Anda di halaman 1dari 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Stadium haploid dari siklus seksual dihasilkan dari proses pembelahan inti

yang disebut meiosis. Meiosis berlangsung pada sel-sel yang terdapat di dalam

jaringan reproduksi pada suatu organisme. Seperti halnya dengan mitosis, meiosis

berlangsung setelah fase G1, S dan G2 dari interfase dan menentukan distribusi

kromosom yang tepat ke dalam sel-sel anak. Pembelahan meiosis akan

menghasilkan 4 sel anak yang memiliki jumlah kromosom hanya setengah dari

kromosom tetuanya. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar jumlah kromosom

individu tetap dari generasi ke generasi (Laonna, 2013).

Pembelahan meiosis lebih kompleks dibandingkan pembelahan mitosis,

karena terjadi dua kali siklus pembelahan. Pada meiosis terjadi perpasangan

kromosom homolog dan segregasi kromosom secara bebas. Pembelahan pertama

dari meiosis disebut pembelahan reduksi. Meiosis pertama mengubah inti dari suatu

meiosit yang mengandung kromosom diploid menjadi inti haploid yang

mengandung kromosom n. Jumlah kromosom direduksi saat pasangan kromosom

homolog terpisah. Pembelahan kedua disebut equation devision atau meiosis kedua.

Miosis kedua mengubah dua hasil dari pembelahan meiosis pertama menjadi 4 inti

haploid (Laily et al., 2012).

Meiosis adalah jenis pembelahan sel yang berguna dalam reproduksi

seksual. Ini melibatkan pembentukan gamet haploid yang dapat berfusi dan

membentuk zigot. Karena gamet adalah haploid dan fusi gamet adalah mungkin,

memungkinkan untuk variasi yang akan diperkenalkan pada generasi berikutnya.

Peristiwa rekombinasi lebih sering terjadi pada meiosis yang membentuk dasar dari
2

penelitian lebih lanjutkan dua pembelahan sel yang mengakibatkan pembentukan

empat gamet haploid. Ini membantu dalam perbaikan DNA selama proses

perbanyakan. Langkah-langkah yang terlibat adalah Interphasa, Profase I, Metafase

I, Anafase I, Telofase I, Profase II, Metafase II, Anafase II Telofase II dan. embrio

lalat buah (Gindo, 2004).

Meiosis terjadi pada organisme ekuariot, yang selnya mengandung jumlah

kromosom diploid. Diploid berarti rangkap, dalam artian bahwa informasi genetik

pada salah satu kromosom dapat dijumpai pada bentuk yang sama (atau

termodifikasi) pada kromosom kedua didalam inti. Kedua kromosom membentuk

pasangan sedemikian yang dinamakan homolog. Sel diploid manusia mengandung

46 kromosom, atau 23 pasang homolog ke 46 kromosom dari zigot terbentuk dari

fertilisasi, yang berasal dari sel sperma dan sel telur yang masing-masing gamet

memberikan satu anggotanya dari setiap pasangan homolognya. Pemembelahan

meiosis terdiri atas 2 tahap yaitu meiosis pertama (I) dan meiosis kedua (II)

(Pramesti, 2013).

Pembelahan meiosis biasanya digunakan untuk menghitung jumlah

kromosom. Pembelahan sel dapat dihambat senyawa mutagen seperti alkaloid.

Senyawa mutagen dapat berikatan dengan mikrotubuli, sehingga tahap metafase

terhenti dan kromosom tidak tertarik ke bidang ekuator maupun kutub. Di samping

itu, senyawa ini dapat menyebabkan kromosom mengkerut, memendek, terpencar-

pencar dan tumpang tindih (Siahaan, 2010).


3

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses

pembelahan meiosis pada bunga lili (Lilium longiflorum Thunb.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu

syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Sitogenetika Program

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Meiosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan sel anakan yang

tidak sama dengan induknya. Pembelahan meiosis hanya terjadi pada sel kelamin

yang mana dari diploid menjadi haploid dan menghasilkan 4 sel anakan.

Pembelahan secara meiosis terjadi dalam dua siklus yang mana dalam satu siklus

terdiri dari tahapan profase, metaphase, anafase dan telofase. Bentuk tahapan

tersebut dapat diamati dengan menggunakan metode squash atau pemejetan yang

mana bahan yang akan diamati di bawah mikroskop akan dipencet dengan

menggunakan ibu jari atau karet penghapus agar bahan yang akan diamati dapat

menyebar merata di kaca preparat (Ritonga dan Aida, 2010).

Pada saat terjadinya kejadian peningkatan keragaman pada tanaman adalah

saat proses meiosis dan penyerbukan. Meiosis yang terjadi pada sel telur

(megasporofit) maupun calon serbuk sari yang biasanya terjadi saat bunga masih

kuncup, merupakan proses pemisahan kromosom dari 2n menjadi 1n. Saat meiosis,

mungkin saja terjadi pindah silang gen, delesi, insersi atau translokasi. Peningkatan

keragaman berikutnya terjadi saat penyerbukan dan pembuahan, dimana kromosom

dari serbuk sari terpilih bergabung melebur dengan kromososm dari ovul, sehingga

menjadi embrio dengan kandungan kromosom 2n. Kandungan kromosom pada

setiap butir serbuk sari dari bunga yang sama bisa saja berbeda secara genetik jika

terjadi proses pindah silang gen, delesi, insersi atau translokasi saat meiosis

(Sandra, 2003).

Didalam pengamatan meiosis, metode yang digunakan dalam pengamatan

meiosis pada bunga lili adalah metode tanpa larutan former atau larutan fiksatif,

karena bunga lili yang digunakan masih segar, baru dipetik. Penggunaan bunga lili
5

karena mempunyai ukuran kromosom yang besar, sehingga akan mempermudah

dalam pengamatannya. Pemilihan umur mikrospora yang tepat sangat penting,

karena akan berpengaruh terhadap fase-fase yang dapat diamati pada meiosis. Jika

terlalu tua, maka proses meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat diamati secara

detail. Apabila terlalu muda, maka proses meiosis belum

terjadi (Hoesen, 2009).

Pada pengangkutan gen, kromosom sangat di perlukan. Dimana kromosom

merupakan alat pengangkutan bagi gen-gen yang akan dipindahkan dari suatu sel

induk ke sel anakan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Pengamatan

terhadap perilaku kromosom sama pentingnya dengan mempelajari struktur

kromosom. Perilaku dan aktivitas kromosom dapat dilihat dalam siklus sel,

termasuk di dalamnya adalah pembelahan sel (mitosis dan meiosis). Analisis

kromosom, baik mitosis maupun meiosis merupakan langkah awal mempelajari

perilaku kromosom. Tanaman melakukan pembelahan sel untuk memperbanyak

jaringan sehingga tumbuh menjadi tanaman yang sempurna. Mitosis adalah

pembelahan duplikasi sel dengan jumlah kromosom sama dengan sel induk.

Pengamatan perilaku kromosom sangat penting dalam proses pergerakan sel di

dalam tubuh tumbuhan, oleh karena pentingnya mengetahui perilaku kromosom

(Werdina, 2007).

Pengertian meiosis adalah pembelahan sel yang membentuk gamet-gamet,

yang setiap gamet memiliki jumlah kromosom haploid. Meiosis mempunyai dua

tujuan, yaitu reduksi dari jumlah kromosom dan rekombinasi untuk mentransmisi

informasi genetik. Pada meiosis I, pasangan kromosom homolog saling menjauh


6

Meiosis II adalah mirip dengan mitosis yang membagi dua kromosom, yang saling

memisahkan diri dan terbentuk 2 sel baru (Charly, 2013).

Pada jaringan nuftah meiosis ini hanya terjadi pada fase reproduksi seksual

atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom

homolog serta terjadi pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak.

Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu

pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II (meiosis II). Meiosis I dan meiosis II

terjadi pada sel tumbuhan. Demikian juga pada sel hewan terjadi meiosis I dan

meiosis II. Baik pada pembelahan meiosis I dan II, terjadi fase-fase pembelahan

seperti pada mitosis. Oleh karena itu dikenal adanya profase I, metafase I, anafase

I , telofase I, profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II. Akibat adanya dua

kali proses pembelahan sel, maka pada meiosis, satu sel induk akan menghasilkan

empat sbaru, dengan masing-masing sel mengandung jumlah kromosom setengah

dari jumlah kromosom sel induk (Deswiniyanti et al.,2010).

Meiosis berlangsung pada sel-sel yang terdapat di dalam jaringan

reproduksi pada suatu organisme. Seperti halnya dengan mitosis, meiosis

berlangsung setelah fase G1, S dan G2 dari interfase dan menentukan distribusi

kromosom yang tepat ke dalam sel-sel anak. Stadium haploid dari siklus seksual

dihasilkan dari proses pembelahan inti yang disebut meiosis. Pembelahan meiosis

akan menghasilkan 4 sel anak yang memiliki jumlah kromosom hanya setengah

dari kromosom tetuanya. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar jumlah kromosom

individu tetap dari generasi ke generasi (Muhlisyah et al., 2014).

Fiksasi adalah cara untuk menghentikan metabolisme sel secara cepat dan

mempertahankan jaringan serta komponen-komponennya seperti bentuk semula.


7

Larutan fiksasi yang digunakan biasanya ialah larutan Carnoy, yaitu campuran

kloroform, asam asetat dan etanol selama 15 menit dan larutan former, yaitu

campuran 15 ml asam asetat glasial dengan 45 ml alkohol absolut (3 : 1). Fungsi

larutan former dan larutan carnoy secara umum sama, hanya saja larutan carnoy

digunakan pada jaringan yang berlapis lilin (Sanjaya, 2010).

Penggunaan HCl 1 N ini dimaksudkan untuk menahan sel agar tetap berada

pada fase-fase mitosis ataupun meiosis sesuai dengan saat pengambilan sampel.

Teknik maserasi memungkinkan untuk mengekstraksi fraksi-fraksi tertentu yang

terlarut dalam sel tumbuhan dan untuk meneliti reaksi-reaksi metabolik yang

dilangsungkan oleh suatu enzim serta organel sel seperti mitokondria, kloroplas,

ribosom, dan nukleus (Wahyurini, 2010).

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain

alcohol. Alkohol merupakan larutan dengan daya dehidrasi yang kuat dan

menyebabkan pengerasan dan pengerutan jaringan. Alkohol dapat mengkoagulasi

protein dan presipitasi glukogen dan melarutkan lemak. Fungsi alkohol yang utama

adalah sebagai bahan fiksasi sediaan sitologi namun dalam keadaan terpaksa dapat

digunakan sebagai fiksasi sediaan histopatologi. Hal ini disebabkan daya tembus

alkohol yang kurang baik oleh itu karena jaringan cepat menjadi keras dan

mengkerut sehingga sediaan sukar dipulas (Pramanik et al., 2016).


8

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum dilaksanakan di Laboratorium Sitogenetika Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada

hari Selasa, 3 Oktober 2017 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai, pada

ketinggian tempat ±25 mdpl.

Bahan dan Alat Praktikum

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bunga lili ()

sebagai objek yang akan diamati, larutan HCl 1 N untuk melunakkan sel-sel akar

tanaman, aquadest untuk mencuci objek yang diamati, larutan asam asetat untuk

melunakkan akar tanaman, asetokarmin sebagai pewarna kromosom, tissue untuk

membersihkan larutan yang tumpah, dan buku untuk mencatat hasil pengamatan

yang dilakukan,

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop untuk

melihat kromosom tanaman, pisau silet untuk memotong akar tanaman, pinset

untuk mengambil objek pada saat perendaman dalam larutan, bunsen untuk

mensterilkan preparat, pensil dengan karetnya sebagai alat bantu pemencetan

(squash), preparat dan object glass untuk meletakkan objek yang akan diamati,

korek api untuk menyalakan bunsen, petridish sebagai tempat objek yang diamati,

botol kultur sebagai wadah untuk merendam potongan akar tanaman, jarum pentul

untuk mengambil objek, pipet tetes untuk meneteskan asetokarmin di preparat, alat

tulis untuk mencatat hasil praktikum dan kamera digunakan untuk

mendokumentasikan objek praktikum.


9

Prosedur Praktikum

Dengan Perendaman Larutan Fiksatif

 Dimasukkan kuncup bunga lili ke dalam larutan fiksatif dan di simpan di

tempat dengan suhu kamar apabila kurang dari 24 jam atau di simpan dalam

lemari es apabila lebih dari 24 jam

 Dikeluarkan sel induk megaspora dengan menggunakan jarum pentul

 Dibilas potongan bunga lili menggunakan aquades sebanyak 3 kali

 Diletakkan bagian tersebut di atas gelas objek dan teteskan 2 tetes

acetokarmin serta biarkan 15 menit agar warna bias terserap, kemudian

tutup dengan gelas penutup

 Dilewatkan preparat diatas Bunsen 2-3 kali

 Diketuk preparat dengan karet pinsil dan ditekan dengan ibu jari

 Diamati preparat di bawah mikroskop

 Digambar hasil yang diperoleh di lembar data.

Tanpa Perendaman Larutan Fiksatif


 Dimasukkan kuncup bunga lili ke dalam larutan non fiksatif yaitu larutan

etanol 70 % selama 15 menit

 Dikeluarkan sel induk megaspora dengan menggunakan jarum pentul

 Dibilas potongan bunga lili menggunakan aquades sebanyak 3 kali

 Diletakkan dibagian tersebut di atas gelas objek dan teteskan 2 tetes

acetokarmin

 Dibiarkan beberapa saat agar warna bias terserap, kemudian tutup dengan

gelas penutup
10

 Diletakkan preparat di atas api bunsen sebanyak 2-3 kali

 Diketuk – ketuk preparat dengan karet pensil dan ditekan dengan ibu jari

 Diamati preparat di bawah mikroskop dan digambar hasil yang diperoleh


11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

No Gambar Asli Referensi

1. Larutan fiksatif

2. Larutan non fiksatif

Sumber: Ritonga dan Aida. 2010. Analisis Meiosis. FP IPB. Bogor.


12

Pembahasan

Pada praktikum yang dilakukan, objek yang diamati pada saat praktikum

adalah bunga lili yang digunakan untuk menganalisis fase-fase meiosis, karena

kromosom bunga lili dapat terlihat jelas sehingga mudah diamati dimikroskop. Hal

ini sesuai dengan literatur Hoesen (2009) yang menyatakan bahwa penggunaan

bunga lili karena mempunyai ukuran kromosom yang besar, sehingga akan

mempermudah dalam pengamatannya.

Di dalam praktikum yang telah dilakukan dimana perlakuannya yang dibuat

ada 2 yaitu dengan menggunakan larutan fiksatif dan nonfiksatif. Larutan fiksatif

digunakan karena bunga lili yang digunakan masih segar, baru dipetik. Hal ini

sesuai dengan literatur Sandra (2003) yang menyatakan bahwa metode yang

digunakan dalam pengamatan meiosis pada bunga lili adalah metode tanpa larutan

former atau larutan fiksatif, karena bunga lili yang digunakan masih segar, baru

dipetik. Penggunaan bunga lili karena mempunyai ukuran kromosom yang besar,

sehingga akan mempermudah dalam pengamatannya.

Dari analisis yang diperoleh pada saat praktikum diketahui bahwa pada

tahap metafase I tiap pasang kromosom homolog berada pada bidang ekuator,

dengan berjajar, sentromer tiap pasang kromosom homolog terikat oleh benang

gelendong yang berasal dari kutub yang berlawanan, sentromer tidak membelah,

ini salah satu pembeda metafase mitosis. Hal ini sesuai dengan literatur

Deswiniyanti (2010) yang meyatakan bahwa meiosis hanya terjadi pada fase

reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan

dari kromosom homolog serta terjadi pengurangan jumlah kromosom induk

terhadap sel anak. Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan
13

sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II (meiosis II). Meiosis I dan

meiosis II terjadi pada sel tumbuhan.

Pada praktikum yang dilakukan digunakan larutan HCL, penggunaan HCl

1 N ini dimaksudkan untuk menahan sel agar tetap berada pada fase-fase meiosis

sesuai dengan saat pengambilan sampel. Hal ini sesuai dengan literatur Wahyurini

(2010) yang menyatakan bahwa penggunaan HCl 1 N ini dimaksudkan untuk

menahan sel agar tetap berada pada fase-fase mitosis ataupun meiosis sesuai dengan

saat pengambilan sampel. Teknik maserasi memungkinkan untuk mengekstraksi

fraksi-fraksi tertentu yang terlarut dalam sel tumbuhan dan untuk meneliti reaksi-

reaksi metabolik yang dilangsungkan oleh suatu enzim serta organel sel seperti

mitokondria, kloroplas, ribosom, dan nukleus.

Pada saat praktikum digunakan etanol pada perlakuan non fiksatif karena

larutan etanol mempunyai daya dehidrasi yang kuat dan menyebabkan pengerasan

dan pengerutan jaringan. Hal ini sesuai dengan literatur Pramanik et al. (2016)

yang menyatakan bahawa alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga

disebut grain alcohol. Alkohol merupakan larutan dengan daya dehidrasi yang kuat

dan menyebabkan pengerasan dan pengerutan jaringan. Alkohol dapat

mengkoagulasi protein dan presipitasi glukogen dan melarutkan lemak. Fungsi

alkohol yang utama adalah sebagai bahan fiksasi sediaan sitologi namun dalam

keadaan terpaksa dapat digunakan sebagai fiksasi sediaan histopatologi. Hal ini

disebabkan daya tembus alkohol yang kurang baik oleh itu karena jaringan cepat

menjadi keras dan mengkerut sehingga sediaan sukar dipulas.


14

KESIMPULAN

1. Bunga lili digunakan untuk analisis fase meiosis karena kromosom bunga lili

besar dan terlihat jelas sehingga mudah diamati dimikroskop.

2. Perlakuan yang digunakan ada 2 yaitu dengan menggunakan larutan fiksatif

dan nonfiksatif.

3. Pada praktikum yang dilaksakan kromosom bunga lili terlihat pada fase

meiosis I.

4. Penggunaan HCl dimaksudkan untuk menahan sel agar tetap berada pada fase-

fase meiosis sesuai dengan saat pengambilan sampel.

5. Larutan etanol pada perlakuan non fiksatif digunakan karena etanol

mempunyai daya dehidrasi yang kuat dan menyebabkan pengerasan

dan pengerutan jaringan.


15

DAFTAR PUSTAKA

Charly, S. 2013. Panduan laboratorium Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor.

Deswiniyanti, N.W., Astarini, I.A., Puspawati, N.M. 2010. Studi Fenologi


perbungaan Lilium longiflorum Thunb. Jurnal Metamorfosa I (1): 6-10.

Gindo, A. 2004. Kelainan Komosom Pada Abortus Spontan. FK USU. Medan.

Hoesen, D.S.H. 2009. Pembentukan tunas Lilium sp. Secara ex vitro dan in vitro.
Jurnal Teknik Lingkungan.10 (2): 183 – 193

Laily A, Fitriyah, dan Alvi. 2012. Biologi Sel. Fakultas Sains Dan Teknologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.

Laonna, S. 2013. Tahap-Tahap Pembelahan Sel. FP UNIBRAW. Malang.

Muhlisyah, N., C. Muthiadin., B. F. Wahidah., dan I. R. Aziz. 2014. Preparasi


Kromosom Fase Mitosis Markisa Ungu (Passifloraedulis) Varietas Edulis
Sulawesi Selatan. UIN Alauddin. Makassar.

Pramanik, D., Istiqomah N., Chaidir, L. 2016. Studi tingkat ploidi pada Lili (Lilium
sp.) Hasil kultur antera melalui penghitungan jumlah kloroplas dan
kromosom. Jurnal Agro Vol. III.

Pramesti, Ria dan Asmuni. 2013. Biologi Umum. Fakultas Sains Dan Teknologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.

Ritonga, A dan Aida. 2010. Analisis Meiosis. FP IPB. Bogor.

Sanjaya, L. 2010. Perakitan Varietas Tanaman Kerk Lili yang Berbunga Tegak dan
Wangi serta Tabung Bunga Pendek. Jurnal Hortikultura. 20(4) : 321-
33.

Sandra, S. 2003. Panduan laboratorium Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor.

Siahaan, K. 2010. Bahan Kuliah Teknik Laboratorium. Universitas Lambung


Mangkurat Press. Banjarbaru.

Wahyurini, E. 2010. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan beberapa kultivar


Lili (Lilium longiflorum) dengan aplikasi GA3 dan Paclobutrazol. Jurnal
Agrivet (2010) 14:27-35.

Werdina, P, H. 2007. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai