Anda di halaman 1dari 17

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kromosom memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan

suatu makhluk hidup, karena kromosom merupakan alat pengangkutan bagi gen –

gen yang akan dipindahkan dari suatu sel induk ke sel anakannya,dari

generasi yang satu ke generasi yang lainnya. Pengamatan terhadap perilaku

kromosom sama pentingnya dengan mempelajari struktur kromosom. Perilaku

atau aktivitas kromosom dapat terlihat dalam siklus sel, termasuk didalamnya

adalah pembelahan sel (mitosis atau meiosis). Analisis kromosom, baik mitosis

maupun meiosis merupakan langkah awal yang dapat dilaksanakan untuk

mempelajari kromosom (Abele, 2009).

Peningkatan produksi lili harus didukung dengan adanya benih yang

baik sacara kualitas dan kuantitas. Dalam penyediaan benih lili, pada

tanaman heterozigotapabila telah diperoleh generasi F1, tanaman kemudian

diseleksi dan diperbanyak secara normal, tanpa melihat lagi bagaimana

pewarisan karakter-karakter penting pada tanaman tersebut. Akibatnya sulit

menentukan trend masa depan, karena akan bergantungpada hasil yang

diperoleh. Secara alami lili (Lilium sp.)memiliki susunan genetik heterozigot yang

tinggi (Benson, 2008)

Tanaman haploid tersebut akan diinduksi penggandaan dengan

menggunakan zat kimia khusus(kolkisin). Dari hasil penggandaan akan diperoleh

tanaman doubel haploid yang jika disilangkan dengan sesamanya

akanmenghasilkan biji yang seragam. Tanaman haploid Lilium formosanum

diperoleh pada medium MS dengan penambahan picloram dan zeatin. Pada


2

penelitian ini menggunakan eksplan umbi mikro hasil kultur antera, setelah

berkembang menjadi planlet dilakukan deteksi tingkat ploidi. Deteksi awal

ploidipada beberapa tanaman dapat dilakukan dengan memeriksa jumlah

kloroplas pada sel penjaga stomata, karena berkorelasi dengan jumlah kromosom

seperti hasil penelitian yang dilakukan pada tanaman Brasicca (Erlod, 2010)

Stadium haploid dari siklus seksual dihasilkan dari proses pembelahan inti

yang disebut meiosis. Meiosis berlangsung pada sel-sel yang terdapat di

dalam jaringan reproduksi pada suatu organisme. Seperti halnya dengan

mitosis, meiosis berlangsung setelah fase G1, S dan G2 dari interfase dan

menentukan distribusi kromosom yang tepat ke dalam sel-sel anak.

Pembelahan meiosis akan menghasilkan 4 sel anak yang memiliki jumlah

kromosom hanya setengah dari kromosom tetuanya. Hal ini bertujuan untuk

menjaga agar jumlah kromosom individu tetap dari generasi ke

generasi (Novel, 2010).

Pembelahan meiosis lebih kompleks dibandingkan pembelahan mitosis,

karena terjadi dua kali siklus pembelahan. Pada meiosis terjadi

perpasangan kromosom homolog dan segregasi kromosom secara bebas.

Pembelahan pertama dari meiosis disebut pembelahan reduksi. Meiosis

pertama mengubah inti dari suatu meiosit yang mengandung kromosom

diploid menjadi inti haploid yang mengandung kromosom n. Jumlah

kromosom direduksi saat pasangan kromosom homolog terpisah.

Pembelahan kedua disebut equation devision atau meiosis kedua. Miosis

kedua mengubah dua hasil dari pembelahan meiosis pertama menjadi 4 inti

haploid (Shrestha, 2004).


3

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum yaitu untuk mengetahui fase-fase

pembelahan meiosis pada tanaman Lilium sp.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Sitogenetika Progarm Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber

informasi bagi yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Pembelahan meiosis adalah suatu proses terjadinya pembelahan sel pada

sel-sel kelamin dari organisme-organisme yang melakukan proses reproduksi

dengan cara generatif ataupun seksual. Pembelahan meiosis biasanya sering

disebut dengan proses pembelahan sel secara reduksi, karena proses yang

dihasilkan adalah sel-sel anakan dengan jumlah kromosom setengah / separuh dari

kromosom indukannya (Sudjadi, 2002).

