Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA TUMBUHAN

ACARA I
PENGAMATAN PERILAKU KROMOSOM

Semester:
Ganjil 2017

Oleh:
Wahyu Arif Widiyanto
A1D018154/ 9
Pj Acara: Vira Aulia Agustin & Erike Suroya

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahkluk hidup tingkat tinggi dalam susunan tubuhnya terdiri dari sel, organ,
dan jaringan-jaringan. Semua itu saling berkaitan dan bekerja sesaui dengan
fungsinya. Sel merupakan unit terkecil pada makhluk hidup. Semua organ yang
bekerja secara komplek tersusun dari banyak sel. Oleh karena itu, sel dalam
makhluk hidup memiki fungsi yang penting dalam proses yang terdapat pada
makluk hidup. Upaya untuk mencapai jumlah yang banyak agar dapat berfungsi
secara optimal maka sel melakukan pembelahan sel.
Pembelahan sel yang terjadi pada sel melibatkan kromosom. Peranan yang
dimiliki oleh kromosom sangat penting, karena sebagai alat pengangkutan bagi gen-
gen yang akan dipindahkan dari suatu sel induk ke sel anakannya. Pengangkutan
gen tersebut diberlakukan untuk generasi yang satu ke generasi berikutnya. Perilaku
atau aktivitas kromosom dapat terlihat dalam siklus sel, termasuk di dalamnya
adalah pembelahan sel mitosis dan meiosis.
Mitosis terjadi hanya pada sel eukariotik. Organisme multisel, sel somatik
mengalami mitosis, sedangkan sel gamet akan membelah diri melalui proses yang
berbeda yaitu pembelahan meiosis. Mitosis merupakan peristiwa pembelahan sel
pada sel somatis. Mitosis terbagi menjadi beberapa fase yang memiliki ciri-ciri
yang berbeda-beda yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Hal yang sangat
penting dalam mitosis adalah adanya proses replikasi yang terjadi pada kromosom
sebagai pembawa informasi genetik pada sel induk. Kromosom terbagi menjadi dua
dan sama persis ke sel-sel anakan. Proses kromosom aktif membelah maka akan
mudah diamati dengan menggunakan mikroskop. Oleh karena itu praktikum ini
dilakukan untuk mengamati perilaku kromosom suatu sel pada saat melakukan
pembelahan.
B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perilaku kromosom pada


pembelahan mitosis.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Bawang merah (Alium ascalonicum L) merupakan komoditas hortikultura


yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama
sebagai pelengkap bumbu masakan, untuk menambah cita rasa dan kenikmatan
makanan. Tanaman bawang ini membentuk umbi, umbi tersebut dapat membentuk
tunas baru, tumbuh dan membentuk umbi kembali. Sifat pertumbuhan yang
demikian maka dari satu umbi dapat membentuk rumpun tanaman yang berasal dari
peranakan umbi (Sitepu et al., 2013).
Bagian terkecil dari mahluk hidup dinamakan sel. Sel dari mahluk hidup
multiseluler terdiri atas membran, sitoplasma, dan inti sel. Di dalam inti sel terdapat
kromosom, yaitu benda-benda halus berbentuk batang panjang atau pendek lurus
atau bengkok kromosom dapat mengalami perubahan susunan atau jumlah bahan
gen, yang mengakibatkan adanya perubahan fenotip, perubahan gen-gen yang
berangkai, dan perubahan nisbah yang diharapkan dalam keturunan. Peristiwa
perubahan struktur kromosom ini dinamakan aberrasi kromosom. Umumnya
kromosom dapat putus atau patah akibat radiasi, tekanan fisik, atau bahan kimia.
Kromosom putus dapat terjadi baik pada tingkat kromatid maupun pada tingkat
kromosom. Jika kromosom putus sebelum replikasi DNA, selama fase S siklus sel
potongan kromosom akan mereplikasi sendiri. Pada ejadian ini yaitu putus tingkat
kromosom akan meliputi kedua sister kromatid pada titik yang sama (Henuhili,
2003).
Kromosom adalah suatu struktur makromolekuler yang berisi DNA dimana
informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata kroma
yang berarti warna dan soma yang berarti badan. Kromosom terdiri atas dua bagian
, yaitu sentromer atau kinekithor yang merupakan pusat kromosom berbentuk bulat
dan lengan kromosom yang mengandung kromonema dan gennya sepasang.
Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa kromosom adalah susunan beraturan
yang mengandng DNA yang berbentuk seperti rantai panjang. Setiap kromosom
dalam gen biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya oleh beberapa
kriteria, termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut
dengan sentromer memberi kromosom dalam dua tangan yang berbeda panjangnya.
Setiap kromosom dalam gen biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya
oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur
yang disebut sentromer yang memberi kromosom dalam dua tangan yang
panjangnya berbeda-beda, kehadiran dan posisi bidang (area) yang membesar yang
disebut knot (tombol) atau kromomer. Selain itu, adanya perpanjangan arus pada
terminal dan material kromatin yang disebut satelit, dan sebagainya (Suprihati
et.al., 2007).
Kromosom dibedakan atas autosom (kromosom pada sel somatis) dan
kromosom pada sel kelamin (Suryo, 2008). Pembelahan sel yang terjadi pada sel
somatis disebut mitosis dan pembelahan yang terjadi pada sel kelamin disebut
meiosis. Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa mitosis merupakan pembelahan
inti yang berhubungan dengan pembelahan sel somatis, dimana terdapat beberapa
tahap yaitu, interfase, profase, metafase, anafase dan telofase.
Sel somatis (sel tubuh) mengandung satu sel kromosom yang diterimanya dari
kedua induk atau orang tuanya pada makhluk tingkat tinggi. Kromosom-kromosom
yang berasal dari induk betina bentuknya serupa dengan yang berasal dari induk
jantan. Maka sepasang kromosom itu disebut kromosom homolog, karena itu
jumlah kromosom dalam sel tubuh dinamakan diploid (2n). Sel kelamin (gamet)
hanya mengandung separuh dari jumlah kromosom yang terdapat di dalam sel
somatis, karena itu jumlah kromosom dalam gamet dinamakan haploid (n). Satu sel
kromosom haploid dari suatu spesies dinamakan genom. Jumlah kromosom yang
dimiliki berbagai macam makhluk hidup tidak sama, seperti manusia memiliki 46
kromosom, kucing 38 kromosom, padi 24 kromosom, jagung 20 kromosom dan
lain-lain. Namun jumlah kromosom yang dimiliki tiap makhluk hidup pada
umumnya tidak berubah selama hidupnya. Kromosom dibedakan atas autosom
(kromosom tubuh) dan kromosom kelamin (kromosom seks), kecuali beberapa
hewan tertentu, maka kebanyakan makhluk hidup memiliki sepasang kromosom
kelamin dan sisanya merupakan autosom (Suryo, 2012).
Mitosis adalah pembelahan inti yang berhubungan dengan pembelahan sel
somatik, dimana terdapat beberapa tahap didalamnya yaitu interfase, profase,
metaphase, anafase dan telofase. Kromosom pada metafase mengalami kondensasi
dan penebalan yang maksimal, sehingga kromosom pada tahap ini dapat diamati
dengan lebih jelas panjangnya dan letak sentromernya. Setelah panjang total dan
letak sentromernya diketahui, maka dilanjutkan dengan analisis kariotipe (Yatim,
1983).
Meiosis adalah pembelahan sel khusus yang terdapat pada organ atau alat
reproduksi, menghasilkan gamet (sel kelamin), memiliki jumlah kromosom ½ dari
jumlah kromosom induknya (46→23) dan terjadi pembelahan reduksi. Tujuan dari
pembelahan sel ini yaitu untuk mendapatkan individu yang memiliki jumlah
kromosom normal (46) berasal ½ dari ayah dan ½ dari ibu. Meiosis terjadi dalam
dua kali pembelahan sel. Pertama disebut dengan meiosis I terdiri dari 4 fase yaitu
profase 1 (leptoten, zigoten, pachiten, diploten, diakinesis), metafase 1, anafase 1,
dan telofase 1. Kemudian meiosis II yang terdiri dari 4 fase yaitu profase 2,
metafase 2, anafase 2, telofase 2 (Nuraini, 2009).
Kromosom antar tanaman berbeda antara satu dan yang lainnya. Baik dari
bentuk, jumlah dan panjangnya. Allium cepa memiliki jumlah kromosom 2n=16.
Hal ini sangat membantu dalam mempelajari analisis mitosis pada tanaman, karena
jumlahnya yang tidak terlalu banyak, memiliki ukursn kromosom yang besar dsn
cukup mudah untuk dibuat preparatnya. Bawang merah (Allium cepa) merupakan
salah satu anggota familia Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman semusim
dan memiliki umbi yang berlapis, mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk
silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk
umbi berlapis. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang
atau talas (Campbell, 2009).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum pengamatan perilaku kromosom dilaksanakan pada hari Rabu, 27


November 2019 pukul 07.00 WIB. Tempat dilaksanakannya praktikum yaitu di
Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi: akar bawang merah,
larutan 45% CH3COOH, larutan HCl, dan larutan aceto orcein / carmin. Alat yang
digunakan, antara lain kaca preparat, cover glass, beker glass, penangas air,
pembakar bunsen, mikroskop, cawan petri, pinset, termometer, cutter, dan pipet.

