SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
NIM: 160600079
TIM PENGUJI
KETUA : Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM (K)
ANGGOTA : 1. Ahyar Riza, drg., Sp.BM (K)
2. Indra Basar Siregar, drg., M. Kes
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Efektivitas ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dengan konsentrasi
1%, 2,5% dan 5% sebagai obat kumur terhadap bakteri Streptococcus mutans secara in
vitro” untuk memenuhi kewajiban penulis dan merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini telah melibatkan
berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan serta
penyelesaian skripsi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dengan
kerendahan hati dan penghargaan yang setinggi-tingginya, penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang penulis hormati:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM(K) selaku Ketua Departemen
Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara
3. Ahyar Riza, drg., Sp.BM(K) selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
motivasi, koreksi dan saran yang baik, serta membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Darmayanti Siregar, drg., M.KM selaku dosen pembimbing akademis yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalankan pendidikan
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan, saran dan
motivasinya.
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
4.1 Obat Kumur Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban 42
4.2 Hasil Pengukuran Daya Hambat Ekstrak Daun Pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus
mutans ......................................................................................... 42
4.3 Analisis Hasil Penelitian ............................................................. 44
LAMPIRAN ....................................................................................................
xiii
Gambar Halaman
1. Tanaman Pegagan ..................................................................................... 8
2. Alat-Alat penelitian ................................................................................... 30
3. Bahan-Bahan Penelitian ............................................................................ 31
4. Sterilisasi alat dan bahan dalam autoklaf .................................................. 32
5. Proses pengumpulan daun pegagan .......................................................... 32
6. Daun pegagan yang akan dikeringkan ...................................................... 33
7. Daun pegagan yang telah dikeringkan kemudian ditimbang .................... 33
8. Daun pegagan yang telah kering (simplisia) kemudian diblender
untuk mendapatkan serbuk simplisia ........................................................ 33
9. Serbuk simplisia dimaserasi dengan etanol 96% ...................................... 34
10. Proses penyaringan hasil maserasi.. .......................................................... 34
11. Proses penguapan ...................................................................................... 34
12. Ekstrak cair daun pegagan ........................................................................ 34
13. Ekstrak kental daun pegagan..................................................................... 34
14. Penggerusan bubuk CMC-Na yang ditaburi diatas aquadest yang telah
dipanaskan................................................................................................. 35
15. Basis obat kumur (CMC-Na, Aquades, sorbitol dan pappermint oil) dan
ekstrak kental daun pegagan ..................................................................... 35
16. Pencampuran basis obat kumur dan ekstrak kental daun pegagan ........... 35
17. Penimbangan bubuk blood agar base ....................................................... 36
18. Memanaskan dan menghomogenkan media blood agar ........................... 36
19. Penambahan sheep blood .......................................................................... 36
20. Penuangan media blood Agar pada petri dish .......................................... 36
21. Pengambilan stok bakteri menggunakan cotton swab steril ..................... 37
22. Kultivasi bakteri dengan strick empat kuadran ......................................... 37
xiv
xv
Tabel Halaman
1. Hasil pengukuran diameter zona hambat obat kumur ekstrak
daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ............................................. 42
2. Hasil uji normalitas data Shapiro-Wilk ..................................................... 43
3. Hasil uji Kruskal-Wallis ............................................................................ 44
4. Hasil uji Mann-Whitney ............................................................................ 45
xvi
Lampiran
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Rincian Biaya Penelitian
3. Jadwal Kegiatan
4. Surat Ethical Clearance
5. Surat keterangan telah melakukan penelitian di Laboratorium Obat Tradisional
Fakultas Farmasi USU
6. Surat keterangan telah melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi RS
USU
7. Surat keterangan isolat bakteri
8. Hasil Penelitian: Zona hambat obat kumur ekstrak daun pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) terhadap bakteri Streptococcus mutans
9. Pengukuran Diameter Zona Hambat
10. Hasil analisis data statistik (Output SPSS)
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
tumbuhan herbal yang dipercaya dapat membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut
adalah daun pegagan.5
Tanaman pegagan (Centella asiatica (L). Urb) merupakan tanaman kosmopolit,
memiliki penyebaran yang luas, terutama didaerah tropis atau subtropis. Pegagan
termasuk tanaman liar yang tumbuh menjalar diatas tanah. Tumbuhan ini sering
dijumpai di tempat yang terbuka, pada tanah yang lembab dan subur seperti di
pematang sawah, di padang rumput, dipinggir parit, dan di pinggir jalan. 14
Menurut Winarto dan Surbakti, pegagan mengandung berbagai bahan aktif,
yaitu triterpenoid saponin, triterpenoid genin, minyak atsiri, flavonoid, fitosterol, dan
bahan aktif lainnya. Kandungan bahan aktif yang terpenting adalah triterpenoid dan
saponin, yang meliputi: asiatikosida, sentelosida, madekosida, dan asam asiatik serta
komponen lain seperti minyak volatil, flavonoid, tanin, fitosterol, asam amino, dan
karbohidrat. Semua kandungan bioaktif tanaman pegagan merupakan antioksidan yang
bermanfaat bagi tubuh manusia dalam meningkatkan sistem imun. 13,21
Tanaman pegagan juga mengandung asiatikosida berupa glikosida dan banyak
digunakan dalam ramuan obat tradisional atau jamu. Asiatikosida, asam asiatik,
madekasida, dan madekasosida termasuk golongan triterpenoid, sementara sitosterol
dan stigmasterol termasuk golongan steroid serta vallerin brahmosida golongan
saponin. Tanaman pegagan mengandung senyawa glikosida madekosida pada bagian
daun dan tangkai daun dan senyawa tersebut memiliki efek antiinflamasi dan
antikeloid. Senyawa vallerin terdapat dalam daun dan resin ditemukan dalam akar.
Kedua senyawa tersebut memberikan rasa pahit atau mengandung asam pekat. 13
Zat aktif pegagan yang berperan penting dalam penyembuhan luka bakar adalah
saponin yang berupa asiaticoside sedangkan zat aktif yang berperan sebagai antibakteri
dalam pegagan adalah flavonoid dan alkaloid.17 Menurut Josi dan Chaturvedi zat aktif
kandungan pegagan berupa madecassoside acid dan asiaticoside berperan dalam
peningkatan proliferasi, sintesis kolagen, angiogenesis dan epitelisasi pada bagian yang
mengalami luka.19 Asiaticoside yang terkandung dalam daun pegagan merupakan salah
satu zat aktif yang bekerja menginduksi aktivitas antioksidan pada tahap awal
kesembuhan luka. Kandungan zat aktif flavonoid dan alkaloid dalam pegagan sangat
mempengaruhi tingkat efektivitas antibakteri. 18
Berdasarkan hasil uji fitokimia secara kimiawi sederhana atau reaksi warna
(kualitatif), senyawa aktif daun pegagan (Centella asiatica (L) Urb.) yang memiliki
efek antibakteri dan antijamur adalah flavanoid, saponin, dan tanin. Dalam penelitian
Yudistira et al menyatakan flavanoid merupakan senyawa fenol yang berfungsi sebagai
antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler
yang mengganggu integritas membran dan dinding sel. Flavanoid juga bersifat
desinfektan dan bakteriostatik yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein yang
dapat menyebabkan aktivasi metabolisme sel bakteri berhenti, selain itu, senyawa
flavanoid mempunyai kerja menghambat enzim topoisomerase II pada bakteri yang
dapat merusak struktur DNA bakteri dan menyebabkan kematian.15
Saponin mempunyai efek antibakteri dengan bekerja merusak membran
sitoplasma, kemungkinan saponin mempunyai efek sinergis dengan tanin dalam
merusak permeabilitas sel bakteri.5,10 Saponin dapat meningkatkan permeabilitas
membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran,
menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis.
5,10
Saponin yang terkandung di dalam tanaman pegagan dapat mengakibatkan
turunnya tegangan permukaan sehingga pertumbuhan jamur dapat terhambat. Tanin
juga dapat merusak membran sel, mengkerutkan dinding sel sehingga mengganggu
permeabilitas sel yang mengarah pada kematian. 5,10
Berdasarkan penelitian Syahnida, menunjukkan bahwa ekstrak daun pegagan
bisa menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter aerogenes
dan Salmonella typhi. Menurut penelitian NS Jagtap dkk, ekstrak tumbuhan pegagan
memiliki efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Bacillus
subtilis, dan Propionibacterium vulgaris.8
Berdasarkan penelitian Dash et al. ekstrak daun pegagan memiliki aktivitas
antibakteri dan antijamur dengan menggunakan dua bakteri gram positif yaitu
Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis, dua bakteri gram negatif yaitu
Escherichia coli dan Proteus vulgaris dan dua jamur yaitu Aspergillus niger dan
Candida albicans. 16
Aktivitas antimikroba daun pegagan juga dapat dilihat dari penelitian Yusran
tentang bioaktivitas ekstrak metanol daun pegagan (Centella asiatica (L). Urb)
terhadap pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis, diperoleh hasil
mengambat pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis secara optimal pada
konsentrasi 80% dan 100%.17 Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Azzahra
menunjukkan bahwa ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L) Urb.) konsentrasi
10%, 20%, 40%, 60%, dan 80% efektif dalam menghambat pertumbuhan
Streptococcus mutans.5
Selain sebagai antibakteri, pegagan juga bisa dimanfaatkan sebagai antijamur
terhadap Aspergillus niger, Aspergillus flavus, dan Candida albicans. Berdasarkan
penelitian Habibi dkk ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berpengaruh
terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus flavus, mempunyai Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) pada konsentrasi 0,8% dan jumlah spora pada Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) pada konsentrasi 0,8% sebesar 2,74 x 10 9 sel/ml. 15
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
efektivitas ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai obat kumur
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pegagan memiliki tangkai daun berbentuk seperti pelepah, agak panjang dan
berukuran 5 - 15 cm. Pada tangkai daun pegagan dipangkalnya terdapat daun sisik yang
sangat pendek, licin, tidak berbulu, berpadu dengan tangkai daun. Pegagan memiliki
bunga putih atau merah muda yang tersusun dalam karangan yang berbentuk payung.
Buah pegagan berbentuk lonjong atau pipih, berbau harum dan rasanya pahit, panjang
buah 2 – 2,5 mm. Buah pegagan berdinding agak tebal, kulitnya keras, berlekuk dua,
berusuk jelas, dan berwarna kuning.20
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tumbuhan berbiji tertutup
dan berkeping dua. Merupakan tanaman herba yang berpotensi dalam hal farmakologi.
Pegagan memiliki akar rimpang yang pendek serta mempunyai geragih, akar keluar
dari buku dan berupa akar tunggang berwarna putih. Stolon tumbuh dari system
perakaran, memilki ukuran yang panjang dan tumbuh menjalar. Pada setiap buku dari
stolon akan tumbuh tunas yang akan menjadi cikal bakal tumbuhan pegagan baru. 20
Zat antibakteri yang dimiliki ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L).
Urb) antara lain flavonoid, saponin, terpenoid, steroid, dan tanin. Steroid dan saponin
merupakan golongan triterpenoid. Tanin dan flavonoid merupakan golongan fenol.
