Anda di halaman 1dari 6

PAPER PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN

“GENETIKA KELAMIN DAN PEWARISAN


SITOPLASMIK”

Disusun Oleh
Nama : Dinda Eka Ferdiana
NIM : 205040200111043
Kelas :C
Asisten : Annisa Viga Karina

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanisme genetik dimana jenis kelamin ditentukan dalam semua organisme
hidup. Sifat dasar genetik penentuan seks sangat bervariasi di antara berbagai
bentuk kehidupan. Pada kebanyakan hewan dan tumbuhan, individu menjadi
khusus untuk menghasilkan satu jenis gamet. Biasanyatidak hanya berbeda
jenis gonadyang mereka miliki, tetapi juga berbeda dalam hal morfologis dan
fisiologis, atau karakteristik seks sekunder. Bentuk yang biasanya
menghasilkan ovum dikenal sebagai betina, salah satu yang biasanya
menghasilkan sperma atau serbuk sari dikenal sebagai jantan. Karena
beberapa proses seksual tidak melibatkan gamet, penerapan lebih universal
dari istilah “jender” mengacu pada setiap donor materi genetik sebagai jantan
dan penerima sebagai betina. Diferensiasi seks sering disertai dengan
dimorfismekromosom yang konsisten, yang mengarah bahwa perbedaan
kromosom terkait dengan perbedaan jenis kelamin. Beberapa orang
menggunakan istilah “heterosomes” untuk membedakan dari autosom, yang
merupakan kromosom yang secara morfologis identik pada kedua jenis kelamin.
Penentuan jenis kelamin ditentukan oleh kromosom kelamin yang diturunkan
dari kedua parentalnya atau induknya. Berdasarkan hal tersebut dan juga untuk
memenuhi tugas praktikum genetika tanaman, dibuatlah paper ini.
1.2 Rumusan Masalah
Paper ini dibuat guna membahas materi terkait:
1. Bagaimana menentukan jenis kelamin pada tumbuhan?
2. Bagaimana proses pewarisan sitoplasmik pada tumbuhan?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan paper ini adalah:
1. Untuk mengetahui penetapan jenis kelamin pada tumbuhan
2. Untuk mengetahui proses pewarisan sitoplasmik pada tumbuhan
1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam pembuatan paper ini adalah:
1. Memberikan informasi terkait penetapan jenis kelamin pada tumbuhan
2. Memberikan informasi terkait proses pewarisan sitoplasmik pada tumbuhan
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Genetika Kelamin


Determinasi seks adalah proses penentuan jenis kelamin pada makhluk hidup
berdasarkan kromosom kelamin (gonosom). Gonosom yang menentukan jenis kelamin
suatu individu tersebut diperoleh dari kedua induknya saat terjadi fertilisasi. Umumnya
tumbuhan memiliki bunga dengan benang sari dan putik sebagai alat kelaminnya. Oleh
karena itu, umumnya tumbuhan tidak dibedakan jenis kelaminnya. Namun, beberapa
tumbuhan dapat dibedakan jantan atau betina sesuai dengan system XY (Malik, 2019).
Tumbuhan yang hanya memiliki benang sari (stamen) saja disebut tumbuhan jantan (XY)
sedangkan tumbuhan yang hanya memiliki putik (pistilim) saja disebut tumbuhan betina
(XX). Tumbuhan jantan bergonosom XY dan betina bergonosom XX, misalnya pada
tanaman salak. Penentuan jenis kelamin pada tumbuhan tertentu juga diketahui
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan juga faktor genetik.
Plant sex determination can be understood by recognising that: plants show an
alternation of generations between sporophytic and gametophytic phases (either of which
may take control of sex determination); plants are modular in structure and lack a germ
line; and separate sexes in plants have ultimately evolved from hermaphroditic
ancestors. Most theorising about sex determination in plants has focused on dioecious
species, but we have much to learn from monecious or hermaphroditic species, where sex
is determined at the level of modules, tissues or cells (Pannell, 2017). Terjemahannya
adalah Penentuan jenis kelamin tanaman bisa dapat dipahami dengan mengetahui bahwa:
tumbuhan menunjukkan pergantian generasi antara sporofit dan fase gametofit (salah
satunya dapat mengontrol penentuan jenis kelamin); tanaman memiliki struktur modular
dan tidak memiliki garis kuman; dan jenis kelamin terpisah pada tumbuhan pada akhirnya
berevolusi dari nenek moyang hermafrodit. Kebanyakan berteori tentang penentuan jenis
kelamin pada tumbuhan telah difokuskan pada spesies dioecious, tetapi kita harus banyak
belajar dari monecious atau spesies hermafrodit, di mana jenis kelamin ditentukan pada
tingkat modul, jaringan atau sel (Pannell, 2017).
2.2 Pewarisan Sitoplasmik
Pewarisan Sitoplasmik merupakan pewarisan sifat yang disebabkan oleh bagian
eksternal dari nukleus, yaitu dengan adanya protein Histon yang dipilin oleh DNA di
dalam kromosom yang berada di daerah sitoplasma. Pewarisan sitoplasmik dapat juga
merupakan pewarisan sifat di mana sifat-sifat tersebut tidak diatur oleh materi genetik di
dalam kromosom melainkan di dalam sitoplasma (Akbaril, 2017). Pewarisan sifat
sitoplasmik diatur oleh materi genetik yang terdapat di dalam organel-organel seperti
mitokondria, kloroplas (pada tumbuhan), dan beberapa komponen sitoplasmik lainnya.
Begitu juga virus dan partikel mirip bakteri dapat bertindak sebagai pembawa sifat
herediter sitoplasmik. Pewarisan ekstranukleus, atau dikenal pula sebagai pewarisan
sitoplasmik, ini tidak mengikuti pola Mendel.
Cytoplamic inheritance is the transmission of genes that occur outside the nucleus. It
is found in most eukaryotes and is commonly known to occur in cytoplasmic organelles
such as mitochondria and chloroplasts.These two autonomous cell organells have their
own genetic material (Travedi, 2016). Terjemahannya adalah pewarisan sitoplasma
adalah transmisi gen yang terjadi di luar inti. Ini ditemukan di sebagian besar eukariota
dan umumnya diketahui terjadi di organel sitoplasma seperti mitokondria dan kloroplas.
Keduanya organel sel otonom memiliki materi genetiknya sendiri (Travedi, 2016).
2.2.1 Kriteria Pewarisan Sitoplasmik
Ada beberapa kriteria pewarisan sitoplasmik yaitu (Gardner, 1991):
1. Hasil persilangan antara betina A dan jantan B tidak sama dengan hasil persilangan
antara betina B dan jantan A (Perbedaan hasil perkawinan resiprok merupakan
penyimpangan dari pola Mendel). Jika dalam hal ini pengaruh rangkai kelamin
dikesampingkan, maka perbedaan hasil perkawinan resiprok tersebut menunjukkan
bahwa salah satu tetua (biasanya betina) memberikan pengaruh lebih besar daripada
pengaruh tetua lainnya dalam pewarisan suatu sifat tertentu.
2. Sel kelamin betina biasanya membawa sitoplasma dan organel sitoplasmik dalam
jumlah lebih besar daripada sel kelamin jantan. Organel dan simbion di dalam
sitoplasma dimungkinkan untuk diisolasi dan dianalisis untuk mendukung
pembuktian tentang adanya transmisi maternal dalam pewarisan sifat. Jika materi
sitoplasmik terbukti berkaitan dengan pewarisan sifat tertentu, maka dapat dipastikan
bahwa pewarisan sifat tersebut merupakan pewarisan sitoplasmik.
3. Gen-gen kromosomal menempati loki tertentu dengan jarak satu sama lain yang
tertentu pula sehingga dapat membentuk kelompok berangkai. Oleh karena itu, jika
ada suatu materi penentu sifat tidak dapat dipetakan ke dalam kelompok-kelompok
berangkai yang ada, sangat dimungkinkan bahwa materi genetik tersebut terdapat di
dalam sitoplasma.
4. Tidak adanya nisbah segregasi Mendel menunjukkan bahwa pewarisan sifat tidak
diatur oleh gen-gen kromosomal tetapi oleh materi sitoplasmik.
5. Substitusi nukleus dapat memperjelas pengaruh relatif nukleus dan sitoplasma. Jika
pewarisan suatu sifat berlangsung tanpa adanya pewarisan gen-gen kromosom, maka
pewarisan tersebut terjadi karena pengaruh materi sitoplasmik.
2.2.2 Organel Sitoplasmik Pembawa Materi Genetik
Di dalam sitoplasma antara lain terdapat organel-organel seperti mitokondria
dan kloroplas, yang memiliki molekul DNA sendiri. Kedua organel ini dapat
mengadakan pembelahan subseluler sendiri, sehingga kedua organel ini disebut organel
otonom. Mitokondria, yang dijumpai pada semua jenis organisme eukariot membawa
hingga lebih kurang 50 gen di dalam molekul DNAnya. Gen-gen ini di antaranya
bertanggung jawab atas struktur mitokondria dan pengaturan berbagai bentuk
metabolisme. Enzim-enzim untuk keperluan respirasi sel dan produksi energi terdapat
di dalam mitokondria. Kloroplas merupakan organel fotosintetik pada tumbuhan dan
beberapa mikroorganisme yang membawa sejumlah materi genetik yang
diperlukan bagi struktur dan fungsinya dalam melaksanakan proses fotosintesis.
Pada alga hijau plastida diduga membawa mekanisme genetik lainnya, misalnya
mekanisme ketahanan terhadap antibiotik streptomisin pada Chlamydomonas.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan dalam paper diatas dapat disimpulkan bahwa determinasi seks adalah
proses penentuan jenis kelamin pada makhluk hidup berdasarkan kromosom kelamin
(gonosom). Gonosom yang menentukan jenis kelamin suatu individu tersebut diperoleh
dari kedua induknya saat terjadi fertilisasi. Pewarisan Sitoplasmik merupakan pewarisan
sifat yang disebabkan oleh bagian eksternal dari nukleus, yaitu dengan adanya protein
Histon yang dipilin oleh DNA di dalam kromosom yang berada di daerah sitoplasma.
Pewarisan sifat sitoplasmik diatur oleh materi genetik yang terdapat di dalam organel-
organel seperti mitokondria, kloroplas (pada tumbuhan), dan beberapa komponen
sitoplasmik lainnya. Di dalam sitoplasma antara lain terdapat organel-organel seperti
mitokondria dan kloroplas, yang memiliki molekul DNA sendiri. Kedua organel ini
dapat mengadakan pembelahan subseluler sendiri, sehingga kedua organel ini disebut
organel otonom.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk paper ini adalah paper ini masih perlu
dilengkapi dari buku-buku lainnya serta jurnal nasional maupun internasional lainnya
untuk kelengkapan materi yang dibahas.
DAFTAR PUSTAKA

Akbaril, N. (2017). DNA Sitoplasmik. Universitas Andalas.


Gardner, E. a. (1991). Principles of Genetics. Canada: John Wiley and Sons Inc.
Malik, D. M. (2019). Pola-Pola Hereditas pada Makhluk. Direktorat Pembinaan
SMA.
Pannell, J. (2017). Plant Sex Determination. Current Biology 27, R191–R197.
Travedi, I. (2016). Cytogenetics and Crop improvement. Patna Science College.

Anda mungkin juga menyukai