Anda di halaman 1dari 34

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

SECARA INTENSIF

OLEH

RIZKI SAPUTRA
164310135

LAPORAN PRAKTIKUM

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Penyampaian Hasil Praktikum Mata Kuliah
Manajemen Produksi Pembenihan Ikan

FAKULTAS PERTANIAN
PRODI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2018
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

SECARA INTENSIF

OLEH

RIZKI SAPUTRA
164310135

Mengetahui

Dosen Pengasuh I Asisten

Ir. T. Iskandar Johan, M.Si Hisra Melati, S.Pi

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya

rahmat dan karunianya sehingga laporan parasite dan penyakit ikan yang berjudul

“Tehnik Pemijahan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Secara Intensif” dapat

terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada dosen beserta

asisten pembimbing yang telah banyak membantu saya memberikan arahan-

arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk

membuat kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak

kesalahan yang tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari

para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan

datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini. Semoga tugas Yang

sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ISI Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii

I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

2.1. Biologi Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) ....... 3


2.2. Ekologi ....................................................................................... 4
2.3. Kelulushidupan Ikan Lele Dumbo ............................................. 5
2.4. Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo ................................................. 6
2.5. Teknik Pemijahan Secara Intensif .............................................. 7
2.6. Fekunditas .................................................................................. 7
2.7. Pakan .......................................................................................... 8
2.8. Kualitas Air ................................................................................ 9

III BAHAN DAN METODE ..................................................................... 11

3.1. Waktu dan Tempat ..................................................................... 11


3.2. Bahan dan Alat ........................................................................... 11
3.2.1 Bahan ................................................................................. 11
3.2.2 Alat .................................................................................... 11
3.3. Pelaksanaan Praktikum .............................................................. 11
3.3.1 Persiapan Wadah ............................................................... 11
3.3.2 Persiapan Induk ................................................................. 12

IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 16


4.1. Kelulushidupan ........................................................................... 16
4.2. Pertumbuhan ............................................................................... 17
4.3. Teknik Pemijahan ....................................................................... 18
4.4. Fekunditas .................................................................................. 18
4.5. Pakan .......................................................................................... 19
4.6 Kualitas Air ................................................................................. 20

iii
V. PENUTUP ............................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 21
5.2 Saran ............................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 22


LAMPIRAN ................................................................................................. 24

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Persiapan Wadah ............................................................................... 11
Tabel 2. Seleksi Induk ..................................................................................... 12
Tabel 3. Pemijahan .......................................................................................... 12
Tabel 4. Penetasan Telur ................................................................................. 13
Tabel 5. Perawatan Larva ................................................................................ 13
Tabel 6. Parameter Kualitas Air ...................................................................... 20

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus ......................... 4

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Documentasi Alat Praktikum ..................................................... 25


Lampiran 2. Documentasi Bahan Praktikum .................................................. 25
Lampiran 3. Dokumentasi Praktek Pemijahan ................................................ 26

vii
I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu jenis ikan konsumsi

yang cukup dikenal di Asia (Angka, 2001). Rasa dagingnya yang enak

membuat ikan lele digemari oleh masyarakat. Di Indonesia, ikan lele baru

diminati masyarakat untuk budidaya bagi keperluan konsumsi pada tahun 1970-an

dan setiap tahun permintaan ikan lele dumbo terus meningkat sehingga nilai

ekonomisnya juga semakin meningkat (Khairuman, 2002).

Sejalan dengan peningkatan produksi maka diperlukan ketersediaan benih

yang mencukupi. Dewasa ini ketersediaan benih ikan lele dianggap masih kurang

walaupun telah banyak usaha pembenihan yang dilakukan. Proses pendederan

yang dilakukan, yaitu di kolam dengan mengandalkan pakan alami dan pakan

tambahan memerlukan lahan yang relatif luas dengan tingkat produktivitas yang

berfluktuasi bahkan rendah. Oleh karena, itu diperlukan upaya-upaya intensifikasi

pembenihan agar produktivitasnya yang tinggi dapat dicapai dengan

memanfaatkan lahan yang sempit.