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri dapat dibagi menjadi 3 yaitu
menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan menghambat
metabolisme energi. Senyawa tanin memiliki aktivitas antibakteri yang berhubungan
dengan kemampuannya untuk menginaktifkan adhesi sel mikroba, menginaktifkan
enzim, dan menggangu transport protein pada lapisan dalam sel. Tanin juga
mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga pembentukan dinding sel
menjadi kurang sempurna. Hal ini menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena
tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel bakteri akan mati. Kemapuan tanin sebagai
antibakteri dapat dilihat dari aksinya pada membran. Tanin dapat melewati membran
sel karena dapat berpresipitasi pada protein. Tanin juga dapat menekan jumlah
beberapa enzim seperti glukosiltransferase. 6,24
Mekanisme steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membran lipid
dan sensitivitas terhadap komponen steroid yang menyebabkan kebocoran pada
lisosom. Steroid dapat berinteraksi dengan membran fosfolipid sel yang bersifat
permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas
membran menurun serta morfologi membran sel berubah yang menyebabkan sel rapuh
dan lisis. Ekstrak daun pegagan juga mengandung saponin yang dapat meningkatkan
permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi
membran, menyebabkan denaturasi protein membrane sehingga membran sel akan
rusak dan lisis.10 Mekanisme terpenoid sebagai antibakteri adalah bereaksi dengan
porin (protein transmembran) pada membrane luar dinding sel bakteri, membentuk
ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya porin
yang merupakan pintu keluar masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas
dinding sel bakteri yang akan mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi,
sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau mati. 24 Alkaloid dapat menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negative. Kemampuan senyawa alkaloid
sebagai anti bakteri sangat dipengaruhi oleh keaktifan biologis senyawa tersebut.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan komponen/zat aktif dari suatu campuran
padatan dan/atau cairan dengan menggunakan pelarut tertentu. Proses ini merupakan
langkah awal yang penting dalam penelitian tanaman obat, karena preparasi ekstrak
kasar tanaman merupakan titik awal untuk isolasi dan pemurnian komponen kimia
yang terdapat pada tanaman.27
2.2.1.1 Maserasi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara
ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan
memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang
tertutup rapat pada suhu kamar dengan sekali-sekali dilakukan pengadukan. Pada
umumnya perendaman dilakukan selama 24 jam, kemudian pelarut diganti dengan
pelarut baru. Maserasi juga dapat dilakukan dengan pengadukan secara sinambung
(maserasi kinetik).27,28
Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi
senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses
ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan . Kelebihan dari metode
ini yaitu efektif untuk senyawa yang tidak tahan panas (terdegradasi karena panas),
peralatan yang digunakan relatif sederhana, murah, dan mudah didapat. Namun metode
ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu waktu ekstraksi yang lama, membutuhkan
pelarut dalam jumlah yang banyak, dan adanya kemungkinan bahwa senyawa tertentu
tidak dapat diekstrak karena kelarutannya yang rendah pada suhu ruang. 27,28
2.2.1.2 Perkolasi
Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun secara
unggun dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai prosesnya sempurna dan
umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosedur metode ini yaitu bahan direndam
dengan pelarut, kemudian pelarut baru dialirkan secara terus menerus sampai warna
pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah tidak ada lagi senyawa
yang terlarut.27.28
Kelebihan dari metode ini yaitu sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru dan
tidak diperlukan proses tambahan untuk memisahkan padatan dengan ekstrak,
sedangkan kelemahan metode ini adalah jumlah pelarut yang dibutuhkan cukup banyak
dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama, tidak meratanya kontak antara
padatan dengan pelarut serta jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut
akan sulit menjangkau seluruh area. 27,28
2.2.1.3 Refluks
Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik didih
pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin
balik (kondensor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses
pada rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah padatan yang memiliki tekstur
kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung dapat diekstrak dengan metode ini.
Kelemahan metode ini adalah membutuhkan jumlah pelarut yang banyak. 27
2.2.1.4 Sokletasi
Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu
baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan
dengan adanya pendingin balik (kondensor). Pada metode ini, padatan disimpan dalam
alat soxhlet dan dipanaskan, sedangkan yang dipanaskan hanyalah pelarutnya. Pelarut
terdinginkan dalam kondensor, kemudian mengekstraksi padatan. Kelebihan metode
soxhlet adalah proses ekstraksi berlangsung secara kontinu, memerlukan waktu
ekstraksi yang lebih sebentar dan jumlah pelarut yang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan metode maserasi atau perkolasi. Kelemahan dari metode ini adalah senyawa
yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-
menerus berada pada titik didih.27,28
Ordo : Lactobacilalles
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans
perubahan molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan
penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.36,37,38
pertumbuhan mikroorganisme bisa diamati dengan adanya area jernih di sekitar strip
tersebut. 38
Ekstraksi
Kandungan Kimia
Anti Bakteri
Kutur Bakteri
Streptococcus
mutans
Metode Difusi
Cakram (Kirby-
Bauer)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
(t-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan:
t: Jumlah perlakuan
r: Jumlah sampel dalam setiap kelompok
5. Lama dan metode pengadukan dalam pembuatan obat kumur ekstrak daun
pegagan.
6. Lama penyimpanan, tempat penyimpanan dan suhu saat pengiriman bahan
coba obat kumur ekstrak daun pegagan sampai ke Laboratorium Mikrobiologi
Universitas Sumatera Utara.
pengukuran
zona hambat.
3 Zona hambat Daerah Menghitung Jangka Milimeter Nominal
bening diameter sorong (mm)
disekitar perluasan
paper disc zona bening
pada di sekitar
permukaan paper disc
media agar
menandakan
adanya
aktivitas
antibakteri.
