Anda di halaman 1dari 15

HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN GURAMI

(Ospronemus gourami)

OLH:

ANGGIRIYANI SAFITRI
174310031

MAKALAH
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT DALAM PENYAMPAIAN HASIL PRAKTIKUM
MATA KULIAH TEKNOLOGI BUDIDAYA AIR PAYAU

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberkati Penulis dalam

menyelesaikan Makalah pada mata kuliah “ Teknologi Budidaya Air Payau ”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai Tugas Teknologi Budidaya Air Payau.

Dalam penyusunan Makalah ini, Penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak.

Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu ,

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih ada banyak

kekurangannya.

Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan

Laporan ini. Penulis berharap semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi civitas

akademika yang membutuhkannya terkhususnya bagi Penulis dan teman- teman

yang menawarkan mata kuliah Teknologi Budidaya Air Payau.

Pekanbaru, 1 Juli 2020

PENULIS

i
DAFTAR ISI
Isi Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 3

II. PEMBAHASAN ........................................................................................... 4


2.1. Klasifikasi Ikan Gurami (Osprhonemus gourami) .................................. 4
2.2. Morfologi Ikan Gurami (Osprhonemus gourami .................................... 5
2.3. Kebiasaan Hidup ..................................................................................... 6
2.4. Kualitas Air ............................................................................................. 6
2.5. Pakan ....................................................................................................... 7
2.6. Habitat ..................................................................................................... 8
2.7. Hama dan Penyakit ................................................................................. 9

III. PENUTUP ................................................................................................... 11


3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 11
3.2. Saran ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12

ii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli perairan

Indonesia yang sudah Menyebar ke seluruh perairan Asia Tenggara dan Cina.

Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal gurami, rasa dagingnya yang gurih

dan lezat sangat digemari masyarakat. Gurami termasuk salah satu dari 12

komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat. Selain yaitu pertumbuhannya yang

lambat bila dibandingkan dengan ikan budidaya lainnya, seperti ikan mas. Salah

satu cara untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan Ikan gurami

(Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah

menyebar itu, ikan ian untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat,

yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar

yang cukup tinggi dan pemeliharaannya yang relatif mudah. Namun salah satu

jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi ini memiliki hambatan

pertumbuhan tetapi dapat diatasi dengan pemberian pakan berkualitas dalam

jumlah yang cukup. Ricky, (2008).

Dalam usaha budidaya perikanan pengenalan jenis-jenis dan karakteristik

hama dan penyakit pada ikan mutlak diperlukan untuk mendukung kelancaran

usaha budidaya. Secara umum, hama dan penyakit ikan diartikan sebagai semua

hewan atau makhluk hidup yang berada dalam areal budidaya ikan yang mana

keberadaannya dapat menimbulkan kerugian. Hama ikan dapat mengakibatkan

kerugian secara langsung maupun tidak langsung. Dalam artian hama ikan dapat

membunuh atau memangsa ikan secara langsung maupun mengganggu

sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan terganggu.

1
Biawak dan ular adalah contoh hama ikan yang memangsa ikan secara langsung,

sedangkan yuyu atau kepiting seringkali membuat lubang-lubang pada dinding

kolam atau tambak sehingga menyebabkan kebocoran. Keberadaan kepiting/yuyu

dapat menimbulkan beberapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul atau

pematang sehingga menyebabkan kebocoran. Kepiting biasanya membuat lubang-

lubang pada tanggul sehingga kedalaman air sulit dipertahankan dan dapat

mengakibatkan masuknya hama pemangsa dan penyaing dalam petakan kolam

atau tambak. Selain itu menyebabkan udang atau ikan yang dipelihara akan lolos

melalui lubang kepiting tersebut.

Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan

penyakit yang disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen

penyebab penyakit pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur

(Lavilla Pitogo, 2001). Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang

disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan,

kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik (Erazo-Pagador, 2001).

Organisme yang diserang penyakit pada umumnya berasal dari kelompok

hama, parasit, dan non parasit. Namun, yang paling banyak menimbulkan

kerugian adalah penyakit yang disebabakan oleh parasit. Penyakit yang

disebabakan oleh parasit biasanya sulit untuk dideteksi oleh para petani ikan

karena terdapat banyak parasit yang dapat menimbulkan penyakit dengan gejala

yang sama. Kerugian yang ditimbulkan oleh parasit bergantung pada beberapa

faktor, yaitu umur biota yang sakit, persentase populasi yang terserang penyakit,

parahnya penyakit, dan adanya infeksi sekunder. Parasit yang dapat menyerang

2
organisme budidaya adalah dari jenis virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan

cacing dan udang renik. Serangan parasit biasanya terjadi pada kolam yang

kualitas airnya buruk atau kolam yang tidak terawat.

