PENDAHULUAN
Latar Belakang
suatu makhluk hidup, karena kromosom merupakan alat pengangkutan bagi gen –
gen yang akan dipindahkan dari suatu sel induk ke sel anakannya,dari
atau aktivitas kromosom dapat terlihat dalam siklus sel, termasuk didalamnya
adalah pembelahan sel (mitosis atau meiosis). Analisis kromosom, baik mitosis
baik sacara kualitas dan kuantitas. Dalam penyediaan benih lili, pada
diperoleh. Secara alami lili (Lilium sp.)memiliki susunan genetik heterozigot yang
penelitian ini menggunakan eksplan umbi mikro hasil kultur antera, setelah
kloroplas pada sel penjaga stomata, karena berkorelasi dengan jumlah kromosom
seperti hasil penelitian yang dilakukan pada tanaman Brasicca (Erlod, 2010)
Stadium haploid dari siklus seksual dihasilkan dari proses pembelahan inti
mitosis, meiosis berlangsung setelah fase G1, S dan G2 dari interfase dan
kromosom hanya setengah dari kromosom tetuanya. Hal ini bertujuan untuk
kedua mengubah dua hasil dari pembelahan meiosis pertama menjadi 4 inti
Tujuan Praktikum
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat
TINJAUAN PUSTAKA
disebut dengan proses pembelahan sel secara reduksi, karena proses yang
dihasilkan adalah sel-sel anakan dengan jumlah kromosom setengah / separuh dari
berlangsung dalam dua tingkatan, yaitu meiosis I dan meiosis II. Proses meiosis I
terdiri dari profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I. Profase I terdiri dari 5
dari sel. Anafase I adalah tahap berpisah dan bergeraknya kromosom homolog ke
kutub sel yang berlawanan. Telofase I adalah tahap terbentuknya dua sel anakan
inti langsung menghilang lagi dan terbentuk benang gelendong inti pada tiap
diri di bidang ekuatorial, sel mengalami metafase II. Anafase II, sentromer
membelah dan kromosom yang terdiri dari satu kromatid bergerak ke masing-
masing kutub sel. Meiosis II diakhiri dengan Telofase II, yaitu terbentuknya empat
biasanya berasal dari sel diploid (2n) dikenal dengan nama haploidisasi.
berpengaruh terhadap fase-fase yang dapat diamati pada meiosis. Jika terlalu
tua, maka proses meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat diamati secara
detail. Apabila terlalu muda, maka proses meiosis belum terjadi (Wulansari, 2010)
adalah metode tanpa larutan former atau larutan fiksatif, karena bunga lili
yang digunakan masih segar, baru dipetik. Penggunaan bunga lili karena
Pembelahan meiosis pada bunga Lilium sp, meiosis I dapat diamati fase-
fasenya secara lengkap yaitu profase I, metafase I, anafase I dan telofase I. Tetapi
meiosis II yang secara teori mirip dengan mitosis tidak dapat diamati fase-fasenya
perbedaan dari fiksatif dan non fiksatif yakni fiksatif untuk menghindari
kerusakan pada jaringan, serta struktur sel yang semula rapuh menjadi stabil dan
cukup kuat, Non fiksatif dilakukan tanpa perendaman sehingga sel-sel tampak
ketinggian ± 25 mdpl pada tanggal 24 September 2019 pukul 13.00 WIB sampai
dengan selesai.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku penuntun
sebagai penuntun praktikum, pulpen untuk menulis data, mikroskop sebagai alat
praktikum, kaca preparat sebagi tempat objek yang akan diamati dengan
dan mengamati benda yang berukuran sangat kecil, deck glass untuk penutup
objek yang ada di preparat, pinset umtuk menjepit bahan bahan, bunsen untuk
mensterilkan alat dan bahan, pipet tetes untuk memindahkan larutan, pensil
sebagai alat untuk menyemprotkan alkohol ke kaca preparat, dan petridish sebagai
tempat menaruh akar setelah dipotong, jarum pentul yang berfungsi untuk
mengeluarkan sel induk megaspora dari tanaman bunga lili (Lilium candidum L.)
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bunga lili
(Lilium candidum L.) sebagai bahan praktikum yang diamati, kertas untuk tempat
Prosedur Praktikum
Larutan Fiksatif
- Disediakan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
- Disterilkan alat yang digunakan menggunakan alkohol
- Dibelah bunga lili yang kuncup menggunakan silet steril untuk
fiksatif
- Diambil dan pindahkan putik bunga lili ke petridish yang telah berisi HCl
1N menggunakan pinset
- Direndam di larutan HCl 1N selama 24 jam
- Dituangkan HCl 1N, kemudian putik dibilas menggunakan aquades
sebanyak 3 kali
- Diiris tipis putik untuk mendapatkan sel induk dari megaspora untuk
diambil sel induk dari megaspora tersebut dan diletakkan di kaca preparat
steril
- Ditambahkan aceto orcein 2% secukupnya dan didiamkan selama 15 menit
- Kemudian tutup menggunakan gelas penutup kemudian ditekan-tekan
nonfiksatif
- Diambil dan pindahkan putik bunga lili ke petridish yang telah berisi
sebanyak 3 kali
- Diiris tipis putik untuk mendapatkan sel induk dari megaspora untuk
diambil sel induk dari megaspora tersebut dan diletakkan di kaca preparat
steril
- Ditambahkan aceto orcein 2% secukupnya dan didiamkan selama 15 menit
- Kemudian tutup menggunakan gelas penutup kemudian ditekan-tekan
Hasil
Pembahasan
Meiosis adalah proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin
dari organisme yang mengadakan reproduksi secara generatif atau seksual. Hal ini
meiosis adalah suatu proses terjadinya pembelahan sel pada sel-sel kelamin dari
ataupun seksual.
Pada praktikum analisis meiosis ini menggunakan bunga lili yang masih
kuncup sebagai objek praktikum. Hal ini dikarenakan oleh bunga lili yang
memiliki ukuran kromosom yang besar jumlah kromosom bunga lili Kromosom
lili berjumlah 2n=24, sementara pada tingkat haploid kromosom berjumlah 12.
. Hal ini sesuai dengan literatur Nisa (2016) Perakitan tanaman hibrida murni
Proses untuk mendapatkan tanaman haploid yang biasanya berasal dari sel diploid
(2n) dikenal dengan nama haploidisasi. Tingkatploidi pada lili jika diploid maka
berjumlah 12.
Pada praktikum meiosis digunakan bunga lili yang masih kuncup atau
belum mekar. Hal ini dikarenakan pemilihan umur mikrospora yang tepat sangat
10
penting, karena akan berpengaruh terhadap fase-fase yang dapat diamati pada
meiosis. Jika terlalu tua, maka proses meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat
diamati secara detail. Apabila terlalu muda, maka proses meiosis belum terjadi.
Hal ini sesuai dengan literatur Wulansari (2010) yang menyatakan bahwa
Pemilihan umur mikrospora yang tepat sangat penting, karena akan berpengaruh
terhadap fase - fase yang dapat diamati pada meiosis. Jika terlalu tua, maka
proses meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat diamati secara detail. Apabila
bunga lili yang digunakan masih segar, baru dipetik. Hal ini sesuai dengan
literatur Widura (2016) yang menyatakan bahwa Metode yang digunakan dalam
pengamatan meiosis pada bunga lili adalah metode tanpa larutan former atau
larutan fiksatif, karena bunga lili yang digunakan masih segar, baru dipetik.
Pembelahan meiosis terdiri dari tahap fase- fase , yaitu meiosis I dan
meiosis II. Meiosis I dapat dibedakan lagi menjadi interfase I, profase I, metafase
I, anafase I, dan telofase I. Meiosis II juga dibedakan atas interfase II, profase II,
metafase II, anafase II, dan telofase II. Pembelahan meiosis ini merupakan proses
yang dinamis, tidak terputus – putus, dan tidak terdapat batas yang kelas antar
setiap fasenya. Hal ini sesuai dengan literatur Suryo (2010) yang menyatakan
bahwa Pembelahan meiosis terdiri dari tahap fase- fase , yaitu meiosis I dan
meiosis II. Meiosis I dapat dibedakan lagi menjadi interfase I, profase I, metafase
I, anafase I, dan telofase I. Meiosis II juga dibedakan atas interfase II, profase II,
metafase II, anafase II, dan telofase II. Pembelahan meiosis ini merupakan proses
11
yang dinamis, tidak terputus – putus, dan tidak terdapat batas yang kelas antar
setiap fasenya.
Lilium sp, meiosis I dapat diamati fase-fasenya secara lengkap yaitu profase I,
metafase I, anafase I dan telofase I. Tetapi meiosis II yang secara teori mirip
dengan mitosis tidak dapat diamati fase-fasenya secara lengkap.hal ini sesuai
literatur Sastrosumarjo (2006) pembelahan meiosis pada bunga Lilium sp, meiosis
dan telofase I. Tetapi meiosis II yang secara teori mirip dengan mitosis tidak dapat
buat ada 2 yaitu dengan menggunakan larutan fiksatif dan nonfiksatif. Perlakuan
fiksatif memiliki kromosom yang menyebar rata dan non fiksatif memiliki
kromosom yang tidak beraturan. Hal ini sesuai dengan literatur (Kumar, 2012)
yang menyatakan bahwa perbedaan dari fiksatif dan non fiksatif yakni fiksatif
untuk menghindari kerusakan pada jaringan, serta struktur sel yang semula rapuh
menjadi stabil dan cukup kuat, Non fiksatif dilakukan tanpa perendaman sehingga
KESIMPULAN
1. Meiosis adalah proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin dari
kromosom berjumlah 12
3. Larutan fiksasi, yaitu larutan yang nantinya dapat masuk kedalam sel dan
harus dikombinasikan pada suhu 600C selama 2-3 menit agar maserasi
masih kuncup dikarenakan jika terlalu tua, maka proses meiosis sudah
terlewat sehingga tidak dapat diamatisecara detail apabila terlalu muda maka
karena bunga lili yang digunakan masih segar, dan baru dipetik
6. Kromosom bunga lili terlihat pada fase meiosis 1 khususnya di telofase
7. Pembelahan meiosis terdiri dari tahap fase- fase , yaitu meiosis I dan meiosis
II. Pembelahan meiosis ini merupakan proses yang dinamis, tidak terputus –
putus, dan tidak terdapat batas yang kelas antar setiap fasenya.
8. Larutan fiksatif untuk menghindari kerusakan pada jaringan, serta struktur sel
yang semula rapuh menjadi stabil dan cukup kuat, Non fiksatif dilakukan
LAMPIRAN
NO GAMBAR KETERANGAN
14
1 Disediakan alat
dilakukan
sterilisasi alat
menggunakan
alkohol
Dibelah bunga
Dituang alkohol
ke dalam cawan
petri
Diambil dan
diletakan putik
ke dalam cawan
alkohol
Direndam
selama 15 menit
Dicuci dengan
aquades
sebanyak 3 kali
15
Diambil
megaspora
bunga lili
menggunakan
megaspora di
atas kaca
preparat
Diberi laruta
aceta orcein
Dibiarkan
selama 15 menit
Di tutup dengan
penutup kaca
preparat
kemudian
dilakukan
squash
16
Dilewatkan di
api bunsen
Diberi label
nama, dibawa
untuk diamati di
mikroskop
DAFTAR PUSTAKA
Abele K. 2009. Cytological studies in genus Danthonia. Trans. Roy. Soc. Aust.
83:162-173.
Benson, R. C dan M. L, Pernol. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.
Jakarta: EGC
Kumar, A., dan Ashatha S., 2012, Review on Hibiscus rosa sinensis,535,
International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical
Sciences, 3 (2).
Nisa, I. 2016. Studi Tingkat Ploidi pada Lili (Lilium sp.) hasil kultur anter melalui
perhitungan jumlah kloroplas dan kromosom. UIN Sunan Gunung Djati.
Bandung.
Novel, S. S., 2010., Medium Analisis Mikrorganisme (Isolasi dan Kultur)., Jakarta
: Trans Info Media. p. 29-34.
17
Shrestha, R.K., 2004. Exploring the potential for silvopasture adoption in south-
central Florida: an application of SWOT–AHP method. Elsevier.
Agricultural Systems Volume 81: pages 185-199.