Anda di halaman 1dari 49

IMUNOPARASITOLOGI

Dr. Selfi Renita Rusjdi


M.Biomed
Bagian Parasitologi
FK UNAND
 Imunoparasitologi → imunologi +
parasitologi
ilmu yang mempelajari ttg
kekebalan tubuh terhadap infeksi
/ infestasi parasit

 Prinsip : Proses kekebalan yang


ditimbulkan parasit = yang terjadi
pada bakteri / virus
Imunitas
spesifik

Imunitas
non spesifik
Kemungkinan yang terjadi apabila seseorang
terinfeksi parasit:
 Host - susceptible - parasite survives.
 Host - insusceptible - parasite killed by
innate immunity.

Susceptibility dipengaruhi oleh :


1. Faktor genetik
2. Faktor non genetik : umur, nutrisi, hormonal

 Infeksi parasit → individu yang


imunosupresi → mengalami infeksi
berat → †
Parasit menimbulkan gangguan (penyakit)
pada hospes dengan cara:
 Berkompetisi dengan hospes dalam mengambil
nutrisi (cacing tambang)
 Perusakan jaringan tubuh (ex. Hydatid
disease – cestoda - Echinococcus
granulosus).
granulosus
 Merusak sel (ex malaria, schistosomiasis).
 Mechanical blockage / Obstruksi mekanis (ex
Ascaris).
 Menimbulkan reaksi inflamasi yang berlebihan
(terhadap parasit maupun produknya)
PENYAKIT OLEH PARASIT
 Contoh :
 Parasit dalam  Larva Ascaris, cacing
jaringan/aliran tambang, Strongyloides
stercoralis, Trichinella
darah, bagi yang spiralis
sensitif/  Pecahnya kista hydatid
hipersensitif, dapat (larva Echinococcus
granulosus ),
terjadi reaksi alergi
 Benjolan oleh Draculus
bahkan reaksi medinensis yang pecah
anapilaksis  Nefritis oleh Plasmodium
malariae
 Black Water Fever oleh
Plasmodium falciparum
Imunitas terdiri dari:
1. Imunitas alamiah atau non-spesifik
(natural/ innate/ native immunity)
2. Imunitas didapat atau spesifik
→ saling berinteraksi dan
menentukan perjalanan
penyakit pada hospes
A. Imunitas Alamiah atau Innate
Immunity
terhadap parasit

→ Kekebalan tubuh terhadap infeksi /


infestasi parasit yang didapat secara
alamiah (sebelum terpapar parasit).

Dipengaruhi oleh :
1. Faktor genetik

2. Faktor non genetik


A.1. Faktor Genetik

Karakteristik:
- berperan pada stadium dini (awal infeksi)
- menghambat invasi parasit

Faktor genetik :
 Kelainan makrofag → gen Lsh
 Kelainan limfosit → gen MHC
 Kelainan sel darah merah (eritrosit)
1. Kelainan pada membran eritrosit
2. Kelainan pada bagian dalam eritrosit
Kelainan Membran Eritrosit

 Terjadinya invasi (masuk) plasmodium ke


dalam eritrosit → karena adanya reseptor
parasit tsb pd membran eritrosit
 Contoh : adanya reseptor parasit malaria
pada manusia:
1. Antigen Duffy (Fyb) : reseptor P.vivax
Afrika antigen Duffy (-) → resisten
2. Glikoforin A : reseptor P.falciparum
3. Ovalositosis atau eliptositosis : lebih tahan
thd infeksi P.vivax, P.falciparum, P.malariae
Kelainan bag dalam eritrosit

1. Defisiensi G6PD
heterozigot : melindungi organ thd infeksi
berat P.falciparum
homozigot : tetap rentan karena
kemampuan parasit untuk beradaptasi
thd kondisi eritrosit
2. Hbpati
a. Hb-S (Sickle cell)
PO2 ↓ eritrosit dalam kapiler berbentuk
sabit → pertumbuhan parasit
terhambat
Afrika Barat >> (20-50%)
b. Hb-F (talasemia), Hb-C, Hb-D, Hb-E
resisten terhadap P.falciparum
A.2 Faktor non genetik

 Hormon
Perubahan hormonal pada kehamilan dan
laktasi rentan thd infeksi G.lamblia,
nematoda usus dan malaria berat
 Faktor pd GI tract
PO2 , PCO2 , pH, enzim, empedu, asam
lambung
 Faktor pada kulit
barier mekanik → rambut, stratum
korneum, kel. Sebum, dll
Imunitas didapat (spesific /natural
acquired immunity)
→ Kekebalan tubuh terhadap infeksi /
infestasi parasit yang didapat
sesudah terpapar parasit
 Parasit mempunyai:

ukuran, struktur, sifat biokimiawi


siklus hidup dan patogenisitas
yang berbeda
→ respon imun spesifik yang berbeda
RESPON IMUN TERHADAP
PROTOZOA

Protozoa
ekstraseluler

- Aktifitas Th2 →
produksi antibody
→ opsonisasi →
ADCC
- Aktivasi
komplemen
Protozoa intraseluler

- Aktifitas Tc →
menyerang sel
terinfeksi

- Neutralisasi oleh ab

→ mencegah
sporozoit
menginvasi sel hepar
3. IMUNITAS ALAMIAH (INNATE IMUNITY) DAN
IMUNITAS DIDAPAT (ACQUIRED IMMUNITY) →
saling berinteraksi dan menentukan
perjalanan penyakit pada hospes.

 Antibody + Complement, ex. lysis of blood


dwelling trypanosomes

 Activated macrophages effective against


intracellular protozoa, e.g. Leishmania,
Toxoplasma, Trypanosoma cruzi.

 CD8+ (cytotoxic T cells) kill parasite infected


host cells, e.g. Plasmodium infected liver cell.
Imunitas Spesifik pada Malaria
 Di daerah endemisitas tinggi :
- malaria paling banyak diderita oleh anak-anak
- orang dewasa : - gej.klinis jarang dan
- Σ parasit dalam darah
rendah
 Antibodi spesifik terhadap malaria terbentuk
akibat sporulasi
 Antibodi yang terbentuk:
jumlahnya sedikit
kemampuannya rendah
cepat hilang dari sirkulasi
Imunitas Spesifik pada
Toksoplasmosis
 Imunitas terhadap toksoplasmosis lebih
bersifat seluler daripada humoral →
walaupun keduanya ikut terlibat dalam
menghambat multipikasi parasit intraseluler
 Antibodi terhadap toksoplasma dapat
ditransmisikan dari ibu ke janin melalui
plasenta atau ASI
 Orang dengan Ig spesifik Toxoplasma positif,
tidak memperlihatkan gejala klinis
 Toksoplasmosis akut biasanya pd orang-
orang dengan immunosupresi.
 Infeksi akut → IgM
Infeksi kronis → IgG
Imunitas Spesifik pada Giardiasis

 Di negara berkembang → hygiene


dan sanitasi ↓ → kekebalan (+)
 Pendatang mudah terinfeksi
G.lamblia daripada penduduk asli.
RESPON IMUN TERHADAP
HELMINTH
Helminth merupakan parasit ekstraseluler,
berukuran besar ≠ fagositosis

Nematoda intestinal mengakibatkan reaksi


inflamasi dan hipersensitifitas

Respon pd fase akut – Aktifitas IgE &


eosinophil → inflamasi = worm
expulsion.

Respon pada fase kronik = inflamasi


kronik:
DTH, Th1 / activated macrophages - granuloma
Respon imun pada Infeksi Cacing
Usus

 Pertahanan thd infeksi cacing →


diperankan oleh aktivasi Th2

IL-4 Membantu produksi IgE oleh sel B


IL-13 Kontraksi usus ↑
Produksi mukus ↑
IL-5 Mengaktivasi eosinofil → eosinofilia
IL-9 Mengaktivasi sel mast → histamin
→ spasme usus → ekspulsi cacing
dari lumen usus
 Pada infeksi cacing → eosinofil lebih
efektif dibanding sel lekosit lainnya
karena:
granul mengandung lisozim yang
lebih toksik dibanding enzim
proteolitik dan ROI yang
dihasilkan o/ neutrofil dan makrofag
Imunitas Spesifik pada Filariasis

 Di daerah endemis jarang ditemukan


penderita dengan mikrofilaremia (+)
dalam darah dan penderita dengan
gejala klinis → tetapi titer antibodi ↑
Mekanisme Kerja Imunitas
Spesifik
Thd Parasit
I. HUMORAL
 Infeksi parasit → respon humoral ↑
 Tetapi kebanyakan antibodi yang
terbentuk tidak bersifat protektif

 Mekanisme kerja antibodi dalam melawan


parasit:
1. Antibodi bekerja sendiri
2. Antibodi bekerja sama dengan sel
3. Antibodi bekerja sama dengan komplemen
Antibodi Bekerja Sendiri
 Parasit intraseluler memerlukan reseptor
pada permukaan sel hospes → untuk bisa
masuk ke dalam sel
 Antibodi → menghambat terjadinya ikatan
antara molekul parasit dengan reseptor
 Ex:
- Ab thd Ag permukaan merozoit
plasmodium → menghambat terjadinya
interaksi merozoit dgn eritrosit
- Ab thd Ag permukaan sporozit
menghambat ikatan sporozoit dgn
hepatosit
- Ab thd komponen glikolipid Leishmania →
menghambat parasit masuk makrofag
Antibodi bekerja sama dengan sel

 Dikenal sebagai ADCC


 Sel yang terlibat: eosinofil, makrofag,
neutrofil, trombosit
 Sel tsb berikatan dengan bagian Fc dari Ig.
Bagian Fab berikatan dengan parasit (sel yg
terinfeksi)
 Ex:
- Eosinofil berikatan dgn IgE →
menghancurkan cacing
- Makrofag berikatan dgn Ig
memfagositosis Plasmodium std eritrositik
Antibodi bekerja sama dengan
komplemen

 Efektivitas komplemen alam


mengeliminasi parasit secara in vitro
telah terbukti tetapi secara in vivo belum.

II. SELULER
 Dilakukan oleh sel limfosit dengan cara :
1. CTL (T CD8+)
2. Limfokin
3. Sel NK
Cytotoxic T Lymphocyte (T CD8+)

 Molekul antigen diperkenalkan


kepada sel T CD8+ oleh MHC kelas I
→ lisis sel target.
 Ex:
- Penghancuran / lisis hepatosit
yang terinfeksi Plasmodium
- Penghancuran T.gondii
Limfokin

 Limfokin merupakan suatu mediator


soluble (protein) yang dihasilkan
oleh limfosit
 Bekerja meningkatkan aktifitas sel
efektor untuk mengeliminasi parasit
(dgn atau tanpa bantuan Ab)
 Ex:
IFN-γ pada infeksi Plasmodium
Natural Killer Cell (Sel NK)

 Menghasilkan IFN-γ → aktivitas


sitotoksik
MEKANISME PARASIT
MENGHINDAR DARI SISTEM
IMUN HOSPES
Parasit dapat menghindarkan diri dari respon
imun hospes dgn berbagai cara:

PROTOZOA
1. Pengaruh Lokasi
Banyak parasit terlindung dari sistem imun
karena letaknya secara anatomis tidak
terpajan dgn sistem imun.
ex:
- Leishmania dan Toxoplasma di dalam
makrofag
- Plasmodium di dalam eritrosit dan sel
hepar
2. Kemampuan parasit untuk
mengubah antigen
permukaan (surface-antigen)
Parasit mampu mengubah Ag
permukaannya melalui proses
variasi antigenik (antigenic
variation)
Bentuk variasi antigenik:
- Perubahan yang tergantung dari fase perkembangan
ex:
Plasmodium, different stages of life cycle express
different antigens.
extracellular protozoan, Giardia lamblia.

- Variasi antigenik terjadi karena adanya variasi yg


terprogram dalam ekspresi gen yang menyandi
antigen permukaan
ex:
African trypanosomes → surface glycoprotein that
covers parasite = VSG.
- Tryps have “gene cassettes” of VSG’s allowing
regular switching to different VSG.
- Host mounts immune response to current VSG but
parasite already switching VSG to another type.
3. Shedding / replacement surface
Parasit mengganti permukaannya atau
melepaskan dinding (permukaannya)
ex: Entamoeba histolytica.

5. Immunosupression
Parasit menekan sistem imun host
ex:
- Larva T.spiralis dan skistosoma merusak
sel limfosit dan jaringan secara langsung
- Plasmodium dan tripanosoma
menyebabkan makrofag dan sel T
menghasilkan sitokin imunosupresif
6. Anti-immune mechanisms
Leishmania – menghasilkan zat
yang bersifat anti oksidan untuk
mengatasi “macrophage oxidative
burst”.
HELMINTH
1. Pengaruh ukuran
Ukuran cacing yang besar menyebabkan
sukar untuk dieliminasi
ex: A.lumbricoides
2. Parasit meliputi dirinya dengan protein
host (antibodi dari host) sehingga tidak
dianggap sebagai benda asing
ex: Schistosomes - host blood proteins
3. Molecular mimicry.
Parasit mempunyai kemampuan meniru struktur dan
fungsi molekul hospes
ex:
schistosome mempunyai E-selectin - adhesion /
invasion.

4. Anatomical seclusion
Parasit dapat mengasingkan diri (bersembunyi)
dalam organ tubuh hospes
ex:
larva Trichinella spiralis di dalam jaringan otot

5. Shedding / replacement surface


Parasit mengganti permukaannya atau melepaskan
dindingnya
ex:
trematoda, cacing tambang
6. Immunosupression – manipulation of
the immune response.
- Infeksi berat nematoda sering terjadi
tanpa gejala
- Parasit mensekresikan bahan yang
bersifat anti inflamasi →
menghambat rekrutmen (penarikan) dan
aktivasi lekosit
menghambat interaksi chemokine-receptor
ex:
Protein yang dimiliki cacing tambang
mengikat ß integrin CR3 dan
menghambat ekstravasasi netrofil
 7. Anti-immune mechanisms
ex: larva trematoda hati mensekresikan
enzim yang dapat merusak ab.

 8. Migration
ex. Cacing tambang dapat bermigrasi
dari usus untuk menghindari reaksi
radang lokal pd usus
9. Production of parasite enzymes
Parasit mensekresikan enzim
tertentu
ex:
Cacing filaria mensekresikan enzim
yang bersifat anti oksidan seperti
glutathione peroxidase & superoxide
dismutase – tahan thd mekanisme
ADCC & oxidative stress
IMUNODIAGNOSIS
PENYAKIT PARASIT
 Tujuan
= menegakkan diagnosis penyakit parasit
yang parasitnya sukar ditemukan dengan
pemeriksaan mikroskopik, misalnya
- pada masa prepaten
- infeksi menahun
- lokalisasi pengambilan bahan
pemeriksaan
secara teknis sukar dicapai
Deteksi penyakit
 Secara garis besar adalah

 reaksi kekebalan hospes dan


 antigen dari parasitnya
Reaksi kekebalan
 Reaksi Humoral
 IDT (imunodiffusion test)
 CIEP(Counter Immuno Electrophoresis)
 Tes hemaglutinasi
 Tes fluorosensi
 ELISA
 Radioimmunoassay
 Tes dengan komplemen
 Reaksi Seluler
 Lebih sulit karena limfosit yang
diperoleh harus segar.
 Dikatakan (+) bila jumlah limfosit yang
menempel cukup banyak.
Deteksi antigen parasit
 Dapat dgn berbagai tes serologi
 Harus dibuat zat anti poliklonal atau
monoklonal yang bereaksi dgn antigen parasit
tersebut.
 Memerlukan peralatan canggih.
 Biaya tinggi.
 Lebih unggul karena dapat menentukan
seseorang mengalami infeksi yg aktif atau tidak
→ karena mendeteksi metabolit parasit (yg
hanya dihasilkan oleh parasit yg masih hidup).

Anda mungkin juga menyukai