Faktor lain yang membuat serangan parasit susah dicegah adalah minimnya

peralatan yang dimiliki untuk mendeteksi parasit tersebut. Hal ini sangat

membahayakan para petani ikan karena akan menimbulkan kerugian yang sangat

besar. Untuk itu, sebagai mahasiswa yang akan berkecimpung di dunia budidaya

perairan, maka perlu dilatih dasar-dasar untuk mendeteksi parasit yang menyerang

ikan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah menyelesaikan

studinya nanti.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembuatan makalah Hama dan Penyakit pada ikan Gurami

(Osphronemus gouramy) ini adalah sebagai salah satu tugas dari mata kuliah

Teknologi Budidaya Air Payau.

Adapun manfaat dari makalah Hama dan Penyakit pada ikan Gurami

(Osphronemus gouramy) ini adalah untuk mengetahui apa saja Hama dan

Penyakit yang dapat menyerang ikan Gurami (Osphronemus gouramy) serta

menambah ilmu dan pengetahuan baik bagi penulis ataupun pembaca.

3
II. PEMBAHASAN

2.1. Klasifikasi ikan gurami (Osphronemus gouramy)

Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan air

tawar yang dibudidayakan di kolam dan merupakan ikan asli Indonesia yang

memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta salah satu jenis ikan yang senang

tinggal diperairan yang tenang, terbenam, dan dalam seperti kolam, rawa, telaga,

danau serta waduk (Djuhanda, 1981; Rusdi, 1988).

Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Labirintichi

Subordo : Anabantoide

Famili : Anabantidae

Genus : Osphronemus

Species : Osphronemus gouramy (Susanto, 1989)

4
2.2. Morfologi ikan gurami (Osphronemus gouramy)

Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak

terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor

membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang

berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan 2,0 s/d 2,1 kali dari panjang standar.

Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai 10

buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat (Balai Budidaya Air

Tawar Sukabumi, 2002).

Gurame juga memiliki bentuk fisik khas badannya pipih, agak panjang dan lebar.

Badan itu tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya kecil,

letaknya miring tidak tepat dibawah ujung moncong. Bibir bawah terlihat

menonjol sedikit dibandingkan bibir atas. Ujung mulut dapat disembulkan

sehingga tampak monyong.

Penampilan gurame dewasa berbeda dengan yang masih muda. Perbedaan

itu dapat diamati berdasarkan ukuran tubuh, warna, bentuk kepala dan dahi.

Warna dan perilaku gurame muda jauh lebih menarik dibandingkan gurame

dewasa (Sitanggang dan Sarwono, 2001).

Sedangkan pada ikan muda terdapat delapan buah garis tegak. Bintik gelap

dengan pinggiran berwarna kuning atau keperakan terdapat pada bagian tubuh

diatas sirip dubur dan pada dasar sirip dada terdapat bintik hitam (Susanto, 2001).

Ikan gurami tergolong dalam ordo Labirynthici yang memiliki alat

pernapasan tambahan yang disebut labirin, yaitu lipatan-lipatan epitelium

pernapasan yang merupakan turunan dari lembar insang pertama, sehingga ikan

dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Adanya alat pernapasan tambahan

5
ini memungkinkan ikan gurami dapat hidip dalam perairan yang kadar oksigennya

rendah (Departemen pertanian, 1999).

2.3. Kebiasaan Hidup

Di alam, gurame mendiami perairan yang tenang dan tergenang seperti rawa,

situ, dan danau. Di sungai yang berarus deras, jarang dijumpai ikan gurame.

Kehidupannya yang menyukai perairan bebas arus itu terbukti ketika gurame

sangat mudah dipelihara di kolam-kolam tergenang. Walau gurame dapat

dibudidayakan di dataran rendah dekat pantai, perairan yang paling otimal untuk

budidaya adalah yang terletak pada ketinggian 50 - 40 m diatas permukaan laut

seperti di Bogor, Jawa Barat. Ikan ini masih bertoleransi sampai pada ketinggian

600 m diatas permukaan laut seperti di Banjarnegara, Jawa Tengah. Yang jadi

patokan adalah suhu air dilingkungan hidupnya. Suhu ideal untuk ikan gurami

adalah 24 – 28 0C (Sitanggang dan Sarwono, 2001).

2.4. Kualitas Air

Air untuk mengairi komplek kolam harus tersedia setiap saat, kalau perlu

tersedia sepanjang tahun. Volume air jangan berlebihan, karena dapat

mengakibatkan banjir. Debit air merupakan jumlah air yang mengalir dalam

saluran dihitung dengan ukuran liter per detik. Untuk pemeliharaan gurame secara

tradisional pada kolam khusus, debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik,

sedangkan untuk pemeliharaan secara polikultur (semi intensif) debit air yang

paling ideal adalah antara 6-12 liter/detik (Sitanggang dan Sarwono, 2001).

Kehidupan organisme akuatik termasuk ikan sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan seperti : suhu, oksigen terlarut, karbondioksida bebas, derajat

6
keasaman (pH), dan salinitas. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut harus

dikendalikan dalam budidaya ikan (Wardoyo, 1981).

2.5. Pakan

Gurami memakan segala macam zooplankton, fitoplanktoon, serangga, dan

daun tumbuhan. (Ade 2009), lebih lanjut ia mengatakan makin tingginya harga

pakan ikan produk pabrik sejalan dengan naiknya harga BBM, membuat

pembudidaya ikan menggunakan pakan alternatif. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi biaya produksi akibat kenaikan harga tersebut.

Hal ini bila tidak disikapi, maka beban yang ditanggung pembudidaya akan

sangat besar, bahkan bisa jadi mengancam keberadaan usaha di sektor ini. Dalam

kondisi ini maka kita harus bisa memanfaatkan pakan alami untuk menggantikan

pakan buatan pabrik (pelet) yang harganya mahal. (Ade 2009) dalam Bambang,

(2009)

Pakan sebagai sumber nutrisi maupun energi merupakan bahan yang sangt

menentukan dalam pencapaian kemampuan hidup (fitness) suatu organisme.

Ketersediaan sumber pakan disuatu lingkungan sangat beragam, baik secra

kuantitas maupun kualitas. Keragaman sumber pakan, baik yang berasal dari

hewani maupun nabati, dapat trjadi karena adanya perubahan lingkungan.

Mengingat banyaknya keragaman tersebut, organisme seringkali dihadapkan pada

suatu pilihan untuk mengkonsumsi sumber pakan tertentu yang buakn merupakan

makanan utamanya. Dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan demikian,

diperlukan kemampuan adaptasi fisiologis secara optimal untuk mempertahankan

atau mencapai kemampuan hidup (Petrus, 1999).

7
Menurut (Cahyono, 2008) mengatakan bahwa gourami adalah makhluk

vegetarian, yang hanya mau menyantap makanan yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan sehingga ia menyebutnya hewan herbivora. Makanan yang sering

dimakan oleh ikan gourami baik remaja maupun induk adalah daun keladi

(Colocasia estulata hot), daun ketela (Manihot utilissima bohl), daun

pepaya (Carica papaya linn), daun ketimun(Cucumis sativus), daun

kangkung (Ipomoa reptans poin), daun ubi jalar (Ipomoa reptans poin), daun

labu (Curcubita moschata duch en poir).

2.6. Habitat

Habitat asli ikan gourami di perairan tawar yang tergenang seperti rawa dan

danau. Tetapi ada juga jenis gourami yang hidupnya di perairan payau maupun

dan tidak dapat di tinggali oleh ikan tawes maupu ikan mas. Ikan gurami dapat

bertelur dan berkembang biak di air yang keruh sekalipun, namun sebenarnya

gorami lebih menyukai perairan yang jernih dan tenang. Ikan ini tidak dapat hidup

pada perairan yang ditumbuhi tanaman air seperti eceng gondok karena gorami

harus mengambil langsung oksigen dari udara bebas karena organ penyimpan

udara (labirint) tidak berfungsi jika gurami tidak muncul dari permukaan air. Pada

kolam yang ditutupi tanamaair yang mengapung, gurami akan lebih sering

bergerak naik turun untuk mengambil udara daripada bergerak horizontal.

Menurut (Cahyono, 1989) ikan gurami di alam aslinya merupakan jenis ikan

yang mendiami daerah yang tenang dan tergenang. Ikan gurami (Osphronemus

gourami sp) tidak menyukai daerah yang seluruh permukaan air kolam tertutup

oleh tanaman air yang mengapung seperti eceng gondok. Hal ini erat kaitannya

8
dengan alat pernapasan tambahan yang memungkinkannya mampu menghirup

oksigen dari udara bebas.

Ikan gurami akan tumbuh baik pada lingkungan dengan suhu air sekitar

24oc-280c. Bila berdasarkan ketinggian tempat ikan ini menyukai daerah pantai

hingga tanah dengan ketinggian hingga 800 meter dari permukaan laut. (Sari,

2009)

2.7. Hama dan Penyakit

Menurut definisinya penyakit diartikan sebagai suatu proses atau kondisi

yang abnormal dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu

karakteristik yang membedakannya dengan keadaan normal (Manoppo, 1995).

Hama merupakan mikroorganisme atau makroorganisme yang mengakibatkan

penyakit atau sering disebut organisme patogen. Lebih lanjut Afrianto dan

Liviawaty (1992), menerangkan bahwa penyakit merupakan bagian dari siklus

hidup suatu organisme yang bersifat parasit yang menggangu terhadap organisme

lain yang ditumpanginya.

Hama dan Penyakit Ikan (HPI) adalah semua organisme yang dapat

merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada ikan, sesuai

dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 pasal 1 ayat 3, sedangkan pasal 1

ayat 5 menyebutkan bahwa Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah

semua hama dan penyakit ikan yang ditetapkan pemerintah untuk dicegah

masuknya ke dalam atau tersebarnya di dalam Wilayah Negara Republik

Indonesia.

Hama dan penyakit pada budidaya ikan gurame sering menimbulkan

kegagalan serta kerugian besar. Adapun beberapa hal yang menyebabkan

9
timbulnya penyakit berupa kesuburan kolam dampak dari pemupukan, makanan,

kepadatan ikan yang tinggi serta kualitas air yang buruk (Kabata, 1985).

Hama adalah hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan

gangguan pada ikan. Beberapa pemangsa utama ikan gurame dari jenis hama yang

sering ditemukan pada usaha budidaya ikan gurame adalah ular, belut, katak, dan

burung pemakan ikan. Dilihat dari jenis pemangsa air menurut Heinz dan Kline

(1973), musuh utama ikan gurame terbagi atas ikan liar pemangsa dan beberapa

jenis ikan pemelihara. Untuk menghindarai ikan gurame dari ikan-ikan pemangsa,

pada pipa pemasukan air dipasang serumbung dan saringan ikan agar hama tidak

masuk ke dalam kolam.

Jenis penyakit yang sering mengganggu dalam budidaya ikan gurame adalah

penyakit bintik putih (White spot) yang disebabkan jenis protozoa Ichthyopthirius

multifilis yang menyerang benih dan induk ikan gurame. Protozoa ini menjadi

parasit yang sulit diberantas karena kehadirannya sering kali diliputi oleh lendir

yang sulit ditembus oleh larutan obat (Kabata, 1985). Mereka menyerang ikan

dibawah selaput lendir ikan yang merupakan benteng pertahanan utama bagi ikan

(Kabata, 1985).

Selain itu, jenis penyakit yang juga sering menyerang induk ikan gurame

adalah Argulus indicus. Parasit ini tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup

sebagai ektoparasit. Menurut Radiopoetro (1983), Argulus indicus menempel

pada sirip atau sisik pada induk ikan gurame.

10
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Menurut definisinya penyakit diartikan sebagai suatu proses atau kondisi

yang abnormal dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu

karakteristik yang membedakannya dengan keadaan normal.

Hama merupakan mikroorganisme atau makroorganisme yang

mengakibatkan penyakit atau sering disebut organisme patogen.

Adapun Hama dan Penyakit yang menyerang ikan gurami adalah sebagai

berikut: Penyakit Argulus Indicus atau kutu ikan, Penyakit Dactylogyrus dan

gryodactylus, Mata belo, Jamur, Bakteri dan Bercak Putih ( White Spot ).

3.2. Saran

Dalam pembuatan makalah tentang Hama dan Penyakit pada ikan Gurami

(Osphronemus gourami) ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan

pengetahuan penulis serta kurangnya referensi tentang materi ini, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan

makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Informasi Teknik Perikanan. Balai Budidaya Air Tawar

Sukabumi. Sukabumi.

B, Ricky. Usaha Pemeliharaan Gurami (Osphronemus gouramy sp). Penebar

Swadaya, Jakarta: 2008.

Duto, Sri, Cahyono. Pakan Ikan Gurami (Osphronemus gourami sp). Sumur

Bandung: 1981

Kabata, Z. 1985. Parasit and Diseases Fish Culture in The Tropic. Taylor and

Francis, London.

Radiopoetro. 1983. Zoology Vertebrata. Erlangga, Jakarta. 56 pp.

Rusdi, T. 1988. Usaha Budidaya Gurami. Simplek, Jakarta. 73 pp.

Sari Gendro Sasi. Budidaya Pertanian Dan Peternakan Ikan Gurami

(Osphronemus gouramy sp). Sastra Hudaya Jakarta: 2009.

Sari gendro sasi. Kualitas Air Sungai Maron Dengan Perlakuan Keramba Di

Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Skripsi Program

Study Biologi Fakultas MIPA Universitas Lampung Mangkurat

Kalimantan Selatan: 2009

Susanto, Heru. Budidaya Ikan Gurame (Jilid I). Yogyakarta: 1987.

Sitanggang, M. dan Sarwono, B. 2001. Budidaya Gurami (Edisi Revisi). Penebar

Swadaya. Jakarta.

Wardoyo, S.T. 1981. Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.

Analisis Dampak Lingkungan, Bogor.

12

Anda mungkin juga menyukai