Anda di halaman 1dari 8

BAB V

BUDIDAYA TANAMAN BUNGA AMARILIS

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Budidaya tanaman adalah usaha pengembangan tanaman dengan
memanfaatkan media tumbuhan. Budidaya tanaman saat ini banyak
macamnya, salah satunya adalah budidaya tanaman hias. Tanaman hias
mencakup semua tanaman yang memiliki bentuk dan kesan indah yang
sengaja di tanam dengan maksud dan tujuan tertentu. Salah satunya adalah
dengan membudidayakan tanaman bunga Amarilis.
Bunga Amarilis (Hipeastrum) mekar dalam kelompok tiga atau lebih,
bunga yang menyerupai lily ini lebarnya delapan sampai sepuluh inci.
Bunganya terletak pada bagian tangkainya Tingginya dapat mencapai dua
kaki. Daunnya yang panjang seperti pita tumbuh langsung dari umbi bunga.
Amarilis mempunyai warna yang beragam antara lain: merah, putih, merah
jambu, salmon, dan jingga. Ada juga yang bergaris dan berwarna campuran.
Jenis Amarilis berkembang setiap musim semi dan mampu bertahan
lebih dari tujuhpuluh lima tahun bila dirawat dengan baik. Bunga tersebut
akan berkembang selama enam sampai delapan minggu. Penggantian pot
selama satu sampai dua tahun akan memacu tanaman untuk terus berbunga.
Bunga amarilis atau sering juga disebut bunga bakung atau bunga lily
memiliki bentuk mahkota bunga yang mirip terompet. Amarylis bukanlah
bunga asli Indonesia. Menurut berbagai sumber, asal bunga ini adalah dari
Amerika Selatan dan Afrika. Argentina dan Brazil disinyalir menjadi daerah
asal bunga cantik ini. Tanaman berbunga ini biasanya digunakan sebagai
element taman menghiasi halaman rumah dengan berbagai warna (Anonim,
2017).
2. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui budidaya tanaman amarilis dalam polybag.
b. Mengetahui pengaruh pupuk p terhadap pertumbuhan amarilis.

36
37

3. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 15 Maret 2017
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani Ngemplak Sleman
Yogyakarta.

B. Tinjauan Pustaka
Amarilis termasuk jenis bunga bakung yang sama-sama termasuk suku
Amaryllidaceae. Amarilis memiliki mahkota yang cantik dalam warna cerah
dan menawan dengan detail warna terang disertai degradasi warna lain di
setiap kelopaknya bagaikan lukisan abstrak. Keelokan amarilis dapat dilihat
dari komposisi daun yang berhadapan bagaikan kipas. Sedangkan bunganya
berbentuk terompet berbibir enam. Warna bunganya beraneka ragam. Ada
amarilis merah darah, merah tua, putih bercorak garis merah, ungu, kuning dan
merah muda. Tangkai perbungaannya berongga, muncul dari umbi. Tiap
perbungaan terdiri dari 2-6 kuntum yang mekar (Rahardi, 2000).
Secara taksonomi tanaman bunga Amarilis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotiledoneae
Famili : Amaryllidaceae
Ordo : Asparagales
Genus : Hippeastrum
Species : Hippeastrum puniceum
Secara keseluruhan jika diperhatikan bunga ini mirip bawang bombay.
Memiliki umbi atau bonggol yang beruas-ruas dengan tunas di antara ruas
tersebut. Bonggol inilah yang digunakan untuk perbanyakan secara vegetatif.
Caranya dengan mencacah atau memotong-motong bonggol dan menanamnya
ke tanah. Keunikan amarilis ini adalah bisa tahan hingga 50 tahun dan
38

berbunga 1-2 kali setahun di bulan September sampai Maret. Kondisi favorit
bunga ini untuk tumbuh baik adalah mendapat sinar matahari langsung. Habitat
aslinya di semak pegunungan atau daerah berpasir. Hidupnya berkelompok
rapat (Prastowo, 2006).
Pupuk organik urine sapi memiliki banyak kelebihan, diantaranya
mempunyai kandungan senyawa seperti nitrogen, fosfor, kalium dan juga air
lebih banyak apabila dibandingkan dengan kotoran sapi padat. Mempunyai
kandungan zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai zat pengatur
tumbuh (ZPT) pada tanaman dan Mempunyai bau khas urine ternak, bau khas
ini dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman. Pupuk Organik Cair
(POC) dari urine sapi memiliki 3 fungsi utama yaitu sebagai pupuk cair bagi
tanaman, sebagai zat pengatur tumbuh tanaman dan juga sebagai pestisida
nabati.
Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa urine sapi memiliki
kandungan unsur kimia yang lebih banyak dari kotoran sapi padat. Kandungan
Nitrogen (N) pada urine sapi sekitar 1% lebih tinggi dari pada kotoran padat
yang hanya 0,4%, kandungan Phosphor Urine sapi sekitar 0,5%, ini lebih tinggi
dari pada kotoran padat yang hanya 0,2%. Kandungan K pada urine sapi jauh
lebih tinggi dari pada kotoran padat. Pada urine sapi sekitar 1,5% sedangkan
pada kotoran padat 0,1%. Tetapi pada urine sapi kadar airnya lebih banyak dan
kandungan amoniak sangat tinggi yang harus dihilangkan dulu sebelum
diaplikasi pada tanaman. Apabila kandungan amoniak tinggi pada urine sapi ini
masih ada, maka tidak bisa digunakan sebagai pupuk. Kalau dialikasi pada
tanaman hasilnya bukannya menyuburkan, tetapi malah membunuh tanaman
tersebut (Anonim, 2016).
Growmore atau Pupuk daun adalah pupuk yang diberikan ke tanaman
melalui daun. Pupuk ini umumnya tergolong pupuk anorganik yang diproduksi
dalam skala besar dari bahan-bahan anorganik. Dalam pengaplikasiannya
pupuk ini terlebih dahulu diencerkan dalam pelarut dengan konsentrasi tertentu
untuk kemudian di semprotkan ke tanaman. Pupuk daun lebih mudah diserap
oleh tanaman jika dibandingkan pupuk akar karena stomata pada daun lebih
39

responsif dalam menyerap unsur hara yang terlarut di dalam pelarut yang
disemprotkan ke daun. Tidak seperti akar yang membutuhkan waktu yang lama
dalam penyerapan unsur hara karena beberapa hal seperti unsur hara yang
terkandung dalam pupuk belum terurai dan menjadi tersedia, letak akar dan
pupuk saling berjauhan, fiksasi unsur hara oleh beberapa mikroorganisme dan
kation tanah, pupuk terleaching oleh air hujan, penguapan, dan lain-lain
(Dwidjoseputro, 1990).
Keuntungan lain dari penggunaan pupuk daun adalah kandungan unsur
mikro yang ada padanya. Seperti diketahui bahwa unsur hara mikro seperti Zn,
Mn, Fe, dan lain sebagainya sangat dibutuhkan oleh tanaman meski dalam
jumlah yang sedikit. Meski sangat dibutuhkan, petani seringkali tidak
memperhatikan ketersediaannya bagi tanaman dan apa mau dikata pupuk akar
yang sering diberikan hanya menyediakan unsur hara makro saja seperti N, P,
K, Mg, dan lain-lain. Dengan penggunaan pupuk daun, masalah tersebut akan
secara langsung teratasi (Dwidjoseputro, 1990)..

C. Alat, Bahan, Dan Cara Kerja


1. Alat
a. Polybag
b. Cethok
c. Cangkul
d. Ember
2. Bahan
a. Umbi amarilis
b. Pupuk kompos
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan wadah/pot untuk menanam bunga amarilis
b. Menyiapkan media tanam berupa tanah yang dicampur pupuk kandang
yang sudah matang atau kompos
40

c. Menyiapkan bibit bunga amarilis yang biasanya ditumbuhkan dari


umbinya. Sebelum dilakukan penanaman, umbi direndam ZPT dan
vitamin B1
d. Menanam bunga Amarilis dalam pot/polybag. Memasukkan media
campuran terlebih dahulu pada polybag sampai rata, kemudian membuat
lubang secukupnya umbi pada tengah pot dan meletakkan dengan posisi
tegak lurus. Memadatkan sedikit agar media tidak mudah roboh
e. Melakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan ke seluruh tanaman dan
media tanamnya hingga meresap dan cukup basah
f. Melakukan pemupukan susulan. Pupuk dikocorkan pada media tanaman
250 ml/polybag. Melakukan pemupukan ini secara rutin 1 minggu sekali
g. Melakukan perawatan dengan menyiram secara rutin dua hari sekali

D. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil pengamatan Amarilis kelompok A-12
Parameter Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (Helai)
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Sampel ke-1 ke-2 ke-3 ke-1 ke-2 ke-3
Tanaman 1 18,5 18 22 2 3 3
Tanaman 2 10 14 18 2 2 3
Tanaman 3 15 18,2 23 2 3 4
Tanaman 4 9,5 14,8 16 2 2 3
Tanaman 5 18 18 23 2 3 3
Rata-rata 14,2 16,6 20,4 2 2,6 3,2

Tabel 5.2 Hasil pengamatan Amarilis kelompok B-12


Parameter Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (Helai)
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Sampel ke-1 ke-2 ke-3 ke-1 ke-2 ke-3
Tanaman 1 21 22,5 24,5 2 3 3
Tanaman 2 12,5 18,5 21,9 2 2 3
Tanaman 3 14,5 22 26,1 2 2 3
Tanaman 4 10,5 11,5 20,2 2 3 3
Tanaman 5 19 23,5 24 2 2 3
Rata-rata 15,5 19,6 23,34 2 2,4 3
41

E. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, mengenai budidaya
tanaman bunga amarilis dengan mengaplikasikan pupuk urin sapi dan
growmore 10 ml untuk kelompok B-12 dan pembanding pada kelompok A-12
dengan menggunakan pupuk urin sapi dan growmore 4 ml. Penanaman bunga
amarilis dilakukan dengan cara menanam bibit amarilis dari umbinya
kemudian diletakan pada polybag dengan media tanam pupuk kandang dan
tanah 1:1. Pengamatan ini dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada minggu
pertama, kedua dan ketiga setelah tanam. Pada pengamatan ini diperhatikan 2
parameter sebagai faktor pembanding yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun.
Pada parameter tinggi tanaman, untuk rata-rata kelompok A-12 minggu
ke-1 adalah 14,2 cm; minggu ke-2 yaitu 16,6 cm; dan minggu ke-3 adalah 20,4
cm. Sedangkan rata-rata tinggi tanaman kelompok B-12 pada minggu ke-1
yaitu 15,5 cm; minggu ke-2 adalah 19,6 cm; dan minggu ke-3 yaitu 23,34 cm.
Dari perbandingan hasil tersebut, kelompok B-12 memiliki rata-rata tinggi
tanaman lebih tinggi tiap minggunya dibandingkan dengan A-12.
Pada parameter jumlah daun, untuk rata-rata kelompok A-12 minggu ke-1
adalah bernilai 2; minggu ke-2 yaitu 2,6; dan minggu ke-3 adalah 3,2.
Sedangkan rata-rata jumlah daun kelompok B-12 pada minggu ke-1 yaitu
bernilai 2; minggu ke-2 yaitu 2,4; dan minggu ke-3 bernilai 3. Dari
perbandingan hasil tersebut, kelompok A-12 memiliki rata-rata jumlah daun
lebih tinggi tiap minggunya dibandingkan dengan B-12.
Pada pupuk growmore memiliki kandungan unsur P sehingga memacu
pertumbuhan vegetatif tanaman. Berdasarkan data, tanaman bunga amarilis
dengan pemberian pupuk growmore 10 ml memiliki pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan tanaman amarilis dengan pemberian pupuk growmore 4
ml. Hal ini disebabkan karena semakin banyak dosis yang diberikan maka
pertumbuhan tanaman pun semakin optimal karena semakin banyaknya
kandungan unsur P yang tersedia dan dapat dimanfaatkan tanaman.
42

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Budidaya tanaman amarilis dilakukan menanam bibit amarilis yang
berasal dari umbinya pada polybag dengan media campuran pupuk
kandang dan tanah.
2. Pemberian pupuk growmore meningkatkan pertumbuhan vegetatif pada
tanaman bunga amarilis.
43

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Cara Mudah Membuat Pupuk Organik Cair Urine Sapi.
http://kartono.net/cara-mudah-membuat-pupuk-organik-cair-urine-sapi/.
Diakses pada tanggal 5 Mei 2017 pukul 11.22 WIB.

Anonim. 2017. Bunga Amarilis. http.// http://agricenter.jogjaprov.go.id.Diakses


pada tanggal 19 Maret 2017 pukul 15.00 WIB.

Dwidjoseputro. 1990. Growmore. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Prastowo, N., J.M. Roshetko. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan


Vegetatif Tanaman Bunga. Bogor: World Agroforestry Center.

Rahardi F. E M Nurcahyo 2000. Agribisnis Tanaman Hias. Jakarta: Bina


Aksara

Anda mungkin juga menyukai