Budidaya ikan lele dumbo (C.gariepinus) dapat dikelompokkan dalam

beberapa tahap, yaitu tahap pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Tahap

pembenihan merupakan persiapan induk matang gonad yang siap melakukan

pemijahan dengan tujuan menghasilkan telur dan larva, tahap pendederan

bertujuan menghasilkan benih yang siap jual, sedangkan tahap pembesaran

bertujuan untuk menghasilkan ukuran konsumsi (Khairuman, 2002). Dalam

melakukan pendederan benih ikan lele dumbo perlu memperhatikan beberapa

faktor seperti benih, pakan, dan media pemeliharaan, merupakan input yang

1
berpengaruh terhadap produksi. Pendederan benih ikan lele dumbo dapat

dilakukan secara outdoor dengan wadah berupa bak, tangki, atau kolam,

sedangkan sistem indoor dengan menggunakan wadah berupa akuarium atau

tangki. Dibandingkan dengan sistem indoor, sistem outdoor sangat dipengaruhi

oleh alam khususnya pengaruh suhu.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari Laporan ini adalah:

1. Mengetahui dan memahami Perbedaan Seks Kelamin jantan dan betina

serta ciri biologis ikan lele dumbo

2. Dapat melalukan dan memahami pemijahan ikan lele dumbo baik semi

intensif maupun intensif

3. Dapat menghitung fekunditas telur pada indukan betina

4. Dapat menguasai teknik perawatan larva ikan lele dumbo

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina

lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias

mossambius yang berasal dari Afrika. Pemberian nama lele dumbo bertujuan

untuk membedakan lele dumbo dengan lele jenis lainnya, terutama lele lokal atau

yang lebih dikenal dengan nama lele jawa. Lele jawa merupakan lele asli

Indonesia (Khairuman, 2002).

Menurut Saanin (1986, 1995) ikan lele dumbo diklasifikasikan sebagai berikut:

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Ciri khusus dari ikan lele dumbo antara lain bentuk badannya memanjang,

bagian kepala gepeng atau pipih, batok kepala umumnya keras dan meruncing ke

belakang. Ikan lele dumbo dengan mulutnya yang lebar dapat menghisap

makanan yang berasal dari organisme yang terdapat pada dasar perairan dan

makanan buatan, Bahkan dengan giginya yang tajam ikan lele dumbo sanggup

menghabiskan bangkai dengan cara mencabik-cabik bangkai tersebut. Ciri yang

lainnya dari ikan lele adalah memiliki sungut (Khairuman, 2002).

3
Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Ikan lele dumbo memiliki lima jenis sirip, yaitu sirip dada, sirip punggung,

sirip perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip dada berbentuk bulat agak

memanjang dengan ujung meruncing dan dilengkapi sepasang duri yang disebut

dengan patil. Patil pada lele dumbo tidak begitu kuat dan juga tidak begitu

beracun, pada saat masih muda. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada dan

sirip perut sedangkan sirip tunggal adalah sirip punggung, sirip ekor, serta sirip

dubur

Pada saat ikan lele istirahat, ikan lele hidup secara berkelompok, dalam

situasi ini hanya sesekali muncul mengambil O2 dari udara bebas. Sifat lain yang

dimiliki ikan lele adalah suka meloncat ke atas permukaan air. Oleh karena itu,

di atas kolam banyak ditanami tumbuhan air atau diatas kolam dapat ditutupi

dengan anyaman bambu yang memiliki lubang kecil, dengan tujuan agar ikan

lele tidak dapat meloncat keluar dari kolam (Puspowardoyo, 2003).

2.2 Ekologi
Ekologi atau Hubungan lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air

tawar. Di sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang

seperti di danau, waduk serta rawa yang merupakan lingkungan hidup ikan lele.

Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini

mengambil oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Karena itu ikan lele

4
tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele ini

relative tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organic. Oleh karena itu ikan

lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele hidup dengan baik di

dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Apabila suhu

tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya di bawah 20˚ C, ertumbuhannya akan

lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter, pertumbuhan

lele kurang begitu baik. Lele tidak pernah ditemukan hidup di air payau atau asin

(Santoso, 1994).

2.3 Kelulushidupan Ikan Lele Dumbo

Menurut Effendie (1997), kelulushidupan atau survival rate (SR) dihitung

berdasarkan rumus sebagai berikut

NT
SR= X100%
NO

Dimana:

SR = Kelulushidupan (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian

N0 = Jumlah ikan pada awalpenelitian

Spesific Growth Rate(SGR)

Selama penelitian berlangsung, pengamatan pertumbuhan benih lele

dumbo dilakukan 2 minggu sekali. Pengamatan pertumbuhan dilakukan secara

sampling sebanyak 5 ekor disetiap perlakuan.Dihitung dengan menggunakan

rumus Effendie(1979).

Inwt−Inwo
SGR = X100%
T

5
Dimana:

SGR = Laju pertumbuhan spesifik

Wo = Berat hewan uji penelitian (g)

Wt = Berat hewan akhir penelitian

T = Waktu penelitian (Hari)

Food Convertion Ratio (FCR)

Menurut Effendie (1997), FCR dihitung berdasarkanrumus berikut:

F
FCR=
(Wt+Wo)−W0

Dimana:

FCR = Rasio konversi pakan

F = Berat pakan yang diberikan (g)

Wt = Biomassa hewan uji pada akhir pemeliharaan (g)

D = Bobot ikan mati (g)

Wo = Biomassa hewan uji pada awal pemeliharaan (g)

2.4 Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo

Menurut Mudjiman (2000) kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan

akan dapat dipercepat jika pakan yang diberikan memiliki nutrisi yang cukup.

Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah nutrisi pakan yang dicerna dan diserap

oleh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuhnya.

Jamur sistemik yang menginfeksi jaringan tubuh ikan.

Menurut Effendie (1997), pertumbuhan adalah penambahan ukuran

panjang atau bobot ikan dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh pakan

yang tersedia, jumlah ikan, suhu, umur dan ukuran ikan. Laju pertumbuhan tubuh

6
ikan yang dibudidayakan bergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan dan

interaksinya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu tingkat kelangsungan

hidup ikan dipengaruhi oleh manejemen budidaya yang baik antara lain padat

tebar, kualitas pakan, kualitas air, parasit atau penyakit (Fajar, 1988).

2.5 Teknik Pemijahan Secara Intensif

Pemijahan ikan lele (Clarias sp) dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced

spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding) (Bond, 1979).

Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan

penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan (Lagler et

al., 1977). Pemijahan secara buatan memiliki kelebihan dibandingkan dengan

cara alami atau semi alami. Salah satu kelebihan pemijahan buatan yaitu tingkat

pembuahan dan penetasan yang lebih tinggi serta memiliki sintasan yang lebih

optimal.

2.6 Fekunditas

Fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam satu siklus

reproduksi. Tingkat fekunditas dapat menggambarkan kualitas dari induk betina.

Dalam penelitian ini menunjukan tingkat fekunditas induk yang diberi perlakuan

lebih tinggi dibandingkan kontrol Egg stimulant. Peningkatan fekunditas diduga

terpengaruhi oleh kualitas induk betina dan kandungan bahan yang terdapat dalam

Egg stimulant selain nutrien pakan serta effisiensi pemanfaatannya. Egg stimulant

diketahui mengandung antara lain BMD, vitamin, serta mineral (Murtejo, 2008).

Fekunditas dihitung dengan cara total bobot gonad setiap ekor ikan dibagi

dengan bobot gonad (contoh) dikalikan jumlah telur contoh gonad(butir).

7
Perhitungan mengacu pada persamaan yang dikembangkan oleh Effendie, sebagai

berikut:

F== G / g.n

di mana:

F = fekunditas jumlah total telur dalam gonad

G = bobot gonad setiap ekor ikan

g = bobot sebagian gonad (gonad contoh)

n = jumlah telur dari (gonad contoh)

2.7 Pakan

Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi

dan zat-zat gizi, istilah pakan sering diganti dengan bahan baku pakan, pada

kenyataanya sering terjadi penyimpangan yang menunjukkan penggunaan kata

pakan diganti sebagai bahan baku pakan yang telah diolah menjadi pellet,

crumble atau mash Cahyono (2001).

Pakan terdiri dari dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan.

Pakan alami adalah pakan yang di konsumsi oleh organisme yang disediakan

secara alami dari alam yang ketersediaanya dpat dibudidayakan oleh manusia.

Sedangkan, Pakan Buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia dengan

menggunakan bahan baku yanng mempunyai kandungan gizi yang baik dan

sesuai dengan kebutuhan ikan.

Sebagai ikan pemakan daging / karnivora, lele dumbo terutama senang

berburu binatang air lain yang lebih kecil. Kalau masih kecil, (di bawah ukuran 8

cm), lele berburu binatang bersel tunggal Protozoa, dan udang renik yang

merupakan zooplankton (binatang renik yang hidup melayang-layang dalam air).

8
Kalau lele sudah besar (8 cm atau lebih), mereka beralih berburu binatang yang

lebih besar, seperti larva serangga air, cacing air tawar, siput, anak ikan dan

berudu (anak katak).

Lele dumbo jarang menampakkan aktivitasnya pada siang hari dan lebih

menyukai tempat yang gelap, agak dalam, dan teduh. Hal ini bisa dimengerti

karena lele adalah binatang nokturnal, yaitu mempunyai kecenderungan

beraktivitas dan mencari makan pada malam hari. Menurut Mahyuddin

(2011) dalam Nuraeni (2012: 53) Pada siang hari, ikan lele memilih berdiam diri

atau berlindung di tempat-tempat yang gelap. Akan tetapi, pada kolam

pemeliharaan, terutama budidaya secara intensif, lele dapat dibiasakan diberi

pakan pelet pada pagi atau siang hari walaupun nafsu makannya tetap lebih tinggi

jika diberikan pada malam hari

2.8 Kualitas Air

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau

komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter

yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya),

parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan

parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003).

Kualitas air memegang peranan penting terutama dalam kegiatan budidaya.

Penurunan mutu air dapat mengakibatkan kematian, pertumbuhan terhambat dan

timbulnya hama penyakit. Faktor yang berhubungan dengan air perlu diperhatikan

antara lain : oksigen terlarut, suhu, pH, amoniak, dan lain-lain. Sumber air yang

baik dalam pembesaran ikan harus memenuhi kriteria kualitas air. Hal

tersebut meliputi sifat-sifat kimia dan fisika air seperti suspensi bahan padat,

9
suhu, gas terlarut, pH, kadar mineral, dan bahan beracun. Untuk kegiatan

pembenihan lele, air yang digunakan sebaiknya berasal dari sumur walaupun

dalam pemeliharaan di kolam, ikan lele tidak memerlukan air yang jernih

seperti ikan-ikan lainnya. (Dede Heryadi, 1995).

Oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air yang oaling menentukan

pada budidaya ikan. Ketersediaan oksigen menentukan lingkaran aktivitas ikan.

Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara harian dan musiman, tergantung pada

pencampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah

yang masuk ke badan air. Peningkatan suhu sebesar 1o C akan meningkatkan

konsumsi oksigen sekitar 10% (Effendie, 2002).

pH merupakan suatu ukuran konsentrasi ion H. Secara alamiah perairan

dipengaruhi konsentrasi CO2 dan senyawa yang bersifat asam. Dalam

budidaya ikan lele dumbo nilai pH yang dianjurkan adalah 6,5 – 8,5 (Pescod,

1973).

Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan ikan dalam

proseskimia dan biologi. Ikan akan tumbuh dengan baik pada suhu 25o C – 32o C.

Perubahan suhu yang mendadak dapat menyebabkan ikan stres dan kemudian

mati (Cholik, 1991).

10
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari tanggal 23 November 2018, di Balai

Benih Ikan (BBI) Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum

3.2.1. Alat Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah diantaranya

jarum suntik, baskom, kain lap, mangkuk, alat bedah, toples berukuran 5 liter,

aerasi, batu aerasi, selang aerasi, aerator, saringan dan tangguk.

3.2.2. Bahan Praktikum

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Ikan lele, Ovaprim,

NaCl dan Air Mineral.

3.3. Pelaksanaan Praktikum

3.3.1. Persiapan wadah

Sebelum praktikum dilaksanakan persiapan alat dan abhan terlebih dahulu

disiapkan. Data yang diambil pada persiapan wadah dapat dilihat pada tabel ini

Tabel 1. Persiapan wadah


No Uraian Keterangan
1 Jenis wadah Melakukan pengamatan langsung pada bak yang
akan di gunakan
2 Ukuran wadah Melakukan pengukuran langsung panjang, lebar,
tinggi wadah yang akan di gunakan
menggunakan meteran
3 Pembersihan wadah Melakukan penyikatan langsung pada wadah
yang akan di gunakan
4 Pengisian air Melakukan pengisian air langsung menggunakan
pompa air

11
3.3.2 Seleksi Induk

Data yang diambil pada seleksi induk dapat dilihat pada tabel ini

Tabel 2. Seleksi induk

No Uraian Keterangan
1 Panjang induk Mengukur langsung induk yang akan di pijahkan
menggunakan mistar
2 Berat induk Menimbang langsung induk yang akan di pijahkan
menggunakan timbangan
3 Umur induk Melakukan wawancara langsung dengan teknisi
atau operator yang ada di lapangan
4 Berapa kali induk Melakukan wawancara langsung dengan teknisi
memijah atau operator yang ada di lapangan
5 Ciri-ciri induk Mengamati langsung seluruh bagian induk mulai
dari perut, kelamin, bentuk tubuh dan gerakan pada
induk yang akan di pijahkan.
6 Jumlah induk yang Melakukan perhitungan langsung pada induk yang
di seleksi di seleksi
7 Hasil seleksi induk Menghitung langsung pada induk hasil seleksi

3.3.2. Pemijahan

Data yang diambil pada proses pemijahan dapat dilihat pada table ini

Tabel 3. Pemijahan

No Uraian Keterangan
1 Menentukan langsung jenis hormon yang
Jenis hormone digunakan
2 Dosis hormone Menentukan langsung dosis yang akan di gunakan
3 Melakukan penyuntikan langsung hormon
ovaprim yang telah di encerkan dengan aquadest
Cara penyuntikan ke bagian punggung induk ikan
4 Melakukan pengurut langsung dari perut induk
Stripping induk betina betina kearah dubur
5 Melakukan pengambilan langsung seperma pada
Mengeluaran seperma induk jantan
6 Melakukan langsung proses pencampuran
Pembuahan seperma dan telur kemudian di aduk
7 Fekunditas Mengitung jumlah telur yang di keluarkan

12
3.3.3. Penetasan telur

Data yang diambil dalam penetasan telur dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 4. Penetasan telur

No Uraian Keterangan
1 Ciri-ciri telur yang terbuahi Melakukan pengamatan langsung warna
pada telur yang terbuahi dan tidak terbuahi
2 Lama waktu penetasan telur Melakukan pengamatan langsung pada saat
proses penetasan
3 Kualitas air Melakukan pengamatan langsung suhu, pH,
oksigen terlarut pada wadah penetasan telur

3.3.4. Perawatan larva

Data yang diambil pada proses perawatan larva dapat dilihat pada tabel 3.3.5.

Tabel 5. Perawatan larva

No Uraian Keterangan
1 Pakan Menentukan langsung jenis pakan yang akan
di gunakan
2 Kualitas air Melakukan pengamatan langsung suhu, pH,
oksigen terlarut pada wadah perawatan larva

3.4 Prosedur praktikum


1. Siapkan Alat dan Bahan yang diperlukan terlebih dahulu

2. Lakukan pemilihan induk sesuai dengan kriteria

3. Setelah induk terpilih lakukan penimbangan ( tujuannya agar mudah

menentukan dosis Hormone yang akan digunakan.

4. Setelah ditimbang lakukan perhitungan dosis hormon yang akan

disuntikan, (saya biasa pakai dosis. Ovaprim 0.3ml/Kg. dan Aquades

1ml/kg, sedangkan untuk betina 0,4 ml/kg aquades fungsinya

mengencerkan ovaprim.. letak posisi penyuntikan di bagian punggung

dengan kemiringan 45derajat. usahakan larutan ovaprim yang ada di spuid

tidak ada gelembungnnya. penyuntikan dilakukan bisa malam hari. Setelah

13
disuntik masukkan induk tersebut ke ember secara terpisah antara induk

jantan dan betina dan biarkan selama kurang lebih 8-10 jam. sekitar 8 jam

induk di cek tingkat ovulasinya. apabila di dasar ember terlihat ada telur

berarti induk siap di streeping (di urut) untuk mengeluarkan telur. apabila

8 jam masih belum terlihat adanya telur di dasar ember bisa dilakukan

pengurutan ke arah anus kalau keluarnya lancar berarti sudah siap. setelah

betina siap

5. Lakukan pembedahan induk jantan untuk di ambil spermanya, selanjutnya

sperma dicuci dari darah menggunakan NaCL. lalu di lap menggunakan

tissue. lakukan pengguntingan atau dicacah lalu tampung di mangkok

sambil di encerkan menggunakan NaCL 100ml. (catatan Tangan basuh

terlebih dahulu dengan larutan NaCL supaya steril dari air. mangkok juga

harus kering jangan ada air.)

6. Ambil induk betina Lakukan Proses Streeping Untuk dikeluarkan telurnya

tampung pada mangkok atau baskom. untuk memegang induk agar diam

pakai handuk setengah kering. lakukan pengurutan sampai telur habis. (

catatan apabila pengurutan tidak lancar jangan dipaksakan itu bisa

mengakibatkan keluar darah. )

7. Setelah telur siap dibuahi sperma. masukan Sperma yang ada pada

mangkok tadi kepada mangkok atau baskom yang sudah berisi telur. aduk

hingga rata menggunakan bulu ayam secara perlahan.

setelah merata telur di tebar di bak/ aquarium yang sudah berisi kakaban

atau jenis lainnya yang bisa dipakai untuk menempel telur. untuk

14
penebaran telur jangan sampai menumpuk kalau menumpuk dapat

menghambat proses penetasan.

8. Telur akan menetas selam 24 jam30 jam tergantung pada suhu air.

15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kelulushidupan

Dari praktikum yang dilakukan jumlah telur yang dihasilkan dari pemijahan

ikan lele secara intensif sebanyak 62.500 butir dengan berat telur 100 gr dan

kelulushidupan ikan yang dihasilkan sebanyak 8900 ekor dengan berat

keseluruhan 250 gr.

Apabila kondisi air dan makanan yang diberikan serba cukup,

kelulushidupan atau kematian (mortalitas) ikan lele sangat kecil. Dalam usaha

pembesaran, yang lamanya 6 bulan bahkan ada yang sampai 1 tahun, tidak jarang

90 % ikan lele yang dipelihara dapat dipanen kembali. Secara alamiah daya tahan

ikan lele terhadap kondisi lingkungan yang buruk relatif tinggi.

Apabila dikelola dengan baik ikan lele relatif tahan terhadap penyakit.

Dapatlah dikatakan bahwa apabila rangkaian kegiatan pengelolaan kolam, yakni

pergantian air seminggu sekali, makanan tambahan per hari 3 – 5 % dari berat

badan, mutu makanan tambahan balk (20 – 25 % protein), pengontrolan terhadap

hama dan penyakit secara preventif, semuanya dijalankan dengan tekun, maka

mortalitas pada ikan lele tidak perlu dikhawatirkan. Hal ini sesungguhnya juga

berlaku pada pemeliharaan semua jenis ikan.

Larva yang baru menetas tidak perlu diberi makan sebab masih memiliki

kuning telur (yolk sack) sebagai cadangan makanan. Setelah empat hari kuning

telur akan habis, maka pertama-tama larva diberi pakan alami berupa tubifex

(cacing sutera). Pemberian pakan alami berlangsung selama sekitar 21 hari.

Pemberian pakan harus merata. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahyuddin (2008)

larva yang baru menetas tidak perlu diberi pakan karena masih mempunyai kuning

16
telur (yolk sack) sebagai cadangan makan yang akan habis pada umur 3-4 hari.

Pada hari -15, larva mulai diberi pakan pabrik atau pellet bubuk (pakan formula)

(Darseno, 2008). Umumnya pemeliharaan larva dilakukan selama 5 hari dengan

benih berukuran 0,7-1,0 cm dengan berat 0,002 gram (Sunarma, 2004).

4.2 Pertumbuhan

Jumlah Kelulushidupan Ikan didapat sebanyak 8.900 ekor dengan berat

total 250 gr. Jadi berat rata-rata 1 ekor ikan yaitu 35,6 gr.

Pertumbuhan ikan adalah perubahan panjang atau berat pada suatu individu

atau populasi yang merupakan respon terhadap perubahan makanan yang tersedia.

Laju pertumbuhan organisme perairan tergantung dari kondisi lingkungan dan

ketersediaan makanan tempat organisme itu berada. Pertumbuhan ikan lele

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan

faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat

genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan

dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang

berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan

kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas

(Huet, 1971). Dalam praktikum keterbatasan dan kekurangan pakan yang

diberikan menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi sedikit terlambat serta

terjadinya persaingan dan kanibalisme antar sesama benih lele yang berbeda

ukuran.

17
4.3 Teknik Pemijahan

Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina yang

mengeluarkan sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar tubuh

ikan (eksternal).

Metode lain pemijahan ikan lele dengan cara penyuntikan adalah dengan

menyuntikan hormon perangsang. Penyuntikan dengan hormon perangsang lebih

praktis dilakukan karena tidak memerlukan ikan donor dan tidak ada resiko

kegagalan dalam mengekstrak hipofisa. Hormon untuk penyuntikan yang banyak

dijual antara lain ovaprim dan Chorulon. Hormon akan mempengaruhi kelenjar

hipofisa yang berfungsi merangsang pertumbuhan dan pematangan sel telur.

Tehnik pemijahan ikan lele dumbo menggunakan hormon ovaprim. Hormon

merupakan suatu senyawa yang ekskresikan oleh kelenjar endokrin, dimana

kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu yang tidak memiliki saluran (Zairin,

2002). Kelenjar endokrin pada ikan menurut Lagler et al. (1962) terdapat

beberapa organ antara lain pituitari, pineal, thymus, jaringan ginjal, jaringan

kromaffin, interregnal tissue, corpuscles of stannus, thyroid, ultibranchial,

pancreatic islets, intestinal tissue, intestitial tissue of gonads dan urohypophysis.

Teknik penyuntikan hormon pada ikan ada 3 yaitu intra muscular (penyuntikan

kedala motot), intra peritorial (penyuntikan pada rongga perut), dan intracranial

(penyuntikan di kepala).

4.4 Fekunditas

Jumlah Telur yang dihasilkan pada Pemijahan Ikan lele secara intensif

sebanyak 62.500 butir, yaitu jumlah telur didapat dari hasil bagi 0,0016 : 100 =

62.500 Butir telur. 0,0016 (berat 1 telur) dan 100 (berat jumlah telur).

18
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang fekunditas ikan lele

dapat diketahui nilai fekunditas ikan lele yang diamati bernilai 62.500 butir. Nilai

fekunditas berhubungan erat dengan TKG ( Tingkat Kematanghan Gonad) dan

IKG ( Indeks Kematangan Gonad), jika nilai TKG menunjukan bahwa ikan

tersebut siap memijah maka nilai fekunditas semakin tinggi, karena nilai

fekunditas berbanding lurus dengan nilai TKG. Nilai fekunditas pada setiap ikan

berbeda tergantung pada jenis ikan, spesies, umur dan tingkat kematangan

gonadnya. Hal ini didukung oleh Unus dan Sarifudin (2013) yang menyatakan

bahwa fekunditas setiap ikan berbeda-beda tergantung pada umur, ukuran, spesies

dan kondisi lingkungan.

Fekunditas dapat dipengaruhi oleh umur ikan kondisi, lingkungan, jenis

dan spesies ikan. Mengetahui nilai fekunditas pada ikan yang akan dipijahkan

sangat penting untuk mengira-ngira jumlah larva yang akan dihasilkan agar

memenuhi target produksi. Hal ini didukung oleh Jabarsyah et al., (2006) yang

menyatakan bahwa Fekunditas berhubungan erat dengan lingkungan, ketersediaan

makanan. Kecepatan pertumbuhan dan tingkah laku ikan waktu pemijahan.

4.5 Pakan

Pakan yang diberikan untuk larva ikan lele yaitu cacing tubifex yang

dicincang hingga halus dengan pemberian setelah habis masa cadangan makanan

kuning telur. Cacing sutra (Tubifex. sp) merupakan pakan alami yang

rata-rata berukuran panjang 1 - 3 cm. Ukurannya yang kecil membuat

pembudidaya memilih cacing sutra sebagai pakan ikan hias dan benih ikan

konsumsi. Cacing sutra dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan karena mengandung

nutrisi yang tinggi, dalam pemberian pakan akibat pencincangan cacing tubifex

19
ini mengurangi kualitas gizi cacing tersebut dikarnakan tubuh cacing yang hancur

hingga nutrisi juga akan berkurang.

4.6 Kualitas Air

Adapun Kualitas air saat pada praktikum dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 6. Parameter Kualitas Air

Suhu pH
25 C - 28OC
O
6

Kualitas pada air sangatlah penting diperhatikan, karena air yang bersih

sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan yang akan dibudidayakan, maka perlu

diperhatikan dengan cermat, maka dalam praktikum ini air yang digunakan

sebelumnya sudah diendapkan karna bersumber dari air bor dan diberi aerasi

untuk menambah kandungan O2 terlarut didalamnya bertambah, hingga ini akan

mempengaruhi pertumbuhan larva ikan sesuai menurut Charles (2009) bahwa

pada padat tebar yang tinggi didalam suatu wadah budidaya membutuhkan banyak

oksigen terlarut pula ini dipengaruhi oleh pergerakan air / gelombang maupun

proses difusi udara.

Selain itu temperature air berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangabn ikan. Temperature air yang tidak cocok, misalnya terlalu tinggfi

atau terlalu rendah, dapat menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik. Temperature air yang cocok untuk pertumbuhan ikan adalah berkisar

anara 150C-300C dan perbedaan suhu antara siang dan malam kurang dari 50C.

perubahan suhu yang mendadak berpengaruh buruk pada kehidupan ikan (Rusdi

2001).

20
V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang dilakukan jumlah telur yang dihasilkan dari pemijahan

ikan lele secara intensif sebanyak 62.500 butir dengan berat telur 100 gr dan

kelulushidupan ikan yang dihasilkan sebanyak 8900 ekor dengan berat

keseluruhan 250 gr.

Jumlah Kelulushidupan Ikan didapat sebanyak 8.900 ekor dengan berat

total 250 gr. Jadi berat rata-rata 1 ekor ikan yaitu 35,6 gr.

Pakan yang diberikan untuk larva ikan lele yaitu cacing tubifex yang

dicincang hingga halus dengan pemberian setelah habis masa cadangan makanan

kuning telur. Cacing sutra (Tubifex. sp)

Jumlah Telur yang dihasilkan pada Pemijahan Ikan lele secara intensif

sebanyak 62.500 butir

5.2 Saran
1. Didalam pemijahan secara intensif ikan lele, sebaiknya ketersediaan

induk harus lah dipersiapkan lebih awal, agar sebelum penyuntikan diberi makan

dahulu agar kematangan gonad lebih tinggi dari fekunditas yang dihasilkan jauh

lebih tinggi pula.

2. Telur Ikan yang sudah di stripping dan sudah dicampur dengan sperma

sebaiknya diaduk dengan bulu ayam, jangan menggunakan tangan agar lebih steril

3. pemberian pakan alami sebaiknya ditambah, tidak hanya 1 jenis saja yaitu

cacing agar pertumbuhan larva ikan lebih cepat

21
DAFTAR PUSTAKA

Bond, 1979. Budidaya Lele Sangkuriang. http://IndonesiaIndonesia.com/f/18253-

budidaya-lele-sangkuriang- clarias- sp/. 11.30. 23 Juni 2012 in

Agriculture, New Yourk : CAB International, 1997. (diakses 15

Desember 2016) 1 : 1 kolom

Cahyono Hermawan (2001). Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal.

PT. Agrimedia Pustaka. Jakarta. Hal 14

Cholik, 1991. Jurus Sukses Berternak Lele Sangkuriang. Jakarta. Redaksi

Agromedia. 150 hal.


Dede Heryadi, 1995. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia.Jakarta

Macmillan Publisher. London.

Effendie (1997),. Lele Sangkuriang Alternatif Kualitas di Tanah Priangan.

Trobos. Jakarta. Agustus : 80 – 81.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta

Fajar, 1988. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar

dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Lagler et al., 1977. Buissness of Aquaculture. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta

Murtejo, 2008. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Agro Media Pustaka,

Jakarta.

Mahyuddin (2011) dalamNuraeni (2012: 53). Manajemen Risiko Pembenihan

Larva Ikan Bawal Air Tawar Studi Kasus pada Ben’s Fish Farm

Cibungbulang Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor. Departemen

Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. 93 hal.

22
Puspowardoyo, (2003). Teknik Pemijahan Ikan Lele Sangkuriang.

http://hobiikan.blogspot.com/2009/01/teknik-pemijahan-lele-

sangkuriang.html. (diakses 15 Desember 2018) 1 : 1 kolom

Santoso, H. 1994. Agricultural Production Economics. New York : Macmillan.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Budidaya Lele

Sangkuriang. Direktorat Jenderal Budidaya. Departemen

Perikanan dan Kelautan, Jakarta.

23
LAMPIRAN

24
Lampiran 1. Dokumentasi Alat- alat praktikum

Lampiran 2. Bahan Praktikum

25
Lampiran 3. Dokumentasi Praktek Pemijahan

26

Anda mungkin juga menyukai