RADIN WICAKSANA
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir Budidaya Ikan Black
Ghost Apteronotus albifrons dan Rainbow Boesemani Melanotaenia boesemani di
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok, Jawa Barat adalah
karya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir laporan ini.
Radin Wicaksana
NIM J3H112042
ABSTRAK
Ikan black ghost dan rainbow boesemani merupakan komoditas ikan hias
yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi di Indonesia. Kegiatan Praktik Kerja
Lapangan ini bertujuan untuk menambah pengalaman, pengetahuan dan
keterampilan kerja di lapangan secara langsung dalam kegiatan pembenihan dan
pendederan. Kegiatan pembenihan meliputi pemeliharaan induk, pemijahan induk,
penetasan telur, pemeliharaan larva, kultur pakan alami, pemeliharaan benih.
Sedangkan kegiatan pendederan meliputi pemeliharaan benih siap jual, pemberian
pakan, sampling, sortir, pengelolaan kualitas air, pencegahan hama dan penyakit,
serta pemanenan. Keuntungan yang diperoleh dalam budidaya ikan black ghost
pada kegiatan pembenihan Rp 11 426 800, sedangkan pada kegiatan pendederan
Rp 7 159 550. Keuntungan dalam budidaya ikan rainbow boesemani pada kegiatan
pembenihan dan pendederan Rp 52 031 240.
ABSTRACT
Black ghost fish and rainbow fish boesemani is a commodity that has a sale
value is quite high in Indonesia. The internship is purposed to increase knowledge,
experience, and skills in seed production and grow out activities. Seed production
activities include maintenance, spawning, hatching eggs, larval rearing, feeding,
natural food cultures, and seed breeding. Whereas the activities of grow out include
the maintenance of the seed is ready to sell, feeding, sampling, sorting,
management of water quality, prevention of diseases and pests, and harvesting and
post harvest. The advantage gained in the cultivation of the black ghost fish
hatchery activities are Rp 11 426 800, while the activities of the nursery Rp 7 159
550. Advantages in fish farming rainbow boesemani hatchery and nursery activities
Rp 52 031 240
Key words: black ghost, rainbow boesemani, culture, seed production, grow out
RINGKASAN
Induk ikan black ghost yang digunakan berasal dari pembudidaya di daerah
Depok, kegiatan pemeliharaan induk sekaligus pemijahan induk dilakukan pada
wadah berupa akuarium berukuran 80 x 40 x 40 cm3 dengan tinggi air 35 cm. Pakan
yang diberikan untuk induk berupa cacing tanah sebanyak 3 hari dalam seminggu
(Senin, Rabu dan Jumat) sedangkan penggunaan pakan berupa bloodworm
dilakukan sebanyak 4 hari dalam seminggu (Selasa, Kamis, Sabtu dan Minggu).
Frekuensi pemberian pakan untuk induk sebanyak 2 kali (pagi 10:00 WIB dan sore
16:00 WIB) secara ad satiation atau sekenyangnya. Pemijahan induk dilakukan
secara alami (Natural spawning) dengan diberikannya substrat penempelan telur
pada wadah pemijahan berupa lempengan akar pakis yang disusun bertingkat
sebanyak 5 susun, pada bagian atas substrat diletakkan batu sebagai pemberat agar
substrat tidak naik ke permukaan (mengapung). Rasio pemijahan yang digunakan
3:2 (3 jantan : 2 betina). Telur yang dihasilkan dari satu set induk berkisar antara
500-1000 butir. Pemanenan telur dilakukan apabila sudah terdapat telur pada
substrat dengan cara melepaskan telur dari substrat menggunakan bulu ayam secara
hati-hati, kemudian telur ditebar dalam akuarium penetasan yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Nilai Fertilization Rate
(FR) yang didapat sebesar 82.27% - 88.90% dan Hatching Rate (HR) sebesar
76.31% - 83.67%. Pada hari ke 4 larva dapat diberikan pakan alami berupa naupli
Artemia sp. sampai hari ke-7 dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali dalam sehari
(08:00 WIB, 11:00 WIB, 14:00 WIB dan 17:00 WIB). Setelah larva berumur 6 hari
dilakukan kegiatan overlapping pakan menggunakan pakan alami berupa Moina sp.
sampai 14 hari setelah itu larva telah menjadi benih dan dilakukan pemindahan
wadah ke akuarium benih berukuran 50 x 40 x 40 cm3 dengan ketinggian air 30 cm,
benih tersebut diberikan pakan alami berupa cacing sutra Tubifex sp. sampai benih
berumur 2 bulan, nilai SR yang diperoleh setelah pemeliharaan selama 30 hari yaitu
92.48% - 95.49%. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan penyifonan dan
pergantian air setiap hari sebanyak 50-60% dari total volume air untuk
pemeliharaan larva dan benih sedangkan untuk induk dilakukan penyifonan dan
pergantian air secara setiap hari sebanyak 30-50%, untuk kegiatan penyifonan dan
pergantian air sebanyak 90% dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari senin
dan kamis sekaligus dilakukan pembersihan wadah dengan cara digosok
menggunakan sponge atau amplas halus. Kegiatan pendederan ini dilakukan setelah
benih berukuran 1 inci (30 hari). Pemberian pakan menggunakan cacing sutra
secara ad libitum. Benih di panen berumur 4 minggu dan 7 minggu yaitu ukuran 1
inci dan 2 inci, harga ukuran 1 inci Rp 900 sedangkan harga ukuran 2 inci Rp 1 800
untuk penjualan lokal.
Induk ikan rainbow boesemani yang digunakan berasal dari stok induk
BPPBIH dan sebagian dari petani Rainbow daerah Depok. Pakan yang digunakan
untuk induk berupa cacing darah bloodworm dengan frekuensi pemberian pakan
sebanyak 2 kali sehari (pukul 08:00 WIB dan pukul 15:00 WIB), induk jantan dan
betina dipelihara secara terpisah menggunakan bak beton berukuran 2.5 x 2.5 x 1
m3 dengan tinggi air 40 cm yang disekat menggunakan pipa paralon berjaring.
Pemijahan dilakukan secara alami (Natural spawning) dengan memberikan substrat
berupa tali rafia, pada bagian bawah substrat diberikan pemberat berupa batu agar
substrat dapat tenggelam, rasio pemijahan yang digunakan 1:1 (1 jantan: 1 betina).
Sifat memijah ikan Rainbow boesemani ini parsial jadi pemijahan berlangsung
hampir setiap hari, telur diinkubasii menggunakan baskom berkapasitas 5 L, setiap
harinya dilakukan perhitungan telur infertilized dan telur yang mati selama
inkubasi, telur akan menetas menjadi larva dalam 5-7 hari. Nilai Fertilization Rate
(FR) yang didapat sebesar 69.64% - 91.80% dan Hatching Rate (HR) sebesar
71.78% - 90.90%. Larva dipelihara pada wadah kontainer plastik berukuran 40 x
25 x 30 cm3 tinggi air 10 cm dengan padat penebaran 24 ekor/L , pada hari ke 4
larva diberikan pakan berupa naupli Artemia sp. sampai hari ke-20 dengan
frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari (pukul 08:00 WIB, 12:00 WIB,
16:00 WIB). Larva dapat dikatakan benih pada umur 22 – 25 hari sehingga dapat
dilakukan kegiatan pendederan. Kegiatan pendederan dilakukan pada wadah berupa
kontainer plastik berukuran 70 x 35 x 30 cm3 tinggi air 20 cm dengan padat
penebaran 22 ekor/L. Pakan yang digunakan untuk pendederan berupa bloodworm.
Pengelolaan kualitas air untuk induk, larva, benih dilakukan secara rutin, nilai SR
yang diperoleh pada akhir pemeliharaan sebesar 92.33%. Pemanenan dilakukan
apabila benih telah masuk ukuran jual yaitu 1 inci, harga benih rainbow boesemani
berukuran 1 inci adalah Rp 2 500 untuk penjualan lokal.
Aspek usaha budidaya ikan black ghost dan rainbow boesemani per tahun
dapat diuraikan sebagai berikut. Ikan black ghost yang dijual berukuran 1 inci
dengan harga Rp 900/ekor dan ukuran 2 inci seharga Rp 1 800/ekor. Untuk kegiatan
pembenihan ikan black ghost diperlukan biaya investasi sebesar Rp 21 965 000,
biaya total Rp 26 373 200, penerimaan Rp 37 800 000 dengan keuntungan yang
didapatkan Rp 11 426 800, nilai R/C rasio yang didapatkan 1.43, BEP (unit) 28 108
ekor, BEP (Rp) Rp 25 276 232, HPP Rp 627/ekor, dan PP 1.92 tahun. Sedangkan
untuk kegiatan pendederan ikan black ghost diperlukan investasi sebesar Rp 17 940
000, biaya total Rp 21 352 450, penerimaan Rp 28 512 000, dengan keuntungan
yang didapatkan Rp 7 159 550, nilai R/C rasio yang didapatkan 1.33, BEP (unit) 11
509 ekor, BEP (Rp) Rp 20 716 250, HPP Rp 1 348/ekor dan PP 2.50 tahun.
Ikan rainbow boesemani yang dijual berukuran 1 inci dengan harga Rp 2
500/ekor, untuk kegiatan budidaya ikan ini memerlukan biaya investasi Rp 115 025
000, biaya total Rp 58 018 760, penerimaan Rp 110 050 000 dengan keuntungan
yang didapatkan Rp 52 031 240, nilai R/C rasio yang didapatkan 1.89 BEP (unit)
21 883 ekor, BEP (Rp) Rp 54 179 221, HPP Rp 1 318/ekor, dan PP 2.21 tahun.
