Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

Kelompok 12

Erica Suci Octaviana

185080500111003
Irsanti Mawaddah Nur 185080500111046
Jamiilah Zahrotul Jannah 185080507111015
Ahmad Nur Hidayat 185080500111002
Nurul Fitriah Rizqiah 185080500111029
Fauzi Nashrullah Pratama 185080501111019

Asisten Praktikum: Febry Cici Fatmala Sari

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN

LAPORAN PRAKTIKUM

PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

Menyetujui,

PROGRAM
Dosen STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN
Koordinator,

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Sebagai Salah Satu Syarat Lulus Mata Kuliah Parasit Dan


Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS
Penyakit Ikan Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan
NIP. 19550213 198403 1 001 Universitas Brawijaya
Ilmu Kelautan

Mengetahui,
Koordinator Asisten, Asisten Praktikum,

Fitrhotal Vasca Maghfirony Febry Cici Fatmala Sari


NIM. 175080507111030 NIM. 175080501111039
Tanggal : Tanggal :

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan


Laporan Parasit dan Penyakit Ikan. Laporan ini merupakan salah satu syarat

lulus praktikum Parasit dan Penyakit Ikan. Laporan Praktikum ini disusun sebagai

bukti telah melaksanakan praktikum Parasit dan Penyakit Ikan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik

dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan

pengalaman. Kami mengharapkan laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar lebih baik untuk

kedepannya.

Malang, 13 Desember 2020

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN.........................................................................ii

KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii

iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................................v

1. PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................................2

2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4

2.1 Klasifikasi dan Morfologi.................................................................................4


2.2 Habitat dan Penyebaran.................................................................................5
2.3 Organisme yang Diserang..............................................................................6
2.4 Gejala Saat Diserang......................................................................................7
2.5 Cara Identifikasi...............................................................................................9
2.6 Pengendalian dan Pengobatan...................................................................10

3. PENUTUP..............................................................................................................12

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Morfometrik parasit Dactylogyrus………………………………………4


2. Morfometrik parasit Dactylogyrus………………………………………5
3. Gejala klinis ikan nila terinfeksi…………………………………………6

v
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu penghasil protein hewani di Indonesia. Infeksi

parasit pada ikan mengakibatkan kerugian ekonomi bagi pembudidaya ikan.

Parasit yang paling dominan menyerang ikan adalah monogenea. Gyrodactylus

spp. adalah monogenea yang umum menginfeksi ikan jenis cyprinids, salmonids,

dan jenis ikan lainnya. Ikan yang terinfeksi parasit ini ditandai dengan

performance yang tidak bagus, seperti lesi pada kulit yang menyebabkan

terjadinya infeksi sekunder bakteri (Dwilantiani, et al. 2019).

Pentingnya identifikasi parasit dan penyakit pada ikan adalah untuk

menentukan jenis parasit dan penyakit yang menginfeksi ikan dan mengetahui

cara pengendalian dan pengobatannya. Gejala penyakit pada ikan yang

terinfeksi parasit dapat dikenali pertama kali melalui tingkah laku ikan. Ikan yang

menampakkan gejala-gejala terinfeksi parasit dan penyakit harus segera

ditangani untuk meminimalisir tertularnya penyakit terhadap organisme lain.

Parasit Gyrodactylus spp. adalah parasit yang menyerang permukaan tubuh

inang biasanya menempel di kulit atau sirip ikan dengan kait penempel. Gejala

yang timbul ditandai menurunnya nafsu makan, sering ke permukaan, dan

berbaring dengan posisi insang terbuka. Parasit pada ikan Gyrodactylus spp. bila

tidak segera dilakukan identifikasi dan pengobatan dapat menyebabkan kerugian

pada pembudidaya ikan (Affandi, et al. 2019).

Gyrodactylus spp. adalah monogenea yang umum menginfeksi ikan jenis

cyprinids, salmonids, dan jenis lainnya. Parasit Gyrodactylus spp. adalah parasit

yang menyerang permukaan tubuh inang dengan menempelkan diri di kulit atau

sirip ikan menggunakan kait penempel. Ikan yang terinfeksi ini ditandai dengan

1
performance yang tidak bagus, seperti lesi pada kulit yang menyebabkan

terjadinya infeksi sekunder bakteri. Gejala yang timbul ditandai dengan nafsu

makan menurun, sering muncul ke permukaan, dan berbaring dengan insang

terbuka. Parasit Gyrodactylus spp. mengakibatkan kerugian pada budidaya ikan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana klasifikasi dan morfologi dari parasit Gyrodactylus spp.?

1.2.2 Dimana habitat dan penyebaran parasit Gyrodactylus spp.?

1.2.3 Apa organisme yang diserang oleh parasit Gyrodactylus spp.?

1.2.4 Bagaimana gejala-gejala organisme yang terserang parasit Gyrodactylus

spp.?

1.2.5 Bagaimana cara mengidentifikasi parasit Gyrodactylus spp.?

1.2.6 Bagaimana cara pengendalian dan pengobatan akibat parasit

Gyrodactylus spp.?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum Parasit dan Penyakit Ikan membahas Gyrodactylus

spp. adalah agar praktikan mengetahui klasifikasi dan morfologi parasit dan

penyakit ikan. Praktikan dapat mengetahui habitat, penyebaran, dan organisme

yang diserang oleh parasit dan penyakit ikan. Praktikan dapat mengetahui

gejala-gejala pada ikan yang terserang parasit dan penyakit ikan. Praktikan

dapat mengetahui cara mengidentifikasi parasit atau penyakit ikan. Praktikan

dapat mengetahui cara pengendalian dan pengobatan pada ikan yang terserang

parasit dan penyakit ikan.

Manfaat dari praktikum Parasit dan Penyakit Ikan membahas

Gyrodactylus spp. adalah menambah pengetahuan mengenai parasit dan

penyakit ikan. Praktikan dapat mempelajari lebih dalam mengenai parasit dan

penyakit ikan. Praktikan dapat mengidentifikasi jenis-jenis parasit dan penyakit

2
pada ikan. Praktikan dapat mengetahui gejala-gejala pada ikan yang terserang

parasit dan penyakit. Praktikan dapat mengetahui cara pengendalian dan

pengobatan pada ikan yang terserang parasit dan penyakit.

3
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Putri, et al. (2016), menyatakan bahwa klasifikasi Gyrodactylus

spp. adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Klas : Monogenoidea

Ordo : Gyrodactylidea

Famili : Gyrodactylidae

Genus : Gyrodactylus

Spesies : Gyrodactylus spp.

Gyrodactylus spp. diketahui telah menginfestasi ikan nila (O. niloticus),

ikan mas (C. carpio) dan ikan lele (Clarias sp.). Dalam sebuah pengamatan

Gyrodactylus spp diketahui memiliki marginal hooks, anchor atau sepasang kait

dan vitellary pada bagian dalam tubuhnya. Panjang tubuh Gyrodactylus spp.

adalah 16,752 µm dan lebar 6,277µm. Bentuk tubuh dari Gyrodactylus spp.

adalah fusiform. (Putri et al., 2016)

Gambar 1. Morfometrik Parasit Gyrodactylus spp. yang


Menginfestasi Ikan Menginfestasi Ikan Nila, Ikan Mas dan Ikan
Lele : (1) Panjang Tubuh Gyrodactylus spp., (2) Lebar Tubuh
Gyrodactylus spp., (3) Bagian-bagian Tubuh Gyrodactylus spp.
(Putri et al., 2016).

4
Bentuk tubuh Gyrodactylus sp. kecil dan memanjang (oval), bagian

posterior terdapat ophisthaptor dengan 16 kait tepi dan sepasang kait tengah,

serta tidak mempunyai bintik mata, pada ujung anterior terdapat dua

tonjolan/cuping. Dalam siklus hidupnya tidak mempunyai inang perantara, jadi

hanya mempunyai satu induk semang. Untuk mempertahankan populasinya,

maka dalam sistem reproduksinya bersifat vivipar yaitu embrio berkembang

dalam uterus, larva yang lahir akan berenang bebas untuk mencari inang baru.

(Wahyuni et al., 2017).

Gyrodactylus spp. masuk ke dalam kingdom Animalia, filum

Platyhelminthes, klas Monogenoidea, ordo Gyrodactylidea, famili Gyrodactylidae,

genus Gyrodactylus dan spesies Gyrodactylus spp. Bentuk tubuh kecil dan

memanjang, bagian posterior terdapat ophisthaptor dengan 16 kait tepi dan

sepasang kait tengah, dan Memiliki mata di bagian tubuh anterior dan marginal

Hooks. Siklus hidupnya tidak mempunyai inang perantara atau hanya satu induk

semang.

2.2 Habitat dan Penyebaran

Gyrodactilus sp merupakan ektoparasit yang memiliki habitat untuk

tempat berkembang biak. Pada Irwandi, et al. (2017), menyatakan bahwa

Gyrodactylus sp pada umumnya hidup pada lapisan permukaan kulit ikan.

Bagian epidermis kulit dari tubuh ikan dan juga jarang sekali ditemukan pada

bagian insang. Bagian tersebut tak jarang ditemukan juga menyerang pada

bagian permukaan tubuh dan sirip ikan. Spesies ini merupakan cacing parasite

ikan yang menempel pada bagian permukaan luar ikan/inang.

Cara penyebaran dari spesies ektoparasit Gyrodactylus sp. menurut

Firdausi dan Rahman (2019), menyatakan bahwa penyebaran parasit terjadi dari

satu inang ke inang lainnya pada satu populasi. Cara parasit ini melakukan

5
invansi pada inangnya dengan cara. Caranya adalah melalui kontak secara

langsung, saluran pencernaan, phoresis atau dengan cara menembus

permukaan kulit inangnya. Faktor yang menyebabkan ikan dapat terserang

parasit, yaitu ketika kekebalan tubuh ikan menurun maka hal ini dapat dijadikan

faktor ikan terserang parasit. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu komposisi

bahan kimia air, salinitas dan suhu, kepadatan tebar ikan dalam satu kolam

budidaya dan kondisi letak geografis dari tambak juga berpengaruh terhadap

faktor ikan terserang parasit.

Spesies Gyrodactylus sp merupakan parasit jenis ektoparasit yaitu

parasite yang menyerang bagian permukaan tubuh dari inangnya. Parasit ini

kebanyakan ditemukan pada bagian permukaan/ epidermis dari kulit ikan/ inang.

Seperti pada bagian permukaan insang, kulit tubuh dan sirip ikan. Faktor-faktor

yang mendukung perkembangan spesies ini yaitu kondisi perairan yang buruk,

kepadatan tinggi dan kondisi letak geografis dari tambak budidaya.

2.3 Organisme yang Diserang

Secara umum Gyrodactylus spp. dapat berpindah dari ikan satu ke ikan

yang lainnya karena adanya kontak langsung antar ikan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Putri, et al. (2016) bahwa, Gyrodactylus salaris menginfestasi ikan

salmon dan Gyrodactylus salaris memiliki kekuatan yang sangat cepat dari

penyebaran dalam populasi ikan baru. Penyakit yang dihasilkan dari

Gyrodactylus spp. adalah gyrodactylosis, Gyrodactylus spp. menimbulkan

berbagai macam spesies ikan mati. Infestasi Gyrodactylus spp. memberi

pengaruh stress pada ikan. Selain itu, parasit ini juga menyerang ikan nila

(Oreochromis niloticus), ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan lele (Clarias sp.).

6
Gambar 2. Morfometrik parasit Dactylogyrus yang menginfestasi ikan
nila, ikan mas dan ikan lele: (1) Panjang tubuh Dactylogyrus, (2) Lebar
tubuh Dactylogyrus, (3) Bagian-bagian tubuh Dactylogyrus (Putri et al.,
2016).

Gyrodactylus merupakan ektoparasit monogenea yang menginfestasi kulit

dan insang ikan air laut dan tawar. Gyrodactylosis merupakan penyakit yang

disebabkan oleh infestasi Gyrodactylus. Infestasi Gyrodactylus sebesar 26,7% di

ikan lele, 13,3% di ikan mas dan 10% di ikan mas dengan gejala klinis

kemerahan pada sirip. Ikan yang tergolong Cyprinidae termasuk jenis yang

paling rentan yang menyerang ikan budidaya. Hal ini mengakibatkan

menurunnya produksi bahkan kematian pada tingkat infestasi yang tinggi

(Wulansari et al., 2020).

Gyrodactylus sp. merupakan ektoparasit monogenea yang menginfestasi

ikan air tawar dan ikan air laut. Parasit ini sering dijumpai di ikan salmon, ikan

nila, ikan mas dan ikan lele. Penyebaran parasit dapat terjadi karena kontak

langsung antara ikan yang terinfeksi dengan yang tidak. Selain itu, juga dapat

melalui air yang dialirkan dari kolam yang terdapat Gyrodactylus di dalamnya.

Ikan yang terkena Gyrodactylus bisa menjadi stress dan menyebabkan kematian.

2.4 Gejala Saat Diserang

Ikan yang terserang Gyrodactylus sp. dalam intensitas tinggi akan

memperlihatkan tanda-tanda. Hasyimia, et al. (2016) menyatakan bahwa

Gyrodactylus sp. menyebabkan kulit ikan menjadi pucat, bintik merah pada

7
bagian kulit tertentu, produksi lendir tidak normal dan kulit terkelupas. Selain itu,

ikan tampak lemas, berenang dekat permukaan serta sirip-siripnya menguncup.

Jika menyerang insang, maka insang ikan akan mengalami pembengkakan dan

pucat sehingga terjadi gangguan pada proses respirasi dan osmoregulasi. Hal ini

akan menyebabkan ikan kurang toleran terhadap kondisi oksigen yang rendah

dan ikan tampak sering berenang ke permukaan untuk mengambil oksigen.

Gambar 3. Gejala klinis ikan nila (O. niloticus) yang terinfestasi


monogenea : (1) Sirip ekor dan anus geripis memerah, (2)
Produksi lendir berlebihan (Putri et al., 2016).

Infeksi awal Gyrodactyllus sesuai dengan pernyataan Hardi (2016)

bahwa, dapat menyebabkan munculnya kemerahan dan sisik lepas, infeksi yang

lebih jauh dapat muncul ulcus lalu luka pada permukaan tubuh atau organ yang

terinfeksi lainnya. Gyrodactylus sering ditemukan pada bagian sirip-sirip ikan.

Gerakan ikan yang terinfeksi biasanya mengibas-ngibaskan siripnya pada saat

berenang. Hal tersebut merupakan cara ikan untuk melepaskan parasit yang

menempel pada siripnya. Dampak yang ditimbulkan berupa munculnya

kemerahan dan menyebabkan sirip gripis atau sirip seperti terpotong tapi tidak

beraturan.

Ikan yang terinfestasi menunjukkan gejala klinis berupa pergerakan

abnormal dikarenakan infestasi pada bagian sirip ekor dan insang. Ikan terlihat

sering muncul di permukaan kolam dan menggesekkan tubuhnya ke permukaan

kolam. Ikan yang terserang menunjukkan kulit pucat, epithelium mengalami

hyperplasia, produksi lendir berlebihan. Selain itu, akan terbentuk lapisan putih

8
abu-abu, luka, bagian yang rusak menjadi gelap yang parah dan kulit terkelupas.

Gyrodactylus dapat mengganggu proses respirasi dan osmoregulasi ikan.

2.5 Cara Identifikasi

Identifikasi atau dianogsa penyakit ikan, nama penyakit cukup

penting. Nama penyakit ikan sering dihubungkan dengan gejala-gejala klinis,

seperti penyakit bercak-bercak putih, penyakit bintik putih, penyakit becak-becak

hitam, dan sebagainya. Tetapi, gejala-gejala tersebut tidak selalu merupakan

tanda-tanda khusus penyakit ikan tertentu (Akbar, 2018). Identifikasi terhadap

parasit ikan yang dijumpai dapat dilakukan berdasarkan adanya ciri-ciri

khusus yang dijumpai dan morfologi dari tiap-tiap jenis parasit dan

habitatnya. Identifikasi ini dilakukan dengan petunjuk Kabata (1985), Hoffman

(1967), Waren (1984) dan Bykhovskaya-Pavlovskaya (1964).

Menurut Andriyanto, et al. (2020), dalam penelitiannya pemeriksaan

parasit yang menginfeksi ikan dilakukan tiap minggu dengan mengecek bagian

atau organ tubuh seperti mucus, sirip, dan insang. Pemeriksaan ektoparasit

mengikuti prosedur pengujian di Laboratorium Kesehatan Ikan. Pemeriksaan

endoparasit pada organ bagian dalam dilakukan dengan melakukan

pembedahan untuk mengamati parasit yang menginfeksi saluran pencernaan

khususnya usus. Pemeriksaan parasit dilakukan secara mikrokopis dengan

menggunakan metode preparat ulas (smear method). Usus yang telah

dikeluarkan dipotong secara vertikal, kemudian isi usus ikan dikeluarkan

menggunakan ujung gunting. Selanjutnya usus diletakkan di atas kaca

preparat dan kemudian diamati secara makroskopis dan mikroskopis.

Pengamatan ektoparasit dilakukan di bawah mikroskop cahaya pada perbesaran

4x, 10x, 20x, dan 40x.

9
Identifikasi atau dianogsa suatu penyakit, satu-satunya hal yang perlu

dilakukan adalah mengenal adanya suatu penyakit khusus atau lebih yang

berhubungan dengan ketidak normalan dan mengidentifikasi penyebab

penyebabnya. Bila penyebab penyakit pada ikan sudah teridentifikasi,

langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan jenis dan cara

pengobatan yang paling tepat. Adapun cara cara identifikasi diantaranya yaitu

melakukan pengecekan pada tubuh ikan. Selain itu dapat juga dengan cara

membedah ikan dan mengamati organ dalam menggunakan mikroskop. Hal ini

sesuai dengan jurnal yang telah disebutkan diatas.

2.6 Pengendalian dan Pengobatan

Sektor budidaya khusunya dalam manajemen kesehatan ikan tidak bisa

dilepaskan. Budidaya yang ramah lingkungan lebih dipilih agar budidaya

berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan. Usaha yang bisa

dilakukan untuk pencegahan penyebaran penyakit adalah pencegahan dan

pengobatan. Pencegahan lebih dipilih karena ini bisa dilakukan secara bertahap

dan mudah dilakukan sedangkan pengobatan biasanya membutuhkan biaya

banyak. Upaya proteksi yang bisa dilakukan meliputi: pengadaan air bebas

patogen, pemberian pakan bebas patogen, hygien, memisahkan ikan yang baru

masuk, kontrol terhadap ikan liar, vektor dan pengendalian hama, vaksinasi dan

pemberian imunostimulan (Hardi, 2016).

Penggunaan bahan kimiawi yang aman dan ramah lingkungan

merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk pengobatan

penyakit parasitik pada budidaya ikan, meskipun masih sedikit informasi

mengenai efektivitas penggunaan hidrogen peroksida untuk pengobatan penyakit

parasitik pada ikan air tawar di Indonesia. Beberapa bahan kimia yang diijinkan

penggunaannya untuk pencegahan dan pengobatan penyakit parasitik pada

10
ikan di antaranya acetic acid, betadine, bithionol, chloramin-t, copper sulfate,

formaldehyde, hydrogen peroxide, ivermectin , levamisol, mebendazole,

niclosamid, potassium permanganate, praziquentel, salt, trichlorphon. Pada

kegiatan akuakultur, hidrogen peroksida digunakan untuk mengatasi infeksi

jamur pada telur ikan, serta mengontrol bakteri dan parasit pada ikan budidaya.

Hidrogen peroksida di alam ditemukan pada hampir seluruh permukaan air yang

terpapar sinar ultraviolet dalam bentuk dissolved organic carbon (DOC)

(Andriyanto et al., 2018).

Upaya pengendalian dan pengobatan sangat penting dilakukan dalam

budidaya. Pengendalian penyakit harus dilakukan mulai awal budidaya agar ikan

tidak mudah terkena penyakit. Sedangkan jika terdapat ikan sakit segera lakukan

pengobatan. Pengobatan dapat terbuat dari bahan herbal dan bahan kimia. Saat

ini telah banyak beredar obat obat berbahan kimia namun telah diijinkan

penggunannya karena masih dalam batas dosis yang aman. Hal ini sesuai

dengan jurnal yang telah disebutkan diatas.

11
3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan didapatkan beberapa kesimpulan

antara lain sebagai berikut. Gyrodactylus spp. adalah monogenea yang umum

menginfeksi ikan jenis cyprinids, salmonids, dan jenis ikan lainnya. Parasit

Gyrodactylus spp. adalah parasit yang menyerang permukaan tubuh inang

dengan menempelkan diri di kulit atau sirip ikan menggunakan kait penempel.

Bentuk tubuh Gyrodactylus sp. kecil dan memanjang (oval), bagian posterior

terdapat ophisthaptor dengan 16 kait tepi dan sepasang kait tengah, tidak

mempunyai bintik mata, ujung anterior terdapat dua tonjolan/cuping. Dalam siklus

hidupnya tidak mempunyai inang perantara. Sistem reproduksinya bersifat

vivipar. Penyebaran parasit terjadi dari satu inang ke inang lainnya. Cara parasite

melakukan invansi pada inang dengan cara melalui kontak secara langsung,

saluran pencernaan, phoresis atau dengan cara menembus permukaan kulit

inangnya. kulit ikan menjadi pucat, bintik merah pada bagian kulit tertentu,

produksi lendir tidak normal dan kulit terkelupas. Gejala yang ditimbulkan yaitu

ikan lemas, berenang dekat permukaan, sirip-siripnya menguncup, insang ikan

akan mengalami pembengkakan dan pucat.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan

yaitu sebagai berikut. Praktikum sebaiknya lebih diperbaiki lagi dalam hal

koordinasi serta penyampaian materi. Saat praktikum daring sebaiknya

ditunjukkan dokumentasi praktikum tahun lalu agar praktikan dapat memahami

praktikum yang dilakukan secara lapang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, S., F. J. L. Risamasu, dan Y. Jasmanindar. 2019. Studi prevalensi dan


intensitas ektoparasit pada beberapa jenis ikan air tawar di Balai Benih
Ikan Sentral (BBIS) Noekele, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Aquatik. 2(2):
81-88.

Dwilantiani, Y. R. Nugraheni, J. Prastowo, D. Priyowidodo, A. Sahara, dan W.


Nurcahyo. 2019. Prevalensi dan insidensi parasit pada ikan mas
(Cyprinus carpio). PARTNER. 24(2): 1140-1145Akbar, J. 2018.
Identifikasi parasit pada ikan betok (Anabas
testudieus). Bioscientiae. 8(2).

Andriyanto, S., Novita, H., Lusiastuti, A. M., & Taukhid, T. 2020. Identifikasi
bakteri patogen dan parasit penyebab penyakit pada ikan toman (Channa
micropeltes). Media Akuakultur. 15(1): 39-46.

Andriyanto, S., Purwaningsih, U., Sinansari, S., dan Widyastuti, Y. R. 2018.


Efektivitas hidrogen peroksida dalam pengendalian infeksi ektoparasit
pada ikan lele Clarias gariepinus. Media Akuakultur. 13(1): 49-57.

Hardi, E. H. 2016. Parasit Biota Akuatik dan Penanggulangan. Samarinda:


Mulawarman University Press. 129hlm.

Hardi, E. H. 2016. Parasit Biota Akuatik dan Penanggulangan. Samarinda:


Mulawarman University Press. 129hlm.

Hasyimia, U. S. A., N. K. Dewi dan T. A. Pribadi. 2016. Identifikasi ektoparasit


pada ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) yang dibudidayakan di
Balai Benih Ikan (BBI) Boja Kendal. Life Science. 5(2): 118-124.

Putri, S. M., A. H. C. Haditomo dan Desrina. 2016. Infestasi monogenea pada


ikan konsumsi air tawar di kolam budidaya desa Ngrajek Magelang.
Journal of Aquaculture Management and Technology. 5(1): 162-170.

Wulansari, P. D., G. Mahasri dan Koesnoto. 2020. Patogenesis Gyrodactylus:


penentuan derajat infestasi, pengamatan gejala klinis dan patologi insang
ikan mas (Cyprinus carpio). Journal of Aquaculture and Fish Health. 9(1):
75-80.

Firdausi, A. P. dan Rahman. 2019. METAZOA EKTOPARASITIK PADA IKAN


KOI CYPRINUS CARPIO DI DAERAH SUKABUMI. In Seminar Nasional
Teknologi Terapan Berbasis Kearifan Lokal. 2(1): 149 – 155.

Irwandi, A. H. Yanti dan D. Wulandari. 2017. Prevalensi dan Intensitas


Ektoparasit pada Insang Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) di Keramba
Apung Sungai Kapuas Desa Kapur Kabupaten Kubu
Raya. Protobiont. 6(1): 20-28

Putri, W. A., F. Athaillah, T. R. Ferasyi, Winaruddin, D. Alliza dan Razali. 2018.


distribusi dan prevalensi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis

13
niloticus) yang di budidayakan di Karamba jala apung danau maninjau
provinsi sumatera barat. JURNAL ILMIAH MAHASISWA
VETERINER. 2(4): 532-537.

Seran, Y., Y. Salosso dan R. Tobuku. 2019. IDENTIFIKASI PARASIT IKAN


BANDENG (Chanos chanos Forskal) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA
TRADISIONAL DI TAMBAK DESA BADARAI, KLETEK DAN SUAI
KABUPATEN MALAKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
(NTT). Jurnal Aquatik. 2(1): 86-99.

Putri, S. M., A. H. C. Haditomo, Desrina. (2016). Infestasi monogenea pada ikan


konsumsi air tawar di kolam budidaya Desa Ngrajek Magelang. Journal of
Aquaculture Management and Technology. 5(1): 162-170.

Wahyuni, S., A. Hendri, E. Erlita. (2017). IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN


AIR TAWAR DI BALAI BENIH IKAN BABAH KRUENG KECAMATAN
BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA. Jurnal Akuakultura. 1(1): 29-36.

14

Anda mungkin juga menyukai