4 Kontrol Obat kumur Menghitung Jangka Milimeter Nominal
positif yang diameter sorong (mm)
(Chlorhexidin mengandung zona bening
e Gluconate chlorhexidine di sekitar
0.2%) gluconate paper disc
(Minosep) sebagai zat yang telah
aktif. diberi
Chlorhexidi
ne
digluconate
0.2%.
5 Kontrol DMSO Menghitung Jangka Milimeter Nominal
negatif merupakan diameter sorong (mm)
(DMSO) larutan netral, zona bening
juga berperan di sekitar
sebagai paper disc
surfaktan, yang telah
DMSO diberi
banyak larutan
digunakan DMSO.
sebagai
pelarut
ekstrak pada
berbagai
penelitian
terkait uji
antimikrobia
ekstrak
tanaman.
A B C
D E F
Gambar 2. Alat-alat penelitian yang terdiri dari (A) Timbangan, (B) Autoklaf, (C)
Inkubator, (D) Neplometer, (E) Vortex mixer dan (F) Mikropipet
4. Etanol 96%
5. Chlorhexidine gluconate 0,2%
6. Larutan DMSO
7. Aquadest
8. CMC-Na
9. Sorbitol 10%
10. Peppermint oil 0,5%
11. Paper disc
12. Cotton Swab Steril
13. Kapas steril
14. Kertas saring
15. Kertas label
16. Spidol
17. Alumunium foil
18. Sodium Chloride 0,45%
19. Distilled water
A B C
Gambar 3. Bahan-bahan penelitian yang terdiri dari (A) Destilat water, (B)
Blood Agar Base, (C) Bahan Basis obat kumur yaitu Aquades, Sorbitol,
Pappermint oil dan CMC-Na, (D) Paper disc
Gambar 15. Basis obat kumur (CMC-Na, Gambar 16. Pencampuran basis
Aquades, sorbitol dan pappermint oil) obat kumur dan ekstrak kental
dan ekstrak kental daun pegagan daun pegagan
Media yang telah dipanaskan dan dihomogenkan dalam erlenmeyer ditutup dan
dilapisi dengan alumunium foil dan diikat dengan lakban dan di lanjutkan dengan
proses sterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
Setelah itu, media dengan suhu 45-50°C ditambahkan sheep blood 5% dengan gerakan
memutar. Selanjutnya media di salin dengan menuang pada piring petri sebanyak 8-10
ml lalu dibiarkan pada suhu ruang. 36
Gambar 21. Pengambilan stok bakteri Gambar 22. Kultivasi bakteri dengan strick
menggunakan cotton swab steril empat kuadran
3.7.8. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Pegagan sebagai Obat Kumur
secara Difusi
Pengujian daya hambat ekstrak daun pegagan sebagai obat kumur dimulai
dengan mengusapkan suspensi bakteri pada permukaan media secara merata, setelah
itu meletakkan 5 buah paper disc pada permukaan media yang dilanjutkan dengan
menteskan obat kumur ekstrak daun pegagan dengan konsentrasi 1% (Kelompok
perlakuan 1), konsentrasi 2,5% (Kelompok perlakuan 2), konsentrasi 5% (Kelompok
perlakuan 3), Chlorhexidine Gluconate 0.2% (Kelompok perlakuan 4) dan DMSO
(Kelompok Perlakuan 5) diatas paper disc masing-masing sebanyak 20µ. Selanjutnya
diinkubasi dengan menggunakan inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam. 36
Gambar 28. Pengusapan suspensi bakteri pada Gambar 29. Peletakan paper disc pada
Media Blood Agar dengan cotton swab sterile permukaan media
Gambar 30. Penetesan masing masing Gambar 30. Paper disc yang telah diberikan
kelompok perlakuan diatas paper disc perlakuan diatas permukaan media Blood
Agar sebelum diinkubasi
2. Uji Kruskal Wallis untuk mengetahui apakah ada perbedaan rerata yang
signifikan pada seluruh kelompok perlakuan.
3. Uji Mann Whitney untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang
signifikan antar kelompok perlakuan.
Sterilisasi Alat
Pengamatan
Analisis Data
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Obat Kumur Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
Daun pegagan diperoleh dari Kampung Pasir Tengah RT 6 / RW 3, Desa
Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat sebanyak 3 kg. Metode
ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Adapun pelarut yang digunakan
adalah etanol 96% sebanyak 9 liter. Dari ekstraksi didapatkan sebanyak 600 gram
ekstrak kental daun pegagan.
Ekstrak kental daun pegagan yang telah diperoleh kemudian diolah menjadi
obat kumur dengan menambahkan beberapa bahan seperti Aquadest, CMC-Na,
Sorbitol dan Pappermint oil. Konsentrasi obat kumur ekstrak daun pegagan yang
digunakan adalah 1% (Kelompok perlakuan 1), konsentrasi 2,5% (Kelompok
perlakuan 2), konsentrasi 5% (Kelompok perlakuan 3), Chlorhexidine 0,2%
(Kelompok perlakuan 4) dan larutan DMSO (Kelompok perlakuan 5).
Penentuan daya hambat dilakukan dengan mengukur zona bening yang terbentuk
di sekitar paper disc pada masing-masing sampel dalam tiap piring petri yang telah
disebar suspensi bakteri yang diujikan setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu
37oC. Zona bening yang terbentuk disekitar paper disc inilah yang menunjukkan
adanya daya hambat yang dibentuk oleh obat kumur ekstrak daun pegagan terhadap
bakteri Streptococcus mutans. Diameter zona hambat yang terbentuk diukur dengan
menggunakan kaliper geser. Hasil pengukuran rata-rata zona hambat pada masing-
masing kelompok setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona hambat obat kumur ekstrak daun pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
Diameter Zona Hambat (mm) Rata-rata
Diameter
Subkultur Kelompok
Zona
Bakteri Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5
Hambat
(mm)
5% 12,0 11,0 11,5 12,0 12,0 11,70
2,5% 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10
Streptococcus 1% 9,0 8,5 9,0 9,0 9,0 8,9
mutans K+ 20,5 20,5 20,5 19,5 20,0 20,2
K- 0 0 0 0 0 0
Keterangan:
U1: Hasil pengukuran diameter zona hambat pada pengulangan pertama
U2: Hasil pengukuran diameter zona hambat pada pengulangan kedua
U3: Hasil pengukuran diameter zona hambat pada pengulangan ketiga
U4: Hasil pengukuran diameter zona hambat pada pengulangan keempat
U5: Hasil pengukuran diameter zona hambat pada pengulangan kelima
K+: Kontrol positif pada penelitian ini yaitu Chlorhexidine 0,2% (Minosep)
K-: Kontrol negatif pada penelitian ini yaitu Dimethyl sulphoxide (DMSO)
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh rata-rata diameter zona hambat pada setiap
kelompok perlakuan yang menunjukkan daya hambat obat kumur ekstrak daun
pegagan terhadap bakteri Streptococcus mutans. Rata-rata diameter zona hambat
tertinggi berada pada K+yakni sebesar 20,2 mm kemudian diikuti dengan obat kumur
ekstra daun pegagan konsentrasi 5%, yakni sebesar 11,7 mm, konsentrasi 2.5% adalah
10 mm dan rata-rata diameter zona hambat pada konsentrasi 1% adalah 8,9 mm.
Diketahui rata-rata diameter zona hambat pada konsentrasi 1% adalah 8.9 mm,
dengan standar deviasi 0.224, rata-rata diameter zona hambat pada konsentrasi 2.5%
adalah 10 mm, dengan standar deviasi 0, rata-rata diameter zona hambat pada
konsentrasi 5% adalah 11.7 mm, dengan standar deviasi 0.447, rata-rata diameter zona
hambat pada K+ adalah 20.2 mm, dengan standar deviasi 0.447 dan rata-rata diameter
zona hambat pada K- adalah 0 mm, dengan standar deviasi 0.
Selanjutnya dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk. Uji ini dipilih karena jumlah sampel penelitian kurang dari 50. Jika nilai p > 0,05
menyatakan data tersebut berdistribusi normal, sedangkan jika nilai p < 0,05
menyatakan data tersebut tidak berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05, maka
disimpulkan terdapat perbedaan diameter zona hambat yang signifikan pada seluruh
perlakuan kelompok obat kumur ekstrak daun pegagan konsentrasi 1%, 2.5%, 5%, K+
dan K-.
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok
perlakuan, maka selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney. Jika hasil pengujian
menunjukkan nilai p<0,05 berarti terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok
perlakuan, sedangkan nilai p>0,05 menyatakan tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antar kelompok perlakuan. Setelah diuji, diperoleh hasil seperti yang terlihat
pada tabel 4:
BAB 5
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan obat kumur ekstrak daun
pegagan dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans pada konsentrasi 1%
dengan rata-rata nilai zona hambat terkecil, yaitu 8,900±0,224 mm yang termasuk
dalam kategori sedang, terus meningkat pada konsentrasi 2,5% dan 5% masing-masing
sebesar 10,000±0,000 dan 11,700±0,447 mm yang termasuk dalam kategori kuat. Hal
ini menunjukkan bahwa obat kumur ekstrak daun pegagan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
Hasil nilai rata-rata zona hambat yang terus meningkat pada penelitian ini, sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti dkk yang menujukkan setiap
peningkatan konsentrasi ekstrak yang diujikan, maka nilai rata-rata zona hambat yang
terbentuk juga semakin besar. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Pelczar dan Chan
yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat antimikroba akan
semakin cepat sel mikroorganisme terbunuh atau terhambat pertumbuhannya. 40
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa zona bening yang terbentuk pada
setiap perlakuan berbeda-beda. Ukuran zona bening yang terbentuk di sekitar kertas
cakram dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kepadatan atau viskositas media biakan,
kecepatan difusi antimikroba, konsentrasi antimikroba pada kertas cakram, sensitivitas
mikroorganisme terhadap antimikroba dan interaksi antimikroba dengan media.41
Berbagai penelitian ekstrak daun pegagan terhadap bakteri lain juga telah
dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Sonia dengan metode disc diffusion (uji
Kirby Bauer) menunjukkan ekstrak daun pegagan dengan konsentrasi 5%, 10% dan
15% dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.42
Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai efektivitas gel ekstrak daun
pegagan sebagai antibakteri juga telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Dash
dkk pada tahun 2011 menunjukan ekstrak daun pegagan memilik efek antibakteri dan
antijamur, telah diujikan pada bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus dan
Bacillus subtilis, bakteri gram negatif yaitu Escherichia coli dan Proteus vulgaris dan
jamur yaitu Aspergillus niger dan Candida albicans.16 Penelitian yang dilakukan oleh
Rina Widiastuti dkk pada tahun 2016 untuk melihat potensi antibakteri dan anticandida
ekstrak etanol daun pegagan terhadap pertumbuhan beberapa bakteri, seperti
Staphylococcus aureus, Eschericia coli dan Candida albicans, terbukti efektif dimana
ekstrak daun pegagan dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut dengan rentang
konsentrasi 60%, 80% dan 100%.10 Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilla Azzahra
pada tahun 2018 mengenai uji aktivitas ekstrak daun pegagan 10%, 20%, 40%, 60%
dan 80% terhadap bakteri Streptococcus mutans terbukti efektif dengan rerata diameter
zona hambat paling rendah pada konsentrasi 10% sebesar 10.03 mm dan paling tinggi
pada konsentrasi 80%, yaitu sebesar 19.50 mm.5 Penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Yusuf, et al pada tahun 2018 juga menunjukan aktivitas antimakroba
ekstrak daun dan akar pegagan yang diujikan pada 6 bakteri yaitu Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, Streptococcus pyogenes, Psedomonas
aeruginosa, Sreptococcus pneumonia dan 3 jamur yaitu Aspergillus niger, Aspergillus
flavus, Microsporium boulardii.45
Hasil penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan konsentrasi yang sangat
besar pada ekstrak daun pegagan. Peneliti melakukan pengecilan nilai konsentrasi
ekstrak daun pegagan yang akan diolah menjadi obat kumur untuk mengatasi
mengatasi kekentalan dan rasa dari ekstrak daun pegagan serta melihat apakah dengan
menurunnya konsetrasi obat kumur ekstrak daun pegagan masih memiliki efektivitas
terhadap bakteri Streptococcus mutans.
Adanya efek antibakteri pada daun pegagan ini dikarenakan terdapat beberapa
kandungan senyawa aktif antara lain flavonoid, saponin, terpenoid, steroid dan
tanin.5,43 Diantara senyawa aktif tersebut yang paling berperan sebagai antibakteri
adalah fenol dan terpenoid. Mekanisme phenol sebagai antibakteri pada konsentrasi
rendah dengan cara merusak membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran
inti sel sedangkan pada konsentrasi tinggi dengan cara mengkoagulasi protein seluler.
Mekanisme terpenoid sebagai antibakteri bereaksi dengan porin (protein
transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer
yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya porin yang merupakan
pintu keluar masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri
yang akan mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan
bakteri terhambat atau mati. 46
seperti sabun. Saponin mampu berinteraksi dengan kolestrol pada membran sel dan
menyebabkan membran sel mengalami modifikasi lipid yang akan mengganggu
kemampuan bakteri untuk berinteraksi dengan membran yang sudah mengalami
modifikasi tersebut. Terganggunya interaksi antara bakteri dengan membran selnya
akan menyebabkan kemampuan bakteri untuk merusak atau berinteraksi dengan host
akan terganggu. Ketika membran sel terganggu, zat antibakteri akan dapat dengan
mudah masuk kedalam sel dan akan mengganggu metabolisme hingga akhirnya
terjadilah kematian bakteri.5
Kemampuan senyawa alkaloid sebagai antibakteri Streptococcus mutans sangat
dipengaruhi oleh keaktifan biologis senyawa tersebut. Senyawa alkaloid
memanfaatkan sifat reaktif gugus basa pada senyawa alkaloid, adanya gugus basa pada
alkaloid apabila megalami kontak dengan bakteri Streptococcus mutans akan bereaksi
dengan asam amino yang menyusun dinding sel bakteri dan juga DNA bakteri yang
merupakan penyusun utama inti sel yang merupakan pusat pengaturan segala kegiatan
sel. Reaksi yang terjadi mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan susunan
asam amino karena sebagian besar asam amino telah bereaksi dengan gugus basa dari
senyawa alkaloid. Perubahan susunan asam amino akan mengubah susunan rantai
DNA pada inti sel yang semula memiliki susunan asam dan basa yang saling
berpasangan. Perubahan susunan rantai asam amino pada DNA akan menimbulkan
perubahan keseimbangan genetik pada asam DNA sehingga DNA bakteri
Streptococcus mutans akan mengalami kerusakan, dengan demikian bakteri
Streptococcus mutans akan menjadi inaktif dan hancur.44
Selain itu, ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L). Urb) juga
mengandung steroid. Mekanisme steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan
membran lipid dan sensitivitas terhadap komponen steroid yang menyebabkan
kebocoran pada lisosom. Steroid dapat berinteraksi dengan membran fosfolipid sel
yang bersifat permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik sehingga menyebabkan
integritas membran menurun serta morfologi membran sel berubah yang menyebabkan
sel rapuh dan lisis.5
Hasil uji Kruskal Wallis didapatkan p = 0,000 < 0,05, yang artinya terdapat
perbedaan yang bermakna pada kesemua kelompok perakuan. Berdasarkan hal tersebut
maka H0 ditolak dan Ha diterima, yakni ada efektivitas ekstrak daun pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) dengan konsentrasi 1%, 2,5% dan 5% sebagai obat kumur terhadap
bakteri Streptococcus mutans.
Dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Post Hoc sebagai
uji perbandingan berganda (multiple comparisons) untuk menilai perlakuan mana yang
memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai terbesar antara
satu dengan yang lain. Uji yang digunakan adalah uji post hoc Mann-Whitney dengan
menguji perbedaan antar dua kelompok mendapatkan nilai signifikan p<0,05. Dari
hasil data tersebut terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara 2 kelompok data.
Perbedaan rerata yang bermakna di pengaruhi oleh tingkat konsentrasi. Semakin
meningkatnya konsentrasi ekstrak maka kandungan senyawa yang bersifat antibakteri
semakin banyak sehingga daya hambat terhadap bakteri akan menjadi lebih besar.
Berdasarkan data hasil penelitian yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak daun pegagan dengan konsentrasi 1%, 2,5% dan 5% sebagai obat kumur
memiliki efektivitas dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan
konsentrasi obat kumur ekstrak daun pegagan yang paling efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yaitu 5%.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Adanya efektivitas ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
dengan konsentrasi 1%, 2,5% dan 5% sebagai obat kumur terhadap bakteri
Streptococcus mutans.
2. Obat kumur ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) memiliki
daya hambat terbesar pada pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada
konsentrasi 5%.
3. Semakin tinggi konsetrasi obat kumur ekstrak daun pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban), maka semakin efektivitasnya dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans.
6.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian ini, disarankan:
1. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai uji aktivitas
antibakteri obat kumur ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap
bakteri lainnya
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat aktif dari daun pegagan
yang memiliki efek antibakteri paling dominan dalam menghambat pertumbuhan
bakteri.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas obat kumur
ekstrak daun pegagan secara klinik atau tahap uji klinik sehingga didapat konsentrasi
obat kumur dan waktu penggunaan obat kumur yang memiliki efek antibakteri
sehingga akhirnya ekstrak daun pegagan dapat dikembangkan sebagai bahan alternatif
obat kumur berbahan alami.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Riset kesehatan dasar. Jakarta:
182-4, 195, 206.
2. Pintauli, S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan
pemeliharaan. Medan: USU Press, 2016: 4-7.
3. Mahmudah FL, Atun S. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol temukunci
(Boesenbergia pandurata) terhadap bakteri Streptococcus mutans. Jurnal
Penelitian Saintek 2017; 22(1): 59-66.
4. Handayani F, Warnida H, Nur SJ. Formulasi dan uji aktivitas antibakteri
Streptococcus mutans dari sediaan mouthwash ekstrak daun salam (Syzygium
polyanthum (wight) walp.). Media Sains 2016; 9(1): 74-84.
5. Azzahra F, Hayati M. Uji aktivitas ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (l). urb)
terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. J B-Dent 2018; 5(1): 1-19.
6. Majidah D, Fatmawati DWA, Gunadi A. Daya antibakteri ekstrak daun seledri
(Apium graveolens l.) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans sebagai
alternatif obat kumur. Skripsi. Jember: Universitas Jember.
7. Almasyuri, Sundari D. Uji aktivitas antiseptik ekstrak etanol daun sirih (Piper
betle linn.) dalam obat kumur terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.
Jurnal Kefarmasian Indonesia 2019; 9(1): 10-18.
8. Jagtap NS, Khadabadi SS, Ghorpade DS, Banarase NB, Naphade SS.
Antimicrobial and antifungal activity of centella asiatica (l.) urban, umbeliferae.
Res J Pharm and Tech. 2009; 2(2): 328-30.
9. Suwito MB, Wahyunitisari MR, Umijati S. Efektivitas ekstrak seledri (Apium
graveolens l. var. secalinum alef.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans sebagai alternatif obat kumur. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 2017; 17(3):
159-63.
10. Widiastuti R, Nurhaeni F, Marfuah DL, Wibowo GS. Potensi antibakteri dan
anticandida ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (l) urb.). Jurnal Bhakti
Setya Medika 2016; 1(1): 1-8.
11. Sopianti DS, Novero A. Ekstrak etanol daun salam (Eugenia polyantha wight)
sebagai formulasi obat kumur. Jurnal Ilmiah Farmasi 2017; 4(2): 158-166.
12. Ristanti N, Kusnanta J, Marsono. Perbedaan efektivitas obat kumur herbal dan non
herbal terhadap akumulasi plak di dalam rongga mulut. Media Jurnal 2015; 2(1):
31-6.
13. Sutardi. Kandungan bahan aktif tanaman pegagan dan khasiatnya untuk
meningkatkan sistem imun tubuh. Jurnal Litbang Pertanian 2016; 35(3):121-8.
14. Ramadhan, NS., Rasyid, R., Elmatris. Daya hambat ekstrak daun pegagan
(Centella asiatica) yang diambil di Batusangkar terhadap pertumbuhan kuman
Vibrio cholerae secara Invitro. Jurnal Kesehatan Andalas 2015; 4(1): 202-6.
15. Habibi MW, Setiawan MA, Ulfa RM, Istiqomah L. Efektivitas ekstrak daun
pegagan (Centella asiatica (l.) urban) terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus
flavus. CHESAA 2018; 1(2): 58-65.
16. Dash BK, Faruquee HM, Biswas SK, Alam MK, Sisir SM, Prodhan UK.
Antibacterial and antifungal activities of several extracts of centella asiatica l.
against some human pathogenic microbes. Life Sci and Med Res 2011; 35: 1-5.
17. Yusran, Ilyas A, Saleh HA. Bioaktivitas ektstrak metanol daun pegagan (Centella
asiatica l.) terhadap pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Jurnal Al-
Kimia 2016; 4(1): 54-61.
18. Singh S, Gautam A, Sharma A, Batra A. Centella asiatica (L.): A plant with
immense medicinal potential but threatened. Int J of Pharmaceutical Sci Rev and
Res 2010; 4(2): 9-17.
19. Josi K, Chaturvedi P. Therapeutic efficiency of centella asiatica (l.) urb. an
underutilized green leafy vegetable: An overview. Int J Pharma Bio Sci 2013; 4(1):
135- 149.
20. Mora E, Fernando A. Optimasi ekstraksi triterpenoid total pegagan (Centella
asiatica (linn) urban) yang tumbuh di Riau. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia
2012; 1(1): 11-6.
21. Winarto, WP & Surbakti M. Khasiat dan manfaat pegagan tanaman penambah
daya ingat. Jakarta: Agro Media Pustaka. 2003: 1-15.
22. Alfarra HY, Omar MN. Centella asiatica: From folk remedy to the medicinal
biotechnology- a state revision. Int J Biosci 2013; 3(6): 49-67.
23. Prakash V, Jaiswal N, Srivastava M. A review on medicinal properties of centella
asiatica. Asian J of Pharmaceutical and Clin Res 2017; 10(10):69-73.
24. Barnes, J., L. A. Anderson, and J. D. Phillipson. Herbal medicines, Second Edition.
London: Pharmaceutical Press,2002:530.
25. Musyarofah, N. Respon tanaman pegagan (Centella asiatica l. urban) terhadap
pemberian pupuk alami di bawah naungan. Jurnal Agronomi Indonesia 2007;
35(3): 217-24.
26. Dalimartha, S. Atlas tumbuhan obat indonesia jilid 2. Jakarta: Trubus Agriwidya,
2000:214.
27. Mukhriani. Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif. Jurnal
Kesehatan 2014; 7(2): 361-7.
28. Sarker SD, Latif Z, Gray AI. Natural products isolation. In: Sarker SD, Latif Z, &
Gray AI, eds. Natural products isolation. 2nd ed. Totowa, New Jersey. Humana
Press Inc, 2006: 6-18.
29. Zahara K, Bibi Y, Tabassum S. Clinical and therapeutic benefits of centella
asiatica. Pure Appl Bio 2014; 3(4):152-9.
30. Mala A, Tulika T. Therapeutic efficacy of centella asiatica (l.) and momordica
charantia: As traditional medicinal plant. J of Plant Sci 2015; 3(1-1): 1-9.
31. Yasurin P. Review: The bioavailability activity of centella asiatica. KMUTNB Int
J Appl Sci Technol 2016; 9(1):1-9.
32. Roy DC, Barman SK, Shaik MM. Current updates on centella asiatica:
Phytochemistry, pharmacology and traditional uses. Medicinal Plant Res 2013;
3(4): 20-36.
33. Tripathi G, Mishra S, Upadhyay P, Purohit S, Dubey GP, Agrawal A.
Ethnopharmacological importance of centella asiatica with special reference to
neuroprotective activity. Asian J of Pharmacol and Toxicol 2015;3(10): 49-53.
34. Marsh PD, Martin MV. The resident oral microflora and metobolism of the oral
microflora. Oral Microbiology Fifth Edition. 2009: 30-3, 63-8.
35. Nasution M. Pengantar mikrobiologi. 6 th ed, Medan: USU Press. 2015: 21-2, 94.
36. Carrol KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner T. Jawetz, melnick & adelberg’s medical
microbiology. 27th ed. New York. Mc Graw Hill, 2016: 363-71.
37. Parija SC. Textbook of microbiology and immunology. 2nd ed. Elsevier.
Puducherry, 2012: 61-4.
38. Pratiwi, S.T. Mikrobiologi farmasi. Jakarta: Erlangga, 2008:150-71.
39. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2017.
40. Swastini IG. Daya hambat ekstrak daun lidah buaya (Aloe vera l) terhadap bakteri
Streptococcus mutans penyebab dental plak. Jurnal Sangkareang Mataram 2017;
3(2): 6-10
41. Harmita, Radji M. Kepekaan terhadap antibiotik. Dalam: Manurung J ed. Buku
ajar analisis hayati. Jakarta: EGC, 2008: 1-2,4.
42. Latifah S, Aini N, Muhammad F, Rakhmawati A. Uji aktivitas antibakteri ekstrak
pegagan (Centella asiatica) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans
penyebab utama kavitas secara in vitro. Dalam: Prosiding Seminar Nasional
Jurusan Pendidikan Biologi. Universitas Negeri Yogyakarta, 2018 :125-30.
43. Rahman FA, Haniastuti T, Utami TW. Skrining fitokimia dan aktivitas antibakteri
ekstrak etanol daun sirsak (Annona mucrita L.) pada Streptococcus mutans ATCC
35668. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 2017; 3(1): 1-7.
44. Suryani N, Nurjanah D, Indriatmoko DD. Aktivitas antibakteri ekstrak batang
kecombrang (Etlingera elatior (jack) r.m.sm.) terhadap bakteri plak gigi
Streptococcus mutans. Jurnal Kartika Kimia 2019; 2(1): 23-9.
45. Nasution MY, Restuati M, Pulungan ASS, Pratiwi N, Diningrat DS. Antimicrobial
activities of centella asiatica leaf and root extracts on selected pathogenic micro-
organisms. J of Med Sci 2018; 18(4): 198-204.
46. Amilah S, Sukarjati, Rachmatin DP, Masruroh. Leaf and petiole extract of centella
asiatica are potential for antifertility and antimicrobial material. Fol Med Indones
2019; 55(3): 188-97.
Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar Rp. 5.178.000.
Dengan rincian sebagai berikut:
Peneliti
Descriptives
Diameter Zona Hambat
95% Confidence Interval for
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
5% 5 11.7000 .44721 .20000 11.1447 12.2553 11.00 12.00
2.5% 5 10.0000 .00000 .00000 10.0000 10.0000 10.00 10.00
1% 5 8.9000 .22361 .10000 8.6224 9.1776 8.50 9.00
K+ 5 20.2000 .44721 .20000 19.6447 20.7553 19.50 20.50
K- 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
Total 25 10.1600 6.58869 1.31774 7.4403 12.8797 .00 20.50
5% 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.825
Ranks
5% 5 8.00 40.00
Total 10
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.730
Ranks
5% 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.677
5% 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.825
Ranks
Total 10
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.887
Ranks
Total 10
Test Statisticsb
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.825
Total 10
Test Statisticsb
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -3.000
Ranks
1% 5 3.00 15.00
Total 10
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.730
Ranks
1% 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.887
K+ 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.825