RADIN WICAKSANA
Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Progam Diploma Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan
Budidaya
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal lulus :
PRAKATA
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) yang telah dilakukan selama tiga bulan dengan judul laporan
“Budidaya Ikan Black Ghost Apteronotus albifrons dan Rainbow Boesemani
Melanotaenia boesemani di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan
Hias (BPPBIH), Depok, Jawa Barat”. Laporan ini sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya pada Progam Keahlian
Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Progam Diploma,
Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan hasil kegiatan
Praktik Kerja Lapangan ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan,
bimbingan, kerja sama dari berbagai pihak serta berkah dari Allah SWT, kendala-
kendala tersebut dapat diatasi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam kegiatan PKL dan penyusunan laporan ini,
diantaranya Bapak Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan laporan praktik
kerja lapangan ini, Bapak Ir Irzal Effendi, MSi selaku Koordinator Progam
Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, seluruh tim
dosen Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya,
orang tua beserta keluarga yang selalu memberikan doa serta bantuan moril maupun
materil, pihak Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH)
Depok yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat melakukan
kegiatan PKL, Bapak Bastiar Nur, SPi dan Bapak Rendy Ginanjar, MSc selaku
pembimbing lapangan selama penulis melakukan kegiatan PKL di Balai, Mas Budi
dan Mas Tisna sebagai pembimbing teknis di Balai ini, teman-teman seperjuangan
Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya
angkatan 49, teman-teman seperjuangan dari berbagai instansi (UNRI, UGM,
SUPM Ladong Aceh, UNTIRTA, UNIV.DJUANDA dan UNAIR) yang telah
bersama-sama melakukan kegiatan PKL, Bapak Ir Harton Arfah, MSi selaku dosen
penguji dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Radin Wicaksana
1
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Metode 2
1.3.1 Waktu dan Tempat 2
1.3.2 Komoditas 3
1.3.3 Metode Kerja 3
2 KEADAAN LOKASI PRAKTIK 4
2.1 Letak Geogafis 4
2.2 Sejarah 4
2.3 Struktur Organisasi 5
3 SARANA DAN PRASARANA BUDIDAYA 5
3.1 Fasilitas Utama 5
3.1.1 Hatchery 5
a. Hatchery Black Ghost 5
b. Hatchery Rainbow Boesemani 6
3.1.2 Tandon 7
a. Bak Penampungan Air Black Ghost 7
b. Bak PenampuPngan Air Rainbow Boesemani 7
3.1.3 Wadah Pemeliharaan dan Pemijahan Induk 8
a. Wadah pemeliharaan dan pemijahan induk Black Ghost 8
b. Wadah pemeliharaan induk Rainbow Boesemani 8
3.1.4 Wadah Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva 9
a. Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva
ikan Black Ghost 9
b. Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan Rainbow
Boesemani 10
3.1.5 Wadah Pemeliharaan Benih 10
a. Wadah pemeliharaan benih ikan Black Ghost 10
b. Wadah pemeliharaan benih ikan Rainbow Boesemani 11
3.1.6 Wadah Kultur Pakan Alami 11
a. Wadah kultur pakan alami Artemia sp dan Moina sp.
ikan Black Ghost 11
b. Wadah kultur pakan alami Artemia sp. dan Moina sp. ikan
Rainbow Boesemani 12
3.1.7 Sistem Penyediaan Air 12
a. Sistem penyediaan air ikan Black Ghost 12
b. Sitem penyediaan air ikan Rainbow Boesemani 13
3.1.8 Sistem Aerasi 14
a. Sistem aerasi ikan Black Ghost 14
b. Sistem aerasi ikan Rainbow Boesemani 14
2
7.1 Kesimpulan 68
7.2 Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69
LAMPIRAN 70
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Ikan hias merupakan salah satu komoditas perairan yang sangat menarik
untuk dibudidayakan. Daya tarik ikan hias umumnya berdasarkan pada warna,
bentuk dan ukuran tubuhnya yang unik. Ikan hias yang diminati umumnya
berukuran kecil karena mudah dipelihara.
Ikan hias yang berada di pangsa pasar tidak semua hasil dari budidaya,
sebagian masih mengandalkan penangkapan dari alam sehingga tidak dapat dijamin
kontinuitasnya, oleh karena itu peluang bisnis dalam budidaya ikan hias sangat
berpotensi untuk dilakukan agar terjadinya kontinuitas jumlah permintaannya.
Banyak faktor untuk menunjang keberhasilan dalam proses produksi, salah satunya
dalam memanipulasi lingkungan budidaya seperti habitat asli ikan itu sendiri serta
menjaga kualitas air dalam proses budidaya akan meminimalisir terjadinya
kegagalan dalam proses produksi, sehingga tingkat permintaan pasar akan terus
bertambah dan kontinuitas jumlah permintaan akan selalu terpenuhi karena tidak
mengandalkan penangkapan dari alam.
Ikan black ghost merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang ikut
meramaikan pasar ikan hias di Indonesia, daya tarik dari ikan hias ini karena
memiliki bentuk tubuh yang unik. Beberapa pengusaha ikan hias memproduksi
benih ikan ini sebagai komoditas lokal maupun ekspor. Warna hitam di seluruh
tubuhnya menjadi daya tarik tersendiri. Keunikan dari ikan ini terdapat pada
goresan warna putih yang terdapat disepanjang bagian dorsal (punggung) serta dua
garis berwarna putih pada bagian ekornya. Bersatunya sirip dada dan sirip perut
menyebabkan sirip ikan ini berkibar-kibar saat berenang sehingga menjadi daya
tarik tersendiri bagi ikan ini (Hermawati 2008).
Banyak para pembudidaya ikan ini yang membuat kelompok atau plasma di
berbagai daerah, artinya permintaan pasar selalu ada, baik dari pembudidaya itu
sendiri, penghobi ataupun eksportir. Ikan ini juga dapat dibudidayakan pada skala
rumah tangga dimana kegiatan budidaya ikan ini tidak memerlukan lahan yang luas,
cukup dengan beberapa akuarium saja. Dan juga siklus budidaya ikan ini dapat
dikatakan cepat hanya dalam waktu 1-2 bulan ikan ini sudah masuk ukuran pasar.
Harga jual yang stabil menjadi daya tarik ikan ini untuk dijadikan usaha utama
ataupun sampingan.
Ikan hias rainbow boesemani merupakan komoditas ikan hias asli Indonesia.
Dimana ikan ini berasal dari Papua, di daerahnya ikan ini disebut kaskado. Ciri-ciri
ikan rainbow dewasa berumur 5-6 bulan, yang memiliki tubuh pipih memanjang,
warna bagian tubuh kearah kepala biru sampai kepala biru kehitaman dan ke arah
ekor memiliki warna biru sampai ekor berwarna oranye kemerahan. Untuk ikan
jantan memiliki warna lebih cerah terlebih mendekati pemijahan sedangkan untuk
betina memiliki warna tubuh yang lebih pudar. Ukuran panjang baku tubuh ikan
jantan dapat mencapai 9 cm sedangkan untuk betina 7 cm. Ikan ini hidup di perairan
dengan pH mencapai 8 dan ditemukan di Papua tepatnya di Danau Hain, Danau
Ayamaru. Selain itu juga di temukan di Danau Atinjo sekitar 20 km sebelah
tenggara Danau Ayamaru. Ikan ini dimasukkan daftar jenis-jenis ikan yang
dilindungi menurut PP No.7 Tahun 1999.
2
1.2 Tujuan
1.3 Metode
1.3.2 Komoditas
Komoditas yang dipilih dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini
yaitu ikan black ghost Apteronotus albifrons dan rainbow boesemani Melanotaenia
boesemani
2.2 Sejarah
Kepala
3.1.1 Hatchery
a. Hatchery Black Ghost
Lokasi BPPBIH menggunakan bangunan yang disebut hanggar. Hanggar
merupakan bangunan yang berfungsi seperti hatchery, yaitu sebuah bangunan
tertutup yang berfungsi sebagai tempat memproduksi benih-benih ikan, mulai dari
pemijahan hingga menghasilkan larva dan benih. Lokasi BPPBIH memiliki 2
bangunan hanggar. Budidaya ikan black ghost dilakukan di dalam hanggar 1
6
Gambar 3 Hanggar 1
3.1.2 Tandon
Bak penampungan air atau tandon berfungsi untuk menampung air sebelum
air tersebut digunakan untuk kegiatan budidaya agar air yang akan digunakan bebas
dari patogen.
(a) (b)
Gambar 7 Ruang pemeliharaan black ghost dan wadah pemeliharaan sekaligus
pemijahan : a) ruangan khusus dan b) akuarium pemeliharaan dan
pemijahan
Gambar 10 Akuarium penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan black ghost
10
(a) (b)
Gambar 11 Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva : a) baskom plastik
dan b) kontainer plastik
(a) (b)
Gambar 14 Wadah kultur pakan alami ikan black ghost : a) toples plastik dan b)
bak beton
12
b. Wadah kultur pakan alami Artemia sp. dan Moina sp. ikan Rainbow Boesemani
Pakan alami berupa artemia sp. dikultur menggunakan wadah berupa gelas
ukur (Gambar 15a) berkapasitas 2 L sebanyak 2 unit, 1 wadah untuk melakukan
kultur dan 1 wadah lagi untuk menampung naupli artemia sp. yang sudah dipanen.
Wadah ini dilengkapi dengan sistem aerasi sebagai pengaduk siste. Sedangkan
wadah kultur untuk Moina sp. menggunakan bak beton (Gambar 15b) berukuran
1.5 x 1.5 x 1 m3 dengan tinggi air 80 cm, memiliki volume air 2 250 L, wadah ini
terletak diluar ruangan hatchery rainbow.
