Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN POLIPLOIDISASI

Polipliodisasi adalah Proses pergantian kromosom dimana individu yang dihasilkan mempunyai lebih
dari dua set kromosom. Poliploidisasi adalah usaha, proses atau kejadian yang menyebabkan individu
berkromosom lebih dari satu set (Effendie,1997).Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi
kromosom untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan
yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan
resisten terhadap penyakit.

Poliploidi adalah organisme yang mempunyai lebih dari dua set kromosom atau genom dalam sel
stomatisnya. Untuk organisme yang mempunyai jumlah kromosom dari kelipatan jumlah kromosom
dasar (n) disebut haploid. Bila jumlah kromosom individu bukan merupakan kelipatan n disebut
aneuploid, misalnya 2n+1 atau 2n-1. Jumlah yang lebih kecil daripada kelipatan n disebut hyperploid,
sedang yang lebih besar disebut hypoploid ( Yatim, 1990 ). Poliploidi adalah kondisi pada suatu
organisme yang memiliki set kromosom (genom) lebih dari sepasang. Organisme yang memiliki keadaan
demikian disebut sebagai organisme poliploid. Usaha-usaha yang dilakukan orang untuk menghasilkan
organisme poliploid disebut sebagai poliploidisasi. Organisme hidup pada umumnya memiliki sepasang
set kromosom pada sebagian besar tahap hidupnya. Organisme ini disebut diploid (disingkat 2n). Tipe
poliploid dinamakan tergantung banyaknya set kromosom.

Jadi, triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n),heksaploid (6n), oktoploid, dan seterusnya. Dalam
kenyataan, organisme dengan satu set kromosom (haploid, n) juga ditemukan hidup normal di alam.
Autopoliploid terjadi apabila suatu spesies, karena salah satu sebab di atas, menggandakan set
kromosomnya dan kemudian saling kawin dengan autopoliploid lain. Pola pembelahan sel autopoliploid
rumit karena melibatkan perpasangan empat, enam, atau delapan set kromosom. Triploid karena
autopoliploid dapat bersifat fertil. Allopoliploid terjadi karena persilangan antarspesies dengan genom
yang berbeda tanpa diikuti reduksi jumlah sel dalam meiosis.Amfidiploid adalah allotetraploid yang
perilaku pembelahan selnya serupa dengan diploid. Allopoliploidi segmental terjadi apabila sebagian
kromosom berasal dari genom yang berbeda (tidak semuanya berasal dari set kromosom yang lengkap).
Suatu spesies dapat bersifat diploid, meskipun dalam sejarah perkembangan evolusinya berasal dari
poliploid. Spesies demikian dikenal sebagai paleopoliploid.
Manipulasi poliploidi dilakukan untuk mendapatkan jenis yang mempunyai lebih dari 2 set kromosom
(2n), berdasarkan pertimbangan pemuliaan terhadap flora dan fauna untuk memperbaiki mutu yang
lebih baik dari jenis atau organisme sebelumnya.

Individu normal di alam pada umumnya memiliki 2 set kromosom yang biasa disebut diploid (2n).
Individu diploid yang menghasilkan mutan gamet haploid (n),

biasanya berumur pendek. Apabila telur dari organisme diploid dirangsang untuk menjalani
embriogenesis tanpa fertilisasi oleh sperma, lebih dahulu aka menghasilkan individu haploid yang
menyimpang (Adisoemarto, 1988). Manipulasi poliploidi menghasilkan individu triploid, tetraploid dan
ploid yang lebih tinggi. Poliploid ini dapat tumbuh lebih pesat dibandingkan individu diploid dan haploid.
Individu triploid memiliki sifat steril dan individu tetraploid bersifat fertil (Sistina, 2000).

2.2 METODE POLIPLOIDISASI

Poliploidisasi pada ikan dapat dilakukan melalui perlakuan secara fisik seperti kejutan (shock) suhu
panas maupun dingin, hydrostatic pressure, Kejutan listrik dan radiasi, Sedangkan cara kimia dilakujan
dengan zat-zat anti pembelahan seperti kolkisin, sitokalasin dan vncristine. untuk mencegah peloncatan
polar bodyII atau pembelahan sel pertama pada telur terfertilisasi. Masing-masing memiliki intensitas,
lama dan waktu perlakuan yang kritis dan perlu evaluasi lebih lanjut, sedangkan tiap spesiesmungkin
memiliki perbedaan dalam merespons masing-masing perlakuan tersebut (Johnstone, 1993). Peloncatan
polar bodyII terjadi 3–7 menit setelah fertilisasi padabeberapa spesies (Carman et al., 1991), sedangkan
pembelahan mitosis pada ikan mas terjadi 20–40 menit setelah fertilisasi.Kejutan suhu selain murah dan
mudah, juga efisien dapat dilakukan dalam jumlah banyak (Rustidja, 1991).Kejutan panas mudah dan
sering digunakan untuk aplikasi poliploidisasi pada beberapa spesies ikan. Komen (1990) menyatakan,
suhu panas lebih efektif untuk mencegah terlepasnya polar bodyII.Pendekatan praktis untuk induksi
poliploid melalui kejutan panas merupakan perlakuan aplikatif sesaat setelah fertilisasi (untuk induksi
triploidi) atau sesaat setelah pembelahan pertama (untuk induksi tetraploidi) pada suhu sublethal. Tiga
hal yang perlu diperhatikan dalam perlakuan kejutan suhu pada telur, yaitu waktu awal kejutan, suhu
kejutan, dan lama kejutan. Nilaiparameter tersebut berbeda untuk setiap spesies.Kejutan suhu 3 menit
setelah fertilisasi dapat menghasilkan gynogenesis meiosis pada ikan mas dan triploid massal pada
Clarias batrachusL. Kejutan suhu panas 40°C umum digunakan pada ikan mas dengan lama kejutan
bervariasi, yaitu antara 1,5–2 menit, 2 menit atau 1–3 menit. Ikan mas hasil gynogenesis mitosis
dihasilkan melalui kejutan panas 29Berk. Perbedaan Keberhasilan Tingkat Poliploidisasi Ikan Mas 134
menit setelah fertilisasi atau 28–30 menit setelah fertilisasi.

Di alam, poliploid dapat terjadi karena kejutan listrik (petir), keadaan lingkungan ekstrem, atau
persilangan yang diikuti dengan gangguan pembelahan sel. Perilakureproduksi tertentu mendukung
poliploidi terjadi, misalnya perbanyakan vegetatif atau partenogenesis, dan menyebar luas.Usaha
poliploidisasi buatan dilakukan dengan alasan untuk memperoleh bentuk-bentuk baru yang memiliki
sifat lebih baik. Sifat-sifat baik yang diharapkan dari bentuk poliploid antara lain adalah:Lebih unggul,
mempunyai kualitas dan kuantitas yang lebih baik, Mempertahankan sifat-sifat baik dari bentuk-bentuk
heterozigot, Menghilangkan sterilitas karena sebab genetik, Menghilangkan incompatibilitas,
Mendapatkan pasangan seimbang untuk spesies tetraploid yang telah ada

2.3 PROSES POLIPLOIDISASI

Proses awal pembentukan oosit I hingga fase meiosis I, akan menghasilkan

oosit II yang mengandung sitoplasma dan polar bodi II. Bila pada fase ini terjadi fertilisasi oleh
spermazoa, maka oosit II menjadi totipotensi aktif. Dalam tahap penggabungan kromosom ini, pelakuan
kejut segera laksanakan. Untuk mendapatkan individu poliploid yang diinginkan dapat dilakukan
berbagai kejutan seperti suhu panas, dingin, tekanan (hydrostatic pressure) dan menggunakan bahan
kimiawi. Bahan kimia yang digunakan adalah kolkisin atau kolsemid. Tujuannya adalah untuk
menghalangi peloncatan polar body II, bersama pronuklei betina dan jantan akan membentuk zigot
poliploidi. Penggunaan zat kimia memiliki tujuan sama, yakni untuk menimbulkan kerusakan
mikrotubula yang selanjutnya akan menyebabkan kerusakan selama pembentukkan gelondongan
meiosis atau mitosis, dan akan menghasilkan zigot poliploid. Hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan kejut panas adalah waktu awal kejutan, suhu kejutan dan lama kejutan. Nilai parameter
tersebut berbeda pada setiap jenis. Menurut hasil penelitian Mukti et al., (2001) ploidisasi dilakukan
setelah menghitung jumlah nukleus, kemudian memberi perlakuan kejut suhu 40°C selama 1,5 menit
maka akan dihasilkan triploid 70 % dan tetraploid sebesar 60 %.Perlakuan ini efektif untuk menghasilkan
poliploidisasi pada ikan.

Anda mungkin juga menyukai