floating Ability
- Water Stability
Rumus :
Berat Alas
Berat Berat (gram) Berat
Jenis WS
NO Awal Akhir Sampel
Pakan
(gram) (gram) Awal Akhir (gram)
Perhitungan:
Agaru Takari
WS = WS =
= 87,8% = 90,8%
97
- Water Absorbtion
Rumus :
Perhitungan:
Agaru Takari
10 detik = (1,785) x 100% 10 detik = (1,780) x 100%
(2,009) (2,008)
= 88,85% = 88,64 %
= 80,99% = 82,47%
1
- Formulasi Pakan