(a) (b)
Gambar 15 Wadah kultur pakan alami ikan rainbow boesemani : a) gelas ukur
dan b) bak beton
(a)
13
(b)
Gambar 16 Sistem penyediaan air ikan black ghost : a) sumur bor hanggar
1 dan b) pompa STA RITE
b. Sitem penyediaan air ikan Rainbow Boesemani
Sumber air di hatchery rainbow berasal dari air sumur bor (Gambar 17a)
dengan kedalaman 15 m. Air sumur bor dipompa menggunakan pompa “SANYO
PDH255F” (Gambar 17b) disalurkan menggunakan pipa Poly Vinyl Carbon (PVC)
berdiameter 1 inci, aliran air ditampung dalam bak tandon berukuran 3 x 2 x 1 m3.
Air dalam tandon diendapkan selama 48 jam sebelum digunakan untuk kegiatan
budidaya. Air dalam tandon digunakan untuk mengisi wadah-wadah pemeliharaan
menggunakan pompa “RESUN” (Gambar 17c) berkapasitas 2 800 L/jam yang
disambung dengan selang berserat berukuran 1 inci.
(a) (b)
(c)
Gambar 17 Sistem penyediaan air ikan rainbow boesemani : a) sumur bor hatchery
rainbow, b) pompa SANYO PDH255F dan c) pompa RESUN
14
3.2.2 Bangunan
Fasilitas pendukung lainnya di BPPBIH yaitu bangunan berupa kantor,
laboratorium, mushola, gudang, dan toilet. Fasilitas kantor digunakan sebagai
tempat pertemuan, tempat diskusi, rapat para pegawai serta tempat pengelolaan
administrasi.
3.2.3 Oksigen
Dalam kegiatan packing atau pengepakan di lokasi BPPBIH ini,
menggunakan gas oksigen murni. Tabung oksigen (Gambar 23) setinggi 1.5 m ini
menampung oksigen murni yang dapat memenuhi kebutuhan oksigen untuk 2 000
kantong plastik packing berukuran 60 x 40 cm2 dengan perbandingan oksigen
dengan air 2:1.
3.2.4 Transportasi
Alat transportasi atau kendaraan yang digunakan di lokasi BPPBIH Depok
menggunakan sebuah mobil “DAIHATSU” Espass (Gambar 24) dengan kapasitas
mesin 1 500 cc untuk mengirim ikan sampai ke tempat tujuan. Bahan bakar yang
digunakan alat transportasi tersebut adalah premium. Penggunaan alat transportasi
tersebut tergantung banyaknya ikan yang akan dikirim dan jarak yang ditempuh.
4 KEGIATAN BUDIDAYA
b. Penebaran Induk
Asal induk ikan black ghost yang berada di BPPBIH didapatkan dari hasil
budidaya tim BPPBIH yang dibesarkan sampai ukuran induk siap pijah dan
sebagian dari pembudidaya daerah Depok. Saat pemeliharaan induk, jantan dan
betina dipelihara secara terpisah. Pemeliharaan ini dilakukan selama satu minggu
sebelum induk dimasukkan ke wadah pemijahan. Perbedaan induk jantan dan betina
dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 26.
Ukuran induk jantan yang ditebar memiliki panjang rata-rata 28.8 cm dengan
bobot rata-rata 59.20 gram, padat penebaran induk jantan per akuarium sebanyak 3
ekor. Untuk induk betina yang ditebar memiliki panjang rata-rata 20.4 cm dengan
19
bobot rata-rata 41.29 gram, padat penebaran induk betina per akuarium sebanyak 2
ekor. Jumlah induk ikan black ghost yang tersedia di BPPBIH ada 30 ekor, dengan
jumlah induk jantan 18 ekor dan induk betina 12 ekor. Ikan black ghost dapat
menjadi induk jika sudah berumur 1 tahun serta jika induk jantan telah memiliki
panjang tubuh 25-30 cm sedangkan untuk induk betina telah memiliki panjang
tubuh 20-25 cm.
c. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan untuk induk ikan black ghost menggunakan cacing
tanah (Gambar 27a) Lumbricus sp. dan bloodworm (Gambar 27b) Chironomus sp..
Bloodworm yang digunakan dalam kondisi beku dan disimpan di dalam freezer,
sedangkan cacing tanah disimpan di dalam wadah khusus terbuat dari terpal
berukuran 40 x 30 x 20 cm3 yang diisi dengan tanah dengan ketebalan 20 cm atau
50% dari tinggi wadah. Cacing tanah dikirim 3 kali dalam seminggu diperoleh dari
pembudidaya dan dibeli dengan harga Rp 35 000/kg. Sebelum dilakukan pemberian
pakan, bloodworm yang beku ditaruh didalam seser dan di alirkan air bersih
(Gambar 27c) agar bloodworm dapat mencair dan bersih dari kotoran, setelah itu
bloodworm ditiriskan sebelum diberikan. Pakan yang berupa cacing tanah diambil
dari wadah (Gambar 27d) dan ditampung menggunakan baskom setelah itu dicuci
terlebih dahulu menggunakan air bersih mengalir (Gambar 27e), cara tersebut untuk
memisahkan cacing dari tanah yang menempel pada tubuhnya.
Kegiatan pemberian pakan untuk induk dilakukan secara ad satiation atau
sampai kenyang, indikasi bahwa ikan sudah kenyang adalah ketika ikan sudah
menjauhi pakan yang diberikan dan tidak memakannya. Frekuensi yang diberikan
sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari pukul 10:00 WIB dan sore hari
pukul 15:00 WIB. Untuk pemberian pakan menggunakan cacing tanah diberikan 3
hari dalam seminggu yaitu pada hari senin, rabu dan jumat, untuk selain hari
tersebut induk diberikan pakan berupa bloodworm, pemberian pakan dilakukan
pada satu titik dekat aerasi (Gambar 27f).
(a) (b)
(c) (d)
20
(e) (f)
Gambar 27 Persiapan pakan dan pemberian pakan induk black ghost : a) cacing
tanah, b) bloodworm, c) pencucian bloodworm, d) pengambilan
cacing tanah dari wadah, e) pencucian cacing tanah dan f) pemberian
pakan induk pada satu titik dekat aerasi
(a) (b)
21
(c)
Gambar 28 Pengelolaan kualitas air induk black ghost : a) pergantian air akuarium
sistem stagnant, b) penyifonan wadah dan c) pengecekan kualitas air
ikan akan sulit bernafas. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini khususnya
menyerang ikan air tawar seperti catfish dan berbagai spesies dari ikan tropis
maupun ornamental (White 1991). Beberapa faktor kualitas air yang dapat
menyebabkan ikan rentan terserang Aeromonas hydrophila antara lain tingginya
kandungan nitrit, rendahnya kandungan oksigen terlarut dalam air atau tingginya
kandungan karbon dioksida terlarut. Untuk pencegahan penyakit terhadap bakteri
ini yang dapat dilakukan antara lain mengatur kepadatan tebar yang memadai,
pemberian pakan yang baik dan teratur serta menjaga kualitas air agar selalu baik.
Dengan kegiatan pencegahan tersebut, ikan akan terhindar dari penyakit ini. Selama
kegiatan PKL di BPPBIH Depok berlangsung, induk yang dipelihara tidak
terserang penyakit sehingga tidak dilakukan pengobatan.
c. Seleksi Induk
Sebelum dilakukannya pemijahan ada beberapa tahap yang harus dilakukan
terlebih dahulu, diantaranya adalah proses penseleksian atau pemilihan induk untuk
dipijahkan, kegiatan ini diharapkan dapat memperoleh induk yang berkualitas,
berkualitas dalam arti induk itu dalam keadaan baik, matang gonad, dan siap untuk
dipijahkan. Kriteria induk yang baik yaitu induk yang sehat, tidak cacat atau luka,
nafsu makan tinggi, dan untuk ikan black ghost induk harus sudah berumur 1 tahun.
Dengan proses pemilihan induk jantan dan betina yang berkualitas diharapkan akan
menghasilkan telur dalam jumlah banyak dan sperma yang baik. Menurut Sanusi
(2011), untuk induk jantan telah menjadi induk jika panjang tubuh telah mencapai
25-30 cm, sedangkan untuk induk betina telah mencapai panjang tubuh 20-25 cm,
pada induk betina telah matang gonad dapat ditandai pada bagian perut yang gendut
dan membulat setelah dipuasakan. Proses penseleksian induk dan kondisi induk
matang gonad dapat dilihat pada Gambar 30.
(a) (b)
Gambar 30 Seleksi induk : a) proses seleksi induk ikan black ghost dan b) kondisi
induk black ghost matang gonad
d. Pemijahan
Dalam kegiatan pemijahan ikan black ghost, pemijahan terjadi secara alami
(natural spawning) pemijahan ini terjadi karena adanya manipulasi lingkungan
yang dibuat sedemikian rupa agar ikan black ghost merasa seperti di lingkungan
aslinya. Kegiatan melakukan manipulasi lingkungan ini diharapkan dapat
memaksimalkan hasil dari proses pemijahan (Gambar 31a) itu sendiri. Akuarium
pemijahan diisi oleh 5 ekor induk ikan black ghost dengan perbandingan 3 jantan
dan 2 betina. Mengingat ikan ini merupakan hewan nocturnal sehingga selama
kegiatan pemijahan berlangsung keadaan ruang pemijahan tidak diberi penerangan
sama sekali. Hal ini selain berhubungan dengan kegiatan manipulasi lingkungan
juga bertujuan untuk tidak mengganggu aktivitas pemijahan induk jantan dan
betina ikan black ghost. Pada umumnya ikan black ghost memijah pada malam hari
sehingga pagi harinya sarang/substrat yang penuh dengan telur dapat diambil untuk
di inkubasi. Sifat dari telur ikan black ghost itu sendiri menempel pada substrat
(Gambar 31b). Selama pemijahan terjadi tingkah laku induk jantan yang selalu
mengejar induk betina, sesekali induk betina seperti mencium-cium substrat begitu
pula induk jantan, setelah induk betina menyemprotkan telur, induk jantan
menyusul menyemprotkan spermanya. Pengamatan substrat pemijahan dilakukan
setiap hari dengan cara melihat pada sela-sela rongga akar pakis dengan bantuan
cahaya lampu senter agar terlihat jelas. Jika substrat belum terdapat telur, maka
dilakukan pengamatan substrat kembali pada keesokan harinya. Namun, jika
terdapat telur pada substrat maka dilakukan kegiatan pemanenan telur dengan cara
25
(a) (b)
Gambar 31 Pemijahan : a) proses pemijahan ikan black ghost dan b) telur ikan
black ghost yang menempel pada substrat akar pakis
dengan dosis 3 mg/L. Akuarium inkubasi telur diberi aerasi secara lembut, ruang
penetasan diusahakan gelap kerena larva ikan black ghost yang baru menetas tidak
tahan dengan adanya cahaya, telur yang berada di akar pakis dilakukan inkubasi
secara terpisah dari telur yang telah dilepas. Akar pakis diletakkan dengan cara
disandarkan pada dinding akuarium penetasan agar nantinya larva dapat leluasa
keluar dari sarang. Menurut Lesmana dan Dermawan (2004), telur akan menetas
dalam waktu 2-3 hari. Larva yang baru menetas akan bersembunyi pada rongga
akar pakis, sesudah tiga atau empat hari larva akan berenang sehingga substrat
sudah dapat diangkat dan diberikan shelter berupa pipa atau beberapa helai daun
ketapang kering agar larva dapat bersembunyi dari cahaya dan mulai bisa diberi
pakan berupa Artemia sp. karena kuning telur pada larva telah habis. Kegiatan ini
dapat dilihat pada Gambar 33.
(a) (b)
Gambar 34 Kondisi telur ikan black ghost : a) telur fertilized dan b) telur
infertilized
27
Tabel 3 Data FR, HR, dan SR hasil pemijahan ikan black ghost di
BPPBIH, Depok, Jawa Barat, selama 30 hari
Σ telur SR Benih
Akuarium SR Larva
FR (%) HR (%) D30
induk (butir) D14 (%)
(%)
1 1304 82.83 78.24 94.63 95.49
2 578 82.27 79.91 89.73 92.92
3 691 78.21 83.54 86.71 92.73
4 526 85.16 76.31 86.04 93.01
5 674 88.90 75.88 87.63 92.48
6 727 87.47 83.67 88.84 94.79
Rata-rata 750 84.14 79.59 88.93 93.73
Dari data yang dilihat pada Tabel 3, pemijahan yang dilakukan selama 30 hari
menggunakan 6 set induk beserta 6 akuarium diperoleh rata-rata jumlah telur yang
dihasilkan sebanyak 750 butir dengan rata-rata persentase FR mencapai 84.14%,
sedangkan persentase daya tetasnya 82.64% dan persentase kelangsungan hidup
larva 88.93%, pada akhir pemeliharaan didapatkan SR benih sebesar 90.06%.
kali, proses pemanenan (Gambar 35b) dilakukan dengan hati-hati agar cyste atau
cangkang tidak ikut terpanen. Naupli Artemia sp. yang sudah dipanen dilakukan
pengenceran menggunakan air tawar sebanyak 1 L dan ditambahkan garam
sebanyak 12.5 gram serta diberikan aerasi.
(a) (b)
Gambar 35 Kultur Artemia sp. : a) cyste Artemia sp. dan b) proses pemanenan
Artemia sp.
b. Kultur Moina sp.
Pakan alami berupa Moina sp. diberikan untuk larva black ghost berumur 7
hari atau 1 minggu, pada umur tersebut bukaan mulut larva sudah membesar dan
bisa memakan pakan alami berupa Moina sp.. Kegiatan kultur Moina sp.
menggunakan wadah berupa bak beton berukuran 2 x 2 x 1.5 m3. Persiapan wadah
kultur dilakukan dengan cara menyurutkan air yang ada pada wadah melalui saluran
outlet, kemudian wadah kultur dibiarkan kering selama satu hari. Setelah
pengeringan selama satu hari dilakukan pengisian air, pengisian air menggunakan
air tandon, ketinggian air diatur hingga 1 m, memiliki volume air 4 000 L. Untuk
proses selanjutnya dilakukan penebaran pupuk berupa campuran kotoran ayam
kering dengan sekam padi sebanyak 4 kg. Penggunaan pupuk berupa kotoran ayam
tersebut mengandung nutrien-nutrien yang dibutuhkan oleh zooplankton yang akan
dikultur. Untuk proses selanjutnya dilakukan penebaran inokulan Moina sp. murni
sebanyak 500 ml. Untuk pemanenan dilakukan pada hari ke-10, proses pemanenan
dilakukan dengan cara mengambil Moina sp. menggunakan seser halus, Moina sp.
dapat terlihat secara kasat mata yang berkumpul di permukaan air. Setelah itu,
Moina sp. yang di panen ditampung ke dalam wadah baskom berisi air bersih.
Pemanenan Moina sp. (Gambar 36) dilakukan pada pagi hari pada jam 06:00-08:00
WIB, atau sore hari pada jam 16:00-18:00 WIB.
b. Pemberian Pakan
Larva yang baru menetas masih memiliki cadangan makanan berupa kantung
kuning telur (yolk sac) yang akan habis pada hari ke-5 sampai hari ke-6 setelah
larva menetas, pakan alami berupa naupli Artemia sp. dapat diberikan mulai hari
ke-4, bertujuan untuk merangsang larva agar dapat memakan naupli Artemia sp.
yang diberikan karena kantung kuning telur yang dimilikinya akan mulai habis.
Pemberian naupli Artemia sp. dilakukan sampai hari ke-7 secara ad satiation atau
sekenyangnya dengan frekuensi pemberian sebanyak 4 kali dalam sehari yaitu pada
pukul 08:00, 11:00, 14:00, dan 17:00 WIB, lalu diberikan pakan alami berupa
Moina sp. yang mulai diberikan pada hari ke-6 hingga hari ke-14 atau hingga benih
berumur 2 minggu, frekuensi pemberian Moina sp. dilakukan sebanyak dua kali
sehari secara ad libitum atau selalu tersedianya pakan pada wadah pemeliharaan.
Gambar 38 Shelter berupa pipa paralon untuk benih ikan black ghost
b. Penebaran Benih
Benih yang ditebar berasal dari larva hasil pemijahan induk black ghost yang
telah dipelihara hingga berumur 30 hari yaitu berukuran 1 inci, Benih merupakan
anak ikan yang memiliki bentuk morfologi tubuh sudah definitif seperti induknya
(Effendi 2004). Untuk memperoleh pertumbuhan yang seragam sebelum ditebar
benih dilakukan penyortiran terlebih dahulu untuk mengelompokkan benih
berdasarkan ukuran tubuh. Kepadatan benih yang ditebar sebanyak 13 ekor/L,
proses aklimatisasi pada saat penebaran dilakukan untuk mencegah benih
mengalami stres. Memperhatikan tingkah laku benih setelah ditebar juga perlu
dilakukan, indikasi bahwa benih cocok dengan lingkungan yang baru dapat ditandai
dengan benih black ghost yang langsung bersembunyi di dalam shelter, dan apabila
benih black ghost yang ditebar naik ke permukaan air maka lingkungan tersebut
tidak cocok untuk benih black ghost yang baru ditebar, benih akan lemas dan berada
di permukaan.
c. Pemberian Pakan
Pemberian pakan untuk benih black ghost menggunakan pakan alami berupa
cacing sutra tubifex sp.. Frekuensi pemberian pakan berupa cacing sutra sebanyak
2 kali sehari yaitu disaat pagi hari pukul 08:00 WIB dan sore hari pukul 16:00 WIB
secara ad libitum atau selalu tersedianya pakan dalam wadah pemeliharaan, kualitas
air pada wadah cacing sutra harus selalu diperhatikan, proses pergantian air pada
wadah cacing sutra dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu disaat pagi hari pukul
07:00 WIB dan sore hari pukul 15:00 WIB, jika air pemeliharaan tidak diganti
cacing sutra akan cepat mati karena cacing sutra membutuhkan air yang selalu
mengalir atau berganti seperti pada habitat aslinya. Kegiatan pergantian air cacing
sutra dan pemberian cacing sutra dapat dilihat pada Gambar 39.
(a) (b)
32
(c)
Gambar 39 Manajemen pakan benih black ghost : a) pembuangan air lama wadah
cacing sutra, b) pengisian air baru wadah cacing sutra dan c)
pemberian cacing sutra dalam wadah pemeliharaan benih black ghost
g/L, tetapi jika benih itu sakit dilakukan pemberian beberapa helai daun ketapang
kering atau Methylene blue dengan dosis 3 mg/L tergantung penyakit apa yang
menyerang. Ikan black ghost mudah terserang penyakit diantaranya white spot yang
disebabkan oleh parasit Ichtiopthyrius multifiliis dan penyakit bercak merah
Septicemia haemorrhagica yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.
Selama kegiatan PKL berlangsung tidak ditemukannya benih yang sakit, maka
tidak dilakukannya kegiatan pengobatan.
g. Pemanenan benih
Proses pemanenan dilakukan apabila ukuran benih telah masuk ukuran jual,
yaitu 1–2 inci, tergantung dengan permintaan pasar. Pemanenan dilakukan dengan
cara mengambil benih dari media pemeliharaan dengan menggunakan seser, proses
pengambilan benih dilakukan dengan hati-hati agar benih tidak mengalami luka
pada saat penyerokan, lalu benih ditampung pada wadah baskom. Sebelum
dilakukan pemanenan dilakukan penyortiran dan juga untuk memisahkan benih
yang tidak masuk ukuran pasar ataupun yang memiliki tubuh abnormal.
Benih yang sudah siap lalu dilakukan pengemasan. Pengepakan benih
dilakukan menggunakan wadah berupa kantong plastik berukuran 60 x 40 cm2.
34
Plastik packing dibuat menjadi dua rangkap, pada bagian sisi ujung bawah plastik
diikat menggunakan karet kemudian dibalik, hal ini bertujuan untuk mencegah
adanya sudut mati yang dapat menyebabkan ikan terjepit dan mengalami kematian
pada saat pengiriman. Setiap kantong diberikan daun ketapang kering sebanyak 3
helai, pemberian tersebut berguna sebagai shelter benih saat berada didalam plastik
packing. Setelah itu, plastik packing yang telah berisi benih ikan diberi oksigen dan
air dengan perbandingan 2:1. Lalu dilakukan pengikatan yang kuat menggunakan
karet gelang. Padat tebar ikan black ghost pada plastik packing ukuran 60 cm x 40
cm disesuaikan dengan ukuran ikannya. Untuk ikan ukuran 1 inci biasanya diisi
250-400 ekor sedangkan untuk benih ukuran 2 inci diisi 150-200 ekor. Kegiatan
pemanenan dan pengemasan dapat dilihat pada Gambar 42.
(d)
Gambar 42 Pemanenan benih : a) pengambilan benih black ghost, b) sortasi, c)
proses packing dan d) benih yang telah dipacking
4.1.6 Transportasi
Sistem pengangkutan di BPPBIH menggunakan sistem tertutup karena ikan
yang diangkut merupakan komoditas ikan hias. Jika ada permintaan tetapi dengan
jumlah yang sedikit, BPPBIH hanya menyediakan fasilitas berupa kantong plastik
dan oksigen untuk para pembeli yang datang, pembeli akan membawa sendiri ikan
yang dipesan. Tetapi jika ada permintaan dengan jumlah yang banyak, pihak
BPPBIH menyediakan alat transportasi berupa mobil yang siap mengantarkan ikan
pesanan sampai ketempat tujuan. Proses pengiriman sebaiknya dilakukan di pagi
hari atau sore hari berguna untuk meminimalisir stres yang terjadi akibat suhu yang
panas. Untuk pengiriman jarak jauh dan jumlah permintaan terbilang banyak,
plastik packing diletakkan didalam wadah berupa box sterofoam berukuran 80 x 30
35
x 30 cm3, wadah ini dapat menampung plastik packing sebanyak 6-8 kantong,
setelah kantong diletakkan didalam box, selanjutnya diberikan batu es yang
dihancurkan dan dimasukan kedalam plastik lalu diikat dan dibungkus
menggunakan kertas koran, pemberian batu es ini sebanyak 3 buah/box, yang
bertujuan untuk meminimalisir terjadinya peningkatan suhu saat proses pengiriman
selain itu juga berguna untuk menekan laju metabolisme pada ikan yang akan
dikirim. Sistem pengiriman dan pengepakan benih black ghost dapat dilihat pada
Gambar 43.
(d) (e)
Gambar 43 Sistem pengiriman dan pengepakan benih black ghost : a) benih siap
jual, b) penyimpanan benih pada box sterofoam, c) pemberian batu es,
d) pengepakan box menggunakan selotip dan e) benih siap dikirim.
Ukuran induk jantan yang ditebar memiliki panjang rata-rata 9.36 cm dengan
bobot rata-rata 13.34 gram sedangkan untuk induk betina memiliki panjang rata-
rata 7.6 cm dengan bobot 7.34 gram. Induk betina dan jantan ditebar secara terpisah,
Seleksi induk dan penebaran induk ikan rainbow boesemani dapat dilihat pada
Gambar 45.
(a)
(b) (c)
(d)
Gambar 45 Seleksi induk dan penebaran induk ikan rainbow boesemani : a)
perbedaan induk jantan (atas) dan betina (bawah) ikan rainbow
boesemani, b) larutan phenoxy ethanol, c) timbangan digital dan d)
penebaran induk
38
c. Pemberian Pakan
Jenis pakan yang diberikan untuk induk ikan rainbow boesemani yaitu
bloodworm Chironomus sp. dalam keadaan beku, bloodworm diencerkan terlebih
dahulu sebelum diberikan ke induk, dengan cara menaruh lempengan bloodworm
di dalam seser lalu dialiri air bersih hingga mencair, setelah mencair bloodworm
ditempatkan ke dalam wadah dan siap diberikan untuk induk. Metode pemberian
pakan untuk induk rainbow boesemani secara ad satiation atau sekenyangnya,
indikasi bahwa induk sudah kenyang dilihat dari pakan yang diberikan tidak lagi
dimakan oleh induk. Frekuensi pemberian pakan untuk induk sebanyak dua kali
sehari, yaitu pada pukul 08:00 pagi dan 15:00 sore. Kegiatan ini dapat dilihat pada
Gambar 46.
(d)
Gambar 48 Seleksi dan sampling induk rainbow boesemani : a) larutan phenoxy
ethanol, b) kegiatan anastesi induk, c) pengukuran panjang total dan
d) penimbangan bobot induk
permukaan, sebelum digunakan substrat berupa tali rafia tersebut dicuci hingga
bersih, lalu dilakukan penjemuran dibawah sinar matahari. Proses penjemuran
dilakukan hingga sore hari, proses penjemuran berguna untuk mematikan siklus
hidup bakteri yang mungkin hidup dan berada di substrat. Setelah itu substrat siap
untuk digunakan, substrat diletakan di dalam akuarium dan diposisikan ditengah.
Pemasangan substrat dilakukan pada sore hari sekitar pukul 16:00 WIB. Persiapan
substrat pemijahan rainbow boesemani dapat dilihat pada Gambar 50.
(a) (b)
Gambar 50 Persiapan substrat pemijahan rainbow boesemani : a) pencucian
substrat dan b) pemasangan substrat
c. Pemijahan
Proses pemijahan rainbow boesemani dilakukan secara alami, induk yang
sebelumnya telah diseleksi dan dipisahkan untuk dilakukan pemeliharaan,
selanjutnya induk ditebar dengan cara aklimatisasi terlebih dahulu, proses
aklimatisasi berlangsung hingga 5-10 menit, akuarium pemijahan dilengkapi
dengan sistem resirkulasi, penggunaan sistem resirkulasi ini selain bertujuan untuk
treatment air juga berfungsi sebagai penstabil pH air untuk wadah pemeliharaan,
karena didalam tong resirkulasi terdapat kulit kerang yang berguna untuk menaikan
pH air yang asam menjadi basa. Karena pH air yang optimal untuk ikan rainbow
boesemani adalah 7-8 seperti di alamnya, selain pH air yang berpengaruh pada
pemijahan ikan pelangi ini ada juga parameter suhu air yang harus diperhatikan
karena ikan rainbow akan memijah pada suhu optimal 28-30 oC (Tappin 2010).
Sifat ikan rainbow dalam memijah berlangsung parsial atau pemijahan terjadi
hampir setiap hari. Induk betina akan terlebih dahulu menyemprotkan telurnya ke
arah substrat dan induk jantan akan membuahi telur dengan cara menyemprotkan
sperma ke arah telur yang tersebar di substrat. Perbandingan Sex ratio pemijahan
yang dilakukan yaitu 1:1 (1 jantan:1 betina), pemijahan berlangsung selama 30 hari,
selama proses pemijahan, induk diberikan pakan berupa bloodworm dengan
frekuensi dua kali dalam sehari yang diberikan pada pagi hari pukul 08:00 WIB dan
sore hari pukul 15:00 WIB, induk akan memijah dalam kurun waktu 2-3 hari setelah
induk dipasangkan. Kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 51.
42
(a) (b)
(c)
Gambar 51 Pemijahan induk rainbow boesemani : a) penebaran induk dengan
aklimatisasi, b) pemberian pakan induk dan c) proses pemijahan
induk
Perhitungan fertilization rate (FR) dilakukan pada saat telur belum menetas
menjadi larva. Perhitungan derajat pembuahan berguna untuk mengetahui
persentase telur yang terbuahi dari telur yang telah dikeluarkan induk, sedangkan
untuk perhitungan derajat penetasan hatching rate (HR) dilakukan pada saat telur
telah menetas menjadi larva, hal ini berguna untuk menentukan persentase telur
yang menetas menjadi larva dari telur yang dibuahi. Hasil penghitungan dapat
dilihat pada Tabel 5.
(d)
Gambar 53 Persiapan wadah pemeliharaan larva rainbow boesemani : a)
penggosokan wadah b) pengeringan wadah, c) pengisian air dan d)
penyetelan aerasi
b. Penebaran Larva
Larva yang terdapat pada wadah inkubasi telur dikumpulkan kedalam satu
wadah berupa toples plastik yang berisikan air asal inkubasi, pengambilan larva ini
sekaligus dilakukan proses perhitungan larva untuk dilakukan pencatatan.
Penebaran larva dilakukan dengan hati-hati dengan melakukan aklimatisasi terlebih
dahulu dengan cara toples plastik yang berisikan larva di apung-apungkan di atas
permukaan air wadah pemeliharaan, lalu sedikit demi sedikit masukan air dari
wadah pemeliharaan ke dalam toples yang berisikan larva, proses ini berlangsung
5-10 menit. Proses pemanenan dan penebaran larva rainbow boesemani dapat
dilihat pada Gambar 54.
(a) (b)
Gambar 54 Proses pemanenan dan penebaran larva rainbow boesemani :
a) pemanenan larva dan b) penebaran larva
c. Pemberian Pakan
Dalam pemberian pakan pada larva rainbow boesemani diberikan pakan
alami berupa naupli Artemia sp. dengan metode pemberian pakan ad satiation atau
sekenyangnya, dilihat dari pakan yang diberikan secara sedikit demi sedikit sampai
kenyang, sehingga larva tidak merespon lagi pakan yang diberikan, selain melihat
respon pakan yang diberikan ke larva, indikasi lain bahwa larva sudah kenyang
adalah dilihat dari perut yang membesar dan juga berubah warna menjadi oranye
akibat pakan yang diberikan berupa naupli Artemia sp., untuk pemberian pakan
45
menggunakan pakan alami berupa Moina sp. diberikan secara ad libitum atau selalu
tersedianya pakan didalam wadah pemeliharaan.
Frekuensi pemberian pakan menggunakan naupli Artemia sp. dilakukan
sebanyak 3 kali dalam sehari, pada pagi hari pukul 08:00 WIB, siang hari pada
pukul 12:00 WIB dan sore hari pada pukul 16:00 WIB. Sedangkan pemberian pakan
menggunakan Moina sp. diberikan secara ad libitum atau selalu tersedianya pakan
pada wadah pemeliharaan dengan frekuensi pemberian sebanyak 2 kali sehari pada
pagi hari pukul 08:00 WIB dan sore hari pada pukul 16:00 WIB. Jadwal pemberian
pakan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jadwal pemberian pakan larva rainbow boesemani sampai ukuran benih
Umur (hari)
Pakan
4 – 20 21 - 30 ≥30
Artemia sp.
Moina sp.
Bloodworm
Umur larva 0-3 hari, larva masih mendapatkan suplai makanan dari kuning
telur yang dimilikinya. Setelah larva berumur 3 hari, larva diberikan pakan alami
berupa Artemia sp. hingga berumur 20 hari. Saat larva telah berumur 20 hari
dilakukan overlapping pakan dengan pemberian pakan alami berupa Moina sp.
sampai hari ke 30, kemudian pada hari ke 30 sampai benih dipanen dilakukan
pemberian pakan berupa bloodworm.
Parameter-parameter kualitas air yang diamati, seperti suhu, pH, DO, dan
lain-lain. Kisaran nilai parameter kualitas air yang didapatkan yaitu suhu 27.4-
29.6oC, pH 7.5-8.3, dan kandungan oksigen 6.29-8.67 ppm. Kegiatan penyifonan
wadah pemeliharaan larva rainbow boesemani dan pengukuran kualitas air dapat
dilihat pada Gambar 55, serta nilai parameter air ikan rainbow boesemani terlampir
dalam Lampiran 3.
(a) (b)
Gambar 55 Pengelolaan kualitas air pemeliharaan larva rainbow boesemani :
a) penyifonan wadah dan b) pengukuran kualitas air
bawah toples diberi pencahayaan pada satu titik dan dibiarkan selama 5-10 menit
sampai naupli Artemia sp. benar-benar berkumpul di sekitar titik cahaya tersebut.
Peletakkan wadah dengan cara dimiringkan selain untuk memisahkan cangkang
dengan naupli Artemia sp. kegiatan pemiringan wadah ini juga untuk memudahkan
dalam proses penyifonan naupli Artemia sp.. Pemanenan naupli artemia dilakukan
berulang kali sebanyak 2-3 kali secara perlahan dan hati-hati agar naupli Artemia
sp. benar-benar bersih dari cangkang dan untuk meminimalisir terbawanya
cangkang yang dapat termakan oleh larva. Naupli Artemia sp. yang sudah dipanen,
ditambahkan air tawar sebanyak 1 L kemudian ditambahkan lagi dengan garam
sebanyak 12.5 gram dan diberi aerasi. Pakan alami berupa Moina sp. diberikan
untuk larva berumur 20 hari sampai 30 hari, pada umur tersebut bukaan mulut larva
sudah membesar dan dapat memakan pakan alami berupa Moina sp.. Kegiatan
kultur Moina sp. menggunakan wadah berupa bak beton berukuran 2 x 1.5 x 1 m3.
Persiapan wadah kultur dilakukan dengan cara menyurutkan air yang ada pada
wadah melalui saluran outlet, kemudian wadah kultur dibiarkan kering selama satu
hari. Setelah pengeringan selama satu hari dilakukan pengisian air, pengisian air
menggunakan air tandon, ketinggian air diatur hingga 80 cm, memiliki volume air
2 400 L. Untuk proses selanjutnya dilakukan penebaran pupuk berupa campuran
kotoran ayam kering dengan sekam padi sebanyak 3 kg. Penggunaan pupuk berupa
kotoran ayam tersebut mengandung nutrien-nutrien yang dibutuhkan oleh
zooplankton yang akan dikultur. Untuk proses selanjutnya dilakukan penebaran
inokulan Moina sp. murni sebanyak 500 ml. Untuk pemanenan dilakukan pada hari
ke-10, proses pemanenan dilakukan dengan cara mengambil Moina sp.
menggunakan seser halus, Moina sp. dapat terlihat secara kasat mata yang
berkumpul di permukaan air. Setelah itu, Moina sp. yang di panen ditampung ke
dalam wadah baskom berisi air bersih. Pemanenan dilakukan pada pagi hari pada
jam 06:00-08:00 WIB, atau sore hari pada jam 16:00-18:00 WIB. Kegiatan kultur
pakan alami dapat dilihat pada Gambar 56.
(d) (e)
(f)
Gambar 56 Kultur pakan alami Artemia sp. dan Moina sp. :
a) pemberian cahaya lampu senter agar naupli Artemia sp. berkumpul
pada satu titik, b) naupli Artemia sp. yang telah dipanen, c)
pengeringan wadah kultur Moina sp., d) pengisian air wadah kultur
Moina sp., e) penebaran pupuk dan f) wadah kultur Moina sp. siap
untuk dipanen
b. Penebaran Benih
Sebelum dilakukannya penebaran benih, dilakukan kegiatan penyortiran
terlebih dahulu, proses sortasi ini berguna untuk menyeragamkan ukuran benih
yang akan ditebar, karena apabila penebaran benih dilakukan dengan ukuran tidak
seragam, pertumbuhan benih tidak akan optimal, serta dilakukan perhitungan
jumlah benih sebelum ditebar di wadah pemeliharaan. Pengambilan benih untuk
dilakukan penyortiran dilakukan dengan hati-hati agar benih tidak mengalami stres.
Benih di tampung didalam wadah berupa baskom berkapasitas 5 L.
Sebelum benih ditebar benih yang berada di wadah penampungan baskom
dipindahkan ke wadah berupa toples plastik kecil untuk dilakukannya proses
penebaran, setelah itu dilakukan aklimatisasi untuk mencegah benih stres dengan
49
cara baskom penampungan benih ditaruh di atas permukaan air kemudian ditebar
secara perlahan sambil memasukan air ke dalam wadah benih hingga benih tersebut
keluar dari baskom dengan sendirinya. Proses aklimatisasi dilakukan selama 5-10
menit. Kegiatan sortasi dan penebaran benih rainbow boesemani dapat dilihat pada
Gambar 57.
(a) (b)
Gambar 57 Sortasi dan penebaran benih rainbow boesemani :
a) sortasi dan b) penebaran benih rainbow boesemani
berkala setiap senin, rabu, jumat atau tergantung pada kualitas air itu sendiri, jika
air pemeliharaan sudah keruh dan banyak terdapat kotoran di dasar wadah maka
penyifonan dan pergantian air sesegera mungkin dilakukan. Pergantian air
menggunakan air yang sudah di tandon selama 48 jam, dengan ketinggian air diatur
hingga 20 cm. Pengontrolan kualitas air juga dilakukan dengan cara mengukur
parameter-parameter kualitas air seperti suhu, pH, DO, dan yang lainnya. Kisaran
nilai kualitas air pada pemeliharaan, yaitu suhu 27.8-28.6oC, pH 6.8-7.5, dan
kandungan oksigen 6.47-7.27 ppm. Nilai parameter kualitas air selama
pemeliharaan telah disajikan pada Lampiran 3.
(a) (b)
Gambar 59 Pemantauan pertumbuhan benih rainbow boesemani :
a) pengukuran panjang total dan b) penimbangan bobot
51
Pada akhir pemeliharaan didapatkan nilai Survival Rate (SR%) yang dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Nilai Survival Rate (SR%) yang didapatkan setelah akhir pemeliharaan
∑ Telur (butir) FR (%) HR (%) SR (%) D79
7 136 83.43 80.1 92.33
Dari tabel tersebut diperoleh jumlah telur sebanyak 7 136 dari hasil pemijahan
selama 30 hari, dimana data tersebut dihasilkan dari proses sampling sebanyak 5
akuarium pemijahan yang memakai 10 ekor induk jantan dan betina, dengan sex
ratio yang digunakan 1:1 (1 jantan : 1 betina). Jumlah telur tersebut telah dikalikan
dengan jumlah induk betina yang digunakan selama pemijahan yaitu sebanyak 20
ekor induk betina. Dimana hasil FR dan HR tersebut menggunakan rataan hasil
sampling sebanyak 5 akuarium pemijahan, dan mendapatkan hasil akhir tingkat
kelangsungan hidup sebesar 92.33%.
g. Pemanenan Benih
Pemanenan dilakukan apabila benih ikan pelangi telah mencapai ukuran akhir
sesuai yang diinginkan atau telah mencapai ukuran pasar, yaitu 1–2 inci, akan tetapi
hasil akhir dari pemeliharaan hanya mendapatkan ukuran sebesar 1 inci, karena
pertumbuhan ikan pelangi ini dapat dikatakan lambat dari jenis ikan hias lainnya.
Proses pemanenan yang dilakukan dengan cara menyerok benih dengan hati-hati
agar benih tidak luka atau stres, selanjutnya dilakukan pensortiran benih. Benih
yang telah dipanen dan disortir kemudian dilakukan pengepakan. Proses
pengepakan dilakukan dengan cara benih-benih ikan dimasukkan ke dalam kantong
plastik packing berukuran 60 x 40 cm2. Sebelumnya plastik packing disiapkan
terlebih dahulu dengan dibuat dua rangkap plastik yang bagian sisi-sisi ujung
bawahnya diikat menggunakan karet kemudian dibalik, hal ini bertujuan untuk
mencegah adanya sudut mati yang dapat menyebabkan ikan terjepit dan mengalami
kematian pada saat pengiriman. Setelah itu, plastik packing yang telah berisi benih
ikan diberi oksigen dan air dengan perbandingan 2:1 dengan kepadatan satu buah
kantong plastik packing sebanyak 80 – 150 ekor/plastik packing. Setelah itu plastik
packing diikat dengan kuat menggunakan karet gelang. Proses penyortiran benih
dan pengepakan benih ikan rainbow boesemani dapat dilihat pada Gambar 60.
(a) (b)
Gambar 60 Penyortiran benih dan pengepakan benih ikan rainbow boesemani :
a) penyortiran benih dan b) proses pengepakan
52
4.2.7 Transportasi
Sistem pengangkutan di BPPBIH menggunakan sistem tertutup karena ikan
yang diangkut merupakan komoditas ikan hias, alat transportasi yang digunakan
berupa mobil, pengiriman dilakukan apabila jumlah pesanan terbilang banyak, jika
jumlah pesanan terbilang sedikit biasanya konsumen akan secara langsung datang
ke lokasi untuk membawanya sendiri. Setelah proses pengepakan selesai, plastik
packing dimasukan ke dalam wadah box sterofoam yang berukuran 80 x 30 x 30
cm3, wadah ini dapat memuat kantong plastik packing berukuran 60 x 40 cm2
sebanyak 6-8 kantong. Setelah kantong dimasukan dilakukan pemberian es batu di
dalam wadah tersebut dengan cara es batu di hancurkan terlebih dahulu lalu
dimasukan kedalam plastik kecil yang diikat lalu dilapisi dengan kertas koran.
Pemberian es batu untuk proses pengiriman bertujuan untuk meminimalisir
terjadinya peningkatan suhu saat proses pengiriman, yang akan mengakibatkan ikan
dalam plastik packing akan mengalami stres, selain itu juga dapat menekan laju
metabolisme ikan yang dikirim. Proses pengangkutan dan pengiriman sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari untuk meminimalisir ikan mengalami stres akibat
suhu yang panas jika pengangkutan dilakukan pada siang hari. Sistem pengepakan
dan transportasi benih rainbow boesemani dapat dilihat pada Gambar 61.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 61 Sistem pengepakan dan transportasi benih rainbow boesemani :
a) plastik packing yang berada dalam wadah box sterofoam,
b) pemberian es batu, c) penutupan wadah box sterofoam dan
d) benih siap untuk dikirim
53
5 PEMASARAN
6 ASPEK USAHA
Tabel 8 Biaya investasi dan penyusutan kegiatan pembenihan ikan black ghost
No. Komponen Jumlah Satuan Join cost Harga satuan Join cost Jumlah UT Nilai sisa Penyusutan
Jumlah Satuan (Rp) (Rp) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp)
1 Hanggar(*) 450 m² 35 m² 150 000 000 11 670 000 11 670 000 10 583 500 1 108 650
2 Sumur bor(*) 1 Unit 20 % 5 000 000 1 000 000 1 000 000 10 100 000
3 Tandon (6 x 5 x 1 m3) (*) 1 Buah 20 % 3 000 000 600 000 600 000 10 30 000 57 000
4 Induk (@ jantan:betina 3:2) 6 Set 150 000 900 000 3 90 000 270 000
5 Akuarium induk (80 x 40 x 40 cm3) 6 Unit 100 000 600 000 3 60 000 180 000
6 Akuarium telur dan larva (40 x 40 x 30 cm3) 4 Unit 70 000 280 000 3 28 000 84 000
8 Akuarium benih (50 x 40 x 40 cm3) 6 Unit 80 000 480 000 3 48 000 144 000
9 Rak besi akuarium induk (165x 40 x 120 cm3) 3 Buah 350 000 1 050 000 10 52 500 99 750
10 Pompa air(*) 1 Buah 20 % 800 000 160 000 160 000 5 16 000 28 800
11 Blower 1 Buah 20 % 3 000 000 600 000 600 000 5 60 000 108 000
12 Freezer(*) 1 Buah 20 % 1 500 000 300 000 300 000 5 30 000 54 000
13 Genset(*) 1 Buah 20 % 3 000 000 600 000 600 000 5 60 000 108 000
14 Instalasi listrik 1 Unit 1 200 000 1 200 000 10 60 000 114 000
15 Instalasi aerasi 1 Unit 500 000 500 000 5 50 000 90 000
16 Tabung oksigen(*) 1 Buah 20 % 1 500 000 300 000 300 000 5 30 000 54 000
17 bak kultur Moina sp (2 x 2 x 1.5 m3) (*) 1 Unit 1 000 000 1 000 000 5 100 000 180 000
19 Baskom 6 Buah 15 000 90 000 2 45 000
20 Seser kecil 1 Buah 5 000 5 000 2 2 500
21 Seser sedang 1 Buah 10 000 10 000 2 5 000
22 Seser besar 1 Buah 15 000 15 000 2 7 500
23 Selang sifon diameter 2 inci 1 Meter 35 000 35 000 2 17 500
24 Selang sifon diametere 1 inci 1 Meter 30 000 30 000 2 15 000
25 Selang sifon diameter 0.5 cm 1 Meter 20 000 20 000 2 10 000
26 Toples 2 Buah 10 000 20 000 2 10 000
27 Pakis 40 Buah 5 000 200 000 2 100 000
28 Rak besi akuarium benih (1,2 x 0,4 x 1,6 m3) 1 Buah 300 000 300 000 10 15.000 28 500
Total 21 965 000 3 021 200
55
56
Tabel 9 Biaya investasi dan penyusutan kegiatan pendederan ikan black ghost
56
No. Komponen Jumlah Satuan Join cost Harga satuan Join cost Jumlah UT Nilai sisa Penyusutan
Jumlah satuan (Rp) (Rp) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp)
1 Hanggar(*) 450 m² 35 m² 150 000 000 11 670 000 11 670 000 10 583 500 1 108 650
2 Sumur bor(*) 1 Unit 20 % 5 000 000 1 000 000 1 000 000 10 100 000
3 Tandon (6 x 5 x 1 m3) (*) 1 Buah 20 % 3 000 000 600 000 600 000 10 30 000 57 000
3
4 Akuarium benih (50 x 40 x 40 cm ) 6 Buah 80 000 480 000 3 48 000 144 000
5 Rak besi akuarium benih (1,2 x 0.4 x 1.2 m3) 1 Buah 300 000 300 000 10 15 000 28 500
6 Pompa air(*) 1 Buah 20 % 800 000 160 000 160 000 5 16 000 28 800
7 Hi-blow 1 Buah 650 000 650 000 5 65 000 117 000
8 Freezer(*) 1 Buah 20 % 1 500 000 300 000 300 000 5 30 000 54 000
9 Genset(*) 1 Buah 20 % 3 000 000 600 000 600 000 5 60 000 108 000
10 Instalasi listrik 1 Unit 1 200 000 1 200 000 10 60 000 114 000
11 Instalasi aerasi 1 Unit 500 000 500 000 5 50 000 90 000
12 Tabung oksigen(*) 1 Buah 20 % 1 500 000 300 000 300 000 5 30 000 54 000
14 Baskom 6 Buah 20 000 120 000 1 120 000
15 Seser 1 Buah 10 000 10 000 1 10 000
16 Selang sifon diameter 2 inci 1 Meter 50 000 50 000 2 25 000
Total 17 940 000 2 158 950
Dalam 1 siklus ada 12 ekor induk betina yang dipijahkan; dalam 1 bulan ada
1 siklus, 1 tahun ada 12 siklus.
Rata-rata jumlah telur yang dihasilkan 1 ekor induk betina adalah 750 butir
telur.
FR = 84.14% x 750 butir = 631 butir
HR = 79.59% x 631 butir = 502 ekor larva
SRlarva = 88.93% x 502 ekor = 446 ekor larva
SRbenih = 93.73% x 446 ekor = 418 ekor benih
6.1.6 Keuntungan
Keuntungan merupakan jumlah uang yang diterima dari total penerimaan
setelah dikurangi biaya total selama satu tahun produksi. Keuntungan diperoleh
jika selisih antara pendapatan dan total biaya bernilai positif.
Keuntungan Pembenihan = TR – TC
= Rp 37 800 000 – Rp 26 373 200
= Rp 11 426 800/tahun
Keuntungan Pendederan = TR – TC
= Rp 28 512 000 – Rp 21 352 450
= Rp 7 159 550/tahun
Penerimaan
R/C Pendederann =
BiayaTotal
Rp 28 512 000
=
Rp 21 352 450
= 1.33
61
Jadi setiap Rp 1.0 biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pembenihan akan
menghasilkan penerimaan Rp 1.43 dengan keuntungan Rp 0.43. Sedangkan biaya
yang dikeluarkan untuk kegiatan pendederan akan menghasilkan penerimaan Rp
1.33 dengan keuntungan Rp 0.33.
Kegiatan Pembenihan
Biaya Tetap
BEP(unit) = biaya variabel
Harga/ekor-( )
jml.produksi
𝑅𝑝 23 077 200
= 𝑅𝑝 3 296 000
𝑅𝑝 900/𝑒𝑘𝑜𝑟−( 42 000 𝑒𝑘𝑜𝑟 )
Rp 23 077 200
=
821
= 28 108 ekor
Titik impas akan dicapai jika berhasil menjual benih ikan black ghost
sebanyak 28 108 ekor.
Biaya Tetap
BEP(Rp) = biaya variabel
1-( penerimaan )
Rp 23 077 200
= Rp 3 296 000
1-( )
Rp 37 800 000
= Rp 25 276 232
Titik impas akan dicapai pada hasil penjualan Rp 25 276 232.
Kegiatan Pendederan
Biaya Tetap
BEP(unit) = biaya variabel
Harga/ekor-( jml.produksi )
Rp 19 058 950
= Rp 2 293 500
Rp 1 800/ekor-( 15 840 ekor )
= 11 509 ekor
Titik impas akan dicapai jika berhasil menjual benih ikan black ghost
sebanyak 11 509 ekor.
62
Biaya Tetap
BEP(Rp) = biaya variabel
1-( penerimaan )
Rp 19 058 950
= Rp 2 293 500
1-(Rp 28 512 000)
= Rp 20 716 250
Titik impas akan dicapai pada hasil penjualan Rp 20 716 250.
Kegiatan Pembenihan
Kegiatan Pendederan
Kegiatan Pembenihan
Investasi
PP = ×Tahun
Keuntungan
Rp 21 965 000
= ×1
Rp 11 426 800
= 1.92 tahun
63
Kegiatan Pendederan
Investasi
PP = ×Tahun
Keuntungan
Rp 17 940 000
= ×1
Rp 7 159 550
= 2.50 tahun
Tabel 15 Biaya investasi dan penyusutan kegiatan budidaya ikan rainbow boesemani
64
Join cost Harga satuan Join cost Jumlah Nilai sisa Penyusutan
No. Komponen Jumlah Satuan jumlah Satuan (Rp) (Rp) (Rp) UT (Tahun) (Rp) (Rp)
1 Hatchery 200 m² 90 000 000 90 000 000 10 4 500 000 8 550 000
2 Sumur bor 1 Meter 5 000 000 5 000 000 10 250 000 475 000
3 Tandon (3 x 2 x 1 m3) 1 Buah 1 000 000 1 000 000 10 50 000 95 000
4 Induk jantan 20 Ekor 50 000 1 000 000 3 100 000 300 000
5 induk betina 20 Ekor 40 000 800 000 3 80 000 240 000
6 bak induk (2.5 x 2.5 x 1m3) 1 Unit 500 000 500 000 5 50 000 90 000
8 Akuarium pemijahan (50 x 50 x 50 cm3) 20 Buah 90 000 1 800 000 5 180 000 324 000
9 Resirkulasi 1 Unit 1 500 000 1 500 000 5 150 000 270 000
10 rak akuarium pemijahan (250 x 60 x 100 cm3) 4 Buah 300 000 1 200 000 5 120 000 216 000
11 kontainer (40 x 25 x 25 cm3) 20 Buah 60 000 1 200 000 5 120 000 216 000
13 Genset 1 Buah 1 500 000 1 500 000 10 75 000 142 500
14 Instalasi listrik 1 Unit 1 500 000 1 500 000 10 150 000
15 pompa air 1 Unit 1 200 000 1 200 000 10 60 000 114 000
16 hi-blow dan instalasi aerasi 1 Unit 1 500 000 1 500 000 5 150 000 270 000
17 pompa celup 1 Buah 350 000 350 000 5 35 000 63 000
18 bak kultur Moina sp. (1.5 x 1.5 x 1m3) 1 Unit 300 000 300 000 5 30 000 54 000
19 Baskom 50 Buah 12 500 625 000 2 312 500
20 Seser kecil 2 Buah 5 000 10 000 2 5 000
21 Seser sedang 2 Buah 10 000 20 000 2 10 000
22 Gelas ukur 2 L 2 Buah 20 000 40 000 2 20 000
23 Centong 2 Buah 10 000 20 000 2 10 000
24 tali rafia 2 Meter 10 000 20 000 2 10 000
25 Selang sifon diameter 0.5 cm 1 Meter 5 000 5 000 5 1 000
26 selang sifon 3/4 inci 1 Meter 10 000 10 000 5 2 000
27 Selang 1 inci 5 Meter 15 000 75 000 5 15 000
28 timbangan digital 1 Buah 250 000 250 000 5 25 000 45 000
29 tabung oksigen 1 Unit 20 % 1 500 000 300 000 300 000 10 15 000 28 500
30 Freezer 1 Buah 1 500 000 1 500 000 5 150 000 270 000
31 kontainer (70 x 35 x 30 cm3) 20 Buah 90 000 1 800 000 5 180 000 324 000
Total 115 025 000 12 622 500
Dalam 1 siklus ada 20 ekor induk betina yang dipijahkan, dalam 1 tahun ada 10
siklus.
6.2.6 Keuntungan
Keuntungan merupakan jumlah uang yang diterima dari total penerimaan
setelah dikurangi biaya total selama satu tahun produksi. Keuntungan diperoleh
jika selisih antara pendapatan dan total biaya bernilai positif.
Keuntungan = TR – TC
= Rp 110 050 000 – Rp 58 018 760
= Rp 52 031 240/tahun
Penerimaan
R/C =
BiayaTotal
Rp 110 050 000
=
Rp 58 018 760
= 1.89
67
Jadi setiap Rp 1.0 biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan budidaya ikan
rainbow boesemani akan menghasilkan penerimaan Rp 1.89 dengan keuntungan
Rp 0.89.
Biaya Tetap
BEP(unit) = biaya variabel
Harga/ekor-( jml.produksi )
Rp 51 470 260
= Rp 6 548 500
Rp 2 500/ekor-( 44 020 ekor )
= 21 883 ekor
Titik impas akan dicapai jika berhasil menjual benih ikan rainbow boesemani
sebanyak 21 883 ekor.
Biaya Tetap
BEP(Rp) = biaya variabel
1-( penerimaan )
Rp 51 470 260
= Rp 6 548 500
1-( )
Rp 110 050 000
= Rp 54 179 221
Investasi
PP = ×Tahun
Keuntungan
= 2.21 tahun
7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) budidaya ikan black ghost dan
rainbow boesemani yang telah dilakukan secara langsung di Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH) selama 3 bulan telah diperoleh
pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan pemecahan masalah yang ada.
Kegiatan yang dilakukan di BPPBIH untuk 2 komoditas memiliki kriteria tersendiri
dalam budidayanya, dan pada 2 komoditas tersebut dapat dikatakan layak dalam
usaha budidaya setelah dilakukannya analisis aspek usaha keuntungan yang
diperoleh dalam budidaya ikan black ghost pada kegiatan pembenihan Rp 11 426
800, sedangkan pada kegiatan pendederan Rp 7 159 550. Keuntungan dalam
budidaya ikan rainbow boesemani pada kegiatan pembenihan dan pendederan Rp
52 031 240.
.
7.2 Saran
Penyediaan kembali induk yang siap pijah agar terjadinya produksi yang
berkelanjutan, terapkan pola tanam pada masing-masing komoditas agar terjadinya
keberlanjutan dalam kegiatan produksi agar dapat dipasarkan dan menambah
pemasukan keuangan balai.
69
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan I, Lesmana DS. 2004. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Effendi, I, 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Hermawati D. 2008. Prosedur Pemijahan Budidaya Black Ghost (Apteronotus
albifrons). Program Studi Biologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut
Teknologi Bandung: Bandung.
Satyani. 2001. Resirkulasi Air pada Budi Daya Ikan Hias,Laporan Penelitian,
Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bekerja Sama dengan Instalasi
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Jakarta.
Tappin, A.R. 2010. Rainbowfishes Their Care and Keeping In Captivity. Art
Publication.
White, R. 1991. Diagnosis of Aeromonas hydrophila infection in fish.
Newsletter. www. animaldiseasediagnosticlaboratory.com. [diakses pada
tanggal : 4 Mei 2015].
70
LAMPIRAN
71
Lampiran 1 Peta lokasi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias,
Depok, Jawa Barat
75
76
76
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12
kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
persiapan wadah
pemijahan
penetasan telur
pemeliharaan larva
pemeliharaan benih
sampling
pemanenan
persiapan wadah
pemijahan
penetasan telur
pemeliharaan larva
pemeliharaan benih
sampling
pemanenan
persiapan wadah
pemijahan
penetasan telur
pemeliharaan larva
pemeliharaan benih
sampling
pemanenan
RIWAYAT HIDUP