Oleh
Resti Afrista
G34130080
Dosen:
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Meiosis merupakan pembelahan sel yang terdiri dari 2 tahapan yaitu
meiosis I (pemisahan kromosom homolog) dan meiosis II (pemisahan kromatid
saudara), hal ini terjadi pada organisme yang bereproduksi secara seksual yang
menghasilkan gamet dengan jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom sel
semula (sel parental). Meiosis I terdiri dari interfase, profase I, metafase I, anafase
I , telofase I dan sitokinesis. Proses meiosis juga didahului oleh suatu interfase,
dimana selama fase ini setiap kromosom bereplikasi. Hasilnya akan menghasilkan
dua kromatid saudara yang identik secara genetik yang tetap melekat pada
sentromernya. Sentrosom juga bereplikasi menjadi dua pasangan sentriol.
Tahap profase I pada meiosis berlangsung lebih lama dan lebih kompleks
dibandingkan dengan profase dalam mitosis. Terdapat pemadatan kromosom
melalui suatu proses sinapsis pada fase ini, kemudian kromosom homolog yang
masing-masing tersusun dari dua kromatid saudara muncul secara bersamaan
sebagai suatu pasangan. Masing-masing pasangan kromosom tersebut dapat
terlihat dengan menggunakan mikroskop sebagai suatu tetrad yaitu sebuah
kompleks dengan empat kromatid. Kromatid kromosom homolog saling silangmenyilang pada banyak tempat disepanjang tubuhnya. Persilangan ini yang
berperan mengikat kromosom agar tetap bersama, hal ini disebut kiasmata
(tunggal,kiasma). Proses ini yang menyebabkan kromosom memiliki segmen yang
saling tukar.
Metafase pada meiosis I merupakan tahapan saat pasangan-pasangan
kromososm homolog yang sekarang sudah sangat terpisah di bidang ekuatorial.
Struktur-struktur kromososm itu tetap disebut tetrad, sebab kromosom-kromosom
homolog tetap berhadap-hadapan satu sama lain dalam jarak yang dekat. Baris
sentromer ganda akan terbentuk di ekuator dan bukannya baris sentromer tunggal
yang merupakan ciri khas metafase mitosis. Jumlah total tetrad di ekuator kan
sama dengan jumlah haploid (n). Anafase meiosis I tidak terdapat pemisahan
sentromer. Alih-alih yang terjadi adalah kromosom-kromosom memisaj secara
keseluruhan, dengan satu kromosom homolog bergerak ke salah satu kutub,
sementara yang satunya bergerak ke kutub yang berlawanan. Hal ini
menghasilkan set-set tunggal kromosom (dengan dua kromatid) yang bersegregasi
di masing-masing kutub dan secara efektif mereduksi kondisi diploid (2n) menjadi
haploid (n). Kromosom- kromosom dengan dua kromatid-lah yang akan perlahanlahan kehilangan kerapatannya pada telofase yang terjadi berikutnya. Membran
nukleus baru terbentuk di sekitar setiap set kromosom doublet yang haploid,
peristiwa-peristiwa telofase dan kemudian berlangsung seperti pada pembelahan
mitosis (Fried dan Hademenos 2006).
Spermatogenesis merupakan suatu proses pembentukan sel-sel sperma
yang berlangsung dalam testis, sedangkan oogenesis adalah proses terbentuknya
sel telur di dalam indung telur ( ovarium ). Gamet yang dihasilkan pada proses ini,
berasal dari sel diploid setelah terjadinya proses meiosis. Proses meiosis
merupakan suatu proses yang sangat penting yang bertujuan mempertahankan
ploidi spesies dari satu generasi ke generasi berikutnya, serta untuk memberikan
variasi genetik pada spesies. Kesalahan selama proses meiosis akan menyebabkan
terbentuknya embrio aneuploid.
Kasus aneuploid pada manusia merupakan masalah sosial yang serius.
Selain itu, gangguan fisis dan kimiawi serta kesalahan-kesalahan yang terjadi
selama meiosis dapat merusak kromosom dengan berbagai cara atau dapat
mengubah jumlahnya didalam satu sel. Secara ideal, benang-benang gelendong
SIMPULAN
Meiosis merupakan pembelahan sel yang digunakan untuk proses
reproduksi. Ciri khas meiosis antara lain jumlah kromosom mereduksi sehingga
menjadi separuhnya, dari dua set kromosom (2n) menjadi satu set kromosom,
serta mekanisme ini dapat meningkatkan keragaman genetik gamet tanpa
mengganggu kebutuhan gamet untuk memiliki satu set kromosom. Kelainan
genetik yang disebabkan oleh kegagalan meiosis salah satunya akibat adanya
DAFTAR PUSTAKA
Irawan B. 2010. Genetika: Penjelasan Mekanisme Pewarisan Sifat. Surabaya
(ID): Airlangga University Press.
Campbell NA, Reece JB. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta (ID):
Penerbit Erlangga.
Rahmawati A. 2011. Hubungan antara usia ibu hamil dengan resiko terjadinya
kelahiran sindroma down. J Kesetar dan Keadil Gend. 6(2): 155-164.
Fried GH, Hademenos GJ. 2006. Schaums Outlines Biologi Edisi Kedua. Tyas D,
penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Schaums
Outlines of Theory and Problems of Biology Second Edition.
Benson RC, Pernoll ML. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Wijaya S,
penerjemah. Primarianti SS, Resmisari T, editor. Jakarta (ID): EGC.
Terjemahan dari: Benson and Pernolls Handbook of Obsterics and
Gynecology.