Anda di halaman 1dari 33

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SISTEM

INTENSIF

OLEH

RIZKI SAPUTRA
164310135

LAPORAN PRAKTIKUM

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Penyampaian Hasil Praktikum Mata Kuliah
Manajemen Produksi Pembenihan Ikan

FAKULTAS PERTANIAN
PRODI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2018

ii
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

OLEH

RIZKI SAPUTRA
164310135

Mengetahui

Dosen Pengasuh I Asisten

Ir. T. Iskandar Johan, M.Si Hisra Melati, S.Pi

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya

rahmat dan karunianya sehingga laporan parasite dan penyakit ikan yang berjudul

“Pemijahan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)” dapat terselesaikan tepat pada

waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada dosen beserta

asisten pembimbing yang telah banyak membantu saya memberikan arahan-

arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk

membuat kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak

kesalahan yang tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari

para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan

datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini. Semoga tugas Yang

sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ISI Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v
I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2. Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2

2.1. Biologi Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) ....... 2


2.2. Ekologi ....................................................................................... 3
2.3. Kelulushidupan ........................................................................... 7
2.4. Pertumbuhan ...............................................................................
2.5. Teknik Pemijahan .......................................................................
2.6. Fekunditas ..................................................................................
2.7. Pakan ..........................................................................................
2.8. Kualitas Air ................................................................................

III BAHAN DAN METODE ..................................................................... 13

3.1. Waktu dan Tempat ..................................................................... 13


3.2. Bahan dan Alat ........................................................................... 13
3.3. Prosedur Praktikum .................................................................... 14

IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 15


4.1. Kelulushidupan ........................................................................... 15
4.2. Pertumbuhan ............................................................................... 19
4.3. Teknik Pemijahan ....................................................................... 23
4.4. Fekunditas ..................................................................................
4.5. Pakan ..........................................................................................
4.6 Kualitas Air .................................................................................

V. PENUTUP ............................................................................................... 26
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 26
5.2 Saran ............................................................................................ 26

iii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 27
LAMPIRAN ................................................................................................. 28

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.2.1 Bahan Dan Alat Serta Kegunaannya ............................................ 13
Tabel 4.1.1 ........................................................................................................ 15
Tabel 4.2.1 Jenis Parasit Ikan Tidak Bersisik ................................................. 19
Tabel 4.3.1 Jenis Parasit Keong Mas .............................................................. 23

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Documentasi Alat Praktikum ....................................................... 30


Lampiran 2 Documentasi Bahan Praktikum ................................................... 31
Lampiran 3 Jenis Parasit Ikan Bersisik ........................................................... 31
Lampiran 4 Jenis Parasi Ikan Tidak Bersisik .................................................. 32
Lampiran 5 Jenis Parasit Keong Mas .............................................................. 32

vi
I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu jenis ikan konsumsi

yang cukup dikenal di Asia (Angka, 2001). Rasa dagingnya yang enak

membuat ikan lele digemari oleh masyarakat. Di Indonesia, ikan lele baru

diminati masyarakat untuk budidaya bagi keperluan konsumsi pada tahun 1970-an

dan setiap tahun permintaan ikan lele dumbo terus meningkat sehingga nilai

ekonomisnya juga semakin meningkat (Khairuman, 2002).

Sejalan dengan peningkatan produksi maka diperlukan ketersediaan benih

yang mencukupi. Dewasa ini ketersediaan benih ikan lele dianggap masih kurang

walaupun telah banyak usaha pembenihan yang dilakukan. Proses pendederan

yang dilakukan, yaitu di kolam dengan mengandalkan pakan alami dan pakan

tambahan memerlukan lahan yang relatif luas dengan tingkat produktivitas yang

berfluktuasi bahkan rendah. Oleh karena, itu diperlukan upaya-upaya intensifikasi

pembenihan agar produktivitasnya yang tinggi dapat dicapai dengan

memanfaatkan lahan yang sempit.

Budidaya ikan lele dumbo (C.gariepinus) dapat dikelompokkan dalam

beberapa tahap, yaitu tahap pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Tahap

pembenihan merupakan persiapan induk matang gonad yang siap melakukan

pemijahan dengan tujuan menghasilkan telur dan larva, tahap pendederan

bertujuan menghasilkan benih yang siap jual, sedangkan tahap pembesaran

bertujuan untuk menghasilkan ukuran konsumsi (Khairuman, 2002). Dalam

melakukan pendederan benih ikan lele dumbo perlu memperhatikan beberapa

faktor seperti benih, pakan, dan media pemeliharaan, merupakan input yang

1
berpengaruh terhadap produksi. Pendederan benih ikan lele dumbo dapat

dilakukan secara outdoor dengan wadah berupa bak, tangki, atau kolam,

sedangkan sistem indoor dengan menggunakan wadah berupa akuarium atau

tangki. Dibandingkan dengan sistem indoor, sistem outdoor sangat dipengaruhi

oleh alam khususnya pengaruh suhu.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari Laporan ini adalah:

1. Mengetahui dan memahami Perbedaan Seks Kelamin jantan dan betina

serta ciri biologis ikan lele dumbo

2. Dapat melalukan dan memahami pemijahan ikan lele dumbo baik semi

intensif maupun intensif

3. Dapat menghitung fekunditas telur pada indukan betina

4. Dapat menguasai tehnik perawatan larva ikan lele dumbo

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina

lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias

mossambius yang berasal dari Afrika. Pemberian nama lele dumbo bertujuan

untuk membedakan lele dumbo dengan lele jenis lainnya, terutama lele lokal atau

yang lebih dikenal dengan nama lele jawa. Lele jawa merupakan lele asli

Indonesia (Khairuman, 2002).

Menurut Saanin (1986, 1995) ikan lele dumbo diklasifikasikan sebagai berikut:

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Ciri khusus dari ikan lele dumbo antara lain bentuk badannya memanjang,

bagian kepala gepeng atau pipih, batok kepala umumnya keras dan meruncing ke

belakang. Ikan lele dumbo dengan mulutnya yang lebar dapat menghisap

makanan yang berasal dari organisme yang terdapat pada dasar perairan dan

makanan buatan, Bahkan dengan giginya yang tajam ikan lele dumbo sanggup

menghabiskan bangkai dengan cara mencabik-cabik bangkai tersebut. Ciri yang

lainnya dari ikan lele adalah memiliki sungut (Khairuman, 2002).

3
Ikan lele dumbo memiliki lima jenis sirip, yaitu sirip dada, sirip punggung, sirip

perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip dada berbentuk bulat agak memanjang

dengan ujung meruncing dan dilengkapi sepasang duri yang disebut dengan patil.

Patil pada lele dumbo tidak begitu kuat dan juga tidak begitu beracun, pada saat

masih muda. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada dan sirip perut sedangkan

sirip tunggal adalah sirip punggung, sirip ekor, serta sirip dubur

Pada saat ikan lele istirahat, ikan lele hidup secara berkelompok, dalam

situasi ini hanya sesekali muncul mengambil O2 dari udara bebas. Sifat lain

yang dimiliki ikan lele adalah suka meloncat ke atas permukaan air. Oleh karena

itu, di atas kolam banyak ditanami tumbuhan air atau diatas kolam dapat ditutupi

dengan anyaman bambu yang memiliki lubang kecil, dengan tujuan agar ikan

lele tidak dapat meloncat keluar dari kolam (Puspowardoyo, 2003).

2.2 Ekologi

2.2.2 Ciri-Ciri Protozoa


Protozoa merupakan organisme yang menyerupai hewan yang merupakan

salah satu dari filum dari kingdom protista. Ciri-Ciri Protozoa adalah sebagai

berikut..

 Organisme uniseluler (bersel satu )

 Bersifat eukariotik (memiliki inti sel yang terbungkus oleh membran)

 Tidak memiliki dinding sel

 Heterotrof (umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri)

 Hidup dengan sendiri (soliter) atau berkelompok (koloni)

 Hidup bebas secara parasit, bebas, dan sporofit

4
 Memiliki alat gerak yang berupa silia, flagela dan pseudopodia

 Memiliki ukuran tubuh sekitar 100-300 mikron

2.2.3 Reproduksi Protozoa

Protozoa dapat bereproduksi secara aseksual (tak kawin) dan secara seksual

(kawin). Berikut penjelasan reproduksi secara aseksual dan seksual antara lain

sebagai berikut:

 Reproduksi Secara Aseksual : secara aseksual pada umumnya dengan

melakukan pembelahan biner. Dari satu sel menjadi dua sel, dari dua sel

menjadi empat sel, dan seterusnya. Pembelahan biner diawali pada

pembelahan inti atau kariokinesis, dan kemudian diikuti dengan

pembelahan sitoplasma (sitokinesis).

 Reproduksi Secara Seksual : secara seksual adalah dengan cara penyatuan

gamet yang berbeda jenis sehingga dapat menghasilkan zigot atau secara

konjugasi (penyatuan inti vegetatif sel). Namun, ada juga Protozoa yang

tidak melakukan reproduksi secara seksual, seperti Amoeba sp.

2.3 Monogenea
Monogenea pada ikan ditemukan menyerang sirip, permukaan tubuh dan

insang. Berdasarkan pengamatan morfologinya, parasit monogenea yang

menyerang kulit, sirip, dan permukaan tubuh berbeda dengan monogenea yang

menyerang insang. Dari organ yang diserangnya, Gyrodactylus sp. dan

Cichlidogyrus sp. memperlihatkan sifat organ spesifik pada inangnya.

Gyrodactylus sp. merupakan parasit yang menyerang permukaan tubuh dari inang,

sedangkan Cichlidogyrus sp. merupakan parasit yang menyerang inang spesifik

dan organ spesifik, yaitu menyerang insang ikan Tilapia. Olsen, (1974)

5
menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena terkait dengan kebutuhan nutrien yang

harus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Parasit monogenea umumnya ektoparasit dan jarang bersifat endoparasit.

bahwa monogenea merupakan salah satu parasit yang sebagian besar menyerang

pada bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) jarang menyerang bagian dalam tubuh

ikan (endoparasit) biasanya menyerang kulit dan insang.

Monogenea merupakan cacing pipih dengan ukuran panjang 0,15-20 mm

bentuk tubuhnya fusiform, haptor di bagian posterior dan siklus kait sentral

sepasang dan sejumlah kait marginal. Salah satu contoh class monogenea yaitu

Dactylogyridae yang mempunyai alat bantu organ tambahan pada tubuhnya yang

biasa disebut squamodis yang berfungsi sebagai perekat, selanjutnya dikatakan

bahwa ada sekitar 1500 spesies monogenea yang ditemukan pada ikan

Ciri ikan yang terserang monogenea adalah produksi lendir pada bagian

epidermis akan meningkat, kulit terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi

pernapasan terus meningkat karena insang tidak dapat berfungsi secara sempurna,

kehilangan berat badan (kurus) melompat-lompat ke permukaan air dan terjadi

kerusakan berat pada insang (Rukmono, 1998).

2.4 Cara Penanggulangan dan Pengobatan Parasit dan Penyakit Ikan

Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang

diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan

yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada padat

penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan

misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang

tepat baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka

6
ikan akan menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah terserang

oleh penyakit (Snieszko, 1973).

Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak sesuai antara

hospek, kondisi lingkungan dan organisme penyebab penyakit. Interaksi yang

tidak serasi tersebut dapat menimbulkan stress pada ikan, nafsu makanmenurun,

yang selanjutnya menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak bekerja secara

optimal, akhirnya infeksi dan infestasi penyakit mudah masuk (Afrianto dan

Liviawati, 1992).

Pada usaha penanggulangan beberapa bahan kimia dan antibiotic telah

banyak diteliti kegunaannya untuk memberantas penyakit ikan. Namun demikian

penggunaan bahan-bahan tersebut di rasakan banyak menimbulkan masalah

sampingan terlebih-lebih apabila pamakaian bahan tersebut tidak menuruti aturan.

Maka ditujukan kepada cara usaha pencegahan. Penelitian tentang pemakain

vaksin baik untuk penyakit bacterial maupun penyakit parasite telah mulai

dilakukan (Supriyadi dan Taupik, 1983).

Pengendalian penyakit perlu dilakukan secara dini, berkaitan dengan upaya

penanggulangan dan pemberantasan penyakit diperlukan informasi mengenai jenis

pathogen, jenis ikan yang terserang dan waktu kejadiannya (Hoffman, 1987).

Infeksi jamur pada ikan biasanya disebabkan dari genus Spaprolegnia dan Achyla.

Jamur biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak

sebagi akibat luka (Ulcer) atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur

ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicu oleh

kondisi-kondisi air akuarium yang buruk, baik secara fisika maupun kimia. Ikan –

ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi jamur. Pada saat ini

7
dengan banyaknya fungsida (obat anti jamur), maka serangan jamur sedikit

banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah. Saat ini, jamur yang termasuk

berbahaya tergolong hama berbahaya dan tergolong hama penyakit ikan karantina

yaitu Aphanomyces Astacii. Jamur ini menyebabkan penyakit yang sering disebut

EUS (Epizootic Ulcerative Symdrome). Namun masuh jarang sekali jamur ini

ditentukan (Anonim, 2001).

Berikut ini merupakan jenis-jenis jamur yang seringkali menyerang ikan.

1. Tricodia sp.
 Menginfeksi kulit dan insang.

 Menyerang ikan air tawar.

 Populasi meningkat ketika musim peralihan, dari musim panas ke musim

hujan.

 Dapat berenang bebas dan hidup di luar tubuh ikan lebih dari dua hari.

 Gejala : iritasi kulit, produksi lendir berlebih, insang pucat, megap-megap

sehingga ikan sering menggantung di permukaan air, nafsu makan

menurun, gerakan lemah, sirip ekor rusak dan berwarna kemerahan akibat

pembuluh darah kapiler pada sirip pecah.

2. Oodinium sp.
 Termasuk alga karena memiliki klorofil.

 Menyerang ketika ikan stres atau sistem imun rendah.

 Menyerang ikan air tawar dan air laut.

 Mati apabila tidak menemukan inang (ikan) dalam waktu 24 jam.

 Menginfeksi seluruh bagian tubuh ikan.

8
 Memiliki alat penghisap yang berbentuk batang, menembus ke dalam

kulit, selaput lendir, dan merusak sel-sek sekitarnya untuk menghisap

nutrisi pada daging ikan.

 Gejala : tubuh ikan seperti bertaburan tepung (disebut velvet), sisik ikan

terkelupas, mata terlihat kabur karena dilapisi selaput.

3. Saprolegnia
 Penyakit Water Molds.

 Menginfeksi bagian tubuh ikan yang terluka dan telur ikan.

 Menyerang ikan air tawar dan air laut.

 Memicu datangnya bakteri atau parasit lain.

 Gejala : kapas berwarna putih sampai cokelat keabu-abuan pada tubuh

ikan.

4. Branchiomycosis
 Penyakit busuk insang.

 Menyerang ketika ikan stres karena tidak dapat beradaptasi dengan

lingkungannya (pH rendah, oksigen rendah, populasi alga tinggi).

 Menginfeksi insang ikan.

 Gejala ikan malas bergerak, kesulitan bernafas (tersengal), insang

berwarna pucat dan mengeras.

5. Icthyophonus
 Jamur sistemik yang menginfeksi jaringan tubuh ikan.

 Menyerang ikan air tawar dan air laut.

 Menyebar melalui saluran pencernaan, karena spora jamur termakan oleh

ikan.

9
 Gejala : pada serangan ringan sampai sedang tidak memperlihatkan gejala,

pada serangan berat permukaan kulit akan terlihat kasar seperti permukaan

ampelas, bentuk ikan dapat menjadi bengkok dengan luka berwarna putih

keabuan, terdapat benjolan (nodul) pada organ yang diserang.

 Belum ada obat yang dijual secara komersial, namun perendaman dengan

Malachite Green diketahui dapat menyembuhkan serangan jamur.

 Ikan yang terkena jamur ini akan menjadi cacat.

 Pencegahan : hindari pemberian pakan ikan mentah, jangan memberikan

ikan yang telah terinfeksi untuk makanan ikan predator.

Ada cara untuk menaggulangi penyakit sebagai berikut:

1. Perhatikan parameter air untuk menjaga kualitas air tetap dalam kondisi

yang baik.

2. Perhatikan sirkulasi air di dalam akuarium, pastikan terdapat oksigen yang

cukup di dalam air.

3. Kuras air akuarium secara teratur minimal seminggu sekali.

4. Hindari penggunaan antijamur secara rutin karena dapat berbahaya bagi

ikan. Gunakan hanya ketika ikan terserang oleh infeksi jamur

Menurut Irawan (2004), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

mecegah timbulnya penyakit pada ikan diantanya yaitu dengan cara pencegahan

mekanik, kimia dan biologis. Pencegahan secara mekanik yakni pencegahan

infeksi penyakit dengan berbagai peralatan mekanik, secara kimia yakni dengan

memanfaatkan bahan-bahan kimia tertentu sedangkan secara biologis yakni upaya

pencegahan dengan menerapkan prinsip-prinsip biologis.

10
Pengobatan dilakukan dengan pemberian obat anti jamur. Gunakan anti

jamur yang berkualitas seperti water treatments sanifish oodiny cry untuk

menanggulangifTricodia,fOodinium,,Saprolegnia, Branchiomycosis, Icthyophons,

dan jamur lainnya yang dapat menyerang ikan.

11
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum parasit dan penyakit ikan ini dilaksanakan pada tanggal 26

September – 02 November 2018. Tempat praktikum ini dilakukan di laboratorium

Balai Benih Ikan jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Islam

Riau.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum parasiit dan penyakit ikan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2.1 Bahan dan alat serta kegunaannya


No Nama Bahan dan Alat Ketetangan

1 Ikan bersisik Bahan praktikum


2 Ikan tidak bersisik Bahan praktikum
3 Keong mas Bahan praktikum
4 Mikroskop Alat untuk mengamati parasit
5 Pipet tetes Mengambil air untuk mencampurkan sampel
6 Kaca objek Tempat meletakkan sampel
7 Kaca penutup Menutup sampel pengamatan
8 Talam Tempat bahan praktikum
9 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
10 Alat bedah 1 set Untuk membedah bahan praktikum
11 Toples Untuk tempat air
12 Tissu Membersihkan bekas sampel
13 Lateks -
14 Masker -

12
3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum parasit dan penyakit ikan

sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum.

2. Kemudian ambil ikan yang akan di amati, letakkan ditalam.

3. Siapkan preparat sebanyak 15 buah.

4. Ambil lendir pada bagian luar ikan yang akan diamati seperti (sisik, sirip,

mata, operkulum, insang, mulut, dan anus).

5. Setelah itu bedah ikan dan ambil pada bagian dalamnya seperti (usus,

lambung, jantung, hati, dan daging).

6. Setelah itu amati sampel yang telah disipakan. Pengamatan jenis-jenis

parasit menggunakan mikroskop.

13
Pada tabel 4.1.1 diatas dapat di lihat bahwa hasil pratikum yang telah

dilakukan pada ikan bersisik ditemukan beberapa parasit yang menginfeksikan

ikan tersebut Parasit pada ikan yang bersisik seperti ikan nila tersebut dapat

menyerang dan akan mempengaruhi hidup ikan dengan menghambat

pertumbuhan. Pengaruh yang muncul diawali dengan terganggunya system

metabolisme tubuh inang yang merusak organnya seperti pada bagian mata,

mulut, sisik, insang, sirip dan overcumum ikan bersisik tersebut. Pengaruh

tersebut terjadi mulai parasit menempel dan tumbuh pada organ inang sampai

dengan yang merusak organ sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan bahkan

kematian inang. Daur hidup parasit yang menggangu ikan budidaya dapat

diketahui memalului hubungan antara inang, yaitu ikan budidaya, parasit serta

lingkungan tempat inang tersebut.

Parasit yang menyerang ikan ada dua macam yaitu parasit yang menginfeksi

bagian ektoparasit (bagian luar tubuh ikan) seperti mata, mulut, kulit, sirip,

overculum, dan insang. Sedangkan parasit yang menyerang bagian endoparasit

(bagian dalam tubuh ikan) seperti lambung, jantung, hati, ginjal dan otot atau

daging ikan.

Pada ikan bersisik Nila ditemukan beberapa parasit yang menginfeksikan

ikan tersebut yaitu seperti sporocyst of diplostomatis, furcocercaria of

diplostomatids, ospistholernae laterobranchialis, epistylis sp, thrichodina sp,

apiosoma sp dan sebagainnya yang terdapat di bagian ektoparasit. Pada

ektoparasit terdapat bagian nya seperti parasit di kulit yang terdapat yaitu

sporocyst of diplostomatis,vortilella sp, thrichodiana sp, epistilis sp, cacing

doctylogynus sp, cacing gyrodactylus sp, furcocercaria of diplostomatids,redia of

17
heterrophiyiid, dan ospistholernae laterobranchialis. Pada bagian sirip terdapat

parasit berupa vorticella sp, epistylis sp, ichtyobodo sp, from aplocheilichthys

gambrianus from sounth Ghana, cacing docrylogyrus sp, sporocyst of

diplostomatids lernaea palate, dan orgulus brachypeltis. Sedangkan pada bagian

mata,overkulum, insang dan mulut terdapat parasit yang sama seperti cacing

doctylogyus sp, allocreadium ghanensis adult, sporrocyst of diplostomatids, met

of clinostomum heterostmom, developmet of lenaea cyprinacea, dan end of

division.

Grabda (1991) mendefinisikan, parasit sebagai hubungan antara suatu

spesies ektoparasit yang menggunakan organisme lain sebagai inang habitatnya

dan sumber makanan. Setiap jenis ektoparasit mempunyai habitat tertentu pada

inang sebagai tempat hidupnya (Noga, 1996). Lom (1995) menyatakan bahwa

penyakit ikan dapat terjadi krena adanya interaksi yang tidak serasi, antara lain

agen penyakit dan lingkungan. Interaksi tersebut dapat menyebabkan ikan

menjadi stress sehinng mekanisme, pertahanan dirinya menjadi lemah dan mudah

diserang penyakit (Afrianto, 1992).

Pada hasil peratikum yang dilakukan pada kedua bagian tersebut dapat

dilihat bahwa keberadaan beberapa ektoparsit tidak ditentukan oleh umur ikan.

Sementara Nobel et al. (1989) menyebutkan bahwa pada beberapa spesies ikan,

semakin meningkat umur ikan maka intensitas ektoparasit cendrung semakin

berkurang.

18
Dari hasil pratikum dapat dilihat dari data tabel 4.2.1. jenis parasit pada ikan

tidak bersisik yaitu ikan lele dumbo yang berasal dari perairan atau lingkungan

yang berbeda. Pada ikan lele dumbo tersebut dapat ditemukan parasit antaranya

yaitu Dactylogyrus Sp, Gyrodacylus Sp, Camallanus Sp, Tcihodina Sp, dan lain-

lainnya.

Pada ikan tidak bersisik terdapat jenis parasit dibagian ektoparasitnya

seperti dibagian kulit,sirip,insang, mata, mulu, dan overcukum. Serangan perasit

terjadi jika keadaan lingkungan atau air sangat buruk, serangan pada bagian tubuh

masih sedikit dikarenakan masi dini atau awal. Serangan akan semakin parah jika

keadaan lele dalam kondidi stress karena lingkungan buruk atau kurang nutrisi

sehingga system pertahanan tubuhnya menurun. Pengamatan pada tubuh ikan

tidak bersisik secara ektoparasit yaitu terdapat 20 jenis parasit yaitu Radia Of

Heterophyiid, Cryptobia, Sporocyst Of Diplomatids, Lernaea Bernimiana,

Ichthyophthirius Multifillis, Apisoma Sp, Lernaea Lophiara Anchors,Divivding

Tomont,Chonopeltis Brevis, Voticella Sp, Ichthybodo Sp, Gyrodactylud Sp,

Dactylogrus Sp, Live Cyle Of Inhtyophthirius Multifiliis, Diplostomulum,

Allocreadium Ghnensis, Triodina Sp, Lenaea Cyprinacea, Epistylis Sp,

Furcocercaria Of Diplostomatids Dan Neascus.

Ektoparasit yang temukan selama penelitian memiliki jenis dan jumlah

yang berbeda, namun penyebarannya hanya terkonsentrasi pada organ luar.

Perbedaan jenis dan jumlah parasit serta penyebarannya yang tidak merata

pada bagian tubuh ikan menunjukan bahwa selama masa pemeliharaan ikan,

telah terjadi kompetisi antar sesama parasit untuk mempertahankan jenisnya

21
dan berusaha mempertahankan habitat mikro yang esuai untuk

mempertahankan kelangsungan hidup (Soumokil dkk., 2006).

Setelah dilihat dari hasil pratikum bahwa parasit yang berda di bagian

ektoparasit begitu banyak karna bagian tubuh ikan tidak bersisik ( lele dumbo)

langsung bersentuhan dengan media, pengaruh penumpukan makanan dalam

media akan mengakibatkan terserangnnya penyakit pada ikan tersebut, dan

kualitas air berpengaruh sangat mudah sekali parasit menyerang pada bagian

ektoparasit dan ikan lele dumbo mudah atau cepat terserang penyakit apabila

ikaan tesebut stress dan luka- luka pada tubuhnnya.

Sedangkan pada bagian endoparasit (bagian dalam tubuh ikan) seperti

lambung, hati, jantung, ginjal dan otot atau daging ikan terdapat beberapa jenis

parasit antara lain Epistylis Sp, Sporocyst Of Diplostomatids, Dactylogyrus Sp,

Apiosoma Sp, Clinostonum Sp, Development Of Lernaea Cyprinacea,

Ichthyobodo Sp, Diplostomolum, Vorticella Sp, Radia Of Heterophyiid, Anchors

Of Lernaea Cyprinaea, Phgicola Longa, Heterophyes, Ichthyohthirius Multifilis

dan lain- lainnya.

Jika pada ikan terserang parasit dibagian jantung dan hati maka warna nya

akan berubah dan pada ikan akan terjadi pembengkakan bagian tubuhnya,semakin

lemah daya tahan tubuh ikan maka semakin lemah pergerakan ikan tesebut

sehingga semakin mudah parasit menyerang. Kedua parasite sangat merusakan

jaringan patogen dan berat dapat terjadi sebelum patologi bruto adalah terlihat.

tanda-tanda klinis meliputi gangguan pernapasan.

22
Pada hasil pengamatan tabel 4.3.1. jenis parasit pada keong mas dapat

dilihat parasit-parasit yang ditemukan dalam tubuh keong mas Ichthyophthirius

Multifillis, Apisoma Sp, Divivding Tomont, Voticella Sp, Ichthybodo Sp,

Gyrodactylud Sp, Dactylogrus Sp, Live Cyle Of Inhtyophthirius Multifiliis,

Diplostomulum, Allocreadium Ghnensis, Triodina Sp,clinostomum tilapiae,

allocreadium ghanensis, sanguinicola dentate, cercaria sp, tricodina sp dan lain-

lainnya.

Keong mas (Pomacea canaliculata) tergolong dalam famili Ampullaridae

dan ordo Mesogastropoda. Cangkang keong mas berwarna kuning. Lingkaran

(ubin) cangkang terdiri dari lima sampai enam buah dipisahkan dengan kedalaman

yang disebut suture, bukaan cangkang (aperture) berbentuk panjang dan hampir

bulat.

Sebab keong mas yang hidup diperairan dangkal serta berdasar berlumpur

dan tumbuhi rerumputan air dengan aliran air yang lambat, tidak heran mengapa

hewan ini terdapat banyak parasit yang melekat dan menempel hampir pada setiap

bagian tubuhnya baik kulit, mulut, daging. dalam skala budidaya pemberian

keong mas apabila tidak melalui pembersihan atau pengolahan yang baik, parasit

parasite ini akan memberikan dampak yang buruk bagi ikan yang memakannya.

Menurut Irawan (2004) keong mas adalah salah satu pakan alami yang

cukup baik untuk pertumbuhan ikan sebab kandungan gizi protein 12%, kalsium

dapat mencapai 217 mg, rendah kolesterol, 81 gr air dalam 100 gr keong mas.

25
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pratikum yang sudah dilaksanakan maka dapat disimpulkan

bahwa ikan yang terserang penyakit dan tidak terserang penyakit dapat dilihat dari

parameter ikan (cara berenang, cara makan dan cara bernafas)Penyakit pada ikan

dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh ikan

sehingga organ tubuh ikan terganggu. Pada parasit yang mnyerang ikan dapat

dilihat dari kondisi air pada lingkungannya dan penumpukan makanan kontak

langsung dengan ikan yang sudah terserang oleh penyakit.

5.2 Saran

Pada saat praktikum ini diharapkan tidak melakukan kesalahan dan menjaga

ketertiban dan ketenangan dan pratikum berjalan dengan baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Penyakit Jamur Ikan Mas. Agromedia Pustaka. Jakarta

Afrianto dan Liviawaty (1992). Fisiologi Ikan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu

Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar

Erazo, 2001. Pengendalian Hama Dan Penyakit Ikan. Kansius. Jakarta

Grabda J. 1991. Marine Fish Parasitology. Poland:Polish Dalam Widyakarya

Nasional Pangan Dan Gizi VIII. LIPI. Jakarta.

Hoffman 1987 Inverentarisasi Parasit Lele Dumbo Clarias Sp. Didaerah Bogor.

Jurnal Akuakultur Indonesia . 5(2) :167-177.

Irawan Wenno, P.A, 2004. Pengaruh Kecepatan Debit Air Terhadap


Kehadiran Parasit Pada Ikan Mas Cyprinus Carpio.Prosiding
Konferensi Akuakultur Indonesia

Noble, E., R dan G., A Noble, 1989. Parasitologi (Biologi Parasit Hewan)

Gadjah Mada University Press

Olsen lorsh, (1974). Penelitian Pendahuluan Immunisasi Ikan Dengan Cara

Vaksinasi. Bull. Pen. PD .4 (1): 34 36.

Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus

Carpio Linn) Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1

FE, Universitas Tabanan

Rukmono, 1998. Klasifikasi Dan Jenis Ikan Lele

Suwignyo dkk., 1997. Kebijakan Pengendalian Hama Dan Penyakit Ikan Dalam

Mendukung Akselerasi Pengembangan Perikanan Budidaya. Disampaikan

Pada Seminar Nasional Penyakit Ikan Dan Udang IV Di Univ. Jenderal

27
Supriyadi dan Taupik, 1983. Beberapa Parasit Pada Budidaya Ikan Gurami Di

Kabupaten Banyumas. Sains Akuatik. Fakultas Perikanan Dan Ilmu

Kelautan.UMP.

Soumokil dkk., 2006. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper

(Cyprinus carpio Linn) Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.

Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan

Snieszko, 1973. Biologic of parasite. Jakarta

28
LAMPIRAN

29
Lampiran 1. Dokumentasi Alat- alat praktikum

Alat bedah Tissue

Sarung tanggan latex Kamera Hp

Cawan petri Objek glass

Cover glass

30
Nampan Mikroskop

Lampiran 2. Bahan Praktikum

Keong mas Ikan tak berisik Ikan bersisik

Lampiran 3. Jenis Parasit Ikan Bersisik

31
Lampiran 4. Jenis Parasit Pada Ikan Tidak Bersisik

Lampiran 5. Jenis Parasit Pada Keong Mas

32

Anda mungkin juga menyukai