Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM IV

Judul : Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Tempe

Hari / Tanggal : Rabu , 2 Juni 2021

Nama Dosen :

1. Widarti , S.Si , Apt , M.M.Kes

2. Hj. Syhida Djasang , SKM , M.M.Kes

3. Herdiana , S.ST , M.Kes

A. TUJUAN

Untuk menentukan adanya Hifa atau Spora pada pemeriksaan Sampel


Tempe serta menentukan jamur yang terdapat didalam sampel.

B. PRINSIP

1. Penambahan Lactophenol cotton blue (LCB )adalah salah satu pewama


yang digunakan untuk mewarnai kapang dan hasilnya berwarna biru.
Dalam pewarnaan lactophenol cotton blue, phenol berfungsi untuk
mematikan jamur. Giwerol mengawetkan preparat dan mencegah
presipitasi dan cat dan Corton blue berfungsi untuk mewamai jamur
menjadi biru.

2. Pengamatan preparat awetan (preparat kering) dilakukan pada


perbesaran 10x lensa objektif untuk mencari lapang pandang dan
perbesaran 40x lensa objektif.

C. DASAR TEORI
Tempe merupakan makanan tradisional yang dihasilkan dari
fermentasi biji kedelai atau beberapa bahan lainnya. Fermentasi
menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dan beberapa jenis
kapang Rhizopus lainnya (PUSIDO,2012).
Dimana pada proses fermentasi akan terjadi hidrolisis senyawa –
senyawa kompleks menjadi sederhana, sehingga baik untuk dicerna.
Tempe merupakan makanan yang kaya akan serat pangan, kalsium,
vitamin B dan zat besi ( Cahyadi 2007).
Rhizopus merupakan kapang yang penting dalam industri makanan
sebagai penghasil berbagai macam enzim amylase, protease, pektinase dan
lipase. Kapang dari Rhizopus juga telah diketahui sejak lama sebagai
kapang yang memegang peranan utama pada proses fermentasi kedelai
menjadi tempe. Tempe memiliki warna putih karena miselia kapang
tumbuh dan merekatkan biji kedelai sehingga membentuk tekstur padat.
Fermentasi kedelai dengan bantuan kapang tersebut menyebabkan
perubahan fisik maupun kimia. Senyawa-senyawa kompleks dihidrolisis
menjadi lebih sederhana sehingga tempe dapat lebih mudah dicerna tubuh
(Sukardi dkk., 2008).
Kandungan yang terdapat dalam tempe berupa air 64%,
protein18,3%, lemak 4%, karbohidrat 12,7%, kalsium 129mg/100g, fosfor
154 mg/100 g dan zat besi 10mg/100 g (Mujianto, 2013).
Tempe memiliki keterbatasan pada umur simpannya yang pendek
Penyimpanan tempe pada suhu ruang memiliki keterbatasan umur simpan
yaitu sekitar 2-3 hari (Saputra, 2006).
Rhizopus merupakan kapang yang penting dalam industri makanan
sebagai penghasil berbagai macam enzim seperti amilase, protease,
pektinase dan lipase. Kapang dari Rhizopus juga telah diketahui sejak
lama sebagai kapang yang memegang peranan utama pada proses
fermentasi kedelai menjadi tempe. Jenis-jenis kapang yang ditemukan
diketahui sebagai Rhizopus oligosporus, R. oryzae, R. stolonifer (kapang
roti), atau R. arrhizus (Wipradnyadewi dkk., 2010).
D. ALAT DAN BAHAN

ALAT :
1. Objek glass
2. Lampu Spritus

3. Cover glass

4. Mikroskpop

5. Pinset

6. Ose

BAHAN :
1. Sampel Tempe
2. Lactophenol cotton blue
3. Tissue

E. CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Setelah itu, Lactophenol cotton blue diteteskan pada objek glass yang
bersih dan bebas lemak.

3. Diambil sampel pada tempe dengan ose bulat yang telah disterilkan
dengan lampu spritus

4. Sampel tempe diletakan pada tetesan larutan Lactophenol , kemudian


ditutup dengan cover glass
5. Kemudian dilewatkan beberapa kali diatas nyala lampu spritus. Lalu
diamati di mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x objektif.

F. HASIL PENGAMATAN

GAMBAR KETERANGAN

Pada pemeriksaan sampel


Tempe secara langsung
ditemukan misellium atau
kumpulan hifa tidak bersekat
yang diidentifikasi sebagai
jamur Rhizopus oryzae.

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan langsung dari
sampel tempe. Tujuan dari pemeriksaan pembuatan sediaan langsung kali ini
adalah untuk mengetahui jenis jamur yang terdapat pada tempe. Bagian tempe
yang akan dijadikan sampel ialah bagian yang sudah nampak bulu
halus/jamur.
Praktikum kali ini mengenai analisis morfologi jamur tempe. Jamur tempe
adalah salah satu mikroorganisme semi anaerob dan organism saprofit. Hal ini
dapat dilihat akan kebutuhan jamur tempe akan udara dan summber
makanannya.
Jamur tempe ( Rhizopus oryzae) termasuk ke dalam genus Rhizopus dan
Famili Mucoraceae. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
mikroskop dapat dilihat bahwa misellium dari jamur tempe ini tidak bersekat.
Misellium yang tidak bersekat merupakan cirri utama dari family Mucoraceae.
Jamur tempe ini terdiri dari beberapa bagian utama yaitu misellium atau yang
sering disebut stolon jamur, sporongiophore,sporangium dan spora yang
menjadi organ perkembangbiakannya.
Sementara itu hasil pengamatan morfologi fungi pada tempe (Rhizopus
Oryzae) diperoleh bakteri yang berbentuk bacillus. Kapang/Jamur merupakan
mikroba dengan struktur talus berupa benang-benang (hifa) yang terjalin
seperti jala (myselium). Hifa dapat berekat (septat) dengan inti tunggal/ lebih
dan hifa tidak bersekat (aseptat). Penampakan morfologi koloni pada
umumnya seperti benang (filamentous) yang pertumbuhannya membentuk
lingkaran.

H. KESIMPULAN

Pada hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pada sampel tempe


ditemukan jamur Rhizopus oryzae dengan ciri-ciri mikoroskopik
ditemukannya misellium atau kumpulan hifa yang tidak bersekat.
DAFTAR PUSTAKA

Agung_Astuti, J.E. Saputra, dan A. Supriyadi. 2006. Karakterisasi Nodul Akar


dan Bakteri Rhizobium sp. pada Kedelai Lokal Wilis dan Kedelai
Introduksi Edamame. http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/
7142. Diakses pada 27 Juni 2021

Cahyadi, W., 2007. Teknologi dan Khasiat Kedelai, Bumi Aksara, Jakarta
Mujianto. 2013. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Proses Produksi Tempe
Produk UMKM di Kabupaten Sidoharjo”. Jurnal REKA Agroindustri
Media Teknologi dan Menejemen Agroindustri. I:1.

PUSIDO., 2012. Tempe: Persembahan Indonesia untuk dunia, Jakarta: Badan


Standarisasi Nasional

Wipradnyadewi, P.A., Rahayu, E.S. & Sri, R. 2010. Isolasi dan Identifikasi
Rhizopus oligosporus Pada Beberapa Inokulum Tempe.
LAPORAN PRAKTIKUM IV

Judul : Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Kerokan Kulit Secara

Kultur

Hari / Tanggal : Rabu , 2 Juni 2021

Nama Dosen :

1. Widarti , S.Si , Apt , M.M.Kes

2. Hj. Syhida Djasang , SKM , M.M.Kes

3. Herdiana , S.ST , M.Kes

A. TUJUAN

Untuk menentukan adanya Hifa atau Spora pada pemeriksaan Sampel


Kerokan Kulit secara Kultur serta menentukan jamur yang terdapat didalam
sampel.

B. PRINSIP

1. Mengambil sampel dan menaruhnya di cawan petri yang telah berisi


media PDA lalu diinkubasi selama 7 x 24 jam.
2. Jamur yang diinokulasikan pada media PDA diamati makroskopis-
nya, kemudian dibuat sediaan pada objek glass yang telah berisi
larutan LCB. Kemudian sediaan dapat diamati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 10x dan dilanjutkan
dengan perbesaran lensa objektif 40x.
3. Setiap koloni berbeda yang muncul diambil dengan ose lalu digores
pada tabung yang telah berisi media. Lalu diinkubasi selama 7 x 24
jam.
C. DASAR TEORI
Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil
sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk memproduksi makanan
sendiri atau dengan kata lain jamur tidak bisa memanfaatkan
karbondioksida sebagai sumber karbonnya. lehkarena jamur
memerlukan senya$a organic baik dari bahan organic mati maupun
dariorganisme hidup sehingga jamur dikatakan juga organisme
heterotrofik. Jamur ini adayang hidup dan memperoleh makanan dari
bahan organik mati seperti sisa-sisa he$andan tumbuhan, dan ada pula
yang hidup dan memperoleh makanan dari organismehidup. #amur yang
hidup dan memperoleh makanan dari bahan organic matidinamakan
saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari
organismhidup dinamakan parasit (Darnetty,2006)
Hifa yang mempunyai septum tersebutdinamakan speta yang tidak
mempunyai septum disebut asepta atau senosit. Talusatau hifa jamur dapat
dibedakan atas dua bagian yaitu:
1. Hifa vegetatif tumbuh mengarah kedalam substrat dan berfungsi
untuk mengabsorbsi nutrisi.
2. Hifa generative tumbuh mengarah keluar dan berfungsi untuk
perkembangbiakan (Darnetty, 2006).
Tubuh suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian
miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium
merupakan kumpulan beberapa filament yang dinamakan hifa. Setiap hifa
lebernya 5 sampai 8 mikro meter , dibandingkan dengan sel bekteri yang
biasanya berdiameter 1 mikro meter (Pelezar, 2005)
Salah satu jenis jamur yang terdapat di alam adalah Aspergillus sp.
Genus Aspergillus mempunyai lebih dari 200 spesies, dan yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia ada 20 spesies. Aspergillus dapat
tumbuh subur pada suhu 10 - 400C, pH 5 - 8, kelembaban 80 - 90%
dengan kadar air 16% - 17%. Sporanya disebarkan oleh angin sehingga
dapat mengkontaminasi berbagai bahan pangan. Sebagai mikroba
kontaminan jika dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit yang disebut
Aspergilosis (Safika, et al., 2014)
Aspergillus merupakan jamur filamen yang umumnya dapat
ditemukan dalam tanah, sisa-sisa tumbuhan dan di ruangan sehingga dapat
ter kontaminasi di laboratorium. Aspergillus memproduksi bermacam –
macam mikotoksin yang telah terbukti berpotensi menjadi karsinogenik.
Toksin ini diproduksi oleh jamur A.flavus yang dapat mengkontaminasi
berbagai makanan (Charista, 2012).

D. ALAT DAN BAHAN

ALAT :

1. Cawan Petri

2. Lampu Spiritus

3. Scaipel

4. Mikroskop

5. Objek Glass

6. Cover glass

7. Inkubator

8. Ose

BAHAN :
1. Sampel Kerokan Kulit
2. Lactophenol cotton blue
3. Tissue
4. Media Sabaroud agar

E. CARA KERJA
Cara Membuat Media Sabaroud Agar
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Menimbang sabaroud agar sebanyak 16,325 gr dan melarutkannya
dengan menggunakan 250 ml aquadest didalam erlenmeyer
3. Setelah larut dipanaskan hingga mendidih dan sesekali dalam
pemanasan media dihomogenkan dengan memutar erlenmeyer.

Teknik Pembuatan Biakan / Kultur dari sampel kerokan Kulit

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Sampel kerokan kulit diambil secukupnya dengan menggunakan


scaipel dan disimpan di cawan petri.
3. Kemudian ditambahkan media sabaroud agar yang telah dipanaskan di
cawan petri yang sama sampai wadah cawan terisi semua
4. Dihomogenkan lalu didiamkan sampai media membeku
5. Media dibungkus dengan kertas buram dan diinkubasi pada suhu ruang
(35°C) selama ± 7 hari.

6. Diamati pertumbuhan koloni pada media.

Cara pengamatan koloni yang tumbuh pada kultur

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Diteteskan Lactophenol cotton blue pada objek glass yang bersih dan
bebas lemak. Diambil koloni yang tumbuh di cawan petri yang telah di
kultur. Pengambilan dilakukan dengan ose ose bulat yang telah
disterilkan dengan lampu spritus pada setiap koloni yang berbeda. 1
koloni 1 objek glass
3. Koloni diletakan pada tetesan larutan Lactophenol , kemudian ditutup
dengan cover glass
4. Dilewatkan beberapa kali diatas nyala lampu spritus. Lalu diamati di
mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x objektif.

Penanaman koloni yang tubuh dari kultur ke dalam tabung reaksi yang
berisi media sabaroud agar
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil tabung reaksi lalu mengisinya dengan media sabaroud agar.
3. Ditutup bagian atas tabung dengan kapas
4. Disimpan dengan posisi miring dan didiamkan sampai membeku
5. Setelah membeku, mengambil sampel pada koloni yang tubuh pada
kultur cawan petri dengan ose secara perlahan dengan menggoresnya
dari dasar ke atas tabung ( 1 koloni yang ditumbuh ditanam pada 1
tabung reaksi)
6. Dibungkus tabung reaksi dengan kertas dan diinkubasi selama 7 hari
pada suhu 35 derajat celcius.
7. Mengamati koloni yang tumbuh pada tabung reaksi

F. HASIL

GAMBAR KETERANGAN

Pertumbuhan koloni pada


sampel kerokan kulit setelah
diinkubasi selama 7 hari
tampak depan.
Pertumbuhan koloni pada
sampel kerokan kulit setelah
diinkubasi selama 7 hari
tampak belakang.

Pengamatan koloni no. 1


mikroskop. Ditemukan hifa
bersekat pada jamur kerokan
kulit, Terlihat ada spora dan
juga jamur memiliki ciri ciri
aspergillus.
Pengamatan koloni no. 2
mikroskop. Ditemukan jamur
Aspergillus sp. Pada sampel
korokan kulit dengan ciri-ciri
koloni berwarna hijau

Pengamatan koloni no. 3


mikroskop. Ditemukan hifa tak
bersekat, memiriki ciri khas
yang sama dengan Jamur
Aspergillus niger.

Pengamatan koloni no. 4


mikroskop. Ditemukan hifa
pada sampel kerokan kulit
dengan perbesaran objektif 40x
Hasil penanaman pada tabung
dengan media sabaroud agar
dari koloni di cawan petri
dengan koloni bernomor 1-5
yang telah diinkubasi selama 7
hari.

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan media sabaroud agar, kultur
sampel, mikroskopik hasil koloni kultur dan penanaman kembali koloni pada
tabung reaksi.
Pada kultur sampel korokan kulit, tumbuh 6 koloni dengan warna dan
ukuran yang berbeda. Ada yang bewarna hijau, hitam, ataupun putih. Setelah
diamati di bawah mikroskop, koloni yang tumbuh pada no 1-4 ditemukan hifa
dan jamur Aspergillus sp .
Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes
yang dapat ditemukan dimana—mana di alam imi. Ia tumbuh sebagai saprofit
pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula pada tanah, debu
organik, makanan dan merupakan kontaminan yang lazim ditemukan di rumah
sakit dan Laboratorium. Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen-
filamen panjang bercabang, dan dalam media biakan membentuk muselia dan
konidiospora. Aspergillus berkembang biak
dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan komnidiofora
pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga
inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran pernapasan ke
dalam paru.(Tarigan, 1991)
Ciri-ciri.
Cici-cin Aspergillus adalah mempunyai hifa berseptat dan miselium
bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan merupakan hifa
fertil, koloninya berkelompok, konidiofora berseptat atau nonseptat yang
muncul dari sel kaki, pada ujung hifa muncul sebuah gelembung, keluar dari
gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidium— konidium
yang tersusun berurutan murip bentuk untaian mutiara, konidium—konidium
ini berwarna (hitam, coklat, kuning tua, hyau) yang memberi warna tertentu
pada jamur. (Schlegel, 1994)
Taksonomi
Kingdom : Myceteae
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Euroticeae
Genus : Aspergillus
Spesies :
Aspergillus fumigatus
Aspergillus flavus
Aspergillus clavatus
Aspergillus nidulans
Aspergillus niger
Aspergillus oryzae
Aspergillus yermus

H. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini digunakan sampel kerokan kulit dengan media
sabaroud agar. Koloni yang tumuh pada cawan petri terdapat 6 koloni
yang setelah di amati di mikroskop ditemukan jamur Aspergillus sp.
DAFTAR PUSTAKA

Darnetty. 2006. Pengantar Mikologi. Padang: Andalas Universitas Press


Pelczar, M., 1988. Dasar – dasar Mikrobiologi 2. UI – Press, Jakarta.
Safika, Jamin, P., dan Aisyah, S. 2014. Deteksi Aflatoksin B1 pada jenis makanan
olahan jagung menggunakan Enzyme Linked Immunosorbent Assay
(ELISA). Jurnal Medika Veterinaria. 9(1) : 23-25

Anda mungkin juga menyukai