Anda di halaman 1dari 14

POLIPLOIDI PADA PTERIDOPHYTA

Adelia Meita Putri


220210103039
Genetika Kelas A
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan Nomor 37 Krajan Timur Tegalboto Jember 68121
adeliameitaputri@gmail.com

ABSTRAK

Poliploidi adalah saat individu memiliki lebih dari dua set genom, dan ini adalah fenomena yang sering terjadi
dan tersebar luas di berbagai tumbuhan di seluruh dunia. Khususnya, tumbuhan paku adalah salah satu contoh
utama di mana poliploidi sering terjadi, dan dapat terjadi melalui berbagai mekanisme, baik selama meiosis
maupun dalam proses somatik. Banyak spesies tumbuhan paku dan tumbuhan lainnya menunjukkan tingkat
poliploidi yang berbeda, yang dikenal sebagai sitotipe poliploid. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui tipe ploidi pada pteridophyta dan faktor-faktor yang mungkin tipe ploidi tersebut. Metode praktikum
ini diawali dengan membersihkan & menyayat tudung akar sekitar 1 cm pada tumbuhan P. ensiformis & P. vitata
pada dataran tinggi, sedang, dan rendah. Memasukkan kedalam larutan FAA selama 15 menit, dan cuci hingga
bersih. Lalu masukkan tudung akar kedalam botol ampul berisi HCl, letakkan ke dalam waterbath suhu 60°C
selama 20 menit, setelah itu cuci bersih dan teteskan acetocarmin, diamkan selama 20 menit. Letakkan tudung
akar diatas kaca benda, hisap sisa acetocarmin dengan kertas hisap, tambahkan glycerin, tutup dengan kaca
penutup. Amati kromosom dibawah mikroskop. Diperoleh hasil seluruh kromosom sampel dalam tahap profase
dan memiliki kromosom berbeda. Dataran rendah memiliki kromosom diploid (2n) sehingga kromosom nya 2
(29) = 58 buah. Dataran sedang dan tinggi tipe sitologi tetraploid 3(n) sehingga kromosomnya 3(29)= 89 buah.
Hal ini bisa terjadi secara spontan selama mitosis, menyebabkan sel-sel meristematik yang berkembang dengan
jumlah kromosom ganda. Atau, itu dapat disebabkan oleh ketidaksempurnaan dalam pemisahan sel reproduksi
saat anafase, yang menghasilkan sel dengan jumlah kromosom ganda.

Kata kunci: Poliploidi, pteridophyta, kromosom, faktor, sitologi.,

PENDAHULUAN ditemukan di daerah dengan ketinggian dan suhu


yang lebih rendah (Wulandari & Rahmawati, 2019).
Tumbuhan paku (Pterydophyte) adalah Sebenarnya, beberapa perkiraan
tumbuhan yang memiliki pembuluh, dan mereka menunjukkan variasi yang signifikan dalam
menandai peralihan antara tumbuhan rendah dan persentase angiosperma poliploid, berkisar antara
tumbuhan tinggi (kormofita). Tumbuhan paku 30% hingga 80% dari spesies yang diteliti secara
tersebar luas di seluruh dunia, dari daerah tropis global. Bukti molekuler juga menunjukkan bahwa
hingga kutub utara dan selatan, termasuk hutan terjadi duplikasi genom kuno di dasar kelompok
primer, hutan sekunder, lahan terbuka, dataran tumbuhan berkeping dua daun (dicots) dan satu
rendah, dataran tinggi, serta beragam lingkungan keping daun (monocots). Bennett (2004)
yang lembab, basah, rindang, kebun tanaman, sebelumnya telah mempertanyakan kisaran yang
bahkan tepi jalan. Di Indonesia, tumbuhan paku luas ini, dengan menekankan bahwa selisih sebesar
dapat ditemui di seluruh wilayah negara ini yang 40-50% melibatkan lebih dari 100.000 spesies, yang
beriklim tropis. Poliploidi adalah kondisi di mana dianggapnya sebagai tingkat kesalahan yang sangat
individu memiliki lebih dari dua set genom, dan ini tinggi untuk elemen kunci dalam evolusi tumbuhan.
adalah kejadian umum yang tersebar luas di dunia Namun demikian, persentase ini mungkin bisa lebih
tumbuhan. Poliploidi sering terjadi pada tumbuhan tinggi lagi karena sejumlah besar spesies tumbuhan
paku dan dapat dihasilkan melalui berbagai proses, di berbagai wilayah di seluruh dunia belum
baik melalui meiosis maupun proses somatik. menjalani studi yang komprehensif, termasuk di
Banyak spesies tumbuhan paku dan tumbuhan antaranya adalah flora di Chile (91,8%), Selandia
lainnya memiliki tingkat poliploidi, yang dikenal Baru (20%), Italia (65%), Slovenia (40%), Polandia
sebagai sitotipe poliploid. Ada dugaan bahwa suhu (60%), dan negara-negara lain (Seguel & Estrada,
dingin dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya 2022).
poliploidi, dan terdapat pandangan yang Perubahan dalam jumlah kromosom bisa
mengindikasikan bahwa tumbuhan paku dengan mengakibatkan modifikasi pada kebulatan
tingkat poliploidi yang lebih tinggi cenderung kromosom (poliploidi) atau menghasilkan set
kromosom yang tidak lengkap (aneuploidi). peristiwa duplikasi genom. Tergantung pada asal-
Ketidakberhasilan pemisahan yang terjadi saat usul peristiwa duplikasi genom, terdapat dua jenis
mitosis atau ketidakmampuan kromosom homolog poliploid yang berbeda: autopoliploid, yang berasal
untuk berpisah selama meiosis menjadi sebab utama dari perkembangan genom diploid (dalam spesies
terjadinya aneuploidi. Terkadang, dalam beberapa yang sama), dan alopoliploid, yang merupakan hasil
situasi, sel-sel turunan atau gamet menerima lebih hibridisasi diikuti oleh penggandaan dua genom
banyak salinan kromosom daripada yang haploid. Meskipun ada perbedaan ini, kedua jenis
semestinya. Pada umumnya, kasus aneuploidi poliploid ini mendapat manfaat dari efek buffering
cenderung mengakibatkan kematian pada tahap genomik yang diberikan oleh penggandaan
awal gamet atau embrio. Poliploidi lebih sering informasi genetik mereka. Berkat buffering ini,
terjadi pada tanaman daripada pada hewan. Pada perubahan epigenetik serta penambahan dan
hewan, poliploidi biasanya menghasilkan kehilangan urutan DNA tidak memiliki efek
peningkatan jumlah sel dan ukuran tubuh. Situasi ini merugikan yang dramatis pada kelangsungan hidup
menyebabkan tanaman yang mengalami poliploidi organisme, sementara mereka memberikan
memiliki potensi besar untuk mengekspansi dan peningkatan variasi genetik, sehingga
mendominasi tanaman asalnya (Dailami et al., memungkinkan evolusi genom (Corneillie et al.,
2022). 2019).
Poliploidi telah memainkan peran besar "Triploid dianggap sebagai hibrida antara
dalam evolusi tanaman-tanaman yang telah diploid dan tetraploid karena morfologi yang berada
dijinakkan bahkan, sebagian besar tanaman di antara keduanya dan keberadaannya yang bersifat
budidaya utama adalah alopoliploida, termasuk simpatrik dengan mereka. Hubungan genomik di
gandum (Triticum aestivum), jagung (Zea mays), antara tiga sitotipe tersebut belum diketahui,
gandum (Avena sativa), alfalfa (Medicago sativa), meskipun telah dilakukan beberapa studi sitologi
tebu (Saccharum officinale), kentang (Solanum pada spesies ini. Tiga sitotipe sering membentuk
tuberosum), ubi jalar (Ipomoea batatas), pisang kelompok populasi dalam area terbatas di mana
(Musa sapientum), kapas (Gossypium hirsutum), dispersi spora antar populasi dapat terjadi dengan
tembakau (Nicotiana tabacum), kopi (Coffea mudah. Observasi awal kami menunjukkan bahwa,
arabica), apel (Malus pumila), dan pir (Pyrus seperti hibrida triploid lainnya pada tumbuhan paku,
communis) (Dar & Rehman, 2017). triploid dari spesies ini menghasilkan sejumlah
"Poliploidi Buatan pada Tanaman" spora yang menyusut dengan sedikit kandungan dan
menyoroti metode-metode baru untuk menciptakan beberapa spora besar yang baik, yang menghasilkan
poliploida pada beragam kelompok tanaman, gametofit berbentuk jantung. Jika spora yang viable
menggambarkan beragam fenotip poliploida, pola- seperti itu tidak mengalami reduksi genetik,
pola yang sering muncul dalam fenotip poliploida, diharapkan bahwa triploid dapat menghasilkan
memberikan wawasan mekanis baru tentang fenotip tetraploid baru melalui persilangan balik dengan
poliploida, dan menunjukkan manfaat ganda dari diploid dan heksaploid baru melalui selfing di dalam
menginduksi duplikasi genom untuk memahami kelompok populasi (Nakato & Masuyama, 2021)."
evolusi tanaman dan meningkatkan sifat agronomi Tidak seperti organisme dengan kromosom
tanaman (Coate et al., 2022). ganda, organisme poliploidi memiliki jumlah
Spesies tumbuhan poliploidi dapat muncul kromosom yang melebihi yang normal. Organisme
secara alami melalui berbagai mekanisme, termasuk yang mengalami poliploidi disebut sebagai
kesalahan dalam proses mitosis dan meiosis serta poliploid, sementara proses perubahan jumlah
fusi gamet yang tidak mengalami reduksi (Zubaidah, kromosom ini disebut sebagai poliploidisasi.
2019). Berdasarkan jumlah set kromosom yang Kromosom tambahan ini dapat berasal dari individu
dimiliki, poliploidi mencakup triploid (3n) dengan 3 yang sama atau memiliki hubungan dekat, yang
set kromosom, tetraploid (4n) dengan 4 set disebut autopoliploid, atau dari hibridisasi (Putri et
kromosom, pentaploid (5n), hexaploid (6n), dan al., 2021)
seterusnya. Poliploidi dengan jumlah set kromosom
ganjil, seperti triploid dan pentaploid, seringkali METODE PENELITIAN
steril karena kromosom ganjil tidak memiliki Waktu dan Tempat
pasangan, yang mengganggu proses meiosis. Karena Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat 13
itu, tanaman dengan set kromosom ganjil, seperti Oktober 2023 di laboratorium botani yang
pisang dan nanas, biasanya berkembang melalui bertempatan di progam studi pendidikan biologi,
metode vegetatif. Perlu dicatat bahwa poliploidi FKIP, UNEJ.
juga memiliki kesulitan dalam reproduksi Alat & Bahan
dibandingkan dengan diploid (Aruminingtyas, Terdapat alat dan bahan yang digunakan
2016). sebagai penunjang praktikum poliploidi pada
Tanaman poliploid memiliki tiga atau lebih pteridophyta. Alat yang digunakan meliputi ; botol
set kromosom homolog. Peningkatan jumlah vial, pipet tetes, mikroskop, kaca benda & penutup,
kromosom pada tanaman ini adalah hasil dari saringan, pinset, silet, polybag altimeter, sterofoam,
dan waterbath. Kemudian bahan yang digunakan
yakni ; larutan FAA, HCl 1N, acetocarmin, kertas
hisap, gliserin, dan tudung akar P. vittata, dan P.
ensiformis dataran rendah, sedang dan tinggi.
Prosedur Kerja
Praktikum poliploidi pada pteridophyta
menggunakan sampel tumbuhan P. vitata & P.
ensiformis dataran rendah, sedang, dan tinggi yang
tudung akarnya tidak terlepas. Membersihkan akar
lalu memotong tudung akar sekitar 1 cm, kemudian
masukkan kedalam larutan FAA selama 15 menit.
Mengambil potongan tudung akar tersebut, lalu
mencuci dengan air kran sebanyak 8 kali.
Selanjutnya memasukkan tudung akar ke dalam
botol ampul yang telah diisi HCl dan masukkan ke
dalam waterbath pada suhu 60°C selama 20 menit.
Kemudian, mengambil tudung akar, cuci dengan
akuades sebanyak 3 kali lalu teteskan acetocarmin
dan tunggu hingga 20 menit. Lalu, keluarkan tudung
akar, letakkan diatas kaca benda, hisap sisa-sisa
acetocarmin menggunakan kertas hisap. Memotong
tudung akar menggunakan silet, lalu masukkan
glycerin, tutup menggunakan kaca penutup sambil
ditekan menggunakan ibu jari/penghapus.
Meletakkan preparat dibawah mikroskop, lalu
mengamati dan menghitung jumlah kromosom yang
terlihat pada sel yang mengalami profase, metafase
atau anafase..

HASIL PENGAMATAN
Nama pteris Gambar Ket. Jumlah Fase
kromosom
2n Profase

1 : P. vittata
(dataran rendah)

Perbesaran 40x10

3n Profase

2 : P. vittata
(dataran sedang)

Perbesaran 100x10
4n Profase

3 : P. vittata
(dataran tinggi)

Perbesaran 10x10

2n Profase

4 : P. ensiformis
(dataran rendah)

Perbesaran 100x10

3n Profase

5 : P. ensiformis
(dataran sedang)

Perbesaran 100x10

4n Profase

6 : P. ensiformis
(dataran tinggi)

Perbesaran 100x10

PEMBAHASAN itu, poliploidi juga merupakan mekanisme evolusi


Poliploidi adalah kondisi dimana tumbuhan yang membantu menciptakan keragaman dalam
memiliki lebih dari dua set lengkap DNA dalam dunia tumbuhan (Rothfels, 2020). Poliploidisasi
tahap pertumbuhan dewasanya, dan ini adalah hal adalah peningkatan jumlah genom yang disebabkan
yang umum di hampir semua tumbuhan. Ini sangat oleh perangkat kromosom yang diwarisi. Terdapat
menarik bagi para ilmuwan tumbuhan karena dua jenis poliploidi, yaitu autopoliploidi dan
merupakan fitur utama dalam keragaman tumbuhan. allopoliploidi. Pada autopoliploidi, perangkat
Sebagai contoh, sekitar sepertiga dari tumbuhan kromosom yang mengganda berasal dari individu
vaskular yang ada adalah tumbuhan poliploid yang yang sama atau berkerabat dekat, sementara pada
baru terbentuk, yang disebut 'neopoliploids'. Selain allopoliploidi, perangkat kromosom berasal dari
hibridisasi dua spesies yang berbeda (Zubaidah, Menggunakan tumbuhan Pteris dari
2019). berbagai lokasi dalam praktikum poliploidi pada
Poliploidi dapat terjadi baik secara spontan Pteridophyta adalah suatu pendekatan penting.
maupun sebagai hasil dari perlakuan, dan secara Pteris memiliki keberagaman spesies dan mungkin
alami, poliploidi dapat terjadi karena faktor-faktor menunjukkan respons yang berbeda terhadap
berikut : Pertama, penggandaan somatik: Ini terjadi poliploidi. Selain itu, berbagai lokasi memiliki
ketika sel somatik mengalami penggandaan secara perbedaan signifikan dalam faktor lingkungan
tidak beraturan selama mitosis, menghasilkan sel-sel seperti cuaca, cahaya, suhu, dan kelembaban.
meristematik yang berkembang tanpa mengalami Dengan menggunakan Pteris dari berbagai tempat,
pembelahan yang menyebabkan peningkatan jumlah kita dapat memahami lebih baik bagaimana
kromosom pada generasi berikutnya dalam individu perubahan poliploidi memengaruhi pertumbuhan
tersebut. Kedua, Ketidaksempurnaan dalam dan adaptasi tumbuhan dalam berbagai kondisi
pemisahan sel reproduksi terjadi secara tidak teratur, lingkungan. Ini juga memiliki relevansi ekologis
di mana perangkat kromosom gagal berpisah penting, membantu kita memahami bagaimana
menuju kutub ekuator selama anafase. Akibatnya, poliploidi dapat memengaruhi evolusi dan ekologi
perangkat kromosom tetap berada di bidang ekuator tumbuhan paku dalam alam. Selain itu, hasil
inti sel, yang menyebabkan sel memiliki jumlah praktikum ini dapat memiliki potensi aplikasi dalam
kromosom ganda, yaitu dua kali jumlah kromosom pemuliaan tanaman atau pelestarian spesies, jika kita
normal (Wulandari & Rahmawati, 2019). menemukan Pteris yang lebih tahan terhadap
Pteridophyta termasuk tanaman darat tertua poliploidi dan dapat bertahan dalam lingkungan
yang masih ada dan mencakup sebagian besar yang berubah.
spesies poliploid. Poliploidi dianggap salah satu Alat dan bahan yang digunakan dalam
faktor yang mendukung kelangsungan hidup paku praktikum poliploidi pada Pteridophyta memiliki
dan distribusi globalnya selama lebih dari 360 juta peran yang penting dalam setiap langkah
tahun hingga sekarang. Poliploidi membantu eksperimen. Alat seperti botol vial, pipet tetes,
pteridophyta mengatasi efek negatif inbreeding mikroskop, kaca benda, dan lainnya digunakan
akibat isolasi populasi dan juga efek buffering untuk mengelola dan mengamati sampel tanaman
terhadap variasi, yang pada gilirannya mendukung dengan akurat. Saringan, pinset, dan silet membantu
kolonisasi sukses oleh tanaman tersebut. dalam pemrosesan sampel. Polybag altimeter dan
Pteridophyta mencakup paku dan tanaman sejenis sterofoam digunakan untuk menciptakan kondisi
paku, di mana paku adalah kelompok yang dominan pertumbuhan yang terkendali atau mengisolasi
saat ini. Diantara paku yang umum, Pteris L. adalah tanaman selama eksperimen. Waterbath mengatur
genus paku hampir eksklusif tropis dengan 330 suhu air dengan ketat, yang penting untuk beberapa
spesies dan 3 hibrida. Pteris vittata L., yang dikenal tahap percobaan. Bahan seperti larutan FAA untuk
sebagai Brake Fern, adalah spesies yang umum dan fiksasi sehingga sel tidak melakukan fase
tersebar luas, terutama di daerah ketinggian hingga pembelahan selanjutnya. HCl 1N untuk perlakuan
1600 m. Di India, tanaman ini sebenarnya kimia yang berfungsi melisiskan dinding sel tudung
merupakan "kompleks spesies" dan mencakup lima akar, dan acetocarmin untuk pewarnaan sel
jenis sitotipe, yaitu diploid, triploid, tetraploid, membantu mempersiapkan dan memvisualisasikan
pentaploid, dan heksaploid dengan jumlah dasar sampel. Kertas hisap digunakan untuk menyerap
kromosom 29. Ada juga kompleks spesies lain kelebihan larutan, dan gliserin untuk menyimpan
dengan berbagai tingkat ploidi seperti Adiantum atau memperlambat pengeringan sampel.
raddianum Presl. dengan ploidi mulai dari diploid Kemudian, sampel akar dari P. vittata dan P.
hingga oktoploid, dan Diplazium subsinuatum ensiformis dari dataran rendah, sedang, dan tinggi
(Wall.) Tagawa dengan sitotipe tetra-, penta-, dan digunakan dalam eksperimen untuk memahami
heksaploid (Mathur et al., 2021). poliploidi dan variasi genetik.
Tumbuhan paku sering digunakan sebagai Dalam praktikum poliploidi pada
organisme model dalam eksperimen praktikum Pteridophyta, sampel tumbuhan Pteris vittata dan
karena tumbuhan ini sering mengalami peningkatan Pteris ensiformis dari dataran rendah, sedang, dan
jumlah kromosom akibat berbagai proses, baik tinggi digunakan dengan tudung akarnya yang tetap
somatik maupun meiotik, meskipun secara umum terpasang. Proses dimulai dengan membersihkan
jumlah kromosom dalam sel suatu spesies tetap akar dan memotong tudung akar sekitar 1 cm,
konstan. Tumbuhan paku memiliki tingkat kemudian merendamnya dalam larutan FAA selama
poliploidi yang lebih tinggi dibandingkan dengan 15 menit. Selanjutnya, potongan tudung akar
Angiospermae. Pengamatan dilakukan pada tersebut diambil, dicuci delapan kali dengan air
tumbuhan paku yang berasal dari berbagai kran, dan dimasukkan ke dalam botol ampul yang
ketinggian, termasuk daerah berketinggian rendah, berisi HCl. Botol ampul kemudian ditempatkan
sedang, dan tinggi di atas permukaan laut (Zubaidah, dalam waterbath pada suhu 60°C selama 20 menit.
2019). Setelah itu, tudung akar diambil, dicuci tiga kali
dengan akuades, kemudian diberi tetesan
acetocarmin dan dibiarkan selama 20 menit. Tudung DAFTAR PUSTAKA
akar kemudian dikeluarkan, ditempatkan di atas Coate, J. E., J. T. Chen, G. Meru. 2023. Editorial:
kaca benda, sisa-sisa acetocarmin dihisap Artificial Polyploidy in Plants, Volume II.
menggunakan kertas hisap. Selanjutnya, tudung akar Switzerland. Frontiers in Plant Science.
dipotong menggunakan silet, dimasukkan ke dalam
gliserin, dan ditutup dengan kaca penutup yang
ditekan menggunakan ibu jari atau penghapus. Corneillie, S., N. D. Storme, R. V. Acker, J. U.
Preparat ditempatkan di bawah mikroskop untuk Fangel, M. D. Bruyne, R. D. Rycke, D.
mengamati dan menghitung jumlah kromosom yang Geelen, W. G. T. Willats, B. Vanholme, W.
terlihat pada sel yang sedang mengalami profase, Boerjan. 2019. Poliploidy affects plant
metafase, atau anafase. growth and alters cell wall composition.
Hasil pengamatan pada Pteris vittata dan Plant Physiology. 179 (1) : 74-87.
Pteris ensiformis di berbagai dataran menunjukkan
perbedaan dalam fase profase serta jumlah Dailami, M., D. Aliviyanti, E. N. Wiratno, H.
kromosom yang berkaitan dengan tipe ploidi. Pada Djamaludin. 2022. Biologi Molekuler
Pteris vittata dataran rendah dengan perbesaran Perikanan dan Kelautan. Malang. UB
40x10, fase profase diamati, yang tidak secara Press.
eksplisit mengindikasikan poliploidi, sementara
pada Pteris vittata dataran sedang dengan perbesaran
100x10, fase profase juga teramati dengan Dar, T. U. H., R. U. Rehman. 2017. Polyploidy:
perbesaran yang terbatas. Pengamatan pada Pteris Recent Trends and Future Perspective.
vittata dataran tinggi dengan perbesaran 10x10 India. Springer.
menunjukkan fase profase dengan perhitungan
kromosom yang lebih rinci pada tahap metafase. Mathur, J., P. B. Khare, A. Panwar, S. A. Ranade.
Pada Pteris ensiformis dataran rendah 2021. Analysis of genetic variability
dengan perbesaran 100x10, hasil pengamatan amongst polyploid genotypes of pPteris
menunjukkan fase profase tanpa tanda-tanda vittata L. From various geographic locales
kromosom di garis equator atau kutub, sesuai of India. Frontiers in Ecology and
dengan teori 58 kromosom pada Pteris dataran Evolution. 1 (1) : 1-13.
rendah. Pengamatan pada Pteris ensiformis dataran
sedang dengan perbesaran 100x10 mengindikasikan
jumlah kromosom 89 (triploid, 3n) yang Nakato, N., S. Masuyama. 2021. Polyploid progeny
mengisyaratkan kemungkinan poliploidi. Di dataran from triploid hybrids of phegopteris
tinggi, pengamatan Pteris ensiformis mencerminkan decursivepinnata (Thelypteridaceae).
tipe sitologi tetraploid yang dipengaruhi oleh faktor Journal of Plant Research. 134 (1) : 195-
lingkungan dataran tinggi dengan suhu rendah. 208.
Dalam keseluruhan, hasil pengamatan menunjukkan
variasi dalam fase profase, jumlah kromosom, dan Putri, R. D. S. H., Z. M. Amir, Lufri, Y. Ahda, A.
kemungkinan poliploidi dalam tumbuhan paku, Razak. 2021. Kajian variasi poliploidi pada
yang tercermin dalam konteks adaptasi genetik dan ikan lele Afrika. Jurnal Pendidikan Biologi
faktor lingkungan yang memengaruhi dan Sains. 4 (2) : 239-245.
perkembangan kromosom.
Rothfels, C. J. 2020. Polyploid phylogenetics.
Tansley Insight. 230 (1) : 66-72.
KESIMPULAN
Pteridophyta memiliki dua tipe ploidi, yaitu
sporofit diploid (2n) dan gametofit haploid (n) Seguel, J., U. Estrada. 2022. Cytogenetics of chilean
dalam siklus hidupnya. Faktor-faktor yang land plants (embryophyta): state of the art
mempengaruhi tipe ploidi termasuk penggandaan and prospects. Journal of Basic & Applied
somatik, di mana sel-sel non-reproduktif mengalami Genetics. 33 (1) : 1-17.
penggandaan kromosom selama mitosis, dan
ketidaksempurnaan dalam pemisahan sel
Wulandari, A., R. D. Rahmawati. 2019. Tingkat
reproduksi, yang menghasilkan sel dengan jumlah
ploidi paku sayur (Diplazium esculentum)
kromosom ganda (2n). Hal ini dapat menghasilkan
pada ketinggian yang berbeda di gunung
individu poliploid dengan jumlah kromosom yang
merbabu, Boyolali, Jawa Tengah,
tidak biasa.
Indonesia. Bioeksperimen. 5 (1) : 11-15.

Zubaidah, S. 2019. Memberdayakan keterampilan


abad ke-21 melalui pembelajaran berbasis
proyek. Seminar Nasional Matematika dan
Sains. 1 (1) : 1-19.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai