PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stadium haploid dari siklus seksual dihasilkan dari proses pembelahan inti
yang disebut meiosis. Meiosis berlangsung pada sel-sel yang terdapat di dalam
jaringan reproduksi pada suatu organisme. Seperti halnya dengan mitosis, meiosis
berlangsung setelah fase G1, S dan G2 dari interfase dan menentukan distribusi
menghasilkan 4 sel anak yang memiliki jumlah kromosom hanya setengah dari
kromosom tetuanya. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar jumlah kromosom
karena terjadi dua kali siklus pembelahan. Pada meiosis terjadi perpasangan
dari meiosis disebut pembelahan reduksi. Meiosis pertama mengubah inti dari suatu
homolog terpisah. Pembelahan kedua disebut equation devision atau meiosis kedua.
Miosis kedua mengubah dua hasil dari pembelahan meiosis pertama menjadi 4 inti
seksual. Ini melibatkan pembentukan gamet haploid yang dapat berfusi dan
membentuk zigot. Karena gamet adalah haploid dan fusi gamet adalah mungkin,
Peristiwa rekombinasi lebih sering terjadi pada meiosis yang membentuk dasar dari
2
empat gamet haploid. Ini membantu dalam perbaikan DNA selama proses
I, Anafase I, Telofase I, Profase II, Metafase II, Anafase II Telofase II dan. embrio
kromosom diploid. Diploid berarti rangkap, dalam artian bahwa informasi genetik
pada salah satu kromosom dapat dijumpai pada bentuk yang sama (atau
fertilisasi, yang berasal dari sel sperma dan sel telur yang masing-masing gamet
meiosis terdiri atas 2 tahap yaitu meiosis pertama (I) dan meiosis kedua (II)
(Pramesti, 2013).
terhenti dan kromosom tidak tertarik ke bidang ekuator maupun kutub. Di samping
Tujuan Praktikum
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu
TINJAUAN PUSTAKA
tidak sama dengan induknya. Pembelahan meiosis hanya terjadi pada sel kelamin
yang mana dari diploid menjadi haploid dan menghasilkan 4 sel anakan.
Pembelahan secara meiosis terjadi dalam dua siklus yang mana dalam satu siklus
terdiri dari tahapan profase, metaphase, anafase dan telofase. Bentuk tahapan
tersebut dapat diamati dengan menggunakan metode squash atau pemejetan yang
mana bahan yang akan diamati di bawah mikroskop akan dipencet dengan
menggunakan ibu jari atau karet penghapus agar bahan yang akan diamati dapat
saat proses meiosis dan penyerbukan. Meiosis yang terjadi pada sel telur
(megasporofit) maupun calon serbuk sari yang biasanya terjadi saat bunga masih
kuncup, merupakan proses pemisahan kromosom dari 2n menjadi 1n. Saat meiosis,
mungkin saja terjadi pindah silang gen, delesi, insersi atau translokasi. Peningkatan
dari serbuk sari terpilih bergabung melebur dengan kromososm dari ovul, sehingga
setiap butir serbuk sari dari bunga yang sama bisa saja berbeda secara genetik jika
terjadi proses pindah silang gen, delesi, insersi atau translokasi saat meiosis
(Sandra, 2003).
meiosis pada bunga lili adalah metode tanpa larutan former atau larutan fiksatif,
karena bunga lili yang digunakan masih segar, baru dipetik. Penggunaan bunga lili
5
karena akan berpengaruh terhadap fase-fase yang dapat diamati pada meiosis. Jika
terlalu tua, maka proses meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat diamati secara
merupakan alat pengangkutan bagi gen-gen yang akan dipindahkan dari suatu sel
induk ke sel anakan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Pengamatan
kromosom. Perilaku dan aktivitas kromosom dapat dilihat dalam siklus sel,
pembelahan duplikasi sel dengan jumlah kromosom sama dengan sel induk.
(Werdina, 2007).
yang setiap gamet memiliki jumlah kromosom haploid. Meiosis mempunyai dua
tujuan, yaitu reduksi dari jumlah kromosom dan rekombinasi untuk mentransmisi
Meiosis II adalah mirip dengan mitosis yang membagi dua kromosom, yang saling
Pada jaringan nuftah meiosis ini hanya terjadi pada fase reproduksi seksual
atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom
homolog serta terjadi pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak.
Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu
terjadi pada sel tumbuhan. Demikian juga pada sel hewan terjadi meiosis I dan
meiosis II. Baik pada pembelahan meiosis I dan II, terjadi fase-fase pembelahan
seperti pada mitosis. Oleh karena itu dikenal adanya profase I, metafase I, anafase
I , telofase I, profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II. Akibat adanya dua
kali proses pembelahan sel, maka pada meiosis, satu sel induk akan menghasilkan
berlangsung setelah fase G1, S dan G2 dari interfase dan menentukan distribusi
kromosom yang tepat ke dalam sel-sel anak. Stadium haploid dari siklus seksual
dihasilkan dari proses pembelahan inti yang disebut meiosis. Pembelahan meiosis
akan menghasilkan 4 sel anak yang memiliki jumlah kromosom hanya setengah
dari kromosom tetuanya. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar jumlah kromosom
Fiksasi adalah cara untuk menghentikan metabolisme sel secara cepat dan
Larutan fiksasi yang digunakan biasanya ialah larutan Carnoy, yaitu campuran
kloroform, asam asetat dan etanol selama 15 menit dan larutan former, yaitu
larutan former dan larutan carnoy secara umum sama, hanya saja larutan carnoy
Penggunaan HCl 1 N ini dimaksudkan untuk menahan sel agar tetap berada
pada fase-fase mitosis ataupun meiosis sesuai dengan saat pengambilan sampel.
terlarut dalam sel tumbuhan dan untuk meneliti reaksi-reaksi metabolik yang
dilangsungkan oleh suatu enzim serta organel sel seperti mitokondria, kloroplas,
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain
alcohol. Alkohol merupakan larutan dengan daya dehidrasi yang kuat dan
protein dan presipitasi glukogen dan melarutkan lemak. Fungsi alkohol yang utama
adalah sebagai bahan fiksasi sediaan sitologi namun dalam keadaan terpaksa dapat
digunakan sebagai fiksasi sediaan histopatologi. Hal ini disebabkan daya tembus
alkohol yang kurang baik oleh itu karena jaringan cepat menjadi keras dan
hari Selasa, 3 Oktober 2017 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai, pada
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bunga lili ()
sebagai objek yang akan diamati, larutan HCl 1 N untuk melunakkan sel-sel akar
tanaman, aquadest untuk mencuci objek yang diamati, larutan asam asetat untuk
membersihkan larutan yang tumpah, dan buku untuk mencatat hasil pengamatan
yang dilakukan,
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop untuk
melihat kromosom tanaman, pisau silet untuk memotong akar tanaman, pinset
untuk mengambil objek pada saat perendaman dalam larutan, bunsen untuk
(squash), preparat dan object glass untuk meletakkan objek yang akan diamati,
korek api untuk menyalakan bunsen, petridish sebagai tempat objek yang diamati,
botol kultur sebagai wadah untuk merendam potongan akar tanaman, jarum pentul
untuk mengambil objek, pipet tetes untuk meneteskan asetokarmin di preparat, alat
Prosedur Praktikum
tempat dengan suhu kamar apabila kurang dari 24 jam atau di simpan dalam
Diketuk preparat dengan karet pinsil dan ditekan dengan ibu jari
acetokarmin
Dibiarkan beberapa saat agar warna bias terserap, kemudian tutup dengan
gelas penutup
10
Diketuk – ketuk preparat dengan karet pensil dan ditekan dengan ibu jari
Hasil
1. Larutan fiksatif
Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan, objek yang diamati pada saat praktikum
adalah bunga lili yang digunakan untuk menganalisis fase-fase meiosis, karena
kromosom bunga lili dapat terlihat jelas sehingga mudah diamati dimikroskop. Hal
ini sesuai dengan literatur Hoesen (2009) yang menyatakan bahwa penggunaan
bunga lili karena mempunyai ukuran kromosom yang besar, sehingga akan
ada 2 yaitu dengan menggunakan larutan fiksatif dan nonfiksatif. Larutan fiksatif
digunakan karena bunga lili yang digunakan masih segar, baru dipetik. Hal ini
sesuai dengan literatur Sandra (2003) yang menyatakan bahwa metode yang
digunakan dalam pengamatan meiosis pada bunga lili adalah metode tanpa larutan
former atau larutan fiksatif, karena bunga lili yang digunakan masih segar, baru
dipetik. Penggunaan bunga lili karena mempunyai ukuran kromosom yang besar,
Dari analisis yang diperoleh pada saat praktikum diketahui bahwa pada
tahap metafase I tiap pasang kromosom homolog berada pada bidang ekuator,
dengan berjajar, sentromer tiap pasang kromosom homolog terikat oleh benang
gelendong yang berasal dari kutub yang berlawanan, sentromer tidak membelah,
ini salah satu pembeda metafase mitosis. Hal ini sesuai dengan literatur
Deswiniyanti (2010) yang meyatakan bahwa meiosis hanya terjadi pada fase
reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan
terhadap sel anak. Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan
13
sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II (meiosis II). Meiosis I dan
1 N ini dimaksudkan untuk menahan sel agar tetap berada pada fase-fase meiosis
sesuai dengan saat pengambilan sampel. Hal ini sesuai dengan literatur Wahyurini
menahan sel agar tetap berada pada fase-fase mitosis ataupun meiosis sesuai dengan
fraksi-fraksi tertentu yang terlarut dalam sel tumbuhan dan untuk meneliti reaksi-
reaksi metabolik yang dilangsungkan oleh suatu enzim serta organel sel seperti
Pada saat praktikum digunakan etanol pada perlakuan non fiksatif karena
larutan etanol mempunyai daya dehidrasi yang kuat dan menyebabkan pengerasan
dan pengerutan jaringan. Hal ini sesuai dengan literatur Pramanik et al. (2016)
yang menyatakan bahawa alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga
disebut grain alcohol. Alkohol merupakan larutan dengan daya dehidrasi yang kuat
alkohol yang utama adalah sebagai bahan fiksasi sediaan sitologi namun dalam
keadaan terpaksa dapat digunakan sebagai fiksasi sediaan histopatologi. Hal ini
disebabkan daya tembus alkohol yang kurang baik oleh itu karena jaringan cepat
KESIMPULAN
1. Bunga lili digunakan untuk analisis fase meiosis karena kromosom bunga lili
dan nonfiksatif.
3. Pada praktikum yang dilaksakan kromosom bunga lili terlihat pada fase
meiosis I.
4. Penggunaan HCl dimaksudkan untuk menahan sel agar tetap berada pada fase-
DAFTAR PUSTAKA
Hoesen, D.S.H. 2009. Pembentukan tunas Lilium sp. Secara ex vitro dan in vitro.
Jurnal Teknik Lingkungan.10 (2): 183 – 193
Laily A, Fitriyah, dan Alvi. 2012. Biologi Sel. Fakultas Sains Dan Teknologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.
Pramanik, D., Istiqomah N., Chaidir, L. 2016. Studi tingkat ploidi pada Lili (Lilium
sp.) Hasil kultur antera melalui penghitungan jumlah kloroplas dan
kromosom. Jurnal Agro Vol. III.
Pramesti, Ria dan Asmuni. 2013. Biologi Umum. Fakultas Sains Dan Teknologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.
Sanjaya, L. 2010. Perakitan Varietas Tanaman Kerk Lili yang Berbunga Tegak dan
Wangi serta Tabung Bunga Pendek. Jurnal Hortikultura. 20(4) : 321-
33.