Meiosis adalah pembelahan yang terjadi pada sel gonosom. Meiosis

berlangsung dalam dua tingkatan, yaitu meiosis I dan meiosis II. Proses meiosis I

terdiri dari profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I. Profase I terdiri dari 5

tahap, yaitu leptonema, zigonema, pakhinema, diplonema, dan diakinesis. Profase

I me-rupakan tahap yang mengandung proses rekombinasi materi genetik.

Metafase I adalah tahap penempatan kromosom-kromosom di bidang ekuatorial

dari sel. Anafase I adalah tahap berpisah dan bergeraknya kromosom homolog ke

kutub sel yang berlawanan. Telofase I adalah tahap terbentuknya dua sel anakan

yang masing-masing memiliki setengah jumlah kromosom sel semula. Dinding

inti langsung menghilang lagi dan terbentuk benang gelendong inti pada tiap

kutub sel anakan segera setelah telofase I. Kromosom-kromosom menempatkan

diri di bidang ekuatorial, sel mengalami metafase II. Anafase II, sentromer

membelah dan kromosom yang terdiri dari satu kromatid bergerak ke masing-

masing kutub sel. Meiosis II diakhiri dengan Telofase II, yaitu terbentuknya empat

inti yang haploid (Suryo, 2010).

Perakitan tanaman hibrida murni dihasilkan melalui pembentukan

tanaman haploid.Tanaman haploid adalahtanaman yang memiliki susunan genetik


5

separuh dari genomsepenuhnya.Proses untuk mendapatkan tanaman haploid yang

biasanya berasal dari sel diploid (2n) dikenal dengan nama haploidisasi.

Tingkatploidi pada lili jika diploid maka kromosom berjumlah (2n=24),

sementara pada tingkat haploid kromosom berjumlah 12 (Nisa, 2016).

Pemilihan umur mikrospora yang tepat sangat penting, karena akan

berpengaruh terhadap fase-fase yang dapat diamati pada meiosis. Jika terlalu

tua, maka proses meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat diamati secara

detail. Apabila terlalu muda, maka proses meiosis belum terjadi (Wulansari, 2010)

Metode yang digunakan dalam pengamatan meiosis pada bunga lili

adalah metode tanpa larutan former atau larutan fiksatif, karena bunga lili

yang digunakan masih segar, baru dipetik. Penggunaan bunga lili karena

mempunyai ukuran kromosom yang besar, sehingga akan mempermudah dalam

pengamatannya (Widura, 2016).

Pembelahan meiosis pada bunga Lilium sp, meiosis I dapat diamati fase-

fasenya secara lengkap yaitu profase I, metafase I, anafase I dan telofase I. Tetapi

meiosis II yang secara teori mirip dengan mitosis tidak dapat diamati fase-fasenya

secara lengkap (Sastrosumarjo, 2006).

perbedaan dari fiksatif dan non fiksatif yakni fiksatif untuk menghindari

kerusakan pada jaringan, serta struktur sel yang semula rapuh menjadi stabil dan

cukup kuat, Non fiksatif dilakukan tanpa perendaman sehingga sel-sel tampak

menumpuk sehingga kromosom agak sulit untuk diamati (Kumar, 2012).


6

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Sitogenetika Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada

ketinggian ± 25 mdpl pada tanggal 24 September 2019 pukul 13.00 WIB sampai

dengan selesai.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku penuntun

sebagai penuntun praktikum, pulpen untuk menulis data, mikroskop sebagai alat

praktikum, kaca preparat sebagi tempat objek yang akan diamati dengan

mikroskop, penggaris untuk menggaris buku gambar, mikroskop untuk melihat

dan mengamati benda yang berukuran sangat kecil, deck glass untuk penutup

objek yang ada di preparat, pinset umtuk menjepit bahan bahan, bunsen untuk

mensterilkan alat dan bahan, pipet tetes untuk memindahkan larutan, pensil

berfungsi untuk menekan nekan bahan yang ada di preparat sehingga

kromosomnya menyebar, silet berfungsi untuk memotong bahan, handsprayer

sebagai alat untuk menyemprotkan alkohol ke kaca preparat, dan petridish sebagai

tempat menaruh akar setelah dipotong, jarum pentul yang berfungsi untuk

mengeluarkan sel induk megaspora dari tanaman bunga lili (Lilium candidum L.)

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bunga lili

(Lilium candidum L.) sebagai bahan praktikum yang diamati, kertas untuk tempat

data, buku gambar untuk tempat menggambar hasil praktikum, asetokarmin

sebagai pewarna sel, HCL 1 N berfungsi untuk menghentikan pembelahan, tisu


7

untuk mengeringkan preparat, sarung tangan dan masker untuk menghindari

kontaminasi, alkohol untuk mensterilkan alat, aquades untuk mensterilkan alat,

korek api yang digunakan untuk menghidupkan bunsen.

Prosedur Praktikum
Larutan Fiksatif
- Disediakan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
- Disterilkan alat yang digunakan menggunakan alkohol
- Dibelah bunga lili yang kuncup menggunakan silet steril untuk

mendapatkan putik nya


- Diisi cawan petri yang steril dengan larutan HCL 1N untuk perlakuan

fiksatif
- Diambil dan pindahkan putik bunga lili ke petridish yang telah berisi HCl

1N menggunakan pinset
- Direndam di larutan HCl 1N selama 24 jam
- Dituangkan HCl 1N, kemudian putik dibilas menggunakan aquades

sebanyak 3 kali
- Diiris tipis putik untuk mendapatkan sel induk dari megaspora untuk

diambil sel induk dari megaspora tersebut dan diletakkan di kaca preparat

steril
- Ditambahkan aceto orcein 2% secukupnya dan didiamkan selama 15 menit
- Kemudian tutup menggunakan gelas penutup kemudian ditekan-tekan

menggunakan penghapus pensil


- Dilewatkan dari bunsen yang menyala sebanyak 3 kali
- Dilakukan pelabelan dan diamati di mikroskop
Larutan Nonfiksatif
- Disediakan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
- Disterilkan alat yang digunakan menggunakan alkohol
- Dibelah bunga lili yang kuncup menggunakan silet steril untuk

mendapatkan putik nya


- Diisi cawan petri yang steril dengan alkohol 70% untuk perlakuan

nonfiksatif
- Diambil dan pindahkan putik bunga lili ke petridish yang telah berisi

alkohol 70% menggunakan pinset


8

- Direndam di larutan alkohol 70% selama 15 menit


- Dituangkan alkohol 70%, kemudian putik dibilas menggunakan aquades

sebanyak 3 kali
- Diiris tipis putik untuk mendapatkan sel induk dari megaspora untuk

diambil sel induk dari megaspora tersebut dan diletakkan di kaca preparat

steril
- Ditambahkan aceto orcein 2% secukupnya dan didiamkan selama 15 menit
- Kemudian tutup menggunakan gelas penutup kemudian ditekan-tekan

menggunakan penghapus pensil


- Dilewatkan dari bunsen yang menyala sebanyak 3 kali
- Dilakukan pelabelan dan diamati di mikroskop

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

NO GAMBAR HASIL GAMBAR REFERENSI


1

Fiksatif (HCL 1N)


2
9

Non Fiksatif (Alkohol)

Pembahasan

Meiosis adalah proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin

dari organisme yang mengadakan reproduksi secara generatif atau seksual. Hal ini

sesuai dengan literatur Sudjadi (2002) yang menyatakan bahwa Pembelahan

meiosis adalah suatu proses terjadinya pembelahan sel pada sel-sel kelamin dari

organisme-organisme yang melakukan proses reproduksi dengan cara generatif

ataupun seksual.

Pada praktikum analisis meiosis ini menggunakan bunga lili yang masih

kuncup sebagai objek praktikum. Hal ini dikarenakan oleh bunga lili yang

memiliki ukuran kromosom yang besar jumlah kromosom bunga lili Kromosom

lili berjumlah 2n=24, sementara pada tingkat haploid kromosom berjumlah 12.

. Hal ini sesuai dengan literatur Nisa (2016) Perakitan tanaman hibrida murni

dihasilkan melalui pembentukan tanaman haploid.Tanaman haploid

adalahtanaman yang memiliki susunan genetik separuh dari genom sepenuhnya.

Proses untuk mendapatkan tanaman haploid yang biasanya berasal dari sel diploid

(2n) dikenal dengan nama haploidisasi. Tingkatploidi pada lili jika diploid maka

kromosom berjumlah (2n=24), sementara pada tingkat haploid kromosom

berjumlah 12.

Pada praktikum meiosis digunakan bunga lili yang masih kuncup atau

belum mekar. Hal ini dikarenakan pemilihan umur mikrospora yang tepat sangat
10

penting, karena akan berpengaruh terhadap fase-fase yang dapat diamati pada

meiosis. Jika terlalu tua, maka proses meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat

diamati secara detail. Apabila terlalu muda, maka proses meiosis belum terjadi.

Hal ini sesuai dengan literatur Wulansari (2010) yang menyatakan bahwa

Pemilihan umur mikrospora yang tepat sangat penting, karena akan berpengaruh

terhadap fase - fase yang dapat diamati pada meiosis. Jika terlalu tua, maka

proses meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat diamati secara detail. Apabila

terlalu muda, maka proses meiosis belum terjadi.

Praktikum analisis meiosis ini menggunakan 2 perlakuan yaitu dengan

menggunakan larutan fiksatif dan nonfiksatif. Larutan fiksatif digunakan karena

bunga lili yang digunakan masih segar, baru dipetik. Hal ini sesuai dengan

literatur Widura (2016) yang menyatakan bahwa Metode yang digunakan dalam

pengamatan meiosis pada bunga lili adalah metode tanpa larutan former atau

larutan fiksatif, karena bunga lili yang digunakan masih segar, baru dipetik.

Pembelahan meiosis terdiri dari tahap fase- fase , yaitu meiosis I dan

meiosis II. Meiosis I dapat dibedakan lagi menjadi interfase I, profase I, metafase

I, anafase I, dan telofase I. Meiosis II juga dibedakan atas interfase II, profase II,

metafase II, anafase II, dan telofase II. Pembelahan meiosis ini merupakan proses

yang dinamis, tidak terputus – putus, dan tidak terdapat batas yang kelas antar

setiap fasenya. Hal ini sesuai dengan literatur Suryo (2010) yang menyatakan

bahwa Pembelahan meiosis terdiri dari tahap fase- fase , yaitu meiosis I dan

meiosis II. Meiosis I dapat dibedakan lagi menjadi interfase I, profase I, metafase

I, anafase I, dan telofase I. Meiosis II juga dibedakan atas interfase II, profase II,

metafase II, anafase II, dan telofase II. Pembelahan meiosis ini merupakan proses
11

yang dinamis, tidak terputus – putus, dan tidak terdapat batas yang kelas antar

setiap fasenya.

Berdasarkan pengamatan terhadap pembelahan meiosis pada bunga

Lilium sp, meiosis I dapat diamati fase-fasenya secara lengkap yaitu profase I,

metafase I, anafase I dan telofase I. Tetapi meiosis II yang secara teori mirip

dengan mitosis tidak dapat diamati fase-fasenya secara lengkap.hal ini sesuai

literatur Sastrosumarjo (2006) pembelahan meiosis pada bunga Lilium sp, meiosis

I dapat diamati fase-fasenya secara lengkap yaitu profase I, metafase I, anafase I

dan telofase I. Tetapi meiosis II yang secara teori mirip dengan mitosis tidak dapat

diamati fase-fasenya secara lengkap.

Dalam praktikum yang telah dilakukan dimana perlakuannya yang kami

buat ada 2 yaitu dengan menggunakan larutan fiksatif dan nonfiksatif. Perlakuan

fiksatif memiliki kromosom yang menyebar rata dan non fiksatif memiliki

kromosom yang tidak beraturan. Hal ini sesuai dengan literatur (Kumar, 2012)

yang menyatakan bahwa perbedaan dari fiksatif dan non fiksatif yakni fiksatif

untuk menghindari kerusakan pada jaringan, serta struktur sel yang semula rapuh

menjadi stabil dan cukup kuat, Non fiksatif dilakukan tanpa perendaman sehingga

sel-sel tampak menumpuk sehingga kromosom agak sulit untuk diamati.


12

KESIMPULAN
1. Meiosis adalah proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin dari

organisme yang mengadakan reproduksi secara generatif atau seksual.


2. Analisis meiosis menggunakan bunga lili sebaga objek praktikum karena

kromosom bunga lili besar-besar sehingga mudah diamati dimikroskop

Kromosom lili berjumlah 2n=24, sementara pada tingkat haploid

kromosom berjumlah 12
3. Larutan fiksasi, yaitu larutan yang nantinya dapat masuk kedalam sel dan

meluruhkan organel sel yang ada pada sitoplasma sehingga pengamatan

kromosom dapat dilakukan dengan mudah dan larutan HCl 1 N dengan

perbandingan 3 : 1, larutan yang berfungsi untuk melunakkan jaringan ini

harus dikombinasikan pada suhu 600C selama 2-3 menit agar maserasi

berjalan dengan baik.


4. Analisis meiosis yang dilakukan menggunakan bunga lili adalah bunga yang

masih kuncup dikarenakan jika terlalu tua, maka proses meiosis sudah

terlewat sehingga tidak dapat diamatisecara detail apabila terlalu muda maka

proses meiosis belum terjadi.


13

5. Analisis meiosis menggunakan 2 perlakuan untuk menganalisis kromosom

yaitu perlakuan larutan fiksatif dan nonfiksatif. Larutan fiksatif digunakan

karena bunga lili yang digunakan masih segar, dan baru dipetik
6. Kromosom bunga lili terlihat pada fase meiosis 1 khususnya di telofase
7. Pembelahan meiosis terdiri dari tahap fase- fase , yaitu meiosis I dan meiosis

II. Pembelahan meiosis ini merupakan proses yang dinamis, tidak terputus –

putus, dan tidak terdapat batas yang kelas antar setiap fasenya.
8. Larutan fiksatif untuk menghindari kerusakan pada jaringan, serta struktur sel

yang semula rapuh menjadi stabil dan cukup kuat, Non fiksatif dilakukan

tanpa perendaman sehingga sel-sel tampak menumpuk sehingga kromosom

agak sulit untuk diamati.

LAMPIRAN

NO GAMBAR KETERANGAN
14

1 Disediakan alat

dan bahan dan

dilakukan

sterilisasi alat

menggunakan

alkohol
Dibelah bunga

lili yang kuncup

Dituang alkohol

ke dalam cawan

petri

Diambil dan

diletakan putik

ke dalam cawan

petri yang berisi

alkohol
Direndam

selama 15 menit

Dicuci dengan

aquades

sebanyak 3 kali
15

Diambil

megaspora

bunga lili

menggunakan

silet dan pinset


Diletakan

megaspora di

atas kaca

preparat
Diberi laruta

aceta orcein

Dibiarkan

selama 15 menit

Di tutup dengan

penutup kaca

preparat

kemudian

dilakukan

squash
16

Dilewatkan di

api bunsen

sekitar 2-3 kali

Diberi label

nama, dibawa

untuk diamati di

mikroskop

DAFTAR PUSTAKA

Abele K. 2009. Cytological studies in genus Danthonia. Trans. Roy. Soc. Aust.
83:162-173.

Benson, R. C dan M. L, Pernol. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.
Jakarta: EGC

Erlod, S dan W, Stansfield. 2010. Genetika. Erlangga. Jakarta.

Kumar, A., dan Ashatha S., 2012, Review on Hibiscus rosa sinensis,535,
International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical
Sciences, 3 (2).

Nisa, I. 2016. Studi Tingkat Ploidi pada Lili (Lilium sp.) hasil kultur anter melalui
perhitungan jumlah kloroplas dan kromosom. UIN Sunan Gunung Djati.
Bandung.

Novel, S. S., 2010., Medium Analisis Mikrorganisme (Isolasi dan Kultur)., Jakarta
: Trans Info Media. p. 29-34.
17

Sastrosumarjo, S. 2006. Panduan laboratorium, hal. 38 – 63. Dalam S.


Sastrosumarjo (Ed.) Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor.

Shrestha, R.K., 2004. Exploring the potential for silvopasture adoption in south-
central Florida: an application of SWOT–AHP method. Elsevier.
Agricultural Systems Volume 81: pages 185-199.

Sudjadi, Bagod. 2002. Biologi Sains dalam Kehidupan. Surabaya: Yudhistira.

Suryo. 2010.Genetika manusia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: xvi +


523 hlm.

Widura, A. 2016. Analisis Meiosis. Pemuliaan dan Bioteknologi. IPB. Bogor.

Wulansari, A. 2010. Analisis Mitosis dan Meiosis. IPB press. Bogor

Anda mungkin juga menyukai