Anda di halaman 1dari 7

C.

Monoploidi
Kejadian yang menyebabkan suatu makhluk hidup, misalnya yang biasa tergolong
diploid, hanya mempunyai satu perangkat kromosom disebut monoploidi. Kadang-kadang
monoploidi disebut sebagai haploidi (Ayala, dkk., 1984; Russel, 1994 dalam Corebima,
2011), tetapi istilah terakhir ini biasanya digunakan khusus di kalangan sel-sel garnet.
Gambar 2.15 memperlihatkan contoh perangkat kromosom monoploid yang dibedakan dari
yang diploid dan poliploid. Monoploidi jarang terjadi, mungkin karena banyak individu
monoploid tak dapat hidup akibat pengaruh gen mutan letal (termasuk yang resesif). Di lain
hak spesies tertentu justru' mempunyai individu-individu monoploid sebagai suatu bagian/
kondisi yang normal dalam siklus hidupnya (Corebima, 2011). Monoploid secara ekstensif
digunakan pada percobaan pemuliaan tanaman. Dalam hal ini sel-sel monoploid diisolasi dari
produk meiosis yang haploid di dalam kepala sari. Sel-sel monoploid itu selanjutnya
diinduksi sehingga tumbuh dan selanjutnya ditelaah misalnya yang berkaitan dengan sifat-
sifat genetik (Russel, 1992 dalam Corebima, 2011). Sel-sel dari suatu induksi monoploid juga
dapat diinduksi untuk mengalami mutasi, tanpa setiap kali harus menginduksi mutasi yang
resesif.
Mutasi dapat berupa resesif atau dominan. Dalam organisme monoploid seperti virus
dan bakteri, baik mutasi resesif dan dominan bisa diakui oleh efeknya pada fenotipe
organisme yang mereka terjadi. Dalam organisme diploid seperti lalat buah dan manusia,
resesif mutasi akan mengubah fenotip hanya ketika hadir dalam homozigot kondisi. Dengan
demikian, di diploid, mutasi paling resesif tidak akan diakui pada saat terjadinya mereka
karena mereka akan hadir di negara heterozigot. X-linked mutasi resesif adalah pengecualian;
mereka akan dinyatakan dalam keadaan hemizygous di heterogamet seks (misalnya, laki-laki
pada manusia dan lalat buah; betina pada burung). X-linked resesif mematikan mutasi akan
mengubah rasio jenis kelamin anak karena individu hemizygous yang membawa mematikan
tidak akan bertahan.
D. Poliploidi
Poliploidi, kehadiran kromosom set ekstra, cukup umum pada tanaman tapi sangat
jarang terjadi pada hewan. Satu-setengah dari semua spesies tanaman yang dikenal
mengandung polyploid spesies, dan sekitar dua-pertiga dari semua rumput yang poliploidi.
Banyak dari spesies bereproduksi secara aseksual. Pada hewan, di mana reproduksi terutama
oleh seksual berarti, poliploidi jarang, mungkin karena mengganggu penentuan seks
mekanisme. Salah satu efek umum poliploidi adalah bahwa ukuran sel meningkat, mungkin
karena ada lebih kromosom dalam inti. Seringkali ini peningkatan ukuran berkorelasi dengan
peningkatan secara keseluruhan dalam ukuran organisme. spesies polyploid cenderung lebih
besar dan lebih kuat daripada rekan-rekan diploid mereka. Karakteristik ini memiliki praktis
arti penting bagi manusia, yang bergantung pada banyak spesies tanaman polyploid untuk
makanan. Ini spesies cenderung menghasilkan biji yang lebih besar dan buah-buahan, dan
karena itu memberikan hasil yang lebih besar di bidang pertanian. Gandum, kopi, kentang,
pisang, stroberi, dan kapas semua polyploidy tanaman tanaman. Banyak tanaman kebun hias,
termasuk mawar, krisan, dan tulip, juga polyploidy (Snustad, 2012).
Poliploidi Steril
Terlepas dari penampilan fisik mereka kuat, banyak spesies polyploid steril.
Tambahan set kromosom memisahkan tidak teratur di meiosis, yang mengarah ke terlalu
tidak seimbang (Yaitu, aneuploid) gamet. Jika gamet tersebut bersatu dalam fertilisasi, yang
dihasilkan zigot hampir selalu mati. inviability ini antara zigot menjelaskan mengapa banyak
spesies polyploid steril. Sebagai contoh, mari kita mempertimbangkan spesies triploid dengan
tiga set identik n kromosom setiap kromosom akan mencoba untuk memasangkan dengan
homolog nya. Salah satu kemungkinan adalah bahwa dua homolog akan memasangkan
sepenuhnya sepanjang panjangnya, meninggalkan ketiga tanpa rekan; kromosom soliter ini
disebut univalen a. Kemungkinan lain adalah bahwa semua tiga homolog akan sinaps,
membentuk trivalen di mana setiap anggota sebagian dipasangkan dengan masing-masing
lain. Dalam kedua kasus, sulit untuk memprediksi bagaimana kromosom akan bergerak
selama anafase dari pembelahan meiosis pertama. Semakin besar kemungkinan acara adalah
bahwa dua dari homolog akan pindah ke salah satu tiang dan satu homolog akan pindah ke
yang lain, menghasilkan gamet dengan satu atau dua salinan kromosom. Namun, semua tiga
homolog mungkin pindah ke satu kutub, memproduksi gamet dengan nol atau tiga salinan
kromosom. Karena ketidakpastian segregational ini berlaku untuk setiap trio kromosom
dalam sel, jumlah kromosom pada gamet dapat bervariasi dari nol sampai 3n. Zigot dibentuk
oleh pemupukan dengan gamet tersebut hampir tertentu untuk mati; dengan demikian,
kebanyakan triploid benar-benar steril. di bidang pertanian dan hortikultura, sterilitas ini
dielakkan dengan menyebarkan spesies aseksual. Banyak metode propagasi aseksual meliputi
budidaya dari stek (pisang), cangkok (Winesap, Gravenstein, dan Baldwin apel), dan umbi
(tulip). Di alam, tanaman polyploid juga dapat bereproduksi secara aseksual. Salah satu
mekanisme adalah apomixis, yang melibatkan meiosis dimodifikasi yang menghasilkan
tereduksi telur; telur ini kemudian membentuk biji yang berkecambah menjadi baru tanaman.
The dandelion, gulma polyploid sangat sukses, yang mereproduksi lewat sini.
Jumlah kromosom Oleh karena itu 3n. Ketika meiosis terjadi,Poliploidi terjadi karena
penggandaan perangkat kromosom secara keseluruhan. Dalam hal ini dari individu-individu
yang tergolong diploid dapat muncul turunan yang triploid maupun tetraploid. Poliploidi juga
dapat menghasilkan individu-individu yang pentaploid, heksaploid dsb.
Fenomena poliploidi lebih sering dijumpai pada spesies-spesies tumbuhan disbanding
spesies hewan. Dikalangan kebanyakan spesies hewan poliploidi memang jarang dijumpai :
tetapi banyak kelompok kadal, amphipi serta ikan, poliploidi lazim dijumpai (Klug dan
Cummings, 1994 dalam Corebima, 2011).
Berikut beberapa alasan yang dikemukakan oleh Ayala, dkk. 1984 dalam Corebima, 2011
terkait dengan jarangnya poliploidi di hewan antara lain:
1. Poliploidi mengganggu keseimbangan antara autosom dan kromosom kelamin yang
bermanfaat untuk determinasi kelamin.
2. Kebanyakan hewan melakukan fertelisasi silang; dalam hal ini suatu individu
poliploid yang terbararu berbentuk tidak dapat bereproduksi sendiri.
3. Hewan memiliki perkembangan yang lebih kompleks, yang dapat dipengaruhi oleh
perubahan yang disebabkan oleh poliploidi, misalnya dalam kaitannya dengan ukuran
sel yang akhirnya mengubah ukuran organ.
4. Jika dikalangan tumbuhan, individu poliploid sering timbul dari duplikasi pada hibrid,
tetapi dikalangan hewan hibrid-hibrid biasanya invariabl atau steril.
Berkenaan dengn kejadian selama mitosis, informasi lain menyebutkan bahwa poliploid
dapat juga terjadi akibat penggandaan jumlah perangkat kromosom di dalam selsel somatik
secara spontan (Ayala, dkk, 1984 dalam Corebima, 2011). Dalam hal ini kromosom
berlangsung tanpa diikuti oleh pembelahan sel. (pada individu diploid) kondisi ini dapat
berakibat terbentuknya kelompok sel (jaringan) tetraploid, yang pada akhirnya menghasilkan
gamet-gamet diploid, lebih lanjut jika terjadi pembuahan sendiri maka akan menghasilkan
zigot tetraploid, tetapi jika terjadi pembuahan yang melibatkan suatu gamet haploid, maka
akan terbentuk zigot triploid. Berkenaan dengan kejadian yang terkait dengan meiosis,
informasi lain menyebutkan bahwa poliploidi dapat terjadi akibat penyimpangan selama
meiosis yng menghasilkan gamet-gamet yang tidak mengalami reduksi itu (misalnya individu
diploid) bergabung dengan suatu gamet normal (haploid) maka zigot yang terbentuk
tergolong triploid; dan sebaliknya jika gamet-gametyang bergabung itu sama-sama tidak
mengalami reduksi (pada individu diploid) maka zigot yang terbentuk tergolong tetraploid.
Poliploid yang terjadi akibat perlakuan, misalnya perlakuan dengan kolkisin (Ayala, dkk,
1984; Russel,1992 Klug dan Cummings, 1994 dalam Corebima, 2011 ). Kolkisin ini
tergolong alkaloid yang diperoleh dari tumbuhan Colchum autamnale. Perlakuan dengan
koklisin pada saat mitosis berakibat terhambatnya pembentukan benang spindle mitosis.
Dalam hal ini akibat perlakuan maka kromosom yang telah mengalami replikasi tetap tidak
terpisah dan tidak dapat masuk ke tahap mitosis anaphase berimigrasi ke kutub-kutub sel.
Lebih lanjut jika efek kolkisin itu hilang maka sel itu dapat berlangsung memasuki tahap
siklus sel interfase; dan pada keadaan tersebut sel tadi mempunyai jumlah kromosom
sebanyak 2 kali lipat. Atas dasar asal usul kejadiannya poliploidi dibedakan menjadi
autopoliploidi dan allopoliploidi.
a. Autopoliploidi
Menurut (Suwarno, 2008) autoploid dapat muncul dengan spontan, atau dapat juga
dimunculkan melalui induksi penggandaan kromosom pada tanaman dengan tingkat ploidi
yang lebih rendah. Autoploid spontan dapat timbul ketika gamet yang tidak direduksi
bergabung dan menghasilkan individu dengan empat set kromosom dasar atau genom.
Tanaman hasilnya adalah autotetraploid (4x). Jika set kromosom dasar atau genom tanaman
asli disebut A, maka kedua diploid akan disebut AA dan autotetraploidnya AAAA. Autoploid
dapat diinduksi oleh kejutan lingkungan atau dengan bahan kimia yang mengganggu
pembelahan kromosom normal. Beberapa bahan kimia akan menginduksi poliploidi, tetapi
yang paling banyak digunakan adalah colchicine atau colcemid.
Menurut Ayala, dkk (1984), pada autopoliploidi tidak melibatkan spesies yang lain.
Dalam hal ini seluruh perangkat kromosom yang sudah mengganda berasal dari spesies yang
sama. Atau dengan kata lain perangkat kromosom tambahan adalah milik spesies yang sama
tersebut. Sebagai contoh misalnya perangkat kromosom diberi symbol A, maka autopoliploidi
mempunyai symbol AAA, sedangkan autotetraploidi bersimbol AAAA.
b. Allopoliploidi
Alloploid adalah poliploid yang dibuat dengan mengkombinasikan genom dari dua
spesies atau lebih, berbeda dari autoploid yang dibentuk oleh multiplikasi set kromosom di
dalam spesies. Jika set kromosom dasar spesies pertama adalah A dan set kromosom dasar
spesies kedua adalah B, tetua diploid masing-masing akan memiliki genom AA dan BB, dan
keturunan hibrida F1 adalah AABB seperti pada Gambar 2.16 (gambar b). Alloploid yang
ditemukan di alam umumnya memiliki tingkat kesuburan yang tinggi; sebaliknya mereka
tidak dapat bertahan hidup sebagai spesies. Alloploid yang diinduksi secara buatan dapat
beragam dari fertil sempurna hingga steril sempurna (Suwarno, 2008).
Dewasa ini teknik hibridisasi sel somatik juga digunakan untuk menghasilkan tumbuhan
allopoliploid (Klug dan Cummings, 1994 dalam Corebima, 2011). Bagan prosedur teknik
tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.17. Pada teknik tersebut, sel yang diambil dari daun
yang sedang tumbuh dihilangkan dinding selnya sehingga dihasilkan protoplast. Sel-sel
dalam wujud protoplast itu dapat dipertahankan dalam kultur, atau distimulasi untuk
melakukan fusi dengan protoplast yang lain, sehingga menghasilkan hibrid sel somatik
(dalam wujud protoplast) itu dapat diinduksi sehingga tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman allopoliploid
c. Bagan pembuatan bagian tanaman ataupun tanaman yang allopoliploidi melalui
teknik hibridisasi sel somatik
Berkenaan dengan poliploidi dikenal pula endopoliploidi. Yang dimaksud dengan
endopoliploidi adalah peningkatan jumlah perangkat kromosom yang terjadi akibat replikasi
selama endomitosis yang berlangsung dalam inti sel somatik (Klug dan Cummings, 1994
dalam Corebima, 2011). Sel-sel tertentu pada tubuh makhluk hidup diploid sebaliknya
tergolong poliploid. Dalam hal ini sel-sel tersebut dikatakan telah mengalami endopoliploidi;
pada sel-sel itu replikasi dan pemisahan kromosom berlangsung tanpa diikuti pembelahan
inti. Dikatakan lebih lanjut bahwa proses yang mengarah kepada endopoliploidi itulah yang
disebut endomitosis.
Manfaat dari endopoliploidi belum jelas diketahui (Klug dan Cummings, 1994 dalam
Corebima, 2011). Di lain pihak proliferasi kopi-kopi kromosom sering terjadi pada sel-sel
yang sedang sangat membutuhkan produk gen tertentu. Pada kenyataannya, gen-gen tertentu
yang produknya sangat dibutuhkan di tiap sel, secara alami memang ditemukan memiliki
jumlah kopi yang banyak; gen-gen RNA ribosom maupun RNA transfer adalah contoh dari
gen yang memiliki banyak kopi tersebut. Pada sel-sel makhluk hidup tertentu, keseluruhan
genom malahan mengalami replikasi, sehingga laju ekspresi berbagai gen menjadi lebih
tinggi. Dengan kata lain terjadi peningkatan jumlah perangkat kromosom akibat replikasi
selama endomitosis yang berlangsung dalam inti sel somatik.

Anda mungkin juga menyukai