Anda di halaman 1dari 6

Tugas Individu

Genetika Tanaman

Tanaman Poliploid

Nama : Syahridah Ahmad

NIM : G11116539

Kelas : Genetika E

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
Pengertian Tanaman Poliploidi

Poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set


kromosom (genom) lebih dari sepasang. Organisme hidup pada umumnya
memiliki sepasang set kromosom pada sebagian besar tahap hidupnya. Kondisi ini
disebut diploid (disingkat 2n). Namun demikian, sejumlah organisme pada tahap
yang sama memiliki lebih dari sepasang set. Gejala semacam ini dinamakan
poliploidi (dari bahasa Yunani πολλαπλόν, berganda). Organisme dengan kondisi
demikian disebut poliploid. Penamaan tipe poliploid tergantung banyaknya set
kromosom. Jadi, triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n),
oktoploid, dan seterusnya. Dan organisme dengan satu set kromosom (haploid, n)
juga ditemukan hidup normal di alam.

Poliploid adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set


kromosom (genom) lebih dari sepasang. Organisme yang memiliki keadaan
demikian disebut sebagai organisme poliploid. Usaha-usaha yang dilakukan orang
untuk menghasilkan organisme poliploid disebut sebagai poliploidisasi.

Macam-macam Bentuk Tanaman Poliploid


Organisme hidup pada umumnya memiliki sepasang set kromosom pada
sebagian besar tahap hidupnya. Organisme ini disebut diploid (disingkat 2n).
Namun demikian, sejumlah organisme pada tahap yang sama memiliki lebih dari
sepasang set. Gejala semacam ini dinamakan poliploid (dari bahasa Yunani poly,
berganda. Organisme dengan kondisi demikian disebut poliploid. Tipe poliploid
dinamakan tergantung banyaknya set kromosom. Jadi, triploid (3n), tetraploid
(4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), oktoploid, dan seterusnya. Dalam
kenyataan, organisme dengan satu set kromosom (haploid, n) juga ditemukan
hidup normal di alam.
Fenomena poliploid di alam dapat dibagi atas :
1. autopoliploid (penambahan genom dimana pasangan kromosomnya homolog),
2. allopoliploid (penambahan genom dimana kromosomnya tidak homolog).
Secara umum autopoliploid sama dengan diploid, perbedaannya hanya
tergantung pada genotip asal, serta terjadi peningkatan ukuran sel merismatik dan
sel penjaga (Sparrow, 1979 ; Poehlman dan Sleper, 1995). Sedangkan tanaman
allopoliploid dihasilkan menurut Sparrow (1979) adalah untuk mengkombinasi
karakter-karakter yang diinginkan dari dua tetua diploid ke dalam satu tanaman.
Autopoliploid
Autopoliploid adalah sel yang mempunyai lebih dari dua genom dimana
genomnya identik atau mempunyai kromosom homolog karena pada umumnya
berasal dari satu spesies. Autopoliploid muncul dari penggandaan kromosom yang
komplemen secara langsung. Autopoliploid dapat diinduksi artifisial melalui
perlakuan kolkisin dan dapat terjadi secara spontan, tetapi yang terakhir ini jarang
ditemukan. Menurut Vandepoele et al, (2003) autopoliploid dapat berasal dari
persilangan intraspesies diikuti dengan penggandaan kromosom dimana gamet
tidak mengalami reduksi dan kromosomnya membentuk multivalent pada saat
miosis, dengan pewarisan yang multisomik Beberapa tanaman yang termasuk
autopoliploid alami adalah kentang, ubi jalar, kacang tanah, alfalfa dan
“orchardgrass”.

Beberapa sifat autopoliploid yang berbeda dengan diploid adalah :

(1) volume sel dan nukleus lebih besar,

(2) bertambah ukuran daun dan bunga serta batang lebih tebal,

(3) terjadi perubahan komposisi kimia meliputi peningkatan dan perubahan


karbohidrat, protein, vitamin dan alkaloid,

(4) kecepatan pertumbuhan lebih lambat dibanding diploid, menyebabkan


pembungaannya juga terlambat,

(5) miosis sering tidak teratur dengan terbentuknya multivalen sebagai penyebab
sterilitas,

(6) poliploid tidak seimbang terutama pada triploid dan pentaploid (Sparrow,
1979).

Dikatakan juga oleh Poehlman dan Sleper (1995) bahwa autopoliploid


berperan meningkatkan ukuran sel merismatik tetapi jumlah total sel tidak
bertambah. Menurut Sareen et al. (1992) tanaman autotetraploid mempunyai
bagian vegetatif lebih besar, menyebabkan mereka lebih jagur dibanding
diploidnya. Tetapi efek ini tidak universal karena ada beberapa autotetraploid
yang mirip atau lebih lemah dibandingkan tetua diploid.

Menurut Poehlman dan Sleper (1995) tiga hal dasar sebagai petunjuk untuk
memproduksi dan memanfaatkan autoploid dalam program pemuliaan tanaman
yaitu :

(1) autoploid cenderung mempunyai pertumbuhan vegetatif lebih besar sedangkan


biji yang dihasilkan sedikit, sehingga lebih bermanfaat untuk pemuliaan tanaman
yang bagian vegetatifnya dipanen,

(2) lebih berhasil untuk mendapatkan autoploid yang jagur dan fertil melalui
penggandaan diploid yang jumlah kromosom sedikit,

(3) autoploid yang berasal dari spesies menyerbuk silang lebih baik dari pada
autoploidi dari spesies menyerbuk sendiri, sebab penyerbukan silang membantu
secara luas rekombinasi gen dan kesempatan untuk memperoleh keseimbangan
genotip pada poliploid.
Allopoliploid
Allopoliploid adalah keadaan sel yang mempunyai satu atau lebih genom
dari genom normal 2n =2x, dimana pasangan kromosomnya tidak homolog.
Allopoliploid terbentuk dari hibridisasi antara spesies atau genus yang berlainan
genom (hibridisasi interspesies). Tanaman F1-nya akan steril karena tidak ada
atau hanya beberapa kromosom homolog. Bila terjadi penggandaan kromosom
spontan atau diinduksi maka tanaman menjadi fertil. Beberapa tanaman yang
termasuk alloploid alami adalah gandum, terigu, kapas, tembakau, tebu dan
beberapa spesies kubis.

Allopoliploid ditemukan ada yang allopoliploid segmental (sebagian


kromosom homolog) menyebabkan steril sebagian, dan allopoliploid (semua
kromosom tidak homolog) menyebabkan steril penuh. Allopoliploid segmental
memiliki segmen kromosom homologous dan homoeologus (homolog parsial)
yang selama miosis dapat terjadi bivalen dan multivalen sehingga pewarisannya
campuran disomik-polisomik (Vandepoele et al. 2003). Dikatakan juga bahwa
prototipe poliploid dari rumput-rumputan seperti gandum adalah allopoliploid,
jagung adalah alloploidi segmental dan padi adalah paleopoliploid.

Tujuan induksi allopoliploid adalah mengkombinasi sifat-sifat yang


diinginkan dari dua tetua diploid ke dalam satu tanaman (Sparrow, 1979).
Menurut Poehlman dan Sleper (1995) beberapa manfaat alloploidi untuk para
pemulia adalah :

(1) dapat mengidentifikasi asal genetik spesies tanaman poliploidi,

(2) menghasilkan genotip tanaman baru,

(3) dapat memudahkan transfer gen antar spesies dan

(4) memudahkan transfer atau subtitusi kromosom secara individual atau


pasangan kromosom.

Para pemulia menginduksi poliploid dengan menyilangkan antara spesies


budidaya tetraploid dengan kerabat liarnya dengan tujuan supaya gen yang
diinginkan dapat ditransfer dari spesies liar ke kultivar budidaya (Sparrow, 1979).
Menurut Poehlman dan Sleper (1995) hampir semua kerabat liar Solanum dapat
disilangkan dengan Solanum tuberosum (interspesies) dengan tujuan untuk
mendapatkan resistensi terhadap stress abiotik maupun biotik serta memperbaiki
heterosigositas tanaman.

Pendekatan pembuatan allopoliploid ini kelihatan kurang berhasil


dibanding induksi autopoliploid. Kesulitan yang ditemui dengan pendekatan ini
adalah :

(1) adanya “barier incompatible” antar kedua spesies yang akan disilangkan,

(2) terjadi pembuahan tetapi mengalami aborsi embrio (Karmana, 1989). Kendala
dalam menghasilkan tanaman allopoliploid ini dapat diatasi dengan teknik
hibridisasi baru yaitu fusi protoplas atau hibridisasi somatik.
Contoh Tanaman Poliploidi

Contoh tanaman yang dapat dikembangkan secara poliploidi adalah


Bawang Merah. Allium cepa atau bawang merah memiliki jumlah kromosom 2n =
16 (Sastrosumarjo, 2006). Hal ini sangat membantu dalam mempelajari analisis
mitosis pada tanaman, karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak. Selain itu,
kromosom allium cepa sering digunakan untuk mempelajari analisis mitosis juga
karena ia memiliki ukuran kromosom yang besar dan cukup mudah untuk dibuat
preparatnya (Stack, 1979).

Metode Pemuliaan tanaman Bawang Merah dapat dilakukan dengan


menggunakan Kolkisin dengan Menginduksi Poliploidi. Kolkisin (C22H25O6N)
merupakan suatu alkaloid berwarna putih yang diperoleh dari umbi tanaman
Colchichum autumnale L. (Familia Liliaceae) (Suminah, et al., 2002), sedangkan
menurut Haryanti, et al. (2009) Kolkisin (C22H25O6N) merupakan alkaloid yang
mempengaruhi penyusunan mikrotubula, sehingga salah satu efeknya adalah
menyebabkan penggandaan jumlah kromosom tanaman (terbentuk tanaman
poliploid).

Kolkisin sering digunakan untuk menginduksi tanaman poliploidi.


Menurut Suryo (1995), larutan kolkisin pada konsentrasi kritis tertentu akan
menghalangi penyusunan mikrotubula dari benang-benang spindle yang
mengakibatkan ketidakteraturan pada mitosis. Suminah (2005) juga menjelaskan
bahwa kolkisin ini dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada
pembelahan sel sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi.
Mansyurdin, et al. (2002) memaparkan bahwa semakin tingi konsentrasi kolkisin
makin tinggi persentase sel yang tetraploid, tetapi persentase kematian kecambah
makin tinggi pula.

Anda mungkin juga menyukai