Anda di halaman 1dari 3

Haploid adalah sel atau organisme yang memiliki satu set kromosom yang tidak berpasangan.

Gamet
haploid biasanya diproduksi selama pembelahan sel tumbuhan. Selama pembuahan, sel-sel ini biasanya
bergabung dengan sel-sel haploid serupa lainnya. Sel haploid hanya memiliki setengah jumlah
kromosom seperti yang ada dalam sel diploid.

Haploid pertama kali ditemukan pada tahun 1921, ketika pembiakan tanaman dan ahli botani
melakukan penelitian mendalam untuk mengembangkan sel-sel haploid. Tidak sampai tahun 1967 para
ilmuwan Hitsch dan Bourgin akhirnya dapat memperoleh tanaman haploid yang berasal dari tabacum
Nicotiana.

Diproduksi oleh meiosis, tipe haploid yang paling umum adalah sel kelamin atau gamet. Karena mereka
secara genetik beragam, sel-sel ini diaktifkan selama reproduksi tanaman. Dalam beberapa kasus, sel-sel
haploid dapat berasal dari donor induk. Akibatnya, tanaman baru menjadi sel diploid karena tumbuh
dengan satu set lengkap kromosom. Haploids adalah sel yang terdiri dari satu set kromosom. Pasangan
homolog tidak dapat diidentifikasi dalam sel haploid. Beberapa organisme mungkin memiliki sel somatik
diploid, tetapi mereka juga menghasilkan gamet haploid selama reproduksi.

Dua gamet kembali membuahi untuk membentuk zigot diploid. Dalam situasi ini, organisme masih
dianggap diploid. Oleh karena itu, organisme, yang memiliki sel somatik haploid hanya dianggap sebagai
organisme haploid. Tubuh manusia mengandung 23 kromosom dalam gametnya sementara sel somatik
mengandung 46 kromosom sebagai pasangan homolog. Dengan demikian, gamet manusia adalah
haploid dan digambarkan sebagai n.

Gamet haploid diproduksi oleh meiosis sel somatik 2n. Sebuah kromosom tunggal dari pasangan
kromosom homolog dipisahkan ke dalam setiap gamet selama meiosis I. Pada tumbuhan, fungi dan alga,
beberapa tahapan siklus hidup diploid, dan beberapa tahap bersifat haploid.

Diploid ialah sebutan untuk sel atau individu yang memiliki sel dengan dua set genom. Setiap genom
dalam sel berpasangan dengan homolognya berdasarkan ukuran panjang kromosom. Sel diploid
terbentuk dari fertilisasi sel-sel gamet yang haploid. Sel-sel gamet haploid melebur sehingga kromosom-
kromosom bercampur dalam satu sel membentuk sel diploid. Dalam reproduksi seksual gamet-gamet
menghasilkan keturunan yang membawa sifat genetik dari peleburan gamet-gamet tersebut (umumnya
dikenal sebagai gamet jantan dan gamet betina). Jumlah kromosom sel haploid disingkat (n), sedangkan
diploid (2n) karena merupakan kelipatan jumlah set kromosom dasar atau disebut poliploid yang euploid
Sel-sel yang diploid dapat membelah menjadi sel-sel diploid lainnya melalui proses mitosis dan
membentuk struktur somatik. Hal ini dapat terjadi karena kromosom bereplikasi sebelum sel membelah
Melalui mitosis sel akan mempertahankan jumlah set kromosomnya sehingga sel yang baru terbentuk
memiliki jumlah kromosom yang sama dengan kromosom sel asalnya.
Sel diploid dapat menghasilkan sel yang haploid dengan proses meiosis untuk membentuk sel gamet.
Peristiwa ini terus terjadi melalui proses reproduksi dan fertilisasi hingga membentuk suatu siklus yang
berkelanjutan jika individu terus tumbuh dan berkembang biak.

Poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set kromosom (genom) lebih dari
sepasang. Organisme yang memiliki keadaan demikian disebut sebagai organisme poliploid. Usaha-
usaha yang dilakukan orang untuk menghasilkan organisme poliploid disebut sebagai poliploidisasi.

Organisme hidup pada umumnya memiliki sepasang set kromosom pada sebagian besar tahap
hidupnya. Organisme ini disebut diploid (disingkat 2n). Namun, sejumlah organisme pada tahap yang
sama memiliki lebih dari sepasang set. Gejala semacam ini dinamakan poliploidi (dari bahasa Yunani
πολλαπλόν, berganda). Organisme dengan kondisi demikian disebut poliploid. Tipe poliploid dinamakan
tergantung banyaknya set kromosom. Jadi, triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid
(6n), oktoploid, dan seterusnya. Dalam kenyataan, organisme dengan satu set kromosom (haploid, n)
juga ditemukan hidup normal di alam.

Poliploidi umum terjadi pada tumbuhan. Ia ditemukan pula pada hewan tingkat rendah (seperti cacing
pipih, lintah, atau beberapa jenis udang), dan juga fungi.

Monoploid

Individu monoploid hanya memiliki satu set kromosom haploid. Secara alami monoploid jarang terjadi
tetapi biasa terjadi pada serangga seperti semut dan lebah dimana telur diperoleh tanpa proses
fertilisasi. Pembelahan meiosis tidak mormal karena kromosom tidak berpasangan sehingga umumnya
bersifat steril seperti pada lebah jantan (Griffiths et al, 2005, Hartl, 1994). Tidak ada kemungkinan
heterozigot dan tidak terjadi segregasi. Tanaman monoploid umumnya lebih kerdil, tidak tahan serangan
hama, penyakit dan perubahan lingkungan dibandingkan tanaman diploid. Pada pemulian tanaman
monoploid digunakan untuk mengetahui adanya mutasi resesif pada tanaman.

Salah satu contoh monoploid adalah lebah jantan. Pada lebah tedapat perbedaan tingkat ploidi antara
jantan dan betina. Sistem perbedaan seperti ini dikenal dengan sebutan haplodiploidi, lebah jantan
haploid dan lebah betina diploid. Kasus ini bukan mutasi atau aberasi kromosom tetapi merupakan
sistem biologis yang berhubungan dengan penentuan jenis seks. Telur yang dibuahi menjadi lebah
betina dan yang tidak dibuahi akan menjadi jantan. Siklus hidup lebah dapat disempurnakan berkat
adanya kemampuan pada lebah jantan untuk membentuk gamet melalui proses mitosis, sedangkan
yang betina melalui meiosis (Jusuf, 2001).
Poliploid adalah keadaan dimana suatu individu memiliki lebih dari dua genom sehingga setiap gen
memiliki lebih dari dua alel. Poliploid memiliki kromoson yang lengkap dan terdapat tambahan
kromosom yang fertilitasnya rendah. Tanaman poliploid tampak lebih kekar, bagian bagian tanaman
lebih besar, stomata lebih besar dan lebih vigor daripada tetuanya. Suminah et al (2002) menyatakan
bahwa tanaman poliploid memiliki jumlah kromosom yang lebih banyak, ukuran sel lebih besar, namun
ukuran kromosom lebih kecil. Hal ini disebabkan karena pertambahan ukuran sel tidak sebanding
dengan pertambahan jumlah kromosom. Pada beberapa spesis tangkai dan helaian daun menjadi lebih
tebal dengan warna yang lebih hijau.. Ukuran bunga lebih besar namun waktu berbunga menjadi lebih
lama (masa vegatatif lebih lama). Fertilitas tanaman berkurang. Tanaman kurang tahan terhadap
serangan penyakit dan perubahan lingkungan. Perwati (2009) melaporkan bahwa tanaman Adiantum
radianum poliploid memiliki indeks stomata yang lebih kecil tetapi memiliki ukuran stomata yang lebih
besar serta memiliki daerah penyebaran yang lebih luas dari tanaman diploid.

http://thophick.blogspot.com/2012/09/variasi-jumlah-kromosom.html?m=1

Triploid adalah kelainan kromosom tempat janin memiliki seluruh set kromosom ekstra. Satu set normal
kromosom memiliki 23 kromosom dalam sel haploid (n). Ketika dua set, menjadi 46 (2n). Ketika triploidy
terjadi, itu menjadi total 69 kromosom (3n). Oleh karena itu, dalam triploid, satu gamet terdiri dari 23
kromosom sedangkan gamet lawan jenisnya mengandung 46 kromosom. Ketika mereka bersatu,
mereka menciptakan zigot 3n yang berisi 69 kromosom. Setiap kromosom ada dalam tiga salinan, bukan
dua salinan.

Tetraploid adalah suatu kondisi di mana ada empat set kromosom lengkap dalam satu sel. Pada
manusia, ini akan menjadi 92 pasang kromosom per sel.

Anda mungkin juga menyukai