Anda di halaman 1dari 99

BUDIDAYA IKAN BLACK GHOST Apteronotus albifrons DAN

RAINBOW BOESEMANI Melanotaenia boesemani DI


BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
BUDIDAYA IKAN HIAS
(BPPBIH) DEPOK, JAWA BARAT

RADIN WICAKSANA

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN


MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir Budidaya Ikan Black
Ghost Apteronotus albifrons dan Rainbow Boesemani Melanotaenia boesemani di
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok, Jawa Barat adalah
karya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir laporan ini.

Bogor, Juli 2015

Radin Wicaksana
NIM J3H112042
ABSTRAK

RADIN WICAKSANA. Budidaya ikan black ghost Apteronotus albifrons dan


rainbow boesemani Melanotaenia boesemani di Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok, Jawa Barat. Dibimbing oleh AGUS
OMAN SUDRAJAT.

Ikan black ghost dan rainbow boesemani merupakan komoditas ikan hias
yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi di Indonesia. Kegiatan Praktik Kerja
Lapangan ini bertujuan untuk menambah pengalaman, pengetahuan dan
keterampilan kerja di lapangan secara langsung dalam kegiatan pembenihan dan
pendederan. Kegiatan pembenihan meliputi pemeliharaan induk, pemijahan induk,
penetasan telur, pemeliharaan larva, kultur pakan alami, pemeliharaan benih.
Sedangkan kegiatan pendederan meliputi pemeliharaan benih siap jual, pemberian
pakan, sampling, sortir, pengelolaan kualitas air, pencegahan hama dan penyakit,
serta pemanenan. Keuntungan yang diperoleh dalam budidaya ikan black ghost
pada kegiatan pembenihan Rp 11 426 800, sedangkan pada kegiatan pendederan
Rp 7 159 550. Keuntungan dalam budidaya ikan rainbow boesemani pada kegiatan
pembenihan dan pendederan Rp 52 031 240.

Kata kunci : black ghost, rainbow boesemani, budidaya, pembenihan, pendederan

ABSTRACT

RADIN WICAKSANA. The culture of ornamental fish black ghost Apteronotus


albifrons and rainbow boesemani Melanotaenia boesemani at The Research and
Development Center of Ornamental Fish Culture Depok, West Java. Supervised by
AGUS OMAN SUDRAJAT.

Black ghost fish and rainbow fish boesemani is a commodity that has a sale
value is quite high in Indonesia. The internship is purposed to increase knowledge,
experience, and skills in seed production and grow out activities. Seed production
activities include maintenance, spawning, hatching eggs, larval rearing, feeding,
natural food cultures, and seed breeding. Whereas the activities of grow out include
the maintenance of the seed is ready to sell, feeding, sampling, sorting,
management of water quality, prevention of diseases and pests, and harvesting and
post harvest. The advantage gained in the cultivation of the black ghost fish
hatchery activities are Rp 11 426 800, while the activities of the nursery Rp 7 159
550. Advantages in fish farming rainbow boesemani hatchery and nursery activities
Rp 52 031 240
Key words: black ghost, rainbow boesemani, culture, seed production, grow out
RINGKASAN

RADIN WICAKSANA. Budidaya ikan black ghost Apteronotus albifrons dan


rainbow boesemani Melanotaenia boesemani di Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok, Jawa Barat. Dibimbing oleh AGUS
OMAN SUDRAJAT.

Induk ikan black ghost yang digunakan berasal dari pembudidaya di daerah
Depok, kegiatan pemeliharaan induk sekaligus pemijahan induk dilakukan pada
wadah berupa akuarium berukuran 80 x 40 x 40 cm3 dengan tinggi air 35 cm. Pakan
yang diberikan untuk induk berupa cacing tanah sebanyak 3 hari dalam seminggu
(Senin, Rabu dan Jumat) sedangkan penggunaan pakan berupa bloodworm
dilakukan sebanyak 4 hari dalam seminggu (Selasa, Kamis, Sabtu dan Minggu).
Frekuensi pemberian pakan untuk induk sebanyak 2 kali (pagi 10:00 WIB dan sore
16:00 WIB) secara ad satiation atau sekenyangnya. Pemijahan induk dilakukan
secara alami (Natural spawning) dengan diberikannya substrat penempelan telur
pada wadah pemijahan berupa lempengan akar pakis yang disusun bertingkat
sebanyak 5 susun, pada bagian atas substrat diletakkan batu sebagai pemberat agar
substrat tidak naik ke permukaan (mengapung). Rasio pemijahan yang digunakan
3:2 (3 jantan : 2 betina). Telur yang dihasilkan dari satu set induk berkisar antara
500-1000 butir. Pemanenan telur dilakukan apabila sudah terdapat telur pada
substrat dengan cara melepaskan telur dari substrat menggunakan bulu ayam secara
hati-hati, kemudian telur ditebar dalam akuarium penetasan yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Nilai Fertilization Rate
(FR) yang didapat sebesar 82.27% - 88.90% dan Hatching Rate (HR) sebesar
76.31% - 83.67%. Pada hari ke 4 larva dapat diberikan pakan alami berupa naupli
Artemia sp. sampai hari ke-7 dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali dalam sehari
(08:00 WIB, 11:00 WIB, 14:00 WIB dan 17:00 WIB). Setelah larva berumur 6 hari
dilakukan kegiatan overlapping pakan menggunakan pakan alami berupa Moina sp.
sampai 14 hari setelah itu larva telah menjadi benih dan dilakukan pemindahan
wadah ke akuarium benih berukuran 50 x 40 x 40 cm3 dengan ketinggian air 30 cm,
benih tersebut diberikan pakan alami berupa cacing sutra Tubifex sp. sampai benih
berumur 2 bulan, nilai SR yang diperoleh setelah pemeliharaan selama 30 hari yaitu
92.48% - 95.49%. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan penyifonan dan
pergantian air setiap hari sebanyak 50-60% dari total volume air untuk
pemeliharaan larva dan benih sedangkan untuk induk dilakukan penyifonan dan
pergantian air secara setiap hari sebanyak 30-50%, untuk kegiatan penyifonan dan
pergantian air sebanyak 90% dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari senin
dan kamis sekaligus dilakukan pembersihan wadah dengan cara digosok
menggunakan sponge atau amplas halus. Kegiatan pendederan ini dilakukan setelah
benih berukuran 1 inci (30 hari). Pemberian pakan menggunakan cacing sutra
secara ad libitum. Benih di panen berumur 4 minggu dan 7 minggu yaitu ukuran 1
inci dan 2 inci, harga ukuran 1 inci Rp 900 sedangkan harga ukuran 2 inci Rp 1 800
untuk penjualan lokal.
Induk ikan rainbow boesemani yang digunakan berasal dari stok induk
BPPBIH dan sebagian dari petani Rainbow daerah Depok. Pakan yang digunakan
untuk induk berupa cacing darah bloodworm dengan frekuensi pemberian pakan
sebanyak 2 kali sehari (pukul 08:00 WIB dan pukul 15:00 WIB), induk jantan dan
betina dipelihara secara terpisah menggunakan bak beton berukuran 2.5 x 2.5 x 1
m3 dengan tinggi air 40 cm yang disekat menggunakan pipa paralon berjaring.
Pemijahan dilakukan secara alami (Natural spawning) dengan memberikan substrat
berupa tali rafia, pada bagian bawah substrat diberikan pemberat berupa batu agar
substrat dapat tenggelam, rasio pemijahan yang digunakan 1:1 (1 jantan: 1 betina).
Sifat memijah ikan Rainbow boesemani ini parsial jadi pemijahan berlangsung
hampir setiap hari, telur diinkubasii menggunakan baskom berkapasitas 5 L, setiap
harinya dilakukan perhitungan telur infertilized dan telur yang mati selama
inkubasi, telur akan menetas menjadi larva dalam 5-7 hari. Nilai Fertilization Rate
(FR) yang didapat sebesar 69.64% - 91.80% dan Hatching Rate (HR) sebesar
71.78% - 90.90%. Larva dipelihara pada wadah kontainer plastik berukuran 40 x
25 x 30 cm3 tinggi air 10 cm dengan padat penebaran 24 ekor/L , pada hari ke 4
larva diberikan pakan berupa naupli Artemia sp. sampai hari ke-20 dengan
frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari (pukul 08:00 WIB, 12:00 WIB,
16:00 WIB). Larva dapat dikatakan benih pada umur 22 – 25 hari sehingga dapat
dilakukan kegiatan pendederan. Kegiatan pendederan dilakukan pada wadah berupa
kontainer plastik berukuran 70 x 35 x 30 cm3 tinggi air 20 cm dengan padat
penebaran 22 ekor/L. Pakan yang digunakan untuk pendederan berupa bloodworm.
Pengelolaan kualitas air untuk induk, larva, benih dilakukan secara rutin, nilai SR
yang diperoleh pada akhir pemeliharaan sebesar 92.33%. Pemanenan dilakukan
apabila benih telah masuk ukuran jual yaitu 1 inci, harga benih rainbow boesemani
berukuran 1 inci adalah Rp 2 500 untuk penjualan lokal.
Aspek usaha budidaya ikan black ghost dan rainbow boesemani per tahun
dapat diuraikan sebagai berikut. Ikan black ghost yang dijual berukuran 1 inci
dengan harga Rp 900/ekor dan ukuran 2 inci seharga Rp 1 800/ekor. Untuk kegiatan
pembenihan ikan black ghost diperlukan biaya investasi sebesar Rp 21 965 000,
biaya total Rp 26 373 200, penerimaan Rp 37 800 000 dengan keuntungan yang
didapatkan Rp 11 426 800, nilai R/C rasio yang didapatkan 1.43, BEP (unit) 28 108
ekor, BEP (Rp) Rp 25 276 232, HPP Rp 627/ekor, dan PP 1.92 tahun. Sedangkan
untuk kegiatan pendederan ikan black ghost diperlukan investasi sebesar Rp 17 940
000, biaya total Rp 21 352 450, penerimaan Rp 28 512 000, dengan keuntungan
yang didapatkan Rp 7 159 550, nilai R/C rasio yang didapatkan 1.33, BEP (unit) 11
509 ekor, BEP (Rp) Rp 20 716 250, HPP Rp 1 348/ekor dan PP 2.50 tahun.
Ikan rainbow boesemani yang dijual berukuran 1 inci dengan harga Rp 2
500/ekor, untuk kegiatan budidaya ikan ini memerlukan biaya investasi Rp 115 025
000, biaya total Rp 58 018 760, penerimaan Rp 110 050 000 dengan keuntungan
yang didapatkan Rp 52 031 240, nilai R/C rasio yang didapatkan 1.89 BEP (unit)
21 883 ekor, BEP (Rp) Rp 54 179 221, HPP Rp 1 318/ekor, dan PP 2.21 tahun.

Kata kunci: black ghost, rainbow boesemani, budidaya


BUDIDAYA IKAN BLACK GHOST Apteronotus albifrons DAN
RAINBOW BOESEMANI Melanotaenia boesemani DI
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
BUDIDAYA IKAN HIAS
(BPPBIH) DEPOK, JAWA BARAT

RADIN WICAKSANA

Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Progam Diploma Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan
Budidaya

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN


MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Tugas Akhir : Budidaya Ikan Black Ghost Apteronotus albifrons dan
Rainbow Boesemani Melanotaenia boesemani di Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias,
Depok, Jawa Barat.
Nama : Radin Wicaksana
NIM : J3H112042

Disetujui oleh

Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bagus Priyo Purwanto, MAgr Ir Irzal Effendi, MSi.


Direktur Koordinator Progam Keahlian

Tanggal lulus :
PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) yang telah dilakukan selama tiga bulan dengan judul laporan
“Budidaya Ikan Black Ghost Apteronotus albifrons dan Rainbow Boesemani
Melanotaenia boesemani di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan
Hias (BPPBIH), Depok, Jawa Barat”. Laporan ini sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya pada Progam Keahlian
Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Progam Diploma,
Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan hasil kegiatan
Praktik Kerja Lapangan ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan,
bimbingan, kerja sama dari berbagai pihak serta berkah dari Allah SWT, kendala-
kendala tersebut dapat diatasi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam kegiatan PKL dan penyusunan laporan ini,
diantaranya Bapak Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan laporan praktik
kerja lapangan ini, Bapak Ir Irzal Effendi, MSi selaku Koordinator Progam
Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, seluruh tim
dosen Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya,
orang tua beserta keluarga yang selalu memberikan doa serta bantuan moril maupun
materil, pihak Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH)
Depok yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat melakukan
kegiatan PKL, Bapak Bastiar Nur, SPi dan Bapak Rendy Ginanjar, MSc selaku
pembimbing lapangan selama penulis melakukan kegiatan PKL di Balai, Mas Budi
dan Mas Tisna sebagai pembimbing teknis di Balai ini, teman-teman seperjuangan
Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya
angkatan 49, teman-teman seperjuangan dari berbagai instansi (UNRI, UGM,
SUPM Ladong Aceh, UNTIRTA, UNIV.DJUANDA dan UNAIR) yang telah
bersama-sama melakukan kegiatan PKL, Bapak Ir Harton Arfah, MSi selaku dosen
penguji dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2015

Radin Wicaksana
1

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Metode 2
1.3.1 Waktu dan Tempat 2
1.3.2 Komoditas 3
1.3.3 Metode Kerja 3
2 KEADAAN LOKASI PRAKTIK 4
2.1 Letak Geogafis 4
2.2 Sejarah 4
2.3 Struktur Organisasi 5
3 SARANA DAN PRASARANA BUDIDAYA 5
3.1 Fasilitas Utama 5
3.1.1 Hatchery 5
a. Hatchery Black Ghost 5
b. Hatchery Rainbow Boesemani 6
3.1.2 Tandon 7
a. Bak Penampungan Air Black Ghost 7
b. Bak PenampuPngan Air Rainbow Boesemani 7
3.1.3 Wadah Pemeliharaan dan Pemijahan Induk 8
a. Wadah pemeliharaan dan pemijahan induk Black Ghost 8
b. Wadah pemeliharaan induk Rainbow Boesemani 8
3.1.4 Wadah Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva 9
a. Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva
ikan Black Ghost 9
b. Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan Rainbow
Boesemani 10
3.1.5 Wadah Pemeliharaan Benih 10
a. Wadah pemeliharaan benih ikan Black Ghost 10
b. Wadah pemeliharaan benih ikan Rainbow Boesemani 11
3.1.6 Wadah Kultur Pakan Alami 11
a. Wadah kultur pakan alami Artemia sp dan Moina sp.
ikan Black Ghost 11
b. Wadah kultur pakan alami Artemia sp. dan Moina sp. ikan
Rainbow Boesemani 12
3.1.7 Sistem Penyediaan Air 12
a. Sistem penyediaan air ikan Black Ghost 12
b. Sitem penyediaan air ikan Rainbow Boesemani 13
3.1.8 Sistem Aerasi 14
a. Sistem aerasi ikan Black Ghost 14
b. Sistem aerasi ikan Rainbow Boesemani 14
2

3.1.9 Sistem Penyediaan Listrik 15


3.2 Fasilitas Pendukung 15
3.2.1 Sistem Penyediaan Listrik 15
a. Sistem penyediaan listrik ikan Black Ghost 15
b. Sistem penyediaan listrik ikan Rainbow Boesemani 16
3.2.2 Bangunan 16
3.2.3 Oksigen 16
3.2.4 Transportasi 17
4 KEGIATAN BUDIDAYA 17
4.1 Black ghost Apteronotus albifrons 17
4.1.1 Pemeliharaan Induk 17
a. Persiapan Wadah Pemeliharaan Induk 17
b. Penebaran Induk 18
c. Pemberian Pakan 19
d. Pengelolaan Kualitas Air 20
e. Pencegahan dan Pemberantasan Hama Penyakit 21
4.1.2 Pemijahan Induk 22
a. Persiapan Wadah Pemijahan 22
b. Penyusunan dan Pemasangan Substrat 22
c. Seleksi Induk 23
d. Pemijahan 24
e. Penetasan dan Inkubasi Telur 25
4.1.3 Kultur Pakan Alami 27
a. Penetasan dan pemanenan Artemia sp. 27
b. Kultur Moina sp. 28
4.1.4 Pemeliharaan Larva 29
a. Persiapan Wadah 29
b. Pemberian Pakan 29
c. Pengelolaan Kualitas Air Pemeliharaan Larva 29
d. Pencegahan dan Pengobatan Hama Penyakit pada Larva 30
4.1.5 Pemeliharaan Benih 30
a. Persiapan Wadah Pemeliharaan Benih 30
b. Penebaran Benih 31
c. Pemberian Pakan 31
d. Pengelolaan Kualitas Air Pemeliharaan Benih 32
e. Pencegahan dan Pengobatan Hama Penyakit pada Benih 32
f. Pemantauan Pertumbuhan dan Populasi Ikan 33
g. Pemanenan benih 33
4.1.6 Transportasi 34
4.2 Rainbow Boesemani Melanotaenia boesemani 35
4.2.1 Pemeliharaan Induk 35
a. Persiapan Wadah Pemeliharaan 35
b. Seleksi induk dan Penebaran induk 36
c. Pemberian Pakan 38
d. Pengelolaan Kualitas Air 38
e. Pencegahan dan Pemberantasan Hama Penyakit 39
f. Seleksi dan Sampling Induk 39
4.2.2 Pemijahan Induk 40
3

a. Persiapan Wadah Pemijahan 40


b. Penyusunan dan Pemasangan Substrat 40
c. Pemijahan 41
4.2.3 Penetasan dan Inkubasi Telur 42
4.2.4 Pemeliharaan Larva 43
a. Persiapan Wadah 43
b. Penebaran Larva 44
c. Pemberian Pakan 44
d. Pengelolaan Kualitas Air Pemeliharaan Larva 45
e. Pencegahan dan Pengobatan Hama Penyakit pada Larva 46
4.2.5 Kultur Pakan Alami (Artemia sp. dan Moina sp.) 46
4.2.6 Pemeliharaan Benih 48
a. Persiapan wadah 48
b. Penebaran Benih 48
c. Pemberian Pakan Benih 49
d. Pengelolaan Kualitas Air Pemeliharaan Benih 49
e. Pencegahan dan Pengobatan Hama Penyakit pada Benih 50
f. Pemantauan Perumbuhan dan Populasi Ikan 50
g. Pemanenan Benih 51
4.2.7 Transportasi 52
5 PEMASARAN 53
5.1 Pembenihan dan Pendederan 53
5.1.1 Ikan Black Ghost Apteronotus albifrons 53
5.1.2 Ikan Rainbow Boesemani Melanotaenia boesemani 53
6 ASPEK USAHA 54
6.1 Analisis Usaha Ikan Black ghost 54
6.1.1 Biaya Investasi dan Penyusutan 54
6.1.2 Biaya Tetap 57
6.1.3 Biaya Variabel 58
6.1.4 Biaya Total (TC) 59
6.1.5 Penerimaan (TR) 59
6.1.6 Keuntungan 60
6.1.7 R/C Ratio 60
6.1.8 Break Event Point (BEP) 61
6.1.9 Harga Pokok Penjualan (HPP) 62
6.1.10 Payback Periode (PP) 62
6.2 Analisis Usaha Ikan Rainbow boesemani 63
6.2.1 Biaya Investasi dan Penyusutan 63
6.2.2 Biaya Tetap 65
6.2.3 Biaya Variabel 65
6.2.4 Biaya Total (TC) 65
6.2.5 Penerimaan (TR) 66
6.2.6 Keuntungan 66
6.2.7 R/C Ratio 66
6.2.8 Break Event Point (BEP) 67
6.2.9 Harga Pokok Penjualan (HPP) 67
6.2.10 Payback Periode (PP) 67
7 PENUTUP 68
4

7.1 Kesimpulan 68
7.2 Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69
LAMPIRAN 70

DAFTAR GAMBAR

1 Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH), 3


2 Struktur organsasi BPPBIH Depok, Jawa Barat 5
3 Hanggar 1 6
4 Hatchery Rainbow 6
5 Bak tandon hanggar 1 7
6 Bak tandon hatchery rainbow 7
7 Ruang pemeliharaan black ghost dan wadah pemeliharaan sekaligus
pemijahan : a) ruangan khusus dan b) akuarium pemeliharaan
dan pemijahan 8
8 Bak beton pemeliharaan induk rainbow boesemani 8
9 Akuarium pemijahan induk rainbow boesemani 9
10 Akuarium penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan black ghost 9
11 Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva : a) baskom plastik dan b)
kontainer plastik 10
12 Wadah pemeliharaan benih ikan black ghost 10
13 Wadah pemeliharaan benih ikan rainbow boesemani 11
14 Wadah kultur pakan alami ikan black ghost : a) toples plastik dan
b) bak beton 11
15 Wadah kultur pakan alami ikan rainbow boesemani : a) gelas ukur
dan b) bak beton 12
16 Sistem penyediaan air ikan black ghost : a) sumur bor hanggar 1
dan b) pompa STA RITE 13
17 Sistem penyediaan air ikan rainbow boesemani : a) sumur bor hatchery
rainbow, b) pompa SANYO PDH255F dan c) pompa RESUN 13
18 Hiblow RESUN 14
19 Hiblow YASUNAGA air pump 14
20 Energi listrik PLN 15
21 Generator set KIPOR 15
22 Generator set ELEMAX 16
23 Tabung oksigen 16
24 DAIHATSU Espass 17
25 Persiapan wadah pemeliharaan induk : a) penggosokan akuarium,
b) pengeringan akuarium dan c) pengisian air akuarium 18
26 Perbedaan induk jantan dan betina ikan black ghost 18
27 Persiapan pakan dan pemberian pakan induk black ghost : a) cacing tanah,
b) bloodworm, c) pencucian bloodworm, d) pengambilan cacing tanah
dari wadah, e) pencucian cacing tanah dan f) pemberian pakan induk
pada satu titik dekat aerasi 20
5

28 Pengelolaan kualitas air induk black ghost : a) pergantian air


akuarium sistem stagnant, b) penyifonan wadah dan
c) pengecekan kualitas air 21
29 Penyusunan dan pemasangan substrat : a) pencucian substrat akar pakis,
b) penjemuran substrat dan c) pemasangan substrat 23
30 Seleksi induk : a) proses seleksi induk ikan black ghost dan
b) kondisi induk black ghost matang gonad 23
31 Pemijahan : a) proses pemijahan ikan black ghost dan
b) telur ikan black ghost yang menempel pada substrat akar pakis 25
32 Persiapan wadah inkubasi telur ikan black ghost 25
33 Penanganan telur black ghost : a) pemanenan telur black ghost,
b) penebaran telur black ghost dan c) pemberian Methylene Blue (MB) 26
34 Kondisi telur ikan black ghost : a) telur fertilized dan b) telur infertilized 26
35 Kultur Artemia sp. : a) cyste Artemia sp. dan
b) proses pemanenan Artemia sp. 28
36 Pemanenan Moina sp. 28
37 Pengukuran kualitas air wadah pemeliharaan larva black ghost 30
38 Shelter berupa pipa paralon untuk benih ikan black ghost 31
39 Manajemen pakan benih black ghost : a) pembuangan air lama
wadah cacing sutra, b) pengisian air baru wadah cacing sutra dan
c) pemberian cacing sutra dalam wadah pemeliharaan
benih black ghost 32
40 Penyifonan wadah pemeliharaan benih ikan black ghost 32
41 Pemantauan pertumbuhan benih black ghost :
a) pemberian phenoxy ethanol, b) pengukuran panjang total dan
c) penimbangan bobot 33
42 Pemanenan benih : a) pengambilan benih black ghost, b) sortasi,
c) proses packing dan d) benih yang telah dipacking 34
43 Sistem pengiriman dan pengepakan benih black ghost :
a) benih siap jual, b) penyimpanan benih pada box sterofoam,
c) pemberian batu es, d) pengepakan box menggunakan selotip dan
e) benih siap dikirim. 35
44 Persiapan wadah induk rainbow boesemani 36
45 Seleksi induk dan penebaran induk ikan rainbow boesemani :
a) perbedaan induk jantan (atas) dan betina (bawah) ikan
rainbow boesemani, b) larutan phenoxy ethanol, c) timbangan digital
dan d) penebaran induk 37
46 Manajemen pakan induk : a) bloodworm dalam keadaan beku,
b) proses pencairan bloodworm dan c) pemberian pakan berupa
bloodworm untuk induk 38
47 Kegiatan penyifonan wadah pemeliharaan induk 38
48 Seleksi dan sampling induk rainbow boesemani :
a) larutan phenoxy ethanol, b) kegiatan anastesi induk,
c) pengukuran panjang total dan d) penimbangan bobot induk 40
49 Persiapan akuarium pemijahan induk rainbow boesemani :
a) penggosokan akuarium, b) pengeringan wadah dan
c) pengecekan aerasi 40
6

50 Persiapan substrat pemijahan rainbow boesemani :


a) pencucian substrat dan b) pemasangan substrat 41
51 Pemijahan induk rainbow boesemani : a) penebaran induk dengan
aklimatisasi, b) pemberian pakan induk dan c) proses pemijahan induk 42
52 Penetasan dan inkubasi telur : a) pengecekan telur, b) kondisi telur
infertilized dalam wadah inkubasi, c) kondisi telur fertilized dalam
wadah inkubasi dan d) larva yang telah menetas didalam wadah inkubasi 42
53 Persiapan wadah pemeliharaan larva rainbow boesemani :
a) penggosokan wadah b) pengeringan wadah, c) pengisian air dan
d) penyetelan aerasi 44
54 Proses pemanenan dan penebaran larva rainbow boesemani :
a) pemanenan larva dan b) penebaran larva 44
55 Pengelolaan kualitas air pemeliharaan larva rainbow boesemani :
a) penyifonan wadah dan b) pengukuran kualitas air 46
56 Kultur pakan alami Artemia sp. dan Moina sp. :
a) pemberian cahaya lampu senter agar naupli Artemia sp.
berkumpul pada satu titik, b) naupli Artemia sp. yang telah dipanen,
c) pengeringan wadah kultur Moina sp., d) pengisian air wadah
kultur Moina sp., e) penebaran pupuk dan f) wadah kultur
Moina sp. siap untuk dipanen 48
57 Sortasi dan penebaran benih rainbow boesemani : a) sortasi dan
b) penebaran benih rainbow boesemani 49
58 Pencairan bloodworm dan pemberian pakan : a) pencairan bloodworm,
b) bloodworm yang telah dicairkan, c) pemberian pakan untuk
benih rainbow boesemani 49
59 Pemantauan pertumbuhan benih rainbow boesemani :
a) pengukuran panjang total dan b) penimbangan bobot 50
60 Penyortiran benih dan pengepakan benih ikan rainbow boesemani :
a) penyortiran benih dan b) proses pengepakan 51
61 Sistem pengepakan dan transportasi benih rainbow boesemani :
a) plastik packing yang berada dalam wadah box sterofoam,
b) pemberian es batu, c) penutupan wadah box sterofoam dan
d) benih siap untuk dikirim 52
7

DAFTAR TABEL

1 Perbedaan induk jantan dan betina ikan black ghost. 18


2 Hasil sampling induk ikan black ghost 24
3 Data FR, HR, dan SR hasil pemijahan ikan black ghost
di BPPBIH, Depok, Jawa Barat, selama 30 hari 27
4 Perbedaan induk jantan dan betina ikan rainbow boesemani 36
5 Sampel data pemijahan selama 30 hari rainbow boesemani 43
6 Jadwal pemberian pakan larva rainbow boesemani sampai ukuran benih 45
7 Nilai Survival Rate (SR%) yang didapatkan setelah akhir pemeliharaan 51
8 Biaya investasi dan penyusutan kegiatan pembenihan ikan black ghost 55
9 Biaya investasi dan penyusutan kegiatan pendederan ikan black ghost 56
10 Biaya tetap kegiatan pembenihan ikan black ghost 57
11 Biaya tetap kegiatan pendederan ikan black ghost 57
12 Biaya variabel kegiatan pembenihan ikan black ghost 58
13 Biaya variabel kegiatan pendederan ikan black ghost 58
14 Aspek usaha ikan black ghost Apteronotus albifrons
di BPPBIH, Depok, Jawa Barat 63
15 Biaya investasi dan penyusutan kegiatan budidaya ikan
rainbow boesemani 64
16 Biaya tetap kegiatan budidaya ikan rainbow boesemani 65
17 Biaya variabel kegiatan budidaya ikan rainbow boesemani 65
18 Aspek usaha ikan rainbow boesemani Melanotaenia boesemani
di BPPBIH, depok, jawa barat 68

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi Balai Penelitian dan Pengembangan


Budidaya Ikan Hias, Depok, Jawa Barat 71
2 Data kualitas air ikan black ghost 72
3 Data kualitas air ikan rainbow boesemani 73
4 Data sampling benih ikan rainbow boesemani 73
5 Data sampling benih ikan black ghost 74
6 Data sampling induk ikan rainbow boesemani 74
7 Pola tanam budidaya ikan black ghost 75
8 Pola tanam budidaya ikan rainbow boesemani 76
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perairan yang sangat menarik
untuk dibudidayakan. Daya tarik ikan hias umumnya berdasarkan pada warna,
bentuk dan ukuran tubuhnya yang unik. Ikan hias yang diminati umumnya
berukuran kecil karena mudah dipelihara.
Ikan hias yang berada di pangsa pasar tidak semua hasil dari budidaya,
sebagian masih mengandalkan penangkapan dari alam sehingga tidak dapat dijamin
kontinuitasnya, oleh karena itu peluang bisnis dalam budidaya ikan hias sangat
berpotensi untuk dilakukan agar terjadinya kontinuitas jumlah permintaannya.
Banyak faktor untuk menunjang keberhasilan dalam proses produksi, salah satunya
dalam memanipulasi lingkungan budidaya seperti habitat asli ikan itu sendiri serta
menjaga kualitas air dalam proses budidaya akan meminimalisir terjadinya
kegagalan dalam proses produksi, sehingga tingkat permintaan pasar akan terus
bertambah dan kontinuitas jumlah permintaan akan selalu terpenuhi karena tidak
mengandalkan penangkapan dari alam.
Ikan black ghost merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang ikut
meramaikan pasar ikan hias di Indonesia, daya tarik dari ikan hias ini karena
memiliki bentuk tubuh yang unik. Beberapa pengusaha ikan hias memproduksi
benih ikan ini sebagai komoditas lokal maupun ekspor. Warna hitam di seluruh
tubuhnya menjadi daya tarik tersendiri. Keunikan dari ikan ini terdapat pada
goresan warna putih yang terdapat disepanjang bagian dorsal (punggung) serta dua
garis berwarna putih pada bagian ekornya. Bersatunya sirip dada dan sirip perut
menyebabkan sirip ikan ini berkibar-kibar saat berenang sehingga menjadi daya
tarik tersendiri bagi ikan ini (Hermawati 2008).
Banyak para pembudidaya ikan ini yang membuat kelompok atau plasma di
berbagai daerah, artinya permintaan pasar selalu ada, baik dari pembudidaya itu
sendiri, penghobi ataupun eksportir. Ikan ini juga dapat dibudidayakan pada skala
rumah tangga dimana kegiatan budidaya ikan ini tidak memerlukan lahan yang luas,
cukup dengan beberapa akuarium saja. Dan juga siklus budidaya ikan ini dapat
dikatakan cepat hanya dalam waktu 1-2 bulan ikan ini sudah masuk ukuran pasar.
Harga jual yang stabil menjadi daya tarik ikan ini untuk dijadikan usaha utama
ataupun sampingan.
Ikan hias rainbow boesemani merupakan komoditas ikan hias asli Indonesia.
Dimana ikan ini berasal dari Papua, di daerahnya ikan ini disebut kaskado. Ciri-ciri
ikan rainbow dewasa berumur 5-6 bulan, yang memiliki tubuh pipih memanjang,
warna bagian tubuh kearah kepala biru sampai kepala biru kehitaman dan ke arah
ekor memiliki warna biru sampai ekor berwarna oranye kemerahan. Untuk ikan
jantan memiliki warna lebih cerah terlebih mendekati pemijahan sedangkan untuk
betina memiliki warna tubuh yang lebih pudar. Ukuran panjang baku tubuh ikan
jantan dapat mencapai 9 cm sedangkan untuk betina 7 cm. Ikan ini hidup di perairan
dengan pH mencapai 8 dan ditemukan di Papua tepatnya di Danau Hain, Danau
Ayamaru. Selain itu juga di temukan di Danau Atinjo sekitar 20 km sebelah
tenggara Danau Ayamaru. Ikan ini dimasukkan daftar jenis-jenis ikan yang
dilindungi menurut PP No.7 Tahun 1999.
2

Budidaya ikan rainbow boesemani ini masih kurang berkembang di Indonesia


karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui akan ikan pelangi asli
papua ini serta masih kurangnya pasar yang menjual ikan pelangi ini, jenis ikan
pelangi yang berada di pasar hanya ada tiga jenis yaitu Melanotaenia boesemani,
Melanotaenia praecox dan Glossolepis incisus. Untuk perbandingan harga dari
ketiga jenis ikan pelangi ini, rainbow boesemani yang memiliki nilai jual paling
tinggi.

1.2 Tujuan

Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini bertujuan melakukan


kegiatan budidaya meliputi aspek-aspek pembenihan dan pendederan serta aspek
usahanya, meliputi rincian sebagai berikut :
1 Mengikuti dan melakukan kegiatan pembenihan dan pendederan ikan black
ghost Apteronotus albifrons dan rainbow boesemani Melanotaenia boesemani
secara langsung di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias,
Depok, Jawa Barat.
2 Menambah pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan mengenai kegiatan
pembenihan dan pendederan ikan black ghost dan rainbow boesemani secara
langsung di lokasi PKL.
3 Mengetahui permasalahan dan solusi dalam kegiatan pembenihan dan
pendederan ikan black ghost dan rainbow boesemani secara langsung di lokasi
PKL.
4 Menerapkan ilmu yang didapat sewaktu kuliah dalam kegiatan pembenihan dan
pendederan ikan black ghost dan rainbow boesemani secara langsung di lokasi
PKL.

1.3 Metode

1.3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama dua belas
minggu, dimulai pada tanggal 6 Februari 2015 hingga 6 Mei 2015 di Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH) Depok, Jawa Barat
(Gambar 1), yang berlokasi di Jl. Perikanan no. 13 Pancoran Mas, Depok. Peta
lokasi BPPBIH dapat dilihat pada Lampiran 1.
3

Gambar 1 Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH),


Depok, Jawa Barat

1.3.2 Komoditas
Komoditas yang dipilih dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini
yaitu ikan black ghost Apteronotus albifrons dan rainbow boesemani Melanotaenia
boesemani

1.3.3 Metode Kerja


Kegiatan praktik kerja lapangan ini dilaksanakan untuk mendapatkan data
melalui kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Pengukuran dan observasi terhadap fasilitas yang digunakan selama kegiatan
pembenihan dan pendederan berlangsung yang dikelompokkan menjadi fasilitas
utama dan fasilitas pendukung.
2. Mengikuti dan melaksanakan secara langsung seluruh kegiatan pembenihan ikan
black ghost dan rainbow boesemani meliputi kegiatan persiapan wadah,
pemeliharaan dan pemijahan induk, penetasan telur, kultur pakan alami,
pemeliharaan larva dan benih, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air,
pencegahan hama dan penyakit, panen, pengepakan dan pengangkutan hasil
panen.
3. Mengikuti dan melaksanakan secara langsung seluruh kegiatan pendederan ikan
black ghost dan rainbow boesemani meliputi kegiatan pemeliharaan benih
hingga ukuran siap jual, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, pencegahan
hama dan penyakit, sampling, panen, pengepakan dan pengangkutan hasil
panen.
4. Melakukan wawancara dengan seluruh pihak di tempat praktik kerja lapangan
untuk mendapatkan penjelasan secara detail tentang suatu kegiatan dan fasilitas,
aspek-aspek usaha pembenihan dan pendederan, pengadaan sarana produksi,
serta analisis usaha pembenihan dan pendederan ikan black ghost dan rainbow
boesemani.
5. Melakukan pencatatan terhadap setiap kegiatan dan wawancara yang dilakukan
serta membuat laporan dalam bentuk jurnal harian, laporan periodik, dan laporan
PKL.
4

2 KEADAAN LOKASI PRAKTIK

2.1 Letak Geogafis

BPPBIH berlokasi di wilayah administrasi Kotamadya Depok tepatnya di Jl.


Perikanan No. 13 Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat. BPPBIH memiliki luas tanah
126 413 m2, dengan bangunan sekitar 2 Ha. Sedangkan sisanya masih berupa
kolam-kolam dan lahan kosong. BPPBIH Depok terletak pada 06o23’59.83” LU-
6o24’18.21”LS dan 106o48’57.19” BT-106o48’49.17” BB dan berada pada
ketinggian 500-600 m di atas permukaan laut.

2.2 Sejarah

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok (BPPBIH)


adalah suatu lembaga penelitian dan merupakan satuan kerja dari Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perikanan Budidaya, Balai Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. BPPBIH memiliki
tugas yaitu melakukan penelitian dan pengembangan strategis dibidang budidaya
ikan hias air tawar, dan memiliki fungsi sebagai pelaksanaan penyusunan rencana
program, pelaksanaan kegiatan dan analisis hasil penelitian dan pengembangan
budidaya ikan hias air tawar, penyediaan dan penyebarluasan data dan informasi,
serta kerjasama riset.
Sejarah perkembangan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan
Hias (BPPBIH) Depok, yaitu:
1957 : Balai Penyelidikan Perikanan Darat
1963 : Lembaga Penelitian Perikanan Darat
1975 : Pusat Percobaan Perikanan Darat
1980 : Balai Penelitian Perikanan Darat
1984 : Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
1985 : Sub Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
1995 : Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar
2002 : Instalasi Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (Maret 2002)
2005 : Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (Agustus 2005)
2009 : Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok (Oktober 2009)
2011-2015 : Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias
Secara singkat, balai ini sudah mengalami beberapa kali perubahan status dan
nama. Balai ini berdiri pada tahun 1957 sebagai Balai Penyelidikan Perikanan
Darat, yang berfungsi sebagai Pusat Percobaan dan Penelitian Perikanan Darat, di
bawah Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Pada akhirnya, tahun
2011 sampai sekarang nama Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan
Hias Depok (BPPBIH) tidak mengalami perubahan, dan berada dibawah naungan
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Selain itu dengan semakin
berkembangnya balai ini, pada Oktober 2009 balai ini menjalin kerjasama dengan
sebuah lembaga penelitian dari Perancis, yaitu Institut de Recherghe pour le
Developpement (IRD) namun kerjasama dengan lembaga penelitian Perancis
tersebut tidak lagi dilakukan.
5

2.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi BPPBIH (Gambar 2), dipimpin oleh Kepala Balai.


BPPBIH memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari berbagai golongan dan
jabatan atau kedudukan. Pegawai di BPPBIH terdiri atas Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pramubakti.

Kepala

Sub Bagian Tata Usaha

Koor. Kepegawaian Koor. Keuangan

Seksi Tata Operasional Seksi Pelayanan Teknis

Koor. Koor. Koor. Koor. Koor. Sarana


Program Monitoring Kerjasama Pelayanan Jasa dan
dan Evaluasi dan Informasi Prasarana

Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 2 Struktur organsasi BPPBIH Depok, Jawa Barat

3 SARANA DAN PRASARANA BUDIDAYA

3.1 Fasilitas Utama

Fasilitas utama merupakan komponen penting untuk kegiatan budidaya.


Faslitas utama yang ada di BPPBIH terdiri dari hanggar dan hatchery, wadah
budidaya, sumber dan instalasi air, dan instalasi aerasi.

3.1.1 Hatchery
a. Hatchery Black Ghost
Lokasi BPPBIH menggunakan bangunan yang disebut hanggar. Hanggar
merupakan bangunan yang berfungsi seperti hatchery, yaitu sebuah bangunan
tertutup yang berfungsi sebagai tempat memproduksi benih-benih ikan, mulai dari
pemijahan hingga menghasilkan larva dan benih. Lokasi BPPBIH memiliki 2
bangunan hanggar. Budidaya ikan black ghost dilakukan di dalam hanggar 1
6

(Gambar 3) yang memiliki luasan 450 m2, meliputi ruang-ruang untuk


pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pemeliharaan benih, ruang karantina,
ruang penampungan air (tandon), ruang penetasan Artemia sp., dan rak peralatan.

Gambar 3 Hanggar 1

b. Hatchery Rainbow Boesemani


Budidaya ikan rainbow menggunakan hatchery khusus yang dimana hatchery
tersebut dipakai hanya untuk kegiatan produksi ikan rainbow saja. Hatchery
Rainbow (Gambar 4) ini memiliki luasan 200 m2, meliputi ruang-ruang untuk
pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pemeliharaan benih, ruang penampungan
air (tandon) dan rak peralatan. Terdapat bermacam jenis ikan rainbow termasuk
rainbow boesemani komoditas yang dipraktikan dalam praktik kerja lapangan
(PKL).

Gambar 4 Hatchery Rainbow


7

3.1.2 Tandon
Bak penampungan air atau tandon berfungsi untuk menampung air sebelum
air tersebut digunakan untuk kegiatan budidaya agar air yang akan digunakan bebas
dari patogen.

a. Bak Penampungan Air Black Ghost


Bak penampungan air atau tandon berfungsi untuk menampung air sebelum
air tersebut digunakan untuk kegiatan budidaya. Sumber air yang digunakan berasal
dari air tanah (air sumur) maka sebelum digunakan untuk budidaya dilakukan
proses pengendapan air. Pengendapan air ini dilakukan selama 48 jam hal ini
dilakukan agar air yang akan dipakai bebas dari patogen, patogen akan mati karena
tidak adanya inang sebagai tempat hidupnya. Bak penampungan air atau tandon di
hanggar 1 terletak diluar ruangan dan diberikan atap berupa seng, penggunaan atap
seng ini berguna untuk melindungi air yang ditampung dari terik sinar matahari
serta air hujan maupun kotoran yang dapat mempengaruhi kualitas air tampungan,
bak tandon hanggar 1 (Gambar 5), memiliki ukuran 6 x 5 x 1 m3 dengan volume air
30 000 L yang terbuat dari beton. Sinar matahari secara langsung dapat
meningkatkan suhu dan membuat lingkungan air cepat menjadi buruk dengan
banyaknya alga yang tumbuh subur (Satyani 2001).

Gambar 5 Bak tandon hanggar 1

b. Bak Penampungan Air Rainbow Boesemani


Bak penampungan air atau tandon di hatchery rainbow terletak didalam
ruangan hatchery sehingga air yang ditampung terlindungi dari terik sinar matahari,
air hujan maupun kotoran yang dapat mempengaruhi kualitas air tandon yang akan
dipakai, bak tandon hatchery rainbow (Gambar 6), memiliki ukuran 3 x 2 x 1 m3
dengan volume air 6 000 L yang terbuat dari beton.

Gambar 6 Bak tandon hatchery rainbow


8

3.1.3 Wadah Pemeliharaan dan Pemijahan Induk


a. Wadah pemeliharaan dan pemijahan induk Black Ghost
Dalam kegiatan budidaya ikan black ghost yang dilakukan di BPPBIH depok,
menggunakan ruangan khusus (Gambar 7a) yang terbuat dari terpal berukuran 7 x
5 m2, didalam ruangan tersebut terdapat wadah pemeliharaan induk, wadah
penetasan telur dan pemeliharaan larva serta wadah pemeliharaan benih ikan black
ghost. Kegiatan pemeliharaan sekaligus pemijahan induk yang digunakan
berjumlah 6 unit berupa akuarium yang berukuran 80 x 40 x 40 cm3 (Gambar 7b)
dengan ketinggian air 35 cm, memiliki volume air 112 L. Akuarium yang
digunakan terletak pada rak besi berukuran 165 x 40 x 120 cm3. Wadah
pemeliharaan dilengkapi dengan sistem aerasi sebagai penyedia oksigen terlarut.

(a) (b)
Gambar 7 Ruang pemeliharaan black ghost dan wadah pemeliharaan sekaligus
pemijahan : a) ruangan khusus dan b) akuarium pemeliharaan dan
pemijahan

b. Wadah pemeliharaan induk Rainbow Boesemani


Pemeliharaan induk rainbow boesemani menggunakan bak beton berukuran
2.5 x 2.5 x 1 m3 dengan tinggi air 40 cm, memiliki volume 250 L yang disekat
menggunakan pipa berjaring untuk memisahkan induk jantan dan betina. Wadah
pemeliharaan yang digunakan sebanyak 1 unit dan dilengkapi dengan sistem
resirkulasi. Bak beton pemeliharaan induk rainbow boesemani dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8 Bak beton pemeliharaan induk rainbow boesemani


9

Pemijahan induk Rainbow Boesemani menggunakan wadah berupa akuarium


berukuran 50 x 50 x 50 cm3. Akuarium pemijahan dilengkapi dengan sistem
resirkulasi. Akuarium pemijahan induk rainbow boesemani dapat dilihat pada
Gambar 9.

Gambar 9 Akuarium pemijahan induk rainbow boesemani

3.1.4 Wadah Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva


a. Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan Black Ghost
Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva menggunakan akuarium
berukuran 40 x 50 x 30 cm3 sebanyak 4 unit, dimana wadah tersebut disekat dengan
kaca sehingga ukuran wadah menjadi 20 x 50 x 30 cm3 dengan ketinggian air 10
cm, memiliki volume air 10 L. Wadah inkubasi telur dilengkapi dengan sistem
aerasi sebagai penyedia oksigen terlarut. Akuarium penetasan telur dan
pemeliharaan larva ini dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Akuarium penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan black ghost
10

b. Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan Rainbow Boesemani


Wadah penetasan telur menggunakan baskom plastik (Gambar 11a)
berkapasitas 5 L, sedangkan untuk wadah pemeliharaan larva menggunakan
kontainer plastik (Gambar 11b) dengan ukuran 40 x 25 x 25 cm3, dengan tinggi air
10 cm, memiliki volume 10 L, wadah pemeliharaan larva dilengkapi dengan sistem
aerasi sebagai penyedia oksigen terlarut.

(a) (b)
Gambar 11 Wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva : a) baskom plastik
dan b) kontainer plastik

3.1.5 Wadah Pemeliharaan Benih


a. Wadah pemeliharaan benih ikan Black Ghost
Wadah pemeliharaan benih ikan black ghost (Gambar 12) yang digunakan
berupa akuarium dengan ukuran 50 x 40 x 40 cm3 dengan ketinggian air 30 cm
memiliki volume air 60 L, sebanyak 6 unit dan masing-masing akuarium dilengkapi
dengan sistem aerasi sebagai penyedia oksigen terlarut.

Gambar 12 Wadah pemeliharaan benih ikan black ghost


11

b. Wadah pemeliharaan benih ikan Rainbow Boesemani


Pemeliharaan benih ikan rainbow boesemani (Gambar 13) menggunakan
kontainer plastik berukuran 70 x 35 x 30 cm3 dengan tinggi air 20 cm, memiliki
volume air 49 L. Masing-masing wadah dilengkapi dengan sistem aerasi sebagai
penyedia oksigen terlarut.

Gambar 13 Wadah pemeliharaan benih ikan rainbow boesemani

3.1.6 Wadah Kultur Pakan Alami


a. Wadah kultur pakan alami Artemia sp dan Moina sp. ikan Black Ghost
Untuk wadah penetasan cyste Artemia sp. menggunakan toples plastik
(Gambar 14a) berkapasitas 3 L sebanyak 2 unit. Ruang kultur dilengkapi sistem
aerasi untuk pengadukan siste. Sedangkan untuk wadah kultur pakan alami berupa
Moina sp. untuk pakan larva ikan black ghost dilakukan pada bak beton (Gambar
14b) berukuran 2 x 2 x 1.5 m3 dengan ketinggian air 1 m, memiliki volume air 4
000 L. Bak beton untuk kultur Moina sp. terletak disamping hanggar 1.

(a) (b)
Gambar 14 Wadah kultur pakan alami ikan black ghost : a) toples plastik dan b)
bak beton
12

b. Wadah kultur pakan alami Artemia sp. dan Moina sp. ikan Rainbow Boesemani
Pakan alami berupa artemia sp. dikultur menggunakan wadah berupa gelas
ukur (Gambar 15a) berkapasitas 2 L sebanyak 2 unit, 1 wadah untuk melakukan
kultur dan 1 wadah lagi untuk menampung naupli artemia sp. yang sudah dipanen.
Wadah ini dilengkapi dengan sistem aerasi sebagai pengaduk siste. Sedangkan
wadah kultur untuk Moina sp. menggunakan bak beton (Gambar 15b) berukuran
1.5 x 1.5 x 1 m3 dengan tinggi air 80 cm, memiliki volume air 2 250 L, wadah ini
terletak diluar ruangan hatchery rainbow.

(a) (b)
Gambar 15 Wadah kultur pakan alami ikan rainbow boesemani : a) gelas ukur
dan b) bak beton

3.1.7 Sistem Penyediaan Air


a. Sistem penyediaan air ikan Black Ghost
Sumber air yang digunakan di hangar 1 BPPBIH Depok berasal dari air sumur
bor (Gambar 16a) dengan kedalaman 15 m. Hanggar 1 hanya menggunakan satu
sumber air, sehingga air ini digunakan bersama untuk semua kegiatan budidaya
ikan-ikan yang ada pada hanggar 1 termasuk diantaranya untuk kegiatan
pembenihan dan pendederan ikan black ghost. Air dari sumur dipompa
menggunakan pompa merk “STA RITE” (Gambar 16b) berdaya 750 watt dengan
kapasitas 60 L/detik dan disalurkan ke bak penampungan air (tandon) melalui pipa
Poly Vinyl Carbon (PVC) berdiameter 1½ inci. Air yang ada dalam tandon
diendapkan selama 48 jam, lalu dipompa dengan pompa berkapasitas 2 800 L/jam
yang disambung dengan pipa berukuran 1 inci, kemudian air dialirkan ke seluruh
wadah budidaya melalui selang berdiameter 1 inci.

(a)
13

(b)
Gambar 16 Sistem penyediaan air ikan black ghost : a) sumur bor hanggar
1 dan b) pompa STA RITE
b. Sitem penyediaan air ikan Rainbow Boesemani
Sumber air di hatchery rainbow berasal dari air sumur bor (Gambar 17a)
dengan kedalaman 15 m. Air sumur bor dipompa menggunakan pompa “SANYO
PDH255F” (Gambar 17b) disalurkan menggunakan pipa Poly Vinyl Carbon (PVC)
berdiameter 1 inci, aliran air ditampung dalam bak tandon berukuran 3 x 2 x 1 m3.
Air dalam tandon diendapkan selama 48 jam sebelum digunakan untuk kegiatan
budidaya. Air dalam tandon digunakan untuk mengisi wadah-wadah pemeliharaan
menggunakan pompa “RESUN” (Gambar 17c) berkapasitas 2 800 L/jam yang
disambung dengan selang berserat berukuran 1 inci.

(a) (b)

(c)
Gambar 17 Sistem penyediaan air ikan rainbow boesemani : a) sumur bor hatchery
rainbow, b) pompa SANYO PDH255F dan c) pompa RESUN
14

3.1.8 Sistem Aerasi


a. Sistem aerasi ikan Black Ghost
Sistem aerasi yang digunakan dalam menunjang kebutuhan oksigen dalam
kegiatan budidaya ikan black ghost di BPPBIH mengunakan hiblow “RESUN”
(Gambar 18), udara akan disalurkan melalui pipa PVC 1 ½ inci. Sumber aerasi yang
digunakan kemudian didistribusikan ke seluruh akuarium yang ada di hanggar 1
yaitu untuk pemeliharaan induk, pemijahan induk, penetasan telur, pemeliharaan
benih dan kultur pakan alami. terdapat satu titik aerasi untuk setiap akuarium dan
pada tiap titik aerasi dipasang keran aerasi yang berfungsi utuk mengatur besar
kecilnya aerasi yang dihasilkan. Keran aerasi disambung menggunakan selang
aerasi berdiameter 0.5 cm dan dipasang batu aerasi pada ujungnya. Fungsi batu
aerasi sebagai difusi oksigen dari udara kedalam air.

Gambar 18 Hiblow RESUN

b. Sistem aerasi ikan Rainbow Boesemani


Dalam pemeliharaan ikan rainbow dibutuhkan air dengan kualitas yang bagus
salah satu parameter yang mempengaruhi yaitu kandungan oksigen dalam air,
upaya yang dilakukan untuk memenuhi parameter tersebut dilakukan instalasi
aerasi menggunakan, hiblow “YASUNAGA” air pump (Gambar 19) yang bedaya
80 watt. Sumber aerasi yang digunakan didistribusikan ke seluruh wadah yang ada
di hatchery rainbow yaitu untuk pemeliharaan induk, pemijahan induk,
pemeliharaan larva, pemeliharaan benih dan kultur pakan alami. Aerasi disalurkan
menggunakan pipa paralon berukuran 1 inci, satu wadah budidaya terdapat satu titik
aerasi, pada tiap titik aerasi dipasang keran aerasi yang berfungsi untuk mengatur
besar kecilnya aerasi yang dikeluarkan, pada ujung keran aerasi disambung
menggunakan selang aerasi berdiameter 0.5 cm dan dipasang batu aerasi pada ujung
selang aerasi, fungsi dari batu aerasi sebagai difusi oksigen dari udara kedalam air.

Gambar 19 Hiblow YASUNAGA air pump


15

3.1.9 Sistem Penyediaan Listrik


Sumber energi utama yang digunakan dalam menunjang kegiatan
pembenihan dan pendederan di BPPBIH menggunakan energi listrik dari PLN
(Gambar 20) berdaya 26 000 KVA didalam ruangan yang berukuran 2.5 x 2.5 m2.

Gambar 20 Energi listrik PLN

3.2 Fasilitas Pendukung

Selain fasilitas utama dalam melakukan kegiatan budidaya ada fasilitas


pendukung untuk menunjang kegiatan budidaya seperti energi listrik, oksigen,
bangunan, dan sarana transportasi.

3.2.1 Sistem Penyediaan Listrik


a. Sistem penyediaan listrik ikan Black Ghost
Selain energi dari PLN di hangar 1, generator set (genset) bermerk “KIPOR”
(Gambar 21) juga digunakan sebagai cadangan energi listrik agar kelangsungan
kegiatan di BPPBIH akan terus berlangsung saat listrik dari PLN padam. Genset
yang digunakan berkapasitas 13.5/15.5 KVA.

Gambar 21 Generator set KIPOR


16

b. Sistem penyediaan listrik ikan Rainbow Boesemani


Selain energi listrik utama dari PLN di hatchery rainbow, juga menggunakan
generator set (genset) yang digunakan apabila terjadinya pamadaman listrik.
Genset bermerk “ELEMAX” (Gambar 22) yang berkekuatan rata-rata 4.0 KVA dan
kekuatan maksimal 5.5 KVA dengan kapasitas bensin 10 L yang bertahan selama
24 jam.

Gambar 22 Generator set ELEMAX

3.2.2 Bangunan
Fasilitas pendukung lainnya di BPPBIH yaitu bangunan berupa kantor,
laboratorium, mushola, gudang, dan toilet. Fasilitas kantor digunakan sebagai
tempat pertemuan, tempat diskusi, rapat para pegawai serta tempat pengelolaan
administrasi.

3.2.3 Oksigen
Dalam kegiatan packing atau pengepakan di lokasi BPPBIH ini,
menggunakan gas oksigen murni. Tabung oksigen (Gambar 23) setinggi 1.5 m ini
menampung oksigen murni yang dapat memenuhi kebutuhan oksigen untuk 2 000
kantong plastik packing berukuran 60 x 40 cm2 dengan perbandingan oksigen
dengan air 2:1.

Gambar 23 Tabung oksigen


17

3.2.4 Transportasi
Alat transportasi atau kendaraan yang digunakan di lokasi BPPBIH Depok
menggunakan sebuah mobil “DAIHATSU” Espass (Gambar 24) dengan kapasitas
mesin 1 500 cc untuk mengirim ikan sampai ke tempat tujuan. Bahan bakar yang
digunakan alat transportasi tersebut adalah premium. Penggunaan alat transportasi
tersebut tergantung banyaknya ikan yang akan dikirim dan jarak yang ditempuh.

Gambar 24 DAIHATSU Espass

4 KEGIATAN BUDIDAYA

4.1 Black ghost Apteronotus albifrons

4.1.1 Pemeliharaan Induk


Dalam kegiatan budidaya ikan black ghost di BPPBIH dilakukan di dalam
ruangan tersendiri di dalam hanggar 1, ruangan tersebut terbuat dari terpal secara
tetutup berwarna biru berukuran 7 x 5 m2. Ikan black ghost membutuhkan suhu
lingkungan yang optimal yaitu pada suhu 25-28oC, sehingga dalam proses budidaya
sebisa mungkin lingkungan budidaya dibuat seperti di habitat aslinya. Suhu di
dalam hanggar 1 fluktuatif sehingga kegiatan budidaya dilakukan di dalam ruangan
terpal tertutup, perlakuan terpal tertutup tersebut diharapkan agar suhu ruangan
budidaya black ghost tetap stabil serta dapat menjadikan ruangan tersebut gelap
total saat lampu penerangan dimatikan karena ikan black ghost bersifat nocturnal
yang aktif pada saat malam hari.

a. Persiapan Wadah Pemeliharaan Induk


Pemeliharaan induk black ghost di BPPBIH Depok menggunakan akuarium
berukuran 80 x 40 x 40 cm3 memiliki volume air 112 L, dengan ketebalan kaca 0.5
cm. Akuarium dibersihkan sebelum digunakan menggunakan amplas halus dengan
cara digosok kemudian akuarium dibilas dengan air bersih, sisa air dibuang lalu
akuarium dikeringkan. Setelah itu akuarium diisi dengan air yang telah diendapkan
dengan tinggi air 35 cm. Kegiatan ini dapat dilihat pada (Gambar 25).
18

(a) (b) (c)


Gambar 25 Persiapan wadah pemeliharaan induk : a) penggosokan akuarium, b)
pengeringan akuarium dan c) pengisian air akuarium

b. Penebaran Induk
Asal induk ikan black ghost yang berada di BPPBIH didapatkan dari hasil
budidaya tim BPPBIH yang dibesarkan sampai ukuran induk siap pijah dan
sebagian dari pembudidaya daerah Depok. Saat pemeliharaan induk, jantan dan
betina dipelihara secara terpisah. Pemeliharaan ini dilakukan selama satu minggu
sebelum induk dimasukkan ke wadah pemijahan. Perbedaan induk jantan dan betina
dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 26.

Tabel 1 Perbedaan induk jantan dan betina ikan black ghost.


No. Komponen Jantan Betina
1 Tubuh Relatif panjang Relatif pendek
2 Perut Ramping Gendut
3 Bentuk rahang Relatif panjang Relatif pendek
4 Gerakan Lebih agresif dan lincah Kurang agresif

Gambar 26 Perbedaan induk jantan dan betina ikan black ghost

Ukuran induk jantan yang ditebar memiliki panjang rata-rata 28.8 cm dengan
bobot rata-rata 59.20 gram, padat penebaran induk jantan per akuarium sebanyak 3
ekor. Untuk induk betina yang ditebar memiliki panjang rata-rata 20.4 cm dengan
19

bobot rata-rata 41.29 gram, padat penebaran induk betina per akuarium sebanyak 2
ekor. Jumlah induk ikan black ghost yang tersedia di BPPBIH ada 30 ekor, dengan
jumlah induk jantan 18 ekor dan induk betina 12 ekor. Ikan black ghost dapat
menjadi induk jika sudah berumur 1 tahun serta jika induk jantan telah memiliki
panjang tubuh 25-30 cm sedangkan untuk induk betina telah memiliki panjang
tubuh 20-25 cm.

c. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan untuk induk ikan black ghost menggunakan cacing
tanah (Gambar 27a) Lumbricus sp. dan bloodworm (Gambar 27b) Chironomus sp..
Bloodworm yang digunakan dalam kondisi beku dan disimpan di dalam freezer,
sedangkan cacing tanah disimpan di dalam wadah khusus terbuat dari terpal
berukuran 40 x 30 x 20 cm3 yang diisi dengan tanah dengan ketebalan 20 cm atau
50% dari tinggi wadah. Cacing tanah dikirim 3 kali dalam seminggu diperoleh dari
pembudidaya dan dibeli dengan harga Rp 35 000/kg. Sebelum dilakukan pemberian
pakan, bloodworm yang beku ditaruh didalam seser dan di alirkan air bersih
(Gambar 27c) agar bloodworm dapat mencair dan bersih dari kotoran, setelah itu
bloodworm ditiriskan sebelum diberikan. Pakan yang berupa cacing tanah diambil
dari wadah (Gambar 27d) dan ditampung menggunakan baskom setelah itu dicuci
terlebih dahulu menggunakan air bersih mengalir (Gambar 27e), cara tersebut untuk
memisahkan cacing dari tanah yang menempel pada tubuhnya.
Kegiatan pemberian pakan untuk induk dilakukan secara ad satiation atau
sampai kenyang, indikasi bahwa ikan sudah kenyang adalah ketika ikan sudah
menjauhi pakan yang diberikan dan tidak memakannya. Frekuensi yang diberikan
sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari pukul 10:00 WIB dan sore hari
pukul 15:00 WIB. Untuk pemberian pakan menggunakan cacing tanah diberikan 3
hari dalam seminggu yaitu pada hari senin, rabu dan jumat, untuk selain hari
tersebut induk diberikan pakan berupa bloodworm, pemberian pakan dilakukan
pada satu titik dekat aerasi (Gambar 27f).

(a) (b)

(c) (d)
20

(e) (f)
Gambar 27 Persiapan pakan dan pemberian pakan induk black ghost : a) cacing
tanah, b) bloodworm, c) pencucian bloodworm, d) pengambilan
cacing tanah dari wadah, e) pencucian cacing tanah dan f) pemberian
pakan induk pada satu titik dekat aerasi

d. Pengelolaan Kualitas Air


Dalam kegiatan budidaya, kualitas air merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan karena air adalah media hidup biota budidaya. Parameter Fisika kimia
air berpengaruh terhadap keberhasilan pemijahan ikan nantinya, terutama untuk
ikan yang memijah secara alami atau natural spawning. Suhu air sangat berperan,
terutama adanya perubahan yang tiba-tiba yang dapat menjadi trigger atau pemicu
ovulasi atau pemijahan. Kualitas air yang cocok bagi kehidupan black ghost yaitu
pada suhu 26-27oC dan pH 6–7 (BPPBIH 2013). Dalam kegiatan pemeliharaan
induk media pemeliharaan tidak dilengkapi dengan sistem filtrasi maupun
resirkulasi jadi air bersifat stagnant (Gambar 28a) maka pengelolaan kualitas air
dengan cara penyifonan dan pergantian air setiap hari dilakukan, kegiatan
penyifonan (Gambar 28b) dan pergantian air dilakukan pada pagi hari pukul 08:00
WIB sebanyak 30-50% dari total volume air. Untuk pergantian air total dilakukan
sebanyak 90% dari total volume air, kegiatan ini dilakukan setiap dua hari dalam
seminggu (Senin dan Kamis) sekaligus dilakukan pembersihan akuarium
menggunakan amplas halus atau sponge agar bersih dari kotoran yang menempel,
setelah itu akuarium diisi dengan air yang sudah diendapkan selama 48 jam. Untuk
pengecekan kualitas air dilakukan setiap satu bulan sekali selama kegiatan PKL
berlangsung, pengecekan kualitas air ini dilakukan pada pagi hari pukul 08:00 WIB
(Gambar 28c). Parameter yang diamati antara lain DO, suhu, pH, nitrit dan
amoniak. Pengukuran kualitas air dilakukan di laboratorium kualitas air BPPBIH,
Depok, Jawa Barat.

(a) (b)
21

(c)
Gambar 28 Pengelolaan kualitas air induk black ghost : a) pergantian air akuarium
sistem stagnant, b) penyifonan wadah dan c) pengecekan kualitas air

e. Pencegahan dan Pemberantasan Hama Penyakit


Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan dalam proses produksi, salah
satunya karena terjangkitnya penyakit pada biota yang dibudidayakan untuk itu
perlu dilakukannya pencegahan dan pemberantasan hama penyakit. Dalam
pemeliharaan induk ikan black ghost dilakukan pencegahan penyakit berupa
kegiatan penyifonan dan pergantian air secara rutin setelah itu dilakukan pemberian
garam sebanyak 0.05 ppt untuk setiap akuarium pemeliharaan induk. Selain itu
kualitas air dan suhu tetap dijaga dan terkontrol, suhu optimal untuk black ghost
yaitu diatas 27oC (28-30oC), karena jika suhu air yang rendah (27oC) parasit akan
mudah tumbuh dan berkembang biak dengan cepat sehingga mudah menyerang
ikan. Untuk jenis ikan-ikan tidak bersisik seperti ikan black ghost penyakit yang
umumnya menyerang adalah white spot. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa
Ichthyopthyrius multifilis yang hidup sebagai parasit. Indikasi jika ikan terkena
parasit ini menunjukkan tingkah laku abnormal, ikan akan berenang ke permukaan
air dan terkadang ikan akan menggosok-gosokan tubuhnya ke dinding akuarium,
serta terdapat bintik putih disekujur tubuhnya sehingga ikan akan lemah dan tidak
nafsu makan. White spot biasanya menyerang pada suhu rendah, antara 15-25oC.
Untuk penanganan penyakit ini dapat dilakukan pergantian air total menggunakan
air baru yang sudah ditandon dan pemberian garam ikan dengan dosis 0.05 g/L serta
menggunakan water heater dengan suhu tinggi (28-30oC) cara ini dapat memutus
siklus hidup parasit, sebab pada suhu tinggi Ichthyopthyrius multifilis akan sulit
hidup. Perlakuan dengan suhu tinggi sangat baik untuk menahan maupun
mengobati serangan penyakit ini. Selain white spot, ada salah satu jenis bakteri
yang dapat menyerang induk ikan black ghost, penyakit ini biasa disebut bercak
merah. Penyakit bercak merah atau Septicemia haemorrhagica ini disebabkan oleh
bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri ini dapat menyerang ikan jika keadaan
kualitas air pada media pemeliharaan telah buruk. Indikasi jika induk telah diserang
bakteri ini terlihat bercak merah seperti darah pada bagian ekor dan beberapa
dibagian tubuhnya. Ikan yang terserang bakteri Aeromonas hydrophila akan
menunjukan gejala yang spesifik, tetapi untuk memastikan bahwa ikan tersebut
benar-benar terserang bakteri Aeromonas hydrophila harus dilakukan uji secara lab.
Indikasi jika ikan terserang bakteri ini dapat dilihat dari warna tubuh ikan menjadi
pucat, kemampuan berenang menurun, adanya hemoragik pada kulit sehingga kulit
menjadi kasat dan timbul pendarahan dan selanjutnya diikuti oleh luka-luka dan
borok pada kulit yang dapat meluas ke jaringan otot, jaringan pernafasan sehingga
22

ikan akan sulit bernafas. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini khususnya
menyerang ikan air tawar seperti catfish dan berbagai spesies dari ikan tropis
maupun ornamental (White 1991). Beberapa faktor kualitas air yang dapat
menyebabkan ikan rentan terserang Aeromonas hydrophila antara lain tingginya
kandungan nitrit, rendahnya kandungan oksigen terlarut dalam air atau tingginya
kandungan karbon dioksida terlarut. Untuk pencegahan penyakit terhadap bakteri
ini yang dapat dilakukan antara lain mengatur kepadatan tebar yang memadai,
pemberian pakan yang baik dan teratur serta menjaga kualitas air agar selalu baik.
Dengan kegiatan pencegahan tersebut, ikan akan terhindar dari penyakit ini. Selama
kegiatan PKL di BPPBIH Depok berlangsung, induk yang dipelihara tidak
terserang penyakit sehingga tidak dilakukan pengobatan.

4.1.2 Pemijahan Induk


Pemijahan ikan diartikan sebagai proses perkawinan antara induk jantan dan
betina. Hasil dari pemijahan itu sendiri adalah keluarnya telur dan sperma dari
induk tersebut yang akan diikuti dengan proses pembuahan. Keberhasilan
pemijahan dinilai dari banyak sedikitnya telur atau sperma yang keluar dan dapat
dibuahi (Hermawati 2008).

a. Persiapan Wadah Pemijahan


Wadah yang digunakan untuk pemijahan induk ikan black ghost berupa
akuarium dengan ukuran 80 x 40 x 40 cm3 dengan tinggi air 35 cm, memiliki
volume air 112 L. Kegiatan persiapan wadah pemijahan tidak dilakukan, karena
wadah pemeliharaan induk yang digunakan sekaligus wadah untuk pemijahan.

b. Penyusunan dan Pemasangan Substrat


Sarang telur atau substrat yang digunakan untuk pemijahan terbuat dari
lempengan akar pakis berukuran 20 x 10 cm2, penyusunan substrat dilakukan
dengan cara, lempengan akar pakis disusun secara bertumpuk tetapi diberikan
rongga antar pakis satu dengan pakis lainnya, pembuatan rongga tersebut
menggunakan batang bambu berdiameter 0.5 cm, pembuatan rongga ini bertujuan
agar induk betina ikan black ghost dengan mudah menyemprotkan telur kedalam
sela-sela akar pakis yang disusul oleh induk jantan yang membuahi dengan cara
menyemprotkan sperma ke arah telur. Sebelum akar pakis digunakan, terlebih
dahulu dicuci menggunakan air bersih, kemudian dijemur di bawah sinar matahari
hingga kering. Proses penjemuran ini selain berfungsi untuk mematikan bakteri
yang berada dalam pakis dapat juga memunculkan aroma bau alami yang disebut
“petrichor” yang dapat menimbulkan hormon pheromone untuk merangsang proses
pemijahan. Setelah dijemur dan pakis telah disusun, kemudian dilakukan
pemasangan untuk setiap akuarium, substrat diletakkan ditengah dan pada bagian
paling atas susunan ditindih dengan batu agar pakis tidak bergerak dan naik ke
permukaan air. Jumlah pakis yang digunakan untuk setiap akuarium berjumlah 5
buah lempengan akar pakis atau 5 susun. Pemasangan substrat dilakukan pada sore
hari sekitar pukul 16:00 WIB. Kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 29.
23

(a) (b) (c)


Gambar 29 Penyusunan dan pemasangan substrat : a) pencucian substrat akar
pakis, b) penjemuran substrat dan c) pemasangan substrat

c. Seleksi Induk
Sebelum dilakukannya pemijahan ada beberapa tahap yang harus dilakukan
terlebih dahulu, diantaranya adalah proses penseleksian atau pemilihan induk untuk
dipijahkan, kegiatan ini diharapkan dapat memperoleh induk yang berkualitas,
berkualitas dalam arti induk itu dalam keadaan baik, matang gonad, dan siap untuk
dipijahkan. Kriteria induk yang baik yaitu induk yang sehat, tidak cacat atau luka,
nafsu makan tinggi, dan untuk ikan black ghost induk harus sudah berumur 1 tahun.
Dengan proses pemilihan induk jantan dan betina yang berkualitas diharapkan akan
menghasilkan telur dalam jumlah banyak dan sperma yang baik. Menurut Sanusi
(2011), untuk induk jantan telah menjadi induk jika panjang tubuh telah mencapai
25-30 cm, sedangkan untuk induk betina telah mencapai panjang tubuh 20-25 cm,
pada induk betina telah matang gonad dapat ditandai pada bagian perut yang gendut
dan membulat setelah dipuasakan. Proses penseleksian induk dan kondisi induk
matang gonad dapat dilihat pada Gambar 30.

(a) (b)
Gambar 30 Seleksi induk : a) proses seleksi induk ikan black ghost dan b) kondisi
induk black ghost matang gonad

Setelah dilakukan seleksi induk, dilanjutkan kegiatan sampling induk untuk


mengetahui panjang serta bobot induk yang akan dipijahkan. Panjang induk diukur
menggunakan millimeterblock, setelah itu induk ditimbang menggunakan
timbangan digital. Induk yang akan disampling dibius terlebih dahulu
menggunakan larutan phenoxy ethanol dengan dosis 0.3 ml untuk 1 L air. Induk
yang akan disampling diambil dari akuarium pemeliharaan menggunakan seser
24

kemudian dimasukkan ke dalam larutan phenoxy ethanol yang sudah dilarutkan


didalam 1 L air, induk akan pingsan dalam waktu (2-3 menit) indikator bahwa induk
sudah pingsan akan ditandai dengan gerakan operkulum melambat serta gerakan
tidak agresif atau cenderung diam dan jika diangkat dari air ikan tidak melawan
atau berontak. Setelah induk pingsan dilakukan pengukuran panjang dan bobot.
Pemingsanan induk bertujuan untuk meminimalisir induk ikan mengalami stres dan
mempermudah proses pengukuran. Setelah sampling induk selesai, kemudian
dilakukan recovery atau proses penyadaran kembali induk yang telah dibius dengan
cara memasukkan induk yang pingsan tadi ke dalam air baru dari tandon yang tidak
tercampur obat bius, kemudian diberi aerasi kuat. Dalam waktu 1-2 menit perlahan
induk akan sadar dan pulih kembali seperti normal. Setelah pulih induk dapat
dimasukkan ke dalam akuarium pemijahan yang telah disiapkan sebelumnya. Data
sampling dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil sampling induk ikan black ghost


Induk Jantan Induk Betina
Panjang Bobot Panjang Bobot
Akuarium Akuarium
total (cm) (g) total (cm) (g)
1 28.3 64.57 1 23.4 54.2
2 27.7 62.78 2 21.0 39.12
3 29.5 56.55 3 22.5 67.75
4 29.5 49.78 4 21.0 39.12
5 30.0 62.87 5 16.0 19.15
6 27.8 58.67 6 18.5 28.43
Rata-rata 28.8 59.20 20.4 41.29

d. Pemijahan
Dalam kegiatan pemijahan ikan black ghost, pemijahan terjadi secara alami
(natural spawning) pemijahan ini terjadi karena adanya manipulasi lingkungan
yang dibuat sedemikian rupa agar ikan black ghost merasa seperti di lingkungan
aslinya. Kegiatan melakukan manipulasi lingkungan ini diharapkan dapat
memaksimalkan hasil dari proses pemijahan (Gambar 31a) itu sendiri. Akuarium
pemijahan diisi oleh 5 ekor induk ikan black ghost dengan perbandingan 3 jantan
dan 2 betina. Mengingat ikan ini merupakan hewan nocturnal sehingga selama
kegiatan pemijahan berlangsung keadaan ruang pemijahan tidak diberi penerangan
sama sekali. Hal ini selain berhubungan dengan kegiatan manipulasi lingkungan
juga bertujuan untuk tidak mengganggu aktivitas pemijahan induk jantan dan
betina ikan black ghost. Pada umumnya ikan black ghost memijah pada malam hari
sehingga pagi harinya sarang/substrat yang penuh dengan telur dapat diambil untuk
di inkubasi. Sifat dari telur ikan black ghost itu sendiri menempel pada substrat
(Gambar 31b). Selama pemijahan terjadi tingkah laku induk jantan yang selalu
mengejar induk betina, sesekali induk betina seperti mencium-cium substrat begitu
pula induk jantan, setelah induk betina menyemprotkan telur, induk jantan
menyusul menyemprotkan spermanya. Pengamatan substrat pemijahan dilakukan
setiap hari dengan cara melihat pada sela-sela rongga akar pakis dengan bantuan
cahaya lampu senter agar terlihat jelas. Jika substrat belum terdapat telur, maka
dilakukan pengamatan substrat kembali pada keesokan harinya. Namun, jika
terdapat telur pada substrat maka dilakukan kegiatan pemanenan telur dengan cara
25

pengangkatan substrat. Pengambilan substrat berisi telur dilakukan di pagi hari


secara hati-hati agar tidak merusak telur dalam proses pengangkatannya dan juga
pengambilan substrat di pagi hari bertujuan agar telur tidak dimakan oleh induk-
induk lainnya karena induk ikan black ghost tidak bersifat parental care.

(a) (b)
Gambar 31 Pemijahan : a) proses pemijahan ikan black ghost dan b) telur ikan
black ghost yang menempel pada substrat akar pakis

e. Penetasan dan Inkubasi Telur


Wadah inkubasi telur atau tempat penetasan telur sebelum digunakan
dilakukan persiapan wadah (Gambar 32), wadah inkubasi yang digunakan berupa
akuarium berukuran 40 x 50 x 30 cm3 yang disekat menggunakan kaca, sehingga
ukuran wadah menjadi 20 x 40 x 30 cm3. Proses persiapan wadah ini dilakukan
dengan cara menggosok wadah dengan amplas halus atau sponge lalu wadah dicuci
dan dibilas dengan air bersih, setelah itu akuarium dikeringkan hingga sore hari,
dan proses terakhir diisi dengan air yang sudah ditandon selama 48 jam, ketinggian
air diatur hingga 10 cm dan di aerasi selama 24 jam.

Gambar 32 Persiapan wadah inkubasi telur ikan black ghost

Proses pemanenan telur dilakukan dengan hati-hati, akar pakis diangkat


secara cepat kemudian dipindahkan ke dalam wadah lain berupa baskom yang
sudah diisi air dari akuarium asal telur atau bisa juga dengan air baru yang sudah
diendapkan. Setelah itu dilakukan perhitungan telur secara manual dengan
melepaskan telur dari akar pakis menggunakan bulu ayam, telur yang sulit untuk
dilepas jangan dipaksa dan dibiarkan saja menempel pada akar pakis dan tetap
dilakukan perhitungan dalam keadaan telur berada didalam akar pakis. Dalam
proses perhitungan telur harus dilakukan dengan cepat untuk mencegah terjadinya
jamur pada telur, sesegara mungkin setelah dilakukan perhitungan, telur diinkubasi
dengan cara disebar merata didasar akuarium dan diberikan Methylene Blue (MB)
26

dengan dosis 3 mg/L. Akuarium inkubasi telur diberi aerasi secara lembut, ruang
penetasan diusahakan gelap kerena larva ikan black ghost yang baru menetas tidak
tahan dengan adanya cahaya, telur yang berada di akar pakis dilakukan inkubasi
secara terpisah dari telur yang telah dilepas. Akar pakis diletakkan dengan cara
disandarkan pada dinding akuarium penetasan agar nantinya larva dapat leluasa
keluar dari sarang. Menurut Lesmana dan Dermawan (2004), telur akan menetas
dalam waktu 2-3 hari. Larva yang baru menetas akan bersembunyi pada rongga
akar pakis, sesudah tiga atau empat hari larva akan berenang sehingga substrat
sudah dapat diangkat dan diberikan shelter berupa pipa atau beberapa helai daun
ketapang kering agar larva dapat bersembunyi dari cahaya dan mulai bisa diberi
pakan berupa Artemia sp. karena kuning telur pada larva telah habis. Kegiatan ini
dapat dilihat pada Gambar 33.

(a) (b) (c)


Gambar 33 Penanganan telur black ghost : a) pemanenan telur black ghost, b)
penebaran telur black ghost dan c) pemberian Methylene Blue (MB)

Dalam proses perhitungan telur, dilakukan pemisahan telur infertilized (telur


yang tidak dibuahi), dengan telur fertilized (telur yang dibuahi) hal ini juga berguna
untuk meminimalisir terjadinya jamur pada telur, karena telur yang infertilized akan
cepat berjamur sehingga telur yang fertilized akan terkontaminasi dengan jamur
tersebut. Ciri-ciri telur yang dibuahi yaitu berwarna kuning dengan lapisan luar
korion berwarna bening, sedangkan untuk telur yang tidak dibuahi akan berwarna
putih susu. Kondisi telur ikan black ghost dapat dilihat pada Gambar 34.

(a) (b)
Gambar 34 Kondisi telur ikan black ghost : a) telur fertilized dan b) telur
infertilized
27

Dalam melakukan pengambilan data fertilization rate (FR) atau derajat


pembuahan dilakukan sebelum telur menetas menjadi larva, perhitungan ini
berguna untuk mengetahui persentase telur yang dibuahi dari telur yang dihasilkan
oleh induk. Sedangkan dalam melakukan perhitungan derajat penetasan hatching
rate (HR) dilakukan saat telur telah menetas menjadi larva, perhitungan ini berguna
untuk mengetahui persentase telur yang menetas menjadi larva dari telur yang
dibuahi. Berikut adalah data FR, HR dan SR yang didapatkan, dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3 Data FR, HR, dan SR hasil pemijahan ikan black ghost di
BPPBIH, Depok, Jawa Barat, selama 30 hari
Σ telur SR Benih
Akuarium SR Larva
FR (%) HR (%) D30
induk (butir) D14 (%)
(%)
1 1304 82.83 78.24 94.63 95.49
2 578 82.27 79.91 89.73 92.92
3 691 78.21 83.54 86.71 92.73
4 526 85.16 76.31 86.04 93.01
5 674 88.90 75.88 87.63 92.48
6 727 87.47 83.67 88.84 94.79
Rata-rata 750 84.14 79.59 88.93 93.73

Dari data yang dilihat pada Tabel 3, pemijahan yang dilakukan selama 30 hari
menggunakan 6 set induk beserta 6 akuarium diperoleh rata-rata jumlah telur yang
dihasilkan sebanyak 750 butir dengan rata-rata persentase FR mencapai 84.14%,
sedangkan persentase daya tetasnya 82.64% dan persentase kelangsungan hidup
larva 88.93%, pada akhir pemeliharaan didapatkan SR benih sebesar 90.06%.

4.1.3 Kultur Pakan Alami


a. Penetasan dan pemanenan Artemia sp.
Pemberian pakan untuk larva black ghost berumur 4 hari berupa pakan alami
naupli Artemia sp.. Kandungan gizi yang tinggi dan sesuai dengan bukaan mulut
larva pakan berupa Artemia sp. sangat cocok diberikan untuk larva black ghost.
Kegiatan kultur Artemia sp. menggunakan toples plastik berkapasitas 3 L, toples
yang digunakan sebanyak dua buah, toples pertama untuk dilakukannya kultur atau
penetasan siste, toples kedua untuk wadah naupli Artemia sp. yang sudah dipanen.
Toples diisikan air sebanyak 2 L, kemudian diberi garam dengan dosis 25 g/L, cyste
Artemia sp. (Gambar 35a) dimasukan sebanyak 2 gram lalu di aerasi kuat yang
berguna untuk pengadukan siste. Cyste akan menetas dalam waktu 20-24 jam.
Untuk proses pemanenan dilakukan dengan cara mematikan aerasi dari toples
penetasan lalu toples dimiringkan sekitar 30-40o menggunakan penyangga berupa
pipa paralon berdiameter 5 cm, lalu diberikan penerangan dengan bantuan lampu
senter pada satu titik pada sisi bawah toples dan dibiarkan selama 5-10 menit, naupli
Artemia sp. akan berkumpul pada satu titik dekat cahaya tersebut. Fungsi dari
pemiringan wadah kultur dalam pemanenan untuk memisahkan cangkang dengan
naupli Artemia sp. yang telah menetas dan juga untuk memudahkan proses
penyifonan naupli Artemia sp.. Kegiatan pemanenan ini dilakukan sebanyak 2-3
28

kali, proses pemanenan (Gambar 35b) dilakukan dengan hati-hati agar cyste atau
cangkang tidak ikut terpanen. Naupli Artemia sp. yang sudah dipanen dilakukan
pengenceran menggunakan air tawar sebanyak 1 L dan ditambahkan garam
sebanyak 12.5 gram serta diberikan aerasi.

(a) (b)
Gambar 35 Kultur Artemia sp. : a) cyste Artemia sp. dan b) proses pemanenan
Artemia sp.
b. Kultur Moina sp.
Pakan alami berupa Moina sp. diberikan untuk larva black ghost berumur 7
hari atau 1 minggu, pada umur tersebut bukaan mulut larva sudah membesar dan
bisa memakan pakan alami berupa Moina sp.. Kegiatan kultur Moina sp.
menggunakan wadah berupa bak beton berukuran 2 x 2 x 1.5 m3. Persiapan wadah
kultur dilakukan dengan cara menyurutkan air yang ada pada wadah melalui saluran
outlet, kemudian wadah kultur dibiarkan kering selama satu hari. Setelah
pengeringan selama satu hari dilakukan pengisian air, pengisian air menggunakan
air tandon, ketinggian air diatur hingga 1 m, memiliki volume air 4 000 L. Untuk
proses selanjutnya dilakukan penebaran pupuk berupa campuran kotoran ayam
kering dengan sekam padi sebanyak 4 kg. Penggunaan pupuk berupa kotoran ayam
tersebut mengandung nutrien-nutrien yang dibutuhkan oleh zooplankton yang akan
dikultur. Untuk proses selanjutnya dilakukan penebaran inokulan Moina sp. murni
sebanyak 500 ml. Untuk pemanenan dilakukan pada hari ke-10, proses pemanenan
dilakukan dengan cara mengambil Moina sp. menggunakan seser halus, Moina sp.
dapat terlihat secara kasat mata yang berkumpul di permukaan air. Setelah itu,
Moina sp. yang di panen ditampung ke dalam wadah baskom berisi air bersih.
Pemanenan Moina sp. (Gambar 36) dilakukan pada pagi hari pada jam 06:00-08:00
WIB, atau sore hari pada jam 16:00-18:00 WIB.

Gambar 36 Pemanenan Moina sp.


29

4.1.4 Pemeliharaan Larva


a. Persiapan Wadah
Dalam melakukan pemeliharaan larva, larva yang baru menetas tetap
dipelihara di dalam wadah inkubasi yang berukuran 40 x 50 x 30 cm3 yang disekat
menggunakan kaca sehingga wadah menjadi berukuran 20 x 50 x 30 cm3 hingga
larva berumur 14-15 hari atau hingga larva berubah warna tubuh menjadi hitam.
Sehingga proses persiapan wadah tidak dilakukan hanya saja dilakukan pengelolaan
air secara rutin berupa penyifonan wadah dan dilakukan pergantian air
menggunakan air tandon, ketinggian air diatur hingga 10 cm.

b. Pemberian Pakan
Larva yang baru menetas masih memiliki cadangan makanan berupa kantung
kuning telur (yolk sac) yang akan habis pada hari ke-5 sampai hari ke-6 setelah
larva menetas, pakan alami berupa naupli Artemia sp. dapat diberikan mulai hari
ke-4, bertujuan untuk merangsang larva agar dapat memakan naupli Artemia sp.
yang diberikan karena kantung kuning telur yang dimilikinya akan mulai habis.
Pemberian naupli Artemia sp. dilakukan sampai hari ke-7 secara ad satiation atau
sekenyangnya dengan frekuensi pemberian sebanyak 4 kali dalam sehari yaitu pada
pukul 08:00, 11:00, 14:00, dan 17:00 WIB, lalu diberikan pakan alami berupa
Moina sp. yang mulai diberikan pada hari ke-6 hingga hari ke-14 atau hingga benih
berumur 2 minggu, frekuensi pemberian Moina sp. dilakukan sebanyak dua kali
sehari secara ad libitum atau selalu tersedianya pakan pada wadah pemeliharaan.

c. Pengelolaan Kualitas Air Pemeliharaan Larva


Pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan larva yang dilakukan dengan cara
mempertahankan suhu optimal 27-30ºC, kandungan oksigen terlarut (DO) 5.0–8.0
ppm, dan pH 6.5-7, selain itu dilakukan penyifonan rutin dan pergantian air secara
berkala. Kegiatan penyifonan dilakukan sebanyak satu kali sehari yaitu pada pagi
hari sebelum larva diberikan pakan atau tergantung dari keadaan kualitas airnya itu
sendiri. Jika air pemeliharaan larva telah keruh dan terdapat sisa pakan alami yang
tidak termakan dan mati sehingga mengendap didasar wadah, maka perlu dilakukan
penyifonan sesegera mungkin karena apabila dibiarkan kualitas air akan menjadi
buruk. Untuk proses pergantian air sebanyak 20-30% dari volume total air wadah
akuarium dilakukan setelah proses penyifonan selesai. Saat proses penyifonan
berlangsung dikhawatirkan larva akan terbawa, untuk mengatasinya dengan
menyiapkan wadah berupa baskom yang di lapisi dengan seser. Jika proses
penyifonan telah selesai maka dilakukan pengisian air kembali serta ketinggian air
diatur seperti semula yaitu 10 cm. Untuk pengukuran kualitas air (Gambar 37)
dilakukan setiap satu bulan sekali selama PKL berlangsung. Nilai parameter
kualitas air ikan black ghost dapat dilihat pada lampiran 2.
30

Gambar 37 Pengukuran kualitas air wadah pemeliharaan larva black ghost

d. Pencegahan dan Pengobatan Hama Penyakit pada Larva


Salah satu faktor kegagalan dalam proses produksi adalah adanya penyakit
pada biota budidaya, menjaga kualitas air dan menjaga suhu ruangan 27-30ºC
adalah cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Pada
umumnya larva ikan black ghost dapat terserang penyakit white spot penyakit ini
disebabkan oleh parasit Ichtyopthirius multifilis. Indikasi jika larva terserang
penyakit ini dapat dilihat dari tingkah lakunya seperti berkurangnya nafsu makan
larva dan terdapat bintik putih disekujur tubuh larva. Penanganan untuk penyakit
ini dilakukan dengan cara pergantian air sebanyak 50-60%, diberikan garam dengan
dosis 0.05 g/L, beberapa helai daun ketapang kering, dan Methylene Blue dengan
dosis 3 mg/L. Penyebab kematian pada larva selain dari penyakit yang menyerang
bisa juga dari kualitas air yang buruk dan pemberian pakan yang berlebih juga dapat
menyebabkan larva itu mati karena pakan yang tidak termakan dan mati akan
menjadikan racun di dalam wadah itu sendiri. Oleh karena itu kualitas air harus
selalu dijaga dan terkontrol serta penyifonan dan pergantian air secara berkala harus
dilakukan agar terciptanya kualitas air yang optimal. Selama pelaksanaan kegiatan
PKL tidak ditemukan larva yang terjangkit penyakit ini sehingga tidak dilakukan
perlakuan pengobatan.

4.1.5 Pemeliharaan Benih


a. Persiapan Wadah Pemeliharaan Benih
Kegiatan pendederan ikan black ghost di BPPBIH menggunakan wadah
berupa akuarium berukuran 50 x 40 x 40 cm3. Sebelum dilakukannya kegiatan
pendederan dilakukan persiapan wadah dengan cara yang sama seperti yang telah
dilakukan pada saat persiapan wadah larva, tetapi ketinggian air diatur hingga 30
cm. Terdapat penambahan benda berupa shelter untuk benih ikan black ghost yang
terbuat dari potongan pipa paralon yang tersusun menempel. Ukuran shelter
disesuaikan dengan ukuran ikan. Shelter berupa pipa paralon untuk benih ikan black
ghost dapat dilihat pada Gambar 38.
31

Gambar 38 Shelter berupa pipa paralon untuk benih ikan black ghost

b. Penebaran Benih
Benih yang ditebar berasal dari larva hasil pemijahan induk black ghost yang
telah dipelihara hingga berumur 30 hari yaitu berukuran 1 inci, Benih merupakan
anak ikan yang memiliki bentuk morfologi tubuh sudah definitif seperti induknya
(Effendi 2004). Untuk memperoleh pertumbuhan yang seragam sebelum ditebar
benih dilakukan penyortiran terlebih dahulu untuk mengelompokkan benih
berdasarkan ukuran tubuh. Kepadatan benih yang ditebar sebanyak 13 ekor/L,
proses aklimatisasi pada saat penebaran dilakukan untuk mencegah benih
mengalami stres. Memperhatikan tingkah laku benih setelah ditebar juga perlu
dilakukan, indikasi bahwa benih cocok dengan lingkungan yang baru dapat ditandai
dengan benih black ghost yang langsung bersembunyi di dalam shelter, dan apabila
benih black ghost yang ditebar naik ke permukaan air maka lingkungan tersebut
tidak cocok untuk benih black ghost yang baru ditebar, benih akan lemas dan berada
di permukaan.

c. Pemberian Pakan
Pemberian pakan untuk benih black ghost menggunakan pakan alami berupa
cacing sutra tubifex sp.. Frekuensi pemberian pakan berupa cacing sutra sebanyak
2 kali sehari yaitu disaat pagi hari pukul 08:00 WIB dan sore hari pukul 16:00 WIB
secara ad libitum atau selalu tersedianya pakan dalam wadah pemeliharaan, kualitas
air pada wadah cacing sutra harus selalu diperhatikan, proses pergantian air pada
wadah cacing sutra dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu disaat pagi hari pukul
07:00 WIB dan sore hari pukul 15:00 WIB, jika air pemeliharaan tidak diganti
cacing sutra akan cepat mati karena cacing sutra membutuhkan air yang selalu
mengalir atau berganti seperti pada habitat aslinya. Kegiatan pergantian air cacing
sutra dan pemberian cacing sutra dapat dilihat pada Gambar 39.

(a) (b)
32

(c)
Gambar 39 Manajemen pakan benih black ghost : a) pembuangan air lama wadah
cacing sutra, b) pengisian air baru wadah cacing sutra dan c)
pemberian cacing sutra dalam wadah pemeliharaan benih black ghost

d. Pengelolaan Kualitas Air Pemeliharaan Benih


Pengelolaan kualitas air pemeliharaan harus selalu dijaga agar terciptanya
keberhasilan dalam proses produksi, jika kualitas air buruk maka akan berdampak
pada kesehatan ikan nantinya, penyebab kualitas air itu menurun disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya sisa dari metabolisme ikan berupa kotoran feses dan
sisa pakan yang tidak termakan. Upaya untuk menjaga kualitas air agar tetap
optimal dilakukan penyifonan sebanyak satu kali dalam sehari, penyifonan
dilakukan di pagi hari. Penyifonan dilakukan sebanyak 50-60% dari volume air dan
diisi kembali hingga ketinggian 30 cm menggunakan air dari tandon. Kegiatan
penyifonan wadah pemeliharaan benih ikan black ghost dapat dilihat pada Gambar
40.

Gambar 40 Penyifonan wadah pemeliharaan benih ikan black ghost

e. Pencegahan dan Pengobatan Hama Penyakit pada Benih


Penyakit akan timbul jika kualitas air dalam media pemeliharaan telah
memburuk, daya tahan tubuh ikan akan menurun sehingga terjadinya ikan itu sakit
sehingga sering sekali terjadi kegagalan dalam budidaya ikan black ghost ini karena
terjangkitnya penyakit pada benih pemeliharaan. Maka dari itu dilakukan
pencegahan berupa penyifonan rutin dan pemberian garam ikan dengan dosis 0.05
33

g/L, tetapi jika benih itu sakit dilakukan pemberian beberapa helai daun ketapang
kering atau Methylene blue dengan dosis 3 mg/L tergantung penyakit apa yang
menyerang. Ikan black ghost mudah terserang penyakit diantaranya white spot yang
disebabkan oleh parasit Ichtiopthyrius multifiliis dan penyakit bercak merah
Septicemia haemorrhagica yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.
Selama kegiatan PKL berlangsung tidak ditemukannya benih yang sakit, maka
tidak dilakukannya kegiatan pengobatan.

f. Pemantauan Pertumbuhan dan Populasi Ikan


Pemantauan pertumbuhan benih dilakukan setiap satu minggu sekali, benih
diambil sampel sebanyak 10 ekor secara acak untuk diamati, parameter yang
diamati yaitu panjang total dan bobot benih. Sampling dilakukan dengan cara
mengambil benih dari akuarium pemeliharaan menggunakan seser selanjutnya
benih ditempatkan didalam wadah baskom. Benih yang akan disampling dilakukan
anastesi atau pemingsanan, proses ini berguna untuk meminimalisir benih
mengalami stres, kegiatan anastesi menggunakan larutan phenoxy ethanol dengan
dosis 0.3 ml/L, benih akan pingsan dalam kurun waktu 1-2 menit. Sebelumnya
disiapkan juga wadah berupa baskom untuk recovery atau pemulihan ikan. Setelah
benih itu pingsan, benih diletakkan diatas milimeterblock untuk diukur panjangnya
dan dilakukan pencatatan. Setelah itu, ikan diangkat dan ditimbang menggunakan
timbangan digital dan dilakukan pencatatan. Setelah itu dilakukan proses recovery
benih menggunakan air bersih dari tandon dan diberikan aerasi kuat. Dalam proses
sampling harus dilakukan dengan cepat agar benih tidak terlalu lama berada diluar
air. Proses kegiatan sampling dapat dilihat pada Gambar 41 dan data sampling benih
ikan black ghost terlampir pada Lampiran 5.

(a) (b) (c)


Gambar 41 Pemantauan pertumbuhan benih black ghost : a) pemberian phenoxy
ethanol, b) pengukuran panjang total dan c) penimbangan bobot

g. Pemanenan benih
Proses pemanenan dilakukan apabila ukuran benih telah masuk ukuran jual,
yaitu 1–2 inci, tergantung dengan permintaan pasar. Pemanenan dilakukan dengan
cara mengambil benih dari media pemeliharaan dengan menggunakan seser, proses
pengambilan benih dilakukan dengan hati-hati agar benih tidak mengalami luka
pada saat penyerokan, lalu benih ditampung pada wadah baskom. Sebelum
dilakukan pemanenan dilakukan penyortiran dan juga untuk memisahkan benih
yang tidak masuk ukuran pasar ataupun yang memiliki tubuh abnormal.
Benih yang sudah siap lalu dilakukan pengemasan. Pengepakan benih
dilakukan menggunakan wadah berupa kantong plastik berukuran 60 x 40 cm2.
34

Plastik packing dibuat menjadi dua rangkap, pada bagian sisi ujung bawah plastik
diikat menggunakan karet kemudian dibalik, hal ini bertujuan untuk mencegah
adanya sudut mati yang dapat menyebabkan ikan terjepit dan mengalami kematian
pada saat pengiriman. Setiap kantong diberikan daun ketapang kering sebanyak 3
helai, pemberian tersebut berguna sebagai shelter benih saat berada didalam plastik
packing. Setelah itu, plastik packing yang telah berisi benih ikan diberi oksigen dan
air dengan perbandingan 2:1. Lalu dilakukan pengikatan yang kuat menggunakan
karet gelang. Padat tebar ikan black ghost pada plastik packing ukuran 60 cm x 40
cm disesuaikan dengan ukuran ikannya. Untuk ikan ukuran 1 inci biasanya diisi
250-400 ekor sedangkan untuk benih ukuran 2 inci diisi 150-200 ekor. Kegiatan
pemanenan dan pengemasan dapat dilihat pada Gambar 42.

(a) (b) (c)

(d)
Gambar 42 Pemanenan benih : a) pengambilan benih black ghost, b) sortasi, c)
proses packing dan d) benih yang telah dipacking

4.1.6 Transportasi
Sistem pengangkutan di BPPBIH menggunakan sistem tertutup karena ikan
yang diangkut merupakan komoditas ikan hias. Jika ada permintaan tetapi dengan
jumlah yang sedikit, BPPBIH hanya menyediakan fasilitas berupa kantong plastik
dan oksigen untuk para pembeli yang datang, pembeli akan membawa sendiri ikan
yang dipesan. Tetapi jika ada permintaan dengan jumlah yang banyak, pihak
BPPBIH menyediakan alat transportasi berupa mobil yang siap mengantarkan ikan
pesanan sampai ketempat tujuan. Proses pengiriman sebaiknya dilakukan di pagi
hari atau sore hari berguna untuk meminimalisir stres yang terjadi akibat suhu yang
panas. Untuk pengiriman jarak jauh dan jumlah permintaan terbilang banyak,
plastik packing diletakkan didalam wadah berupa box sterofoam berukuran 80 x 30
35

x 30 cm3, wadah ini dapat menampung plastik packing sebanyak 6-8 kantong,
setelah kantong diletakkan didalam box, selanjutnya diberikan batu es yang
dihancurkan dan dimasukan kedalam plastik lalu diikat dan dibungkus
menggunakan kertas koran, pemberian batu es ini sebanyak 3 buah/box, yang
bertujuan untuk meminimalisir terjadinya peningkatan suhu saat proses pengiriman
selain itu juga berguna untuk menekan laju metabolisme pada ikan yang akan
dikirim. Sistem pengiriman dan pengepakan benih black ghost dapat dilihat pada
Gambar 43.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 43 Sistem pengiriman dan pengepakan benih black ghost : a) benih siap
jual, b) penyimpanan benih pada box sterofoam, c) pemberian batu es,
d) pengepakan box menggunakan selotip dan e) benih siap dikirim.

4.2 Rainbow Boesemani Melanotaenia boesemani

4.2.1 Pemeliharaan Induk


Kegiatan budidaya ikan rainbow boesemani dilakukan di dalam ruangan
hatchery. Pemeliharaan induk rainbow boesemani menggunakan bak beton secara
terpisah dari jenis ikan rainbow yang lain.

a. Persiapan Wadah Pemeliharaan


Pemeliharaan induk ikan rainbow boesemani menggunakan wadah berupa
bak beton berukuran 2.5 x 2.5 x 1 m3 yang menggunakan sistem resirkulasi.
Sebelum digunakan, wadah dibersihkan di pagi hari menggunakan sikat halus
sambil di alirkan oleh air bersih, setelah itu akuarium dikeringkan hingga sore hari,
setelah proses pengeringan, akuarium diisi dengan air dari tandon resirkulasi hingga
36

ketinggian air 40 cm dan dilakukan penyetelan aerasi. Kegiatan persiapan wadah


induk rainbow boesemani dapat dilihat pada Gambar 44.

Gambar 44 Persiapan wadah induk rainbow boesemani

b. Seleksi induk dan Penebaran induk


Induk rainbow boesemani diperoleh dari hasil budidaya yang dilakukan tim
BPPBIH yang dibesarkan sehingga siap untuk dipijahkan dan sebagian didapatkan
dari pembudidaya daerah Depok, induk yang ditebar untuk pemijahan berumur ± 1
tahun. Sebelum dilakukan penebaran induk, induk diseleksi terlebih dahulu agar
proses berlangsungnya pemijahan berjalan dengan lancar, seleksi induk dilakukan
untuk mendapatkan induk yang benar-benar matang gonad, selain itu dilakukan
kegiatan sampling panjang serta bobot induk yang akan dipijahkan. Induk yang
disampling sebelumnya dibius menggunakan larutan phenoxy ethanol dengan dosis
0.3 ml yang dicampurkan dalam toples yang berisi 1 L air. Induk yang telah hilang
keseimbangan dan pingsan segera dilakukan pengukuran panjang total induk yang
menggunakan millimeter block serta bobot induk menggunakan timbangan digital
setelah dilakukan pengukuran, induk dimasukan ke dalam air bersih dan diberikan
aerasi kuat. Induk yang telah diseleksi ditebar kedalam wadah dengan proses
aklimatisasi terlebih dahulu. Proses aklimatisasi berlangsung selama 5-10 menit.
Proses ini bertujuan agar ikan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru.
Perbedaan induk jantan dan betina dapat dilihat berdasarkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Perbedaan induk jantan dan betina ikan rainbow boesemani


No. Komponen Jantan Betina
Relatif memanjang dan Kecil, membulat di sekitar
1. Tubuh
melebar perut
2. Warna Cerah, memiliki gradasi Gelap, tidak memiliki
warna menarik dari arah gradasi warna yang menarik
kepala berwarna biru daripada jantan.
sedangkan menuju arah
ekor berwarna oranye
kemerahan.
3. Gerakan Lebih agresif Kurang agresif
37

Ukuran induk jantan yang ditebar memiliki panjang rata-rata 9.36 cm dengan
bobot rata-rata 13.34 gram sedangkan untuk induk betina memiliki panjang rata-
rata 7.6 cm dengan bobot 7.34 gram. Induk betina dan jantan ditebar secara terpisah,
Seleksi induk dan penebaran induk ikan rainbow boesemani dapat dilihat pada
Gambar 45.

(a)

(b) (c)

(d)
Gambar 45 Seleksi induk dan penebaran induk ikan rainbow boesemani : a)
perbedaan induk jantan (atas) dan betina (bawah) ikan rainbow
boesemani, b) larutan phenoxy ethanol, c) timbangan digital dan d)
penebaran induk
38

c. Pemberian Pakan
Jenis pakan yang diberikan untuk induk ikan rainbow boesemani yaitu
bloodworm Chironomus sp. dalam keadaan beku, bloodworm diencerkan terlebih
dahulu sebelum diberikan ke induk, dengan cara menaruh lempengan bloodworm
di dalam seser lalu dialiri air bersih hingga mencair, setelah mencair bloodworm
ditempatkan ke dalam wadah dan siap diberikan untuk induk. Metode pemberian
pakan untuk induk rainbow boesemani secara ad satiation atau sekenyangnya,
indikasi bahwa induk sudah kenyang dilihat dari pakan yang diberikan tidak lagi
dimakan oleh induk. Frekuensi pemberian pakan untuk induk sebanyak dua kali
sehari, yaitu pada pukul 08:00 pagi dan 15:00 sore. Kegiatan ini dapat dilihat pada
Gambar 46.

(a) (b) (c)


Gambar 46 Manajemen pakan induk : a) bloodworm dalam keadaan beku, b)
proses pencairan bloodworm dan c) pemberian pakan berupa
bloodworm untuk induk

d. Pengelolaan Kualitas Air


Air merupakan faktor utama untuk kehidupan ikan, perairan yang ideal bagi
kehidupan ikan adalah perairan yang mendukung kehidupan ikan sepanjang daur
hidupnya (Lesmana dan Darmawan 2004). Oleh karena itu dalam pengelolaan
sumber daya perikanan yang baik, salah satu faktor yang perlu diamati dan
dikendalikan adalah kualitas air, kegiatan penyifonan dan pergantian air induk
sebanyak 20-50% dilakukan setiap hari senin, rabu dan jumat, sedangkan untuk
pengukuran kualitas air induk dilakukan setiap satu bulan sekali selama kegiatan
PKL berlangsung. Nilai parameter kualitas air telah disajikan pada Lampiran 3.
Kegiatan penyifonan wadah pemeliharaan induk dapat dilihat pada Gambar 47.

Gambar 47 Kegiatan penyifonan wadah pemeliharaan induk


39

e. Pencegahan dan Pemberantasan Hama Penyakit


Penyakit yang umumnya menyerang induk ikan rainbow boesemani adalah
serangan bakteri Aeromonas sp., dan penyakit white spot yang disebabkan parasit
Ichtyopthirius multifiliis. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat diobati
menggunakan antibiotik serta menjaga kualitas air, sedangkan untuk penyakit yang
disebabkan oleh parasit dapat diobati menggunakan garam atau larutan blitz ich.
Pengobatan yang dilakukan jika induk terkena serangan Aeromonas sp. dengan cara
perendaman menggunakan antibiotik oxytetracycline (OTC) dengan dosis 10 mg/L,
dan di tambahkan heater di dalam wadah pemeliharaan dengan suhu 28-30oC.
Pengobatan yang dilakukan jika induk terkena serangan parasit Ichtyophtirius
multifiliis menggunakan garam dengan dosis 0.05 g/L atau larutan blitz ich dengan
dosis 10 tetes/4 L, serta ditambahkan heater di dalam wadah pemeliharaan dengan
suhu 28-30 oC. Selama penulis melaksanakan kegiatan PKL di BPPBIH, induk yang
dipelihara tidak terserang penyakit sehingga tidak dilakukan pengobatan.

f. Seleksi dan Sampling Induk


Dalam melakukan kegiatan pemijahan, sebelumnya dilakukan kegiatan
seleksi induk yang bertujuan untuk memilih induk yang berkualitas untuk
dipijahkan. Induk jantan dan betina yang baik memiliki kriteria seperti, tidak cacat
atau luka, pergerakannya lincah, nafsu makan tinggi, dan sudah berumur ± 1 tahun.
Proses seleksi induk yang akan dipijahkan ini diharapkan akan mendapatkan hasil
akhir pembenihan yang memuaskan. Saat proses seleksi induk sekaligus dilakukan
kegiatan sampling induk untuk mengetahui panjang total dan bobot induk, dalam
kegiatan sampling induk dilakukan proses anastesi menggunakan larutan phenoxy
ethanol dengan dosis 0.3 ml dalam 1 L air, proses anastesi ini berguna untuk
meminimalisir induk ikan mengalami stres dan mempermudah proses pengukuran
dan penimbangan. Sampel induk yang diambil sebanyak 10 ekor dengan
perbandingan jantan 5 ekor dan betina 5 ekor. Induk diambil secara acak
menggunakan seser dengan hati-hati lalu ditampung ke dalam baskom berkapasitas
5 L. Setelah itu dilakukan pemilihan induk betina yang memiliki ukuran perut yang
buncit atau membesar, untuk pemilihan induk jantan yang memiliki kriteria warna
yang cerah dan juga mencolok, kemudian induk tersebut dimasukkan ke dalam
larutan phenoxy satu persatu, dan ditunggu hingga ikan pingsan (2-3 menit). Setelah
induk pingsan kemudian dilakukan sampling induk dengan mengukur panjang total
(cm) dan bobot (gram) induk. Panjang induk diukur menggunakan millimeterblock,
setelah itu induk ditimbang menggunakan timbangan digital. Data sampling induk
betina dan jantan ikan rainbow boesemani dapat dilihat pada Lampiran 6. Kegiatan
seleksi dan sampling induk rainbow boesemani dapat dilihat pada Gambar 48.

(a) (b) (c)


40

(d)
Gambar 48 Seleksi dan sampling induk rainbow boesemani : a) larutan phenoxy
ethanol, b) kegiatan anastesi induk, c) pengukuran panjang total dan
d) penimbangan bobot induk

4.2.2 Pemijahan Induk


Pemijahan ikan rainbow boesemani dilakukan secara alami, sex ratio yang
digunakan yaitu 1:1 (1 jantan : 1 betina), sebelum dilakukannya pemijahan ada
beberapa tahap persiapan terlebih dahulu.

a. Persiapan Wadah Pemijahan


Sebelum induk dipijahkan dipersiapkan wadah berupa akuarium berukuran 50
x 50 x 50 cm3. Akuarium pemijahan dilengkapi dengan sistem resirkulasi,
akuarium yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan cara menggosok
dinding akuarium dengan menggunakan amplas halus atau sponge, setelah itu
dilakukan pembilasan dengan air bersih, lalu akuarium di keringkan selama 24 jam,
keesokan harinya diisi menggunakan air resirkulasi dari tandon dengan ketinggian
air 30 cm dan dilakukan pengecekan aerasi. Persiapan akuarium pemijahan induk
rainbow boesemani dapat dilihat pada Gambar 49.

(a) (b) (c)


Gambar 49 Persiapan akuarium pemijahan induk rainbow boesemani : a)
penggosokan akuarium, b) pengeringan wadah dan c) pengecekan
aerasi

b. Penyusunan dan Pemasangan Substrat


Setelah akuarium siap untuk digunakan, kemudian dilakukan persiapan
substrat pemijahan sebagai tempat melekatnya telur rainbow boesemani, substrat
yang digunakan berupa tali rafia yang dihaluskan seperti serabut, pada bagian
bawah substrat diberikan pemberat berupa batu agar substrat tidak naik ke
41

permukaan, sebelum digunakan substrat berupa tali rafia tersebut dicuci hingga
bersih, lalu dilakukan penjemuran dibawah sinar matahari. Proses penjemuran
dilakukan hingga sore hari, proses penjemuran berguna untuk mematikan siklus
hidup bakteri yang mungkin hidup dan berada di substrat. Setelah itu substrat siap
untuk digunakan, substrat diletakan di dalam akuarium dan diposisikan ditengah.
Pemasangan substrat dilakukan pada sore hari sekitar pukul 16:00 WIB. Persiapan
substrat pemijahan rainbow boesemani dapat dilihat pada Gambar 50.

(a) (b)
Gambar 50 Persiapan substrat pemijahan rainbow boesemani : a) pencucian
substrat dan b) pemasangan substrat

c. Pemijahan
Proses pemijahan rainbow boesemani dilakukan secara alami, induk yang
sebelumnya telah diseleksi dan dipisahkan untuk dilakukan pemeliharaan,
selanjutnya induk ditebar dengan cara aklimatisasi terlebih dahulu, proses
aklimatisasi berlangsung hingga 5-10 menit, akuarium pemijahan dilengkapi
dengan sistem resirkulasi, penggunaan sistem resirkulasi ini selain bertujuan untuk
treatment air juga berfungsi sebagai penstabil pH air untuk wadah pemeliharaan,
karena didalam tong resirkulasi terdapat kulit kerang yang berguna untuk menaikan
pH air yang asam menjadi basa. Karena pH air yang optimal untuk ikan rainbow
boesemani adalah 7-8 seperti di alamnya, selain pH air yang berpengaruh pada
pemijahan ikan pelangi ini ada juga parameter suhu air yang harus diperhatikan
karena ikan rainbow akan memijah pada suhu optimal 28-30 oC (Tappin 2010).
Sifat ikan rainbow dalam memijah berlangsung parsial atau pemijahan terjadi
hampir setiap hari. Induk betina akan terlebih dahulu menyemprotkan telurnya ke
arah substrat dan induk jantan akan membuahi telur dengan cara menyemprotkan
sperma ke arah telur yang tersebar di substrat. Perbandingan Sex ratio pemijahan
yang dilakukan yaitu 1:1 (1 jantan:1 betina), pemijahan berlangsung selama 30 hari,
selama proses pemijahan, induk diberikan pakan berupa bloodworm dengan
frekuensi dua kali dalam sehari yang diberikan pada pagi hari pukul 08:00 WIB dan
sore hari pukul 15:00 WIB, induk akan memijah dalam kurun waktu 2-3 hari setelah
induk dipasangkan. Kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 51.
42

(a) (b)

(c)
Gambar 51 Pemijahan induk rainbow boesemani : a) penebaran induk dengan
aklimatisasi, b) pemberian pakan induk dan c) proses pemijahan
induk

4.2.3 Penetasan dan Inkubasi Telur


Penetasan telur hasil pemijahan dilakukan di wadah berupa baskom plastik
berkapasitas 5 L, selama pemijahan berlangsung dilakukan pengecekan substrat
diwadah pemijahan dengan cara mengamati dari sisi luar wadah, jika setelah
diamati terdapat telur, maka substrat diangkat dan dipindahkan ke wadah inkubasi.
Setelah satu jam telur diangkat dilakukan pengecekan telur untuk mencari dan
menghitung telur infertilized (telur yang tidak terbuahi), pada hari kedua
pengangkatan substrat sampai hari terakhir dimana telur yang melekat pada substrat
akan menetas dilakukan juga pengecekan, namun pengecekan ini bertujuan untuk
mencari dan menghitung telur yang mati selama proses inkubasi. Kegiatan
penetasan dan inkubasi telur dapat dilihat pada Gambar 52.

(a) (b (c) (d)


)
Gambar 52 Penetasan dan inkubasi telur : a) pengecekan telur, b) kondisi telur
infertilized dalam wadah inkubasi, c) kondisi telur fertilized dalam
wadah inkubasi dan d) larva yang telah menetas didalam wadah
inkubasi
43

Perhitungan fertilization rate (FR) dilakukan pada saat telur belum menetas
menjadi larva. Perhitungan derajat pembuahan berguna untuk mengetahui
persentase telur yang terbuahi dari telur yang telah dikeluarkan induk, sedangkan
untuk perhitungan derajat penetasan hatching rate (HR) dilakukan pada saat telur
telah menetas menjadi larva, hal ini berguna untuk menentukan persentase telur
yang menetas menjadi larva dari telur yang dibuahi. Hasil penghitungan dapat
dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Sampel data pemijahan selama 30 hari rainbow boesemani


∑ telur ∑ Telur ∑ Telur ∑ Telur
Pemijahan FR HR
Akuarium tidak terbuahi mati menetas terbuahi
(hari) (%) (%)
(butir) (butir) (butir) (butir)
A 30 38 94 311 405 91.42 76.79
B 30 47 28 125 153 76.5 81.69
C 30 43 136 346 482 91.80 71.78
D 30 26 17 170 187 87.79 90.90
E 30 34 16 62 78 69.64 79.48
Rata-rata 83.43 80.01

4.2.4 Pemeliharaan Larva


a. Persiapan Wadah
Sebelum dilakukannya penebaran atau kegiatan pemeliharaan larva, wadah
untuk pemeliharaan dipersiapkan terlebih dahulu di pagi hari, wadah pemeliharaan
yang digunakan berupa kontainer plastik berukuran 40 x 25 x 30 cm3 dengan
ketinggian air 10 cm, memiliki volume air 10 L, wadah dibersihkan dengan cara
dicuci sekaligus digosok menggunakan sponge lalu dibilas menggunakan air bersih
yang mengalir, setelah pencucian wadah dikeringkan hingga sore hari. Setelah
wadah siap untuk digunakan dilakukan pengisian air menggunakan air yang telah
ditandon sebelumnya selama 48 jam. Proses terakhir dari kegiatan persiapan wadah
untuk larva yaitu penyetelan aerasi. Kekuatan aerasi diatur hingga lembut agar larva
tidak terganggu oleh arus yang tercipta dari aerasi yang terlalu kuat. Proses
persiapan wadah pemeliharaan larva rainbow boesemani dapat dilihat pada Gambar
53.

(a) (b) (c)


44

(d)
Gambar 53 Persiapan wadah pemeliharaan larva rainbow boesemani : a)
penggosokan wadah b) pengeringan wadah, c) pengisian air dan d)
penyetelan aerasi

b. Penebaran Larva
Larva yang terdapat pada wadah inkubasi telur dikumpulkan kedalam satu
wadah berupa toples plastik yang berisikan air asal inkubasi, pengambilan larva ini
sekaligus dilakukan proses perhitungan larva untuk dilakukan pencatatan.
Penebaran larva dilakukan dengan hati-hati dengan melakukan aklimatisasi terlebih
dahulu dengan cara toples plastik yang berisikan larva di apung-apungkan di atas
permukaan air wadah pemeliharaan, lalu sedikit demi sedikit masukan air dari
wadah pemeliharaan ke dalam toples yang berisikan larva, proses ini berlangsung
5-10 menit. Proses pemanenan dan penebaran larva rainbow boesemani dapat
dilihat pada Gambar 54.

(a) (b)
Gambar 54 Proses pemanenan dan penebaran larva rainbow boesemani :
a) pemanenan larva dan b) penebaran larva

c. Pemberian Pakan
Dalam pemberian pakan pada larva rainbow boesemani diberikan pakan
alami berupa naupli Artemia sp. dengan metode pemberian pakan ad satiation atau
sekenyangnya, dilihat dari pakan yang diberikan secara sedikit demi sedikit sampai
kenyang, sehingga larva tidak merespon lagi pakan yang diberikan, selain melihat
respon pakan yang diberikan ke larva, indikasi lain bahwa larva sudah kenyang
adalah dilihat dari perut yang membesar dan juga berubah warna menjadi oranye
akibat pakan yang diberikan berupa naupli Artemia sp., untuk pemberian pakan
45

menggunakan pakan alami berupa Moina sp. diberikan secara ad libitum atau selalu
tersedianya pakan didalam wadah pemeliharaan.
Frekuensi pemberian pakan menggunakan naupli Artemia sp. dilakukan
sebanyak 3 kali dalam sehari, pada pagi hari pukul 08:00 WIB, siang hari pada
pukul 12:00 WIB dan sore hari pada pukul 16:00 WIB. Sedangkan pemberian pakan
menggunakan Moina sp. diberikan secara ad libitum atau selalu tersedianya pakan
pada wadah pemeliharaan dengan frekuensi pemberian sebanyak 2 kali sehari pada
pagi hari pukul 08:00 WIB dan sore hari pada pukul 16:00 WIB. Jadwal pemberian
pakan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jadwal pemberian pakan larva rainbow boesemani sampai ukuran benih

Umur (hari)
Pakan
4 – 20 21 - 30 ≥30
Artemia sp.
Moina sp.
Bloodworm

Umur larva 0-3 hari, larva masih mendapatkan suplai makanan dari kuning
telur yang dimilikinya. Setelah larva berumur 3 hari, larva diberikan pakan alami
berupa Artemia sp. hingga berumur 20 hari. Saat larva telah berumur 20 hari
dilakukan overlapping pakan dengan pemberian pakan alami berupa Moina sp.
sampai hari ke 30, kemudian pada hari ke 30 sampai benih dipanen dilakukan
pemberian pakan berupa bloodworm.

d. Pengelolaan Kualitas Air Pemeliharaan Larva


Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara mempertahankan kondisi
suhu media sekitar 27-30ºC, kandungan oksigen terlarut (DO) 6.0–8.0 ppm, dan pH
7-8. Selain itu dilakukan penyifonan apabila wadah pemeliharaan terdapat kotoran-
kotoran yang mengendap didasar wadah. Penyifonan dilakukan bersamaan dengan
penggantian air yang menggunakan air yang telah di tandon, ketinggian air diatur
setinggi 10 cm. Apabila dalam proses penyifonan mengalami kesulitan karena
dikhawatirkan larva di dalam wadah terbawa maka cara mengatasinya dengan
menyiapkan wadah berupa baskom yang diatasnya diletakkan seser sehingga pada
saat penyifonan larva tersebut tertampung dan tidak terbuang. Jika ada larva yang
tersedot pada saat proses penyifonan maka larva dimasukkan kembali ke dalam
wadah pemeliharaan. Pengisian air dilakukan dengan menggunakan gelas ukur
secara perlahan agar tidak mengganggu aktifitas larva.
Kegiatan penyifonan dan penggantian air sebanyak 20-30% dari volume
wadah, kegiatan ini dilakukan tergantung dari kualitas air itu sendiri. Jika air
pemeliharaan larva terlihat keruh dan terdapat endapan kotoran ataupun larva yang
mati maka perlu dilakukan penyifonan dan sesegera mungkin karena jika dibiarkan
terlalu lama maka akan menurunkan kualitas air pemeliharaan. Selain itu juga
dilakukan pengukuran kualitas air wadah pemeliharaan larva setiap satu bulan
sekali selama kegiatan PKL berlangsung.
46

Parameter-parameter kualitas air yang diamati, seperti suhu, pH, DO, dan
lain-lain. Kisaran nilai parameter kualitas air yang didapatkan yaitu suhu 27.4-
29.6oC, pH 7.5-8.3, dan kandungan oksigen 6.29-8.67 ppm. Kegiatan penyifonan
wadah pemeliharaan larva rainbow boesemani dan pengukuran kualitas air dapat
dilihat pada Gambar 55, serta nilai parameter air ikan rainbow boesemani terlampir
dalam Lampiran 3.

(a) (b)
Gambar 55 Pengelolaan kualitas air pemeliharaan larva rainbow boesemani :
a) penyifonan wadah dan b) pengukuran kualitas air

e. Pencegahan dan Pengobatan Hama Penyakit pada Larva


Pencegahan penyakit dilakukan dengan cara penyifonan dan pergantian air
secara berkala dan menjaga suhu ruangan (27-30ºC). Penyakit yang biasa
menyerang larva rainbow boesemani adalah white spot yang disebabkan oleh
parasit Ichtyopthirius multifilis. Untuk pengobatan penyakit ini dapat menggunakan
garam ikan dengan dosis 0.05 g/L, dan larutan blitz ich dengan dosis 10 tetes/4 L
air. Selama kegiatan PKL berlangsung, larva tidak teridentifikasi penyakit ini
sehingga tidak dilakukan perlakuan pengobatan.

4.2.5 Kultur Pakan Alami (Artemia sp. dan Moina sp.)


Pakan starter setelah kuning telur habis yang diberikan untuk larva ikan
rainbow boesemani adalah pakan alami berupa naupli Artemia sp. karena memiliki
kandungan gizi yang tinggi serta sesuai dengan bukaan mulut larva.
Penetasan cyste dan pemanenan naupli Artemia sp. dilakukan setiap hari pada
pagi hari. Wadah yang digunakan untuk penetasan cyste Artemia sp. berupa gelas
ukur berkapasitas 2 L sebanyak 2 buah, satu untuk penetasan dan satu lagi untuk
wadah naupli Artemia sp. yang sudah dipanen. Cyste Artemia sp. ditetaskan
sebanyak 1 gram lalu dilakukan pemberian garam dengan dosis 25 g/L
menggunakan 2 L air, kemudian diberikan aerasi kuat selama 24 jam. Pemanenan
naupli artemia dilakukan setelah 24 jam dari proses awal kultur. Naupli Artemia sp.
yang sudah dapat dipanen terlihat perubahan warna pada toples penetasan,
sebelumnya berwarna coklat berubah menjadi warna oranye kemerahan. Proses
pemanenan dilakukan dengan cara mematikan aerasi atau mengangkat aerasi keluar
dari toples penetasan artemia kemudian toples dimiringkan dengan kemiringan
sekitar 30-40o menggunakan pipa paralon berdiameter 5 cm. Setelah itu pada sisi
47

bawah toples diberi pencahayaan pada satu titik dan dibiarkan selama 5-10 menit
sampai naupli Artemia sp. benar-benar berkumpul di sekitar titik cahaya tersebut.
Peletakkan wadah dengan cara dimiringkan selain untuk memisahkan cangkang
dengan naupli Artemia sp. kegiatan pemiringan wadah ini juga untuk memudahkan
dalam proses penyifonan naupli Artemia sp.. Pemanenan naupli artemia dilakukan
berulang kali sebanyak 2-3 kali secara perlahan dan hati-hati agar naupli Artemia
sp. benar-benar bersih dari cangkang dan untuk meminimalisir terbawanya
cangkang yang dapat termakan oleh larva. Naupli Artemia sp. yang sudah dipanen,
ditambahkan air tawar sebanyak 1 L kemudian ditambahkan lagi dengan garam
sebanyak 12.5 gram dan diberi aerasi. Pakan alami berupa Moina sp. diberikan
untuk larva berumur 20 hari sampai 30 hari, pada umur tersebut bukaan mulut larva
sudah membesar dan dapat memakan pakan alami berupa Moina sp.. Kegiatan
kultur Moina sp. menggunakan wadah berupa bak beton berukuran 2 x 1.5 x 1 m3.
Persiapan wadah kultur dilakukan dengan cara menyurutkan air yang ada pada
wadah melalui saluran outlet, kemudian wadah kultur dibiarkan kering selama satu
hari. Setelah pengeringan selama satu hari dilakukan pengisian air, pengisian air
menggunakan air tandon, ketinggian air diatur hingga 80 cm, memiliki volume air
2 400 L. Untuk proses selanjutnya dilakukan penebaran pupuk berupa campuran
kotoran ayam kering dengan sekam padi sebanyak 3 kg. Penggunaan pupuk berupa
kotoran ayam tersebut mengandung nutrien-nutrien yang dibutuhkan oleh
zooplankton yang akan dikultur. Untuk proses selanjutnya dilakukan penebaran
inokulan Moina sp. murni sebanyak 500 ml. Untuk pemanenan dilakukan pada hari
ke-10, proses pemanenan dilakukan dengan cara mengambil Moina sp.
menggunakan seser halus, Moina sp. dapat terlihat secara kasat mata yang
berkumpul di permukaan air. Setelah itu, Moina sp. yang di panen ditampung ke
dalam wadah baskom berisi air bersih. Pemanenan dilakukan pada pagi hari pada
jam 06:00-08:00 WIB, atau sore hari pada jam 16:00-18:00 WIB. Kegiatan kultur
pakan alami dapat dilihat pada Gambar 56.

(a) (b) (c)


48

(d) (e)

(f)
Gambar 56 Kultur pakan alami Artemia sp. dan Moina sp. :
a) pemberian cahaya lampu senter agar naupli Artemia sp. berkumpul
pada satu titik, b) naupli Artemia sp. yang telah dipanen, c)
pengeringan wadah kultur Moina sp., d) pengisian air wadah kultur
Moina sp., e) penebaran pupuk dan f) wadah kultur Moina sp. siap
untuk dipanen

4.2.6 Pemeliharaan Benih


a. Persiapan wadah
Kegiatan pendederan benih rainbow boesemani yang telah berumur 22-25
hari menggunakan wadah berupa kontainer plastik berukuran 70 x 35 x 30 cm3.
Sebelum dilakukannya kegiatan pendederan, wadah yang ingin digunakan
dipersiapkan terlebih dahulu, kegiatan persiapan wadah pemeliharaan benih ini
sama seperti kegiatan persiapan wadah pemeliharaan larva hanya saja ketinggian
air diatur hingga 20 cm.

b. Penebaran Benih
Sebelum dilakukannya penebaran benih, dilakukan kegiatan penyortiran
terlebih dahulu, proses sortasi ini berguna untuk menyeragamkan ukuran benih
yang akan ditebar, karena apabila penebaran benih dilakukan dengan ukuran tidak
seragam, pertumbuhan benih tidak akan optimal, serta dilakukan perhitungan
jumlah benih sebelum ditebar di wadah pemeliharaan. Pengambilan benih untuk
dilakukan penyortiran dilakukan dengan hati-hati agar benih tidak mengalami stres.
Benih di tampung didalam wadah berupa baskom berkapasitas 5 L.
Sebelum benih ditebar benih yang berada di wadah penampungan baskom
dipindahkan ke wadah berupa toples plastik kecil untuk dilakukannya proses
penebaran, setelah itu dilakukan aklimatisasi untuk mencegah benih stres dengan
49

cara baskom penampungan benih ditaruh di atas permukaan air kemudian ditebar
secara perlahan sambil memasukan air ke dalam wadah benih hingga benih tersebut
keluar dari baskom dengan sendirinya. Proses aklimatisasi dilakukan selama 5-10
menit. Kegiatan sortasi dan penebaran benih rainbow boesemani dapat dilihat pada
Gambar 57.

(a) (b)
Gambar 57 Sortasi dan penebaran benih rainbow boesemani :
a) sortasi dan b) penebaran benih rainbow boesemani

c. Pemberian Pakan Benih


Selama proses pendederan dilakukan pemberian pakan berupa bloodworm
beku, sebelum diberikan untuk benih, bloodworm dalam keadaan beku dicairkan
terlebih dahulu, cara proses pencairan ini dengan meletakkan bloodworm di dalam
seser, lalu dialirkan dengan air bersih. Proses pencairan ini selain berguna untuk
memudahkan dalam proses pemberian pakan juga dapat membersihkan kotoran-
kotoran yang menempel pada bloodworm. Pemberian pakan untuk benih rainbow
boesemani dilakukan secara ad satiation atau sekenyangnya, indikasi bahwa benih
sudah kenyang dapat ditandai dengan respon pakan yang diberikan sudah tidak
dimakan lagi oleh benih. Frekuensi pemberian pakan untuk benih yaitu sebanyak
dua kali sehari pada pagi hari pukul 08:00 WIB dan pada sore hari pukul 15:00
WIB. Kegiatan pencairan bloodworm dan pemberian pakan benih rainbow
boesemani dapat dilihat pada Gambar 58.

(a) (b) (c)


Gambar 58 Pencairan bloodworm dan pemberian pakan :
a) pencairan bloodworm, b) bloodworm yang telah dicairkan,
c) pemberian pakan untuk benih rainbow boesemani

d. Pengelolaan Kualitas Air Pemeliharaan Benih


Pengelolaan kualitas air yang dilakukan pada wadah pemeliharaan benih
yaitu dengan cara penyifonan sebanyak 30%-50% dari total volume air secara
50

berkala setiap senin, rabu, jumat atau tergantung pada kualitas air itu sendiri, jika
air pemeliharaan sudah keruh dan banyak terdapat kotoran di dasar wadah maka
penyifonan dan pergantian air sesegera mungkin dilakukan. Pergantian air
menggunakan air yang sudah di tandon selama 48 jam, dengan ketinggian air diatur
hingga 20 cm. Pengontrolan kualitas air juga dilakukan dengan cara mengukur
parameter-parameter kualitas air seperti suhu, pH, DO, dan yang lainnya. Kisaran
nilai kualitas air pada pemeliharaan, yaitu suhu 27.8-28.6oC, pH 6.8-7.5, dan
kandungan oksigen 6.47-7.27 ppm. Nilai parameter kualitas air selama
pemeliharaan telah disajikan pada Lampiran 3.

e. Pencegahan dan Pengobatan Hama Penyakit pada Benih


Penyakit dapat muncul oleh beberapa faktor, diantaranya akibat ikan, pakan,
dan lingkungan. Selama kegiatan PKL berlangsung, tidak ditemukan benih
terserang penyakit. Pencegahan yang dilakukan agar benih tidak terserang penyakit
hanya menjaga kestabilan kualitas air itu sendiri dengan cara penyifonan secara
berkala dan pergantian air serta pemberian pakan yang teratur dan berkualitas.

f. Pemantauan Perumbuhan dan Populasi Ikan


Sampling pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan benih ikan
pelangi, yang dilakukan setiap 14 hari sekali. Sampel benih yang diamati sebanyak
10 ekor yang diambil secara acak. Sampling pertumbuhan dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan benih, parameter yang diukur yaitu panjang total dan
bobot benih. Sampling dilakukan dengan cara mengambil ikan terlebih dahulu pada
wadah pemeliharaan menggunakan seser/saringan dan dimasukkan ke dalam
baskom yang sudah berisi air. Sebelumnya disiapkan juga wadah berupa baskom
untuk pemulihan ikan. Satelah itu dilakukan anastesi pada benih yang akan
disampling menggunakan phenoxy ethanol dengan dosis 0.3 ml/L. Kemudian benih
dimasukkan ke larutan phenoxy ethanol selama 1-2 menit, lalu diangkat dan
diletakkan diatas milimeterblock untuk diukur panjang total dan dicatat. Setelah itu,
ikan diangkat dan ditimbang menggunakan timbangan digital dan dicatat. Ikan
dimasukkan ke baskom yang berisikan air pemulihan yang diaerasi kuat dan
dimasukkan kembali ke wadah pemeliharaan. Proses penyamplingan harus
dilakukan dengan cepat agar ikan tidak terlalu lama berada diluar air. Kegiatan
pengukuran panjang total dan penimbangan bobot benih rainbow boesemani dapat
dilihat pada Gambar 59 sedangkan data pemantauan pertumbuhan benih ikan
rainbow boesemani telah disajikan pada Lampiran 4.

(a) (b)
Gambar 59 Pemantauan pertumbuhan benih rainbow boesemani :
a) pengukuran panjang total dan b) penimbangan bobot
51

Pada akhir pemeliharaan didapatkan nilai Survival Rate (SR%) yang dapat
dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai Survival Rate (SR%) yang didapatkan setelah akhir pemeliharaan
∑ Telur (butir) FR (%) HR (%) SR (%) D79
7 136 83.43 80.1 92.33

Dari tabel tersebut diperoleh jumlah telur sebanyak 7 136 dari hasil pemijahan
selama 30 hari, dimana data tersebut dihasilkan dari proses sampling sebanyak 5
akuarium pemijahan yang memakai 10 ekor induk jantan dan betina, dengan sex
ratio yang digunakan 1:1 (1 jantan : 1 betina). Jumlah telur tersebut telah dikalikan
dengan jumlah induk betina yang digunakan selama pemijahan yaitu sebanyak 20
ekor induk betina. Dimana hasil FR dan HR tersebut menggunakan rataan hasil
sampling sebanyak 5 akuarium pemijahan, dan mendapatkan hasil akhir tingkat
kelangsungan hidup sebesar 92.33%.

g. Pemanenan Benih
Pemanenan dilakukan apabila benih ikan pelangi telah mencapai ukuran akhir
sesuai yang diinginkan atau telah mencapai ukuran pasar, yaitu 1–2 inci, akan tetapi
hasil akhir dari pemeliharaan hanya mendapatkan ukuran sebesar 1 inci, karena
pertumbuhan ikan pelangi ini dapat dikatakan lambat dari jenis ikan hias lainnya.
Proses pemanenan yang dilakukan dengan cara menyerok benih dengan hati-hati
agar benih tidak luka atau stres, selanjutnya dilakukan pensortiran benih. Benih
yang telah dipanen dan disortir kemudian dilakukan pengepakan. Proses
pengepakan dilakukan dengan cara benih-benih ikan dimasukkan ke dalam kantong
plastik packing berukuran 60 x 40 cm2. Sebelumnya plastik packing disiapkan
terlebih dahulu dengan dibuat dua rangkap plastik yang bagian sisi-sisi ujung
bawahnya diikat menggunakan karet kemudian dibalik, hal ini bertujuan untuk
mencegah adanya sudut mati yang dapat menyebabkan ikan terjepit dan mengalami
kematian pada saat pengiriman. Setelah itu, plastik packing yang telah berisi benih
ikan diberi oksigen dan air dengan perbandingan 2:1 dengan kepadatan satu buah
kantong plastik packing sebanyak 80 – 150 ekor/plastik packing. Setelah itu plastik
packing diikat dengan kuat menggunakan karet gelang. Proses penyortiran benih
dan pengepakan benih ikan rainbow boesemani dapat dilihat pada Gambar 60.

(a) (b)
Gambar 60 Penyortiran benih dan pengepakan benih ikan rainbow boesemani :
a) penyortiran benih dan b) proses pengepakan
52

4.2.7 Transportasi
Sistem pengangkutan di BPPBIH menggunakan sistem tertutup karena ikan
yang diangkut merupakan komoditas ikan hias, alat transportasi yang digunakan
berupa mobil, pengiriman dilakukan apabila jumlah pesanan terbilang banyak, jika
jumlah pesanan terbilang sedikit biasanya konsumen akan secara langsung datang
ke lokasi untuk membawanya sendiri. Setelah proses pengepakan selesai, plastik
packing dimasukan ke dalam wadah box sterofoam yang berukuran 80 x 30 x 30
cm3, wadah ini dapat memuat kantong plastik packing berukuran 60 x 40 cm2
sebanyak 6-8 kantong. Setelah kantong dimasukan dilakukan pemberian es batu di
dalam wadah tersebut dengan cara es batu di hancurkan terlebih dahulu lalu
dimasukan kedalam plastik kecil yang diikat lalu dilapisi dengan kertas koran.
Pemberian es batu untuk proses pengiriman bertujuan untuk meminimalisir
terjadinya peningkatan suhu saat proses pengiriman, yang akan mengakibatkan ikan
dalam plastik packing akan mengalami stres, selain itu juga dapat menekan laju
metabolisme ikan yang dikirim. Proses pengangkutan dan pengiriman sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari untuk meminimalisir ikan mengalami stres akibat
suhu yang panas jika pengangkutan dilakukan pada siang hari. Sistem pengepakan
dan transportasi benih rainbow boesemani dapat dilihat pada Gambar 61.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 61 Sistem pengepakan dan transportasi benih rainbow boesemani :
a) plastik packing yang berada dalam wadah box sterofoam,
b) pemberian es batu, c) penutupan wadah box sterofoam dan
d) benih siap untuk dikirim
53

5 PEMASARAN

5.1 Pembenihan dan Pendederan

5.1.1 Ikan Black Ghost Apteronotus albifrons


Proses pemasaran ikan black ghost ini tidak terlalu sulit, karena pasar untuk
ikan black ghost sendiri sangat banyak dan luas. Hal ini dikarenakan jumlah
pembudidaya ikan black ghost terbilang masih sedikit, tidak sesuai dengan jumlah
permintaannya yang sangat banyak. Ikan black ghost merupakan ikan hias yang
mempunyai harga yang cukup tinggi dan stabil dipasaran, sampai saat ini ikan black
ghost masih menjadi ikan yang populer dikalangan penghobi ikan hias. Ukuran dan
harga benih ikan black ghost yang dijual beragam, yaitu untuk ukuran benih 1 inci
harganya Rp 900, benih ukuran 2 inci Rp 1 800, ukuran 3 inci Rp 2 100, dan benih
ukuran lebih dari 3 inci (calon induk) Rp 20 000, untuk penjualan lokal.

5.1.2 Ikan Rainbow Boesemani Melanotaenia boesemani


Ikan pelangi khususnya rainbow boesemani dalam proses pemasarannya
tidak terlalu sulit, karena ikan ini masih jarang di pasaran dan jumlah pembudidaya
ikan rainbow boesemani ini terbilang masih sedikit dikarenakan masih belum
banyak yang mengetahui cara budidaya ikan ini, sehingga tidak sesuai dengan
jumlah permintaannya yang cukup banyak. Ikan pelangi jenis boesemani ini
memiliki harga paling tinggi dipasaran dibandingkan ikan pelangi jenis praecox
(Melanotaenia praecox) dan red (Glosolepis incisus). Ukuran dan harga benih ikan
rainbow boesemani yang dijual beragam, yaitu untuk ukuran benih 1 inci harganya
Rp 2 500, sedangkan untuk benih ukuran 2 inci seharga Rp 5 000, untuk penjualan
lokal.
54

6 ASPEK USAHA

6.1 Analisis Usaha Ikan Black ghost

6.1.1 Biaya Investasi dan Penyusutan


Biaya investasi merupakan biaya awal yang dikeluarkan untuk menyediakan
perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk suatu usaha yang bersifat tidak
habis dipakai dalam 1 kali pemakaian atau proses produksi dan dalam jangka waktu
yang lama. Biaya penyusutan adalah alokasi biaya investasi selama satu tahun.
Sedangkan penyusutan merupakan alokasi dana dari biaya investasi selama satu
tahun.
Nilai sisa menggunakan asumsi berdasarkan umur teknis dan jenis komponen.
Jika komponen memiliki umur teknis 2-5 tahun maka persentase nilai sisanya
menggunakan 10%, sedangkan komponen berumur teknis diatas 5 tahun
menggunakan asumsi persentase nilai sisa 5%. Biaya investasi yang tertulis tidak
termasuk alat transportasi berupa mobil.
Total biaya investasi yang dikeluarkan untuk budidaya ikan black ghost di
BPPBIH pada usaha pembenihan sebesar Rp 26 965 000 dan biaya penyusutan
sebesar Rp 3 258 700. Sedangkan untuk usaha pendederan ikan black ghost, total
biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 22 940 000 dan biaya penyusutan
sebesar Rp 2 396 450. Rincian biaya investasi pada pembenihan dan pendederan
ikan black ghost disajikan pada Tabel 8 dan 9.
55

Tabel 8 Biaya investasi dan penyusutan kegiatan pembenihan ikan black ghost
No. Komponen Jumlah Satuan Join cost Harga satuan Join cost Jumlah UT Nilai sisa Penyusutan
Jumlah Satuan (Rp) (Rp) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp)
1 Hanggar(*) 450 m² 35 m² 150 000 000 11 670 000 11 670 000 10 583 500 1 108 650
2 Sumur bor(*) 1 Unit 20 % 5 000 000 1 000 000 1 000 000 10 100 000
3 Tandon (6 x 5 x 1 m3) (*) 1 Buah 20 % 3 000 000 600 000 600 000 10 30 000 57 000
4 Induk (@ jantan:betina 3:2) 6 Set 150 000 900 000 3 90 000 270 000
5 Akuarium induk (80 x 40 x 40 cm3) 6 Unit 100 000 600 000 3 60 000 180 000
6 Akuarium telur dan larva (40 x 40 x 30 cm3) 4 Unit 70 000 280 000 3 28 000 84 000
8 Akuarium benih (50 x 40 x 40 cm3) 6 Unit 80 000 480 000 3 48 000 144 000
9 Rak besi akuarium induk (165x 40 x 120 cm3) 3 Buah 350 000 1 050 000 10 52 500 99 750
10 Pompa air(*) 1 Buah 20 % 800 000 160 000 160 000 5 16 000 28 800
11 Blower 1 Buah 20 % 3 000 000 600 000 600 000 5 60 000 108 000
12 Freezer(*) 1 Buah 20 % 1 500 000 300 000 300 000 5 30 000 54 000
13 Genset(*) 1 Buah 20 % 3 000 000 600 000 600 000 5 60 000 108 000
14 Instalasi listrik 1 Unit 1 200 000 1 200 000 10 60 000 114 000
15 Instalasi aerasi 1 Unit 500 000 500 000 5 50 000 90 000
16 Tabung oksigen(*) 1 Buah 20 % 1 500 000 300 000 300 000 5 30 000 54 000
17 bak kultur Moina sp (2 x 2 x 1.5 m3) (*) 1 Unit 1 000 000 1 000 000 5 100 000 180 000
19 Baskom 6 Buah 15 000 90 000 2 45 000
20 Seser kecil 1 Buah 5 000 5 000 2 2 500
21 Seser sedang 1 Buah 10 000 10 000 2 5 000
22 Seser besar 1 Buah 15 000 15 000 2 7 500
23 Selang sifon diameter 2 inci 1 Meter 35 000 35 000 2 17 500
24 Selang sifon diametere 1 inci 1 Meter 30 000 30 000 2 15 000
25 Selang sifon diameter 0.5 cm 1 Meter 20 000 20 000 2 10 000
26 Toples 2 Buah 10 000 20 000 2 10 000
27 Pakis 40 Buah 5 000 200 000 2 100 000
28 Rak besi akuarium benih (1,2 x 0,4 x 1,6 m3) 1 Buah 300 000 300 000 10 15.000 28 500
Total 21 965 000 3 021 200

Keterangan : (*) = Join cost

55
56

Tabel 9 Biaya investasi dan penyusutan kegiatan pendederan ikan black ghost

56
No. Komponen Jumlah Satuan Join cost Harga satuan Join cost Jumlah UT Nilai sisa Penyusutan
Jumlah satuan (Rp) (Rp) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp)
1 Hanggar(*) 450 m² 35 m² 150 000 000 11 670 000 11 670 000 10 583 500 1 108 650
2 Sumur bor(*) 1 Unit 20 % 5 000 000 1 000 000 1 000 000 10 100 000
3 Tandon (6 x 5 x 1 m3) (*) 1 Buah 20 % 3 000 000 600 000 600 000 10 30 000 57 000
3
4 Akuarium benih (50 x 40 x 40 cm ) 6 Buah 80 000 480 000 3 48 000 144 000
5 Rak besi akuarium benih (1,2 x 0.4 x 1.2 m3) 1 Buah 300 000 300 000 10 15 000 28 500
6 Pompa air(*) 1 Buah 20 % 800 000 160 000 160 000 5 16 000 28 800
7 Hi-blow 1 Buah 650 000 650 000 5 65 000 117 000
8 Freezer(*) 1 Buah 20 % 1 500 000 300 000 300 000 5 30 000 54 000
9 Genset(*) 1 Buah 20 % 3 000 000 600 000 600 000 5 60 000 108 000
10 Instalasi listrik 1 Unit 1 200 000 1 200 000 10 60 000 114 000
11 Instalasi aerasi 1 Unit 500 000 500 000 5 50 000 90 000
12 Tabung oksigen(*) 1 Buah 20 % 1 500 000 300 000 300 000 5 30 000 54 000
14 Baskom 6 Buah 20 000 120 000 1 120 000
15 Seser 1 Buah 10 000 10 000 1 10 000
16 Selang sifon diameter 2 inci 1 Meter 50 000 50 000 2 25 000
Total 17 940 000 2 158 950

Keterangan : (*) = Join cost


57

6.1.2 Biaya Tetap


Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan selama satu tahun dengan
ada ataupun tidak adanya produksi. Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh
BPPBIH selama satu tahun untuk kegiatan pembenihan ikan black ghost sebesar Rp
23 314 700. Sedangkan untuk usaha pendederan ikan black ghost biaya tetap yang
dikeluarkan sebesar Rp 19 296 450 . Rincian biaya tetap pada pembenihan dan
pendederan ikan black ghost dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11.

Tabel 10 Biaya tetap kegiatan pembenihan ikan black ghost


No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan Harga total Jumlah/tahun
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Total penyusutan 3 021 200
2 Gaji pegawai 1 Orang 1 200 000 1 200 000 14 400 000
3 Listrik 1 Bulan 100 000 100 000 1 200 000
4 Pulsa telepon 1 Bulan 100 000 100 000 1 200 000
5 Cacing tanah induk 5 Kg 35 000 175 000 2 100 000
6 Bloodworm induk 4 Kg 22 000 88 000 1 056 000
7 PBB 1 Tahun 100 000 100 000
Total 23 077 200

Tabel 11 Biaya tetap kegiatan pendederan ikan black ghost


No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan Harga total Jumlah/tahun
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Total penyusutan 2 158 950
2 Gaji pegawai 1 Orang 1 200 000 1 200 000 14 400 000
3 Listrik 1 Bulan 100 000 100 000 1 200 000
4 Pulsa telepon 1 Bulan 100 000 100 000 1 200 000
5 PBB 1 Tahun 100 000 100 000
Total 19 058 950
58

6.1.3 Biaya Variabel


Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan
perubahan volume produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan apabila
jumlah produksi berkurang atau bertambah. Total biaya variabel yang dikeluarkan
oleh BPPBIH selama satu tahun untuk usaha pembenihan sebesar Rp 5 510 000.
Sedangkan untuk usaha pendederan sebesar Rp 3 616 800. Rincian biaya variabel
pada pembenihan dan pendederan ikan black ghost disajikan pada Tabel 12 dan 13.

Tabel 12 Biaya variabel kegiatan pembenihan ikan black ghost


No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan Harga total Jumlah/tahun
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Artemia sp. 168 gram 1 600 268 800
2 Tubifex sp. 16 Takar 5 000 80 000 960 000
3 Garam 2 Kg 1 800 3 600 43 200
4 Methylene Blue 5 gram 800 4 000 48 000
5 Pupuk kandang 4 Kg 3 000 12 000 144 000
6 Plastik packing 1 Pcs 14 000 14 000 168 000
7 Karet 1 Pcs 5 000 5 000 60 000
9 Box sterofoam 3 Buah 30 000 90 000 1 080 000
10 bensin genset 5 Liter 7 400 37 000 444 000
11 isi tabung oksigen 1 Tabung 80 000 80 000 80 000
Total 3 296 000

Tabel 13 Biaya variabel kegiatan pendederan ikan black ghost


No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan Harga total Jumlah/tahun
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Cacing sutra 14 Takar 5 000 70 000 770 000
2 Garam 504 gram 900 900 9 900
3 Methylene Blue 2 gram 800 1 600 17 600
4 Plastik packing 1 Pcs 14 000 14 000 154 000
5 Karet 1 Pcs 5 000 5 000 55 000
6 Isi tabung gas O² 1 Tabung 80 000 80 000 880 000
8 Bensin genset 5 Liter 7 400 37 000 407 000
Total 2 293 500
59

6.1.4 Biaya Total (TC)


Biaya total merupakan total biaya yang dikeluarkan selama 1 tahun produksi.
Biaya total dari kegiatan pembenihan ikan black ghost di BPPBIH yaitu,

Total Biaya Pembenihan = Total Biaya Tetap + Total Biaya Variabel


= Rp 23 077 200 + Rp 3 296 000
= Rp 26 373 200

Sedangkan biaya total dari kegiatan pendederan ikan black ghost di


BPPBIH yaitu,

Total Biaya Pendederan = Total Biaya Tetap + Total Biaya Variabel


= Rp 19 058 950 + Rp 2 293 500
= Rp 21 352 450

6.1.5 Penerimaan (TR)


Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan ke
konsumen.

 Dalam 1 siklus ada 12 ekor induk betina yang dipijahkan; dalam 1 bulan ada
1 siklus, 1 tahun ada 12 siklus.

 Rata-rata jumlah telur yang dihasilkan 1 ekor induk betina adalah 750 butir
telur.
FR = 84.14% x 750 butir = 631 butir
HR = 79.59% x 631 butir = 502 ekor larva
SRlarva = 88.93% x 502 ekor = 446 ekor larva
SRbenih = 93.73% x 446 ekor = 418 ekor benih

 Produksi 1 siklus = 418 ekor benih x 12 ekor induk betina


= 5 016 ekor benih

 Produksi 1 tahun = Hasil produksi 1 siklus x jumlah siklus


= 5 016 ekor x 12
= 60 192 ekor

 Penjualan tiap 1 siklus = 3 500 ekor


 Penjualan tiap 1 tahun = penjualan tiap 1 siklus x jumlah siklus
= 3 500 ekor x 12 siklus
= 42 000

 Harga benih 1 inci = Rp 900,-


 Harga benih 2 inci = Rp 1 800,-
 Total penerimaan = TR x Q
Per tahun = produksi per tahun x harga (1 inci)
= 42 000 x Rp 900
= Rp 37 800 000
60

SRbenih 2 inci = 95% x 1 516 ekor = 1 440 ekor benih

 Dalam 1 tahun ada 11 siklus.


 Produksi 1 tahun = Hasil produksi 1 siklus x jumlah siklus
= 1 440 x Rp 11
= 15 840 ekor
Per tahun = produksi per tahun x harga (2 inci)
= 15 840 ekor x Rp 1 800
= Rp 28 512 000

Jadi total penerimaan pembenihan ikan black ghost di BPPBIH selama 1


tahun adalah Rp 37 800 000, sedangkan total penerimaan dari kegiatan pendederan
sebesar Rp 28 512 000.

6.1.6 Keuntungan
Keuntungan merupakan jumlah uang yang diterima dari total penerimaan
setelah dikurangi biaya total selama satu tahun produksi. Keuntungan diperoleh
jika selisih antara pendapatan dan total biaya bernilai positif.

Keuntungan Pembenihan = TR – TC
= Rp 37 800 000 – Rp 26 373 200
= Rp 11 426 800/tahun

Keuntungan Pendederan = TR – TC
= Rp 28 512 000 – Rp 21 352 450
= Rp 7 159 550/tahun

6.1.7 R/C Ratio


Analisis R/C ratio merupakan parameter yang digunakan untuk melihat
kelayakan usaha dari pendapadan suatu usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang
dipakai selama kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai R/C rasio
lebih dari 1.
Penerimaan
R/C Pembenihan =
BiayaTotal
Rp 37 800 000
=
Rp 26 373 200
= 1.43

Penerimaan
R/C Pendederann =
BiayaTotal
Rp 28 512 000
=
Rp 21 352 450
= 1.33
61

Jadi setiap Rp 1.0 biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pembenihan akan
menghasilkan penerimaan Rp 1.43 dengan keuntungan Rp 0.43. Sedangkan biaya
yang dikeluarkan untuk kegiatan pendederan akan menghasilkan penerimaan Rp
1.33 dengan keuntungan Rp 0.33.

6.1.8 Break Event Point (BEP)


BEP merupakan parameter analisis yang digunakan untuk mengetahui batas
nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik impas. Usaha
dinyatakan layak apabila nilai BEP produksi dan nilai BEP harga lebih kecil dari
jumlah produksi dan harga yang berlaku.

 Kegiatan Pembenihan

Biaya Tetap
BEP(unit) = biaya variabel
Harga/ekor-( )
jml.produksi
𝑅𝑝 23 077 200
= 𝑅𝑝 3 296 000
𝑅𝑝 900/𝑒𝑘𝑜𝑟−( 42 000 𝑒𝑘𝑜𝑟 )
Rp 23 077 200
=
821

= 28 108 ekor
Titik impas akan dicapai jika berhasil menjual benih ikan black ghost
sebanyak 28 108 ekor.

Biaya Tetap
BEP(Rp) = biaya variabel
1-( penerimaan )

Rp 23 077 200
= Rp 3 296 000
1-( )
Rp 37 800 000
= Rp 25 276 232
Titik impas akan dicapai pada hasil penjualan Rp 25 276 232.

 Kegiatan Pendederan

Biaya Tetap
BEP(unit) = biaya variabel
Harga/ekor-( jml.produksi )

Rp 19 058 950
= Rp 2 293 500
Rp 1 800/ekor-( 15 840 ekor )
= 11 509 ekor
Titik impas akan dicapai jika berhasil menjual benih ikan black ghost
sebanyak 11 509 ekor.
62

Biaya Tetap
BEP(Rp) = biaya variabel
1-( penerimaan )

Rp 19 058 950
= Rp 2 293 500
1-(Rp 28 512 000)

= Rp 20 716 250
Titik impas akan dicapai pada hasil penjualan Rp 20 716 250.

6.1.9 Harga Pokok Penjualan (HPP)


HPP adalah dimana jumlah harga penjualan produksi berada pada titik
terendah.

 Kegiatan Pembenihan

Total Biaya Produksi


HPP =
Jumlah Produksi
Rp 26 373 200
=
42 000 ekor
= Rp 627/ekor

 Kegiatan Pendederan

Total Biaya Produksi


HPP =
Jumlah Produksi
Rp 21 352 450
=
15 840 ekor
= Rp 1 348/ekor

6.1.10 Payback Periode (PP)


PP merupakan periode masa kembalinya modal yang merupakan
perbandingan antara biaya investasi dengan keuntungan yang diperoleh setiap
tahunnya.

 Kegiatan Pembenihan
Investasi
PP = ×Tahun
Keuntungan
Rp 21 965 000
= ×1
Rp 11 426 800
= 1.92 tahun
63

 Kegiatan Pendederan
Investasi
PP = ×Tahun
Keuntungan
Rp 17 940 000
= ×1
Rp 7 159 550
= 2.50 tahun

Tabel 14 Aspek usaha ikan black ghost Apteronotus albifrons di BPPBIH,


Depok, Jawa Barat
Aspek Usaha Pembenihan Pendederan
Biaya Investasi Rp 21 965 000 Rp 17 940 000
Biaya Tetap Rp 23 077 200 Rp 19 058 950
Biaya Variabel Rp 3 296 000 Rp 2 293 500
Biaya Total Rp 26 373 200 Rp 21 352 450
Penerimaan Rp 37 800 000 Rp 28 512 000
Keuntungan Rp 11 426 800 Rp 7 159 550
R/C Ratio 1.43 1.33
BEP (Unit) 28 108 ekor 11 509 ekor
BEP (Rp) Rp 25 276 232 20 716 250
PP 1.92 tahun 2.50 tahun
HPP Rp 627/ekor Rp 1 348/ekor

6.2 Analisis Usaha Ikan Rainbow boesemani

6.2.1 Biaya Investasi dan Penyusutan


Biaya investasi merupakan biaya awal yang dikeluarkan untuk menyediakan
perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk suatu usaha yang bersifat tidak
habis dipakai dalam 1 kali pemakaian atau proses produksi dan dalam jangka waktu
yang lama. Biaya penyusutan adalah alokasi biaya investasi selama satu tahun.
Sedangkan penyusutan merupakan alokasi dana dari biaya investasi selama satu
tahun. Biaya investasi yang tertulis tidak termasuk biaya alat transportasi berupa
mobil.
Nilai sisa menggunakan asumsi berdasarkan umur teknis dan jenis komponen.
Jika komponen memiliki umur teknis 2-5 tahun maka persentase nilai sisanya
menggunakan 10%, sedangkan komponen yang berumur teknis diatas 5 tahun
menggunakan asumsi persentase nilai sisa 5%. Total biaya investasi yang
dikeluarkan BPPBIH sebesar Rp 120 025 000 dengan biaya penyusutan sebesar Rp
12 860 000 dapat dilihat pada Tabel 15.
64

Tabel 15 Biaya investasi dan penyusutan kegiatan budidaya ikan rainbow boesemani

64
Join cost Harga satuan Join cost Jumlah Nilai sisa Penyusutan
No. Komponen Jumlah Satuan jumlah Satuan (Rp) (Rp) (Rp) UT (Tahun) (Rp) (Rp)
1 Hatchery 200 m² 90 000 000 90 000 000 10 4 500 000 8 550 000
2 Sumur bor 1 Meter 5 000 000 5 000 000 10 250 000 475 000
3 Tandon (3 x 2 x 1 m3) 1 Buah 1 000 000 1 000 000 10 50 000 95 000
4 Induk jantan 20 Ekor 50 000 1 000 000 3 100 000 300 000
5 induk betina 20 Ekor 40 000 800 000 3 80 000 240 000
6 bak induk (2.5 x 2.5 x 1m3) 1 Unit 500 000 500 000 5 50 000 90 000
8 Akuarium pemijahan (50 x 50 x 50 cm3) 20 Buah 90 000 1 800 000 5 180 000 324 000
9 Resirkulasi 1 Unit 1 500 000 1 500 000 5 150 000 270 000
10 rak akuarium pemijahan (250 x 60 x 100 cm3) 4 Buah 300 000 1 200 000 5 120 000 216 000
11 kontainer (40 x 25 x 25 cm3) 20 Buah 60 000 1 200 000 5 120 000 216 000
13 Genset 1 Buah 1 500 000 1 500 000 10 75 000 142 500
14 Instalasi listrik 1 Unit 1 500 000 1 500 000 10 150 000
15 pompa air 1 Unit 1 200 000 1 200 000 10 60 000 114 000
16 hi-blow dan instalasi aerasi 1 Unit 1 500 000 1 500 000 5 150 000 270 000
17 pompa celup 1 Buah 350 000 350 000 5 35 000 63 000
18 bak kultur Moina sp. (1.5 x 1.5 x 1m3) 1 Unit 300 000 300 000 5 30 000 54 000
19 Baskom 50 Buah 12 500 625 000 2 312 500
20 Seser kecil 2 Buah 5 000 10 000 2 5 000
21 Seser sedang 2 Buah 10 000 20 000 2 10 000
22 Gelas ukur 2 L 2 Buah 20 000 40 000 2 20 000
23 Centong 2 Buah 10 000 20 000 2 10 000
24 tali rafia 2 Meter 10 000 20 000 2 10 000
25 Selang sifon diameter 0.5 cm 1 Meter 5 000 5 000 5 1 000
26 selang sifon 3/4 inci 1 Meter 10 000 10 000 5 2 000
27 Selang 1 inci 5 Meter 15 000 75 000 5 15 000
28 timbangan digital 1 Buah 250 000 250 000 5 25 000 45 000
29 tabung oksigen 1 Unit 20 % 1 500 000 300 000 300 000 10 15 000 28 500
30 Freezer 1 Buah 1 500 000 1 500 000 5 150 000 270 000
31 kontainer (70 x 35 x 30 cm3) 20 Buah 90 000 1 800 000 5 180 000 324 000
Total 115 025 000 12 622 500

Keterangan : (*) = Joint cost


65

6.2.2 Biaya Tetap


Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan selama satu
tahun dengan ada ataupun tidak adanya produksi yang berjalan. Total biaya tetap
yang dikeluarkan oleh BPPBIH selama satu tahun untuk kegiatan budidaya ikan
Rainbow boesemani sebesar Rp 51 383 760.

Tabel 16 Biaya tetap kegiatan budidaya ikan rainbow boesemani


No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan Jumlah
(Rp) (Rp)/tahun
1 Total penyusutan 12 622 500
2 Gaji pegawai 1 Orang 2 400 000 28.800 000
3 Listrik 1 Bulan 133 980 1 607 760
4 Pulsa telepon 1 Bulan 100 000 1 200 000
6 Bloodworm induk 45 Lempeng 11 000 5 940 000
7 PBB 1 Tahun 100 000 100 000
8 Biaya perawatan 1 Bulan 100 000 1 200 000
Total 51 470 260

6.2.3 Biaya Variabel


Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan hanya saat ada kegiatan
produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan apabila jumlah produksi
berkurang atau bertambah. Total biaya variabel untuk kegiatan budidaya ikan
Rainbow boesemani yang dikeluarkan oleh BPPBIH selama satu tahun sebesar Rp
7 288 500.

Tabel 17 Biaya variabel kegiatan budidaya ikan rainbow boesemani


No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan Harga total Jumlah
(Rp) (Rp) (Rp)/tahun
1 Artemia sp. 200 gram 1 600 320 000
3 Garam 1,5 Kg 1 800 2 700 27 000
4 Blitz ich 1 Botol 15 000 15 000 150 000
5 Pupuk kandang 3 Kg 3 000 9 000 90 000
6 Plastik packing 2 Pcs 14 000 28 000 280 000
7 Karet 1 Pcs 5 000 5 000 50 000
8 OTC 25 gram 450 11 250 112 500
9 Phenoxy 1,5 Ml 1 000 1 500 15 000
10 isi ulang oksigen 1 Tabung 80 000 80 000 80 000
11 bensin genset 10 Liter 7 400 74 000 74 000
12 bloodworm benih 35 Lempeng 11 000 385 000 3 850 000
13 box sterofoam 5 Buah 30 000 150 000 1 500 000
Total 761 450 6 548 500

6.2.4 Biaya Total (TC)


Biaya total merupakan total biaya yang dikeluarkan selama 1 tahun produksi.
Rincian biaya total dari kegiatan budidaya ikan rainbow boesemani di BPPBIH
yaitu :

Total Biaya = Total Biaya Tetap + Total Biaya Variabel


= Rp 51 470 260 + Rp 6 548 500
= Rp 58 018 760
66

6.2.5 Penerimaan (TR)


Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan ke
konsumen.

 Dalam 1 siklus ada 20 ekor induk betina yang dipijahkan, dalam 1 tahun ada 10
siklus.

 Jumlah telur yang dihasilkan adalah 7 136 butir telur.


FR = 83.43% x 7 136 butir = 5 953 butir
HR = 80.1% x 5 953 butir = 4 768 ekor larva
SR = 92.33% x 4 768 ekor = 4 402 ekor benih

 Produksi 1 tahun = Hasil produksi 1 siklus x 10 siklus


= 4 402 ekor x 10
= 44 020 ekor

 Harga benih 1 inci = Rp 2 500

 Total penerimaan pembenihan = TR x Q


Per tahun = hasil produksi selama 10 siklus x harga (1
inci)
= 44 020 x Rp 2 500
= Rp 110 050 000

6.2.6 Keuntungan
Keuntungan merupakan jumlah uang yang diterima dari total penerimaan
setelah dikurangi biaya total selama satu tahun produksi. Keuntungan diperoleh
jika selisih antara pendapatan dan total biaya bernilai positif.

Keuntungan = TR – TC
= Rp 110 050 000 – Rp 58 018 760
= Rp 52 031 240/tahun

6.2.7 R/C Ratio


Analisis R/C ratio merupakan parameter yang digunakan untuk melihat
kelayakan usaha dari pendapatan suatu usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang
dipakai selama kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai R/C ratio
lebih dari 1.

Penerimaan
R/C =
BiayaTotal
Rp 110 050 000
=
Rp 58 018 760
= 1.89
67

Jadi setiap Rp 1.0 biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan budidaya ikan
rainbow boesemani akan menghasilkan penerimaan Rp 1.89 dengan keuntungan
Rp 0.89.

6.2.8 Break Event Point (BEP)


Merupakan parameter analisis yang digunakan untuk mengetahui batas nilai
produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik impas. Usaha dinyatakan
layak apabila nilai BEP produksi dan nilai BEP harga lebih kecil dari jumlah
produksi dan harga yang berlaku.

Biaya Tetap
BEP(unit) = biaya variabel
Harga/ekor-( jml.produksi )

Rp 51 470 260
= Rp 6 548 500
Rp 2 500/ekor-( 44 020 ekor )
= 21 883 ekor
Titik impas akan dicapai jika berhasil menjual benih ikan rainbow boesemani
sebanyak 21 883 ekor.

Biaya Tetap
BEP(Rp) = biaya variabel
1-( penerimaan )

Rp 51 470 260
= Rp 6 548 500
1-( )
Rp 110 050 000
= Rp 54 179 221

6.2.9 Harga Pokok Penjualan (HPP)


HPP adalah dimana jumlah harga penjualan produksi berada pada titik
terendah.
Total Biaya Produksi
HPP =
Jumlah Produksi
Rp 58 018 760
=
44 020 ekor
= Rp 1 318/ekor

6.2.10 Payback Periode (PP)


PP merupakan periode masa kembalinya modal yang merupakan
perbandingan antara biaya investasi dengan keuntungan yang diperoleh setiap
tahunnya.
68

Investasi
PP = ×Tahun
Keuntungan

Rp 115 025 000


= ×1
Rp 52 031 240

= 2.21 tahun

Tabel 18 Aspek usaha ikan rainbow boesemani Melanotaenia boesemani


di BPPBIH, depok, jawa barat
Aspek Usaha Budidaya
Biaya Investasi Rp 115 025 000
Biaya Tetap Rp 51 470 260
Biaya Variabel Rp 6 548 500
Biaya Total Rp 58 018 760
Penerimaan Rp 110 050 000
Keuntungan Rp 52 031 240
R/C Ratio 1.87
BEP (Unit) 21 883 ekor
BEP (Rp) Rp 54 179 221
PP 2.21
HPP Rp 1 318

7 PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) budidaya ikan black ghost dan
rainbow boesemani yang telah dilakukan secara langsung di Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH) selama 3 bulan telah diperoleh
pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan pemecahan masalah yang ada.
Kegiatan yang dilakukan di BPPBIH untuk 2 komoditas memiliki kriteria tersendiri
dalam budidayanya, dan pada 2 komoditas tersebut dapat dikatakan layak dalam
usaha budidaya setelah dilakukannya analisis aspek usaha keuntungan yang
diperoleh dalam budidaya ikan black ghost pada kegiatan pembenihan Rp 11 426
800, sedangkan pada kegiatan pendederan Rp 7 159 550. Keuntungan dalam
budidaya ikan rainbow boesemani pada kegiatan pembenihan dan pendederan Rp
52 031 240.
.
7.2 Saran

Penyediaan kembali induk yang siap pijah agar terjadinya produksi yang
berkelanjutan, terapkan pola tanam pada masing-masing komoditas agar terjadinya
keberlanjutan dalam kegiatan produksi agar dapat dipasarkan dan menambah
pemasukan keuangan balai.
69

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan I, Lesmana DS. 2004. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Effendi, I, 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Hermawati D. 2008. Prosedur Pemijahan Budidaya Black Ghost (Apteronotus
albifrons). Program Studi Biologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut
Teknologi Bandung: Bandung.
Satyani. 2001. Resirkulasi Air pada Budi Daya Ikan Hias,Laporan Penelitian,
Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bekerja Sama dengan Instalasi
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Jakarta.
Tappin, A.R. 2010. Rainbowfishes Their Care and Keeping In Captivity. Art
Publication.
White, R. 1991. Diagnosis of Aeromonas hydrophila infection in fish.
Newsletter. www. animaldiseasediagnosticlaboratory.com. [diakses pada
tanggal : 4 Mei 2015].
70

LAMPIRAN
71

Lampiran 1 Peta lokasi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias,
Depok, Jawa Barat

Keterangan : BPPBIH berada di Jalan Perikanan No.13 Pancoran Mas, Depok,


Kode Pos 16436
72

Lampiran 2 Data kualitas air ikan black ghost


Sampel air Kisaran
Parameter kualitas air optimal
Tanggal
Kualitas Air Induk Benih Larva Tandon untuk biota
budidaya
17 Februari
6.73 6.12 6.56 8.12
2015
10 Maret
DO (ppm) 6.58 7.28 6.34 8.23
2015 >2.00
7 April (Wardoyo 1975)
6.29 6.47 6.59 7.7
2015
Kisaran DO untuk ikan black 6.29– 6.12– 6.34–
7.7–8.12
ghost di BPPBIH 6.73 6.47 6.59
17 Februari
27.4 27.9 28.3 27.2
2015
10 Maret
Suhu (°C) 28.6 27.5 27.8 26.5
2015 25.0-32.0
7 April (Boyd 1982)
27.7 27.7 29.7 26.8
2015
Kisaran suhu untuk ikan black 27.4– 27.5– 27.8– 26.5–
ghost di BPPBIH 28.6 27.9 29.7 27.2
17 Februari
7.2 7.0 7.0 6.5
2015
10 Maret
pH 6.5 7.2 6.5 6
2015 5-9
7 April (Wardoyo 1981)
7.5 7.0 7.0 6
2015
Kisaran pH untuk ikan black
6.5–7.5 7–7.2 6.5–7.0 6–6.5
ghost di BPPBIH
17 Februari
0.278 0.018 0.246 0.005
2015
10 Maret
NH3 (ppm) 0.342 0.027 0.127 0.004
2015 < 1.00
7 April (Asmawi 1986)
0.309 0.023 0.327 0.007
2015
Kisaran NH3 untuk ikan black 0.005– 0.016– 0.002– 0.005–
ghost di BPPBIH 0.008 0.011 0.006 0.007
17 Februari
2015 0.026 0.048 0.014 0.026

NO2 (ppm) 10 Maret 0.034 0.067 0.021 0.024


< 0.05
2015
(Moore 1991)
0.030 0.082 0.016 0.036
7 April 2015
Kisaran NO2 untuk ikan black 0.026- 0.048- 0.014- 0.024-
ghost di BPPBIH 0.034 0.082 0.021 0.036
73

Lampiran 3 Data kualitas air ikan rainbow boesemani


Tanggal Wadah Suhu pH DO NH3 NO2
Tandon 27.7 7.5 6.29 0.0001 0.002
19-Feb-15 Induk 27.4 7.5 6.92 0.0021 0.018
Pemijahan 28.5 7.5 7.12 0.0001 0.002
Tandon 28.1 7.5 6.59 0.0001 0.002
Induk 27.8 7.5 7.09 0.0015 0.005
05-Mar-15
Pemijahan 29.6 7.5 8.67 0.0001 0.002
Larva 27.8 6.09 6.47 0.0021 0.018
Tandon 28.5 7.5 7.12 0.0001 0.002
Induk 27.8 7.5 8.07 0.0017 0.015
02-Apr-15
Larva 28.4 7.5 7.38 0.0042 0.021
Benih 27.8 6.8 6.47 0.0015 0.005
Kisaran Kualitas Air Optimal Untuk Biota Budidaya
DO : ≥ 2.00 (Wardoyo 1975)
Suhu : 25.0.32.0 (Boyd 1982)
pH : 5-9 (Wardoyo 1975)
NH3 : ≤ 1.00 (Asmawi 1986)
NO2 : ≤ 0.05 (Moore 1991)

Lampiran 4 Data sampling benih ikan rainbow boesemani


04 April 2015 (D51) 18 April 2015 (D65) 02 Mei 2015 (D79)
No
PT (cm) BB (gram) PT (cm) BB (gram) PT (cm) BB (gram)
1 0.8 0.02 2.1 0.08 2.7 0.8
2 0.9 0.03 1.5 0.06 2.8 0.5
3 0.9 0.04 1.7 0.06 2.7 0.7
4 1 0.04 1.9 0.06 2.6 0.4
5 1 0.06 1.9 0.08 2.5 0.3
6 1 0.04 2 0.08 2.8 0.6
7 0.7 0.01 2 0.08 2.6 0.4
8 0.7 0.01 2.3 0.2 2.6 0.3
9 1.1 0.04 2.3 0.3 2.5 0.3
10 0.8 0.02 2 0.05 3 0.9
Rata-rata 0.89 0.031 1.97 0.105 2.68 0.52

Keterangan : PT = Panjang Total


BB = Bobot
74

Lampiran 5 Data sampling benih ikan black ghost


Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
11 Maret 2015 18 Maret 2015 25 Maret 2015 01 April 2015
No
PT BB PT BB PT BB PT BB
(cm) (gram) (cm) (gram) (cm) (gram) (cm) (gram)
1 1.3 0.1 1.6 0.2 2.3 0.3 2.7 0.6
2 1.2 01 1.7 0.2 2.2 0.3 2.8 0.6
3 1.1 0.1 1.5 0.2 2.7 0.6 2.6 0.5
4 1.3 0.2 1.8 0.2 2.5 0.5 2.5 0.6
5 1 0.1 1.6 0.2 2.6 0.5 2.9 0.8
6 1.2 0.2 1.8 0.3 2.2 0.3 3.1 0.9
7 1.2 0.1 2 0.2 2.8 0.6 2.8 0.7
8 1.4 0.2 1.7 0.2 2.5 0.4 2.8 0.6
9 1.2 0.1 1.8 0.2 2.3 0.3 2.7 0.7
10 1.3 0.2 1.8 0.2 2.7 0.6 2.9 0.8
Rata-
1.22 0.14 1.73 0.21 2.48 0.44 2.78 0.68
rata

Keterangan : PT = Panjang Total


BB = Bobot

Lampiran 6 Data sampling induk ikan rainbow boesemani


Jantan Betina
Akuarium Induk
PT (cm) BB (gram) PT (cm) BB (gram)
1 10 17.9 9.5 13.4
2 9.3 12.2 7.5 6.4
3 9.5 13.4 8 6.7
4 9.5 12 7 6.2
5 8.5 11.2 6 4
Rata-rata 9.36 13.34 7.6 7.34

Keterangan : PT = Panjang Total


BB = Bobot
75

Lampiran 7 Pola tanam budidaya ikan black ghost


Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Akuarium Komponen
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan wadah
2. Pemeliharaan induk
1-4 3. Pemijahan induk
4. Penetasan telur
5. Pemeliharaan larva
6. Pemeliharaan benih
7. Pemanenan benih 1 inci
5-10
8. Pemeliharaan benih 1-2 inci
9. Pemanenan benih 2 inci

75
76

Lampiran 8 Pola tanam budidaya ikan rainbow boesemani

76
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12
kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
persiapan wadah
pemijahan
penetasan telur
pemeliharaan larva
pemeliharaan benih
sampling
pemanenan
persiapan wadah
pemijahan
penetasan telur
pemeliharaan larva
pemeliharaan benih
sampling
pemanenan
persiapan wadah
pemijahan
penetasan telur
pemeliharaan larva
pemeliharaan benih
sampling
pemanenan
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 12 Mei


1994 dari ayah bernama Teguh Supriatna dan ibu bernama
Atik Herujiati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara. Penulis merupakan lulusan dari SMA
Pembangunan 1 Bogor pada tahun 2012, dan pada tahun yang
sama penulis diterima di Program Diploma III Institut
Pertanian Bogor pada progam keahlian Teknologi Produksi
dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengenyam pendidikan di Program Diploma IPB, penulis pernah
mengikuti klub paduan suara D’voice, serta ikut aktif dalam kepanitiaan masa
perkenalan kampus mahasiswa baru (MPKMB) angkatan 50 menjadi penanggung
jawab program keahlian (PJPK) Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan
Budidaya, penulis juga ikut aktif dalam berbagai macam perlombaan musik dan
memperoleh juara diantaranya, Juara III English Song Competition 2012, Juara III
English Song Competition 2013, Juara III Diploma Got Talent (DGT) 2014, Juara
III Pekan Seni Budaya (PSB) 2015.
Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di progam Diploma III IPB ini
penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan sebagai tugas akhir yaitu dengan
judul “Budidaya Ikan Black Ghost Apteronotus albifrons dan Rainbow
Boesemani Melanotaenia boesemani di Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Ikan Hias. Depok. Jawa Barat”.

Anda mungkin juga menyukai