PENDAHULUAN
2.1 Kromosom
Kromosom merupakan pembawa bahan genetik yang terdapat di dalam
inti sel setiap makhluk hidup. Kromosom berbentuk batang panjang atau pendek
dan lurus atau bengkok. Kromosom adalah benang-benang yang terdapat pada inti
sel yang berfungsi membawa DNA yang bersifat bawaan dan berisi tentang
sebagian besar informasi untuk aktivitas regulasi sel (Francis2007). Kromosom
akan tampak jelas pada sel yang aktif membelah (Zamariola et al. 2014).
Jumlahkromosom di dalam inti sel dari berbagai organisme berbeda-beda (Chung
et al. 2012, Draghia et al. 2013, Kuo 2013). Kromosom adalah struktur
nukleoprotein yang membawa informasi genetik. Struktur initerletak di dalam inti
sel dan berkumpul membentuk genom. Pada organisme terdapat dua
macamkromosom, yaitu kromosom seks (gonosom) yang menentukan jenis
kelamin dan kromosom tubuh (autosom) yang tidak menentukan jenis kelamin.
Kromosom memiliki dua fungsi utama, yakn iuntuk memastikan DNA terpisah
dalam porsi yang sama pada setiap pembelahan sel dan untukmenjaga integritas
dan ketepatan replikasi genom pada setiap siklus sel. Elemen yang bertanggung
jawab terhadap proses ini adalah sentromer, telomer, dan unit replikasi.
Sifat fenotip diatur secara genetis sehingga program pemuliaan tanaman
perlu ditunjang melalui informasi sifat genetika. Upaya perakitan bibit unggul
dapat dilakukan melalui kegiatan pemuliaan. Faktor penentu keberhasilan
program perakitan bibit unggul, salah satunya adalah tersedianya keragaman
genetik. Teknik yang biasanya digunakan untuk menghasilkan keragaman genetik
ialah poliploidisasi (Foschi et al. 2013), dan mutasi (Mao et al. 2005). Beberapa
metode dapat digunakan untuk menganalisis keragaman genetik yang dihasilkan,
salah satunya dengan analisis berdasarkan susunan kromosom (Bedini et al.
2012). Kromosom sebagai penanda genetika atau sebagai marka genetika pada
tumbuhan dapat dianalisis dengan menggunakan metode pewarnaan serta
penyusunan kariotipenya.
4.1. Hasil
Pada praktikum poliploidi diperoleh hasil pengamatan seperti pada tabel
berikut
Gambar Tahap Keterangan
Pembelahan
Profase Hilangnya nukleus dan
diganti dengan mulai
tampaknya pilinan-pilinan
kromosom yang terlihat
tebal dan benang-benang
kromatin yang semakin
memendek.
Anafase Ditunjukkan dengan
tertariknya kromosom pada
kutub-kutub yang
berlawanan.
Dari gambar diketahui bahwa tahap profase pada bawang merah (Allium
ascalonicu) ditunjukkan dengan adanya letak kromosom yang tidak beraturan,
serta kromosom yang mulai menebal dan hilangnya nukleus. Hal ini sesuai
dengan pendapat Setjo (2004) bahwa profase ditandai dengan hilangnya nukleus
dan diganti dengan mulai tampaknya pilinan-pilinan kromosom yang terlihat tebal
dan benang-benang kromatin yang semakin memendek. Kromosom yang mulai
memanjang akan memiliki lengan kromosom yang disebut juga dengan kromatid.
Benang-benang spindel mulai terbentuk disitoplasma dan juga terbentuknya
mikrotubula didalam plasma.Profase, merupakan transisi dari fase G2 ke fase
pembelahan inti atau mitosis (M) dari siklus sel. Tahap profase merupakan tahap
awal dalam mitosis. Proses terjadinya profase ditandai dengan hilangnya nukleus
dan diganti dengan mulai tampaknya pilinan-pilinan kromosom yang terlihat.
Dari gambar diketahui bahwa tahap anafase pada Allium ascalonicum
ditunjukkan dengan tertariknya kromosom pada kutub-kutub yang berlawanan.
Pembelahan mitosis tahap anafase ditandai dengan terjadinya pemisahan sister
chromatids membentuk anak kromosom yang bergerak menuju kutub spindel
yang berlawanan.
Dari gambar diketahui bahwa tahap telofase pada Allium ascalonicum
ditunjukkan dengan mulai terbentuknya dua sel anak, membran inti dan nukleolus
muncul, serta benangspindellenyap. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
menyatakan bahwa tahapan telofase merupakan fase terakhir pada pembelahan
mitosis. Pada fase ini nampak adanya dinding pemisah yang berupa sekat yang
belum sempurna yang memisahkan kromosom-kromosom yang telah mencapai
kutub. Sekat belum sempurna dan sel belum benar-benar terpisah tetapi tanda
akan terbentuknya dua sel sudah mulai tampak.
4.2 Pembahasan
Autoploliploidi dapat terjadi secara alami akibat adanya respon tertentu
seperti stres dan faktor usia. Namun, autoploliploidi dapat terjadi dengan cara
buatan yakni dengan pemberian senyawa antimitotik seperti kolkisin, vinkristin,
vinblastin, vinoreblin, vindesin, vinflunin, colcemid, podophyllotoxin, dan
halichondrin B. Senyawa-senyawa tersebut mampu mendepolimerasi mikrotubul
pada saat peristiwa pembelahan sel (Calligaris et al., 2010).
Berbagai macam tanaman yang telah diinduksi menjadi poliploidi dengan
cara pemberian kolkisin biasanya memiliki sifat ukuran lebih besar dan cepat
tumbuh. Kolkisin dapat diaplikasikan dengan berbagai cara. Di setiap perlakuan,
pembelahan sel pada meristem titik tumbuh harus terkena pengaruh perlakuan
tersebut. Apabila perlakuan yang diberikan tidak tepat, maka hanya sebagian
jaringan yang terpengaruh dan poliploidi tidak terjadi di seluruh bagian tanaman.
Benih atau bibit dapat direndam dengan larutan kolkisin atau kolkisin dapat
diaplikasikan hanya pada titik tumbuh tanaman (Liu et al., 2009). Mekanisme
kerja kolkisin dengan cara mengikat dimer β-tubulin dan menghambat perakitan
mikrotubulus, namun kolkisin tidak menghambat kerja mikrotubulus yang sudah
terakit. Sehingga efek yang terjadi adalah penggandaan kromosom dalam sel
akibat kegagalan mikrotubul menarik kromosom menuju ke kutub.
Poliploid yang terjadi akibat perlakuan, misalnya perlakuan dengan
kolkisin. Kolkisin ini tergolong alkaloid yang diperoleh dari tumbuhan Colchum
autamnale. Perlakuan dengan koklisin pada saat mitosis berakibat terhambatnya
pembentukan benang spindle mitosis. Dalam hal ini akibat perlakuan maka
kromosom yang telah mengalami replikasi tetap tidak terpisah dan tidak dapat
masuk ke tahap mitosis anaphase berimigrasi ke kutub-kutub sel. Lebih lanjut jika
efek kolkisin itu hilang maka sel itu dapat berlangsung memasuki tahap siklus sel
interfase; dan pada keadaan tersebut sel tadi mempunyai jumlah kromosom
sebanyak 2 kali lipat.
Dari gambar diketahui bahwa poliploidi tahap profase pada Allium sativum
ditunjukkan dengan adanya pembesaran sel poliploid. Pembesaran yang terjadi
pada sel poliploid berupa meningkatnya ukuran sel sehingga sel poliploid lebih
besar dari sel normal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Setyowati, Sulistyaningsih, dan
Purwantoro (2013) bahwa peningkatan jumlah kromosom berkaitan dengan
ukuran sel dan inti sel. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi terjadinya
poliploidi. Peningkatan jumlah kromosom disertai dengan peningkatan ukuran sel
dan diameter inti sel ujung akar yang lebih besar pada perlakuan kolkisin
dibandingkan kontrolnya.
4.3 Diskusi
Berawal dari literatur mengenai kandungan daun tanaman tapak liman
yang kurang spesifik, memiliki kandungan kolkhisin seperti halnya pada tanaman
kembang sungsang. Sehingga dalam praktikum hasil yang diperoleh tidak dapat
menunjukkan keberhasilan praktikum poliploidi. Selain itu terbatasnya mikroskop
juga sedikit banyak menjadi penghambat dalam pengamatan. Dari hasil-hasil
gambar saat pengamatan menggunakan akar bawang merah yang telah ditetesi
Methylen Blue, hanya dapat diamati tahapan pembelahan sel yang terjadi.
Sedangkan untuk menghitung kromosom tidak dapat dilakukan karena mikroskop
cahaya yang digunakan hanya mampu pada perbesaran 10x10. Padahal untuk
dapat dikatakan poliploid cara yang paling tepat yakni dengan menghitung jumlah
kromosom. Namun karena keterbatasan bahan dan alat sehingga keberhasilan
praktikum poliploid ini menjadi sukar.
Hal ini dapat terjadi pemberian kolkisin pada konsentrasi yang rendah
belum dapat menghambat pembentukkan benang – benang gelendong , sehingga
proses pemisahan kromosom pada stadium anafase tetap berlangsung dan pada
akhirnya, sel tersebut akan tetap diploid. Pemberian kolkisin dengan konsentrasi
yang tepat akan dapat mencegah terbentuknya benang – benang gelendong yang
mengakibatkan pertambahan jumlah kromosom.
BAB V
SIMPULAN
5.1 Simpulan
Beradasarkan hasil praktikum poliploidi dapat disimpulkan bahwa pemberian
ekstrak tapak liman terhadap jumlah kromosom pada akar bawang merah tidak
dapat diamati secara jelas karena keterbatasan alat, yang dapat diamati dengan
jelas yaitu terlihat tahapan pembelahan sel profase, anafase, dan telofase.
5.2 Saran
Praktikum selanjutnya dapat dikaji terlebih dahulu mengenai bahan yang akan
dipakai serta perlu adanya fasilitas yang mendukung agar hasil dapat maksimal
sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA