Nama Dosen :
A. TUJUAN
B. PRINSIP
C. DASAR TEORI
Tempe merupakan makanan tradisional yang dihasilkan dari
fermentasi biji kedelai atau beberapa bahan lainnya. Fermentasi
menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dan beberapa jenis
kapang Rhizopus lainnya (PUSIDO,2012).
Dimana pada proses fermentasi akan terjadi hidrolisis senyawa –
senyawa kompleks menjadi sederhana, sehingga baik untuk dicerna.
Tempe merupakan makanan yang kaya akan serat pangan, kalsium,
vitamin B dan zat besi ( Cahyadi 2007).
Rhizopus merupakan kapang yang penting dalam industri makanan
sebagai penghasil berbagai macam enzim amylase, protease, pektinase dan
lipase. Kapang dari Rhizopus juga telah diketahui sejak lama sebagai
kapang yang memegang peranan utama pada proses fermentasi kedelai
menjadi tempe. Tempe memiliki warna putih karena miselia kapang
tumbuh dan merekatkan biji kedelai sehingga membentuk tekstur padat.
Fermentasi kedelai dengan bantuan kapang tersebut menyebabkan
perubahan fisik maupun kimia. Senyawa-senyawa kompleks dihidrolisis
menjadi lebih sederhana sehingga tempe dapat lebih mudah dicerna tubuh
(Sukardi dkk., 2008).
Kandungan yang terdapat dalam tempe berupa air 64%,
protein18,3%, lemak 4%, karbohidrat 12,7%, kalsium 129mg/100g, fosfor
154 mg/100 g dan zat besi 10mg/100 g (Mujianto, 2013).
Tempe memiliki keterbatasan pada umur simpannya yang pendek
Penyimpanan tempe pada suhu ruang memiliki keterbatasan umur simpan
yaitu sekitar 2-3 hari (Saputra, 2006).
Rhizopus merupakan kapang yang penting dalam industri makanan
sebagai penghasil berbagai macam enzim seperti amilase, protease,
pektinase dan lipase. Kapang dari Rhizopus juga telah diketahui sejak
lama sebagai kapang yang memegang peranan utama pada proses
fermentasi kedelai menjadi tempe. Jenis-jenis kapang yang ditemukan
diketahui sebagai Rhizopus oligosporus, R. oryzae, R. stolonifer (kapang
roti), atau R. arrhizus (Wipradnyadewi dkk., 2010).
D. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
1. Objek glass
2. Lampu Spritus
3. Cover glass
4. Mikroskpop
5. Pinset
6. Ose
BAHAN :
1. Sampel Tempe
2. Lactophenol cotton blue
3. Tissue
E. CARA KERJA
2. Setelah itu, Lactophenol cotton blue diteteskan pada objek glass yang
bersih dan bebas lemak.
3. Diambil sampel pada tempe dengan ose bulat yang telah disterilkan
dengan lampu spritus
F. HASIL PENGAMATAN
GAMBAR KETERANGAN
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan langsung dari
sampel tempe. Tujuan dari pemeriksaan pembuatan sediaan langsung kali ini
adalah untuk mengetahui jenis jamur yang terdapat pada tempe. Bagian tempe
yang akan dijadikan sampel ialah bagian yang sudah nampak bulu
halus/jamur.
Praktikum kali ini mengenai analisis morfologi jamur tempe. Jamur tempe
adalah salah satu mikroorganisme semi anaerob dan organism saprofit. Hal ini
dapat dilihat akan kebutuhan jamur tempe akan udara dan summber
makanannya.
Jamur tempe ( Rhizopus oryzae) termasuk ke dalam genus Rhizopus dan
Famili Mucoraceae. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
mikroskop dapat dilihat bahwa misellium dari jamur tempe ini tidak bersekat.
Misellium yang tidak bersekat merupakan cirri utama dari family Mucoraceae.
Jamur tempe ini terdiri dari beberapa bagian utama yaitu misellium atau yang
sering disebut stolon jamur, sporongiophore,sporangium dan spora yang
menjadi organ perkembangbiakannya.
Sementara itu hasil pengamatan morfologi fungi pada tempe (Rhizopus
Oryzae) diperoleh bakteri yang berbentuk bacillus. Kapang/Jamur merupakan
mikroba dengan struktur talus berupa benang-benang (hifa) yang terjalin
seperti jala (myselium). Hifa dapat berekat (septat) dengan inti tunggal/ lebih
dan hifa tidak bersekat (aseptat). Penampakan morfologi koloni pada
umumnya seperti benang (filamentous) yang pertumbuhannya membentuk
lingkaran.
H. KESIMPULAN
Cahyadi, W., 2007. Teknologi dan Khasiat Kedelai, Bumi Aksara, Jakarta
Mujianto. 2013. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Proses Produksi Tempe
Produk UMKM di Kabupaten Sidoharjo”. Jurnal REKA Agroindustri
Media Teknologi dan Menejemen Agroindustri. I:1.
Wipradnyadewi, P.A., Rahayu, E.S. & Sri, R. 2010. Isolasi dan Identifikasi
Rhizopus oligosporus Pada Beberapa Inokulum Tempe.
LAPORAN PRAKTIKUM IV
Kultur
Nama Dosen :
A. TUJUAN
B. PRINSIP
ALAT :
1. Cawan Petri
2. Lampu Spiritus
3. Scaipel
4. Mikroskop
5. Objek Glass
6. Cover glass
7. Inkubator
8. Ose
BAHAN :
1. Sampel Kerokan Kulit
2. Lactophenol cotton blue
3. Tissue
4. Media Sabaroud agar
E. CARA KERJA
Cara Membuat Media Sabaroud Agar
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Menimbang sabaroud agar sebanyak 16,325 gr dan melarutkannya
dengan menggunakan 250 ml aquadest didalam erlenmeyer
3. Setelah larut dipanaskan hingga mendidih dan sesekali dalam
pemanasan media dihomogenkan dengan memutar erlenmeyer.
2. Diteteskan Lactophenol cotton blue pada objek glass yang bersih dan
bebas lemak. Diambil koloni yang tumbuh di cawan petri yang telah di
kultur. Pengambilan dilakukan dengan ose ose bulat yang telah
disterilkan dengan lampu spritus pada setiap koloni yang berbeda. 1
koloni 1 objek glass
3. Koloni diletakan pada tetesan larutan Lactophenol , kemudian ditutup
dengan cover glass
4. Dilewatkan beberapa kali diatas nyala lampu spritus. Lalu diamati di
mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x objektif.
Penanaman koloni yang tubuh dari kultur ke dalam tabung reaksi yang
berisi media sabaroud agar
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil tabung reaksi lalu mengisinya dengan media sabaroud agar.
3. Ditutup bagian atas tabung dengan kapas
4. Disimpan dengan posisi miring dan didiamkan sampai membeku
5. Setelah membeku, mengambil sampel pada koloni yang tubuh pada
kultur cawan petri dengan ose secara perlahan dengan menggoresnya
dari dasar ke atas tabung ( 1 koloni yang ditumbuh ditanam pada 1
tabung reaksi)
6. Dibungkus tabung reaksi dengan kertas dan diinkubasi selama 7 hari
pada suhu 35 derajat celcius.
7. Mengamati koloni yang tumbuh pada tabung reaksi
F. HASIL
GAMBAR KETERANGAN
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan media sabaroud agar, kultur
sampel, mikroskopik hasil koloni kultur dan penanaman kembali koloni pada
tabung reaksi.
Pada kultur sampel korokan kulit, tumbuh 6 koloni dengan warna dan
ukuran yang berbeda. Ada yang bewarna hijau, hitam, ataupun putih. Setelah
diamati di bawah mikroskop, koloni yang tumbuh pada no 1-4 ditemukan hifa
dan jamur Aspergillus sp .
Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes
yang dapat ditemukan dimana—mana di alam imi. Ia tumbuh sebagai saprofit
pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula pada tanah, debu
organik, makanan dan merupakan kontaminan yang lazim ditemukan di rumah
sakit dan Laboratorium. Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen-
filamen panjang bercabang, dan dalam media biakan membentuk muselia dan
konidiospora. Aspergillus berkembang biak
dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan komnidiofora
pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga
inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran pernapasan ke
dalam paru.(Tarigan, 1991)
Ciri-ciri.
Cici-cin Aspergillus adalah mempunyai hifa berseptat dan miselium
bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan merupakan hifa
fertil, koloninya berkelompok, konidiofora berseptat atau nonseptat yang
muncul dari sel kaki, pada ujung hifa muncul sebuah gelembung, keluar dari
gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidium— konidium
yang tersusun berurutan murip bentuk untaian mutiara, konidium—konidium
ini berwarna (hitam, coklat, kuning tua, hyau) yang memberi warna tertentu
pada jamur. (Schlegel, 1994)
Taksonomi
Kingdom : Myceteae
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Euroticeae
Genus : Aspergillus
Spesies :
Aspergillus fumigatus
Aspergillus flavus
Aspergillus clavatus
Aspergillus nidulans
Aspergillus niger
Aspergillus oryzae
Aspergillus yermus
H. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini digunakan sampel kerokan kulit dengan media
sabaroud agar. Koloni yang tumuh pada cawan petri terdapat 6 koloni
yang setelah di amati di mikroskop ditemukan jamur Aspergillus sp.
DAFTAR PUSTAKA