B. Prosedur Kerja

Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum acara 1 antara lain:
1. Umbi bawang merah dipilih yang bagus dan sehat dan dikecambahkan di air
sampai muncul akar.
2. Akar bawang merah dicuci dengan air mengalir sampai bersih.
3. Ujung akar bawang merah dipotong sepanjang ± 1 cm.
4. Ujung akar bawang merah difiksasi dengan menggunakan larutan 45%
CH3COOH selama ± 10 menit.
5. Bahan dengan campuran larutan HCl dan CH3COOH dimaserasi dengan
perbandingan 3 : 1 pada suhu 600 C selama ± 3 menit.
6. Sebanyak 1 mm bagian ujung akar bawang merah diambil dan diletakkan di atas
gelas preparat.
7. Ujung akar bawang merah diwarnai dengan aseto orcein.
8. Ujung akar bawang merah yang telah diwarnai kemudian ditutup dengan gelas
penutup (cover glass) dan dihancurkan dengan cara ditekan.
9. Ujung akar bawang merah yang telah ditutup dengan cover glass dilewatkan di
atas nyala api bunsen.
10. Preparat di bawah mikroskop diamati.
a. Fase-fase dalam mitosis dicari dan diamati pada preparat yang dibuat.
b. Fase yang jumlahnya paling banyak muncul dihitung.
c. Fase-fase yang ada pada preparat digambar.
d. Perbesaran yang digunakan dicatat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1.1 Pengamatan Perilaku Kromosom


NO FASE GAMBAR KETERANGAN
1. PROFASE 1. Muncul Sentriol
2. Benang spindle
3. Membran Inti Mulai
Menghilang
4. Kromosom
5. Dinding sel
6. Perbesaran 40x
7. Jumlah Kromosom
16
2. METAFASE 1. Kutub
2. Bidang Ekuator
3. Sentromer
4. Sentriol
5. Jumlah Kromosom
16
6. Perbesaran 40x
Kromosom sejajar
dibidang ekuator
3. ANAFASE 1. Kromatid bergerak
menuju kutub
pembelahan
2. Benang Spindel
Memendek
3. Jumlah Kromosom
16
4. Perbesaran 40x
4. TELOFASE 1. Terjadi Sekat Antar
sel
2. Benang-Benang
Kromatin
3. Membran Inti dan
Nukleus terbentuk
kembali
4. terbentuk anakan 2
sel yang diploid
5. jumlah kromosom
16
6. Perbesaran 40x
7. Sentriol

B. Pembahasan

1. Pengertian Pembelahan Meiosis dan Mitosis

Pembelahan sel adalah suatu proses untuk menghasilkan suatu individu baru
dari individu tetuanya dengan cara membelah diri. Pembelahan sel terjadi pada
organisme uniseluler maupun multiseluler. Pembelahan sel dapat dikatakan sebagai
suatu proses yang menyangkut terbentuknya sel-sel anak baru dari induknya. Sel
somatik (sel jaringan tubuh) akan terjadi sutu pembelahan sel induk menjadi dua
sel anak yang komponen-komponennya sama dan identik dengan sel induknya.
Peristiwa pembelahan sel somatik semacam ini disebut sebagai mitosis. Mitosis
adalah pembelah sel dimana berlangsung pembelahan dan pembagian nukleus
beserta kromosom-kromosom yang terdapat di dalamnya (Suryo, 1998).
Organisme uniseluler melakukan pembelahan sel bertujuan untuk
melestarikan dirinya sedangkan pada organisme multiseluler melakukan
pembelahan sel bertujuan untuk tumbuh dan berkembang. Organisme multiseluler
contohnya yaitu tumbuhan, tumbuhan melakukan pembelahan sel berfungsi untuk
menambah jumlah sel dan ukuran sel untuk tumbuh dan berkembang serta
pembelahan sel pada tanaman berfungsi untuk memperbaiki sel-sel yang telah
rusak. Pembelahan sel sangat kaitannya dengan ilmu genetika karena pada
pembelahan sel menghasilkan sel yang baru yang sifat dari individu indukannya
diturunkan ke individu baru, seperti pada ilmu genetika yang mempelajari tentang
penurunan sifat dari induknya ke anakannya (Yatim, 1983) pembelahan sel adalah
proses perkembangbiakan sel yang berupa proses mitosis dan meiosis. Pembelahan
sel dalam karakteristiknya berbeda tempat pembelahan berdasarkan tujuannya
(Campbell, 2007).
2. Tahapan-tahapan Mitosis

Siklus sel adalah periode dari permulaan satu pembelahan menuju ke


permulaan yang lainnya, sedangkan reproduksi seluler adalah proses perputaran
dari pertumbuhan mitosis dan pembelahan sel. Siklus sel terdiri dari interfase dan
mitosis. Interfase itu sendiri terdiri dari tiga fase (G1, S, dan G2). Pembelahan
mitosis terdiri dari 5 fase yaitu profase, prometafase, metafase, anafase dan telofase.
Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah digandakan oleh sel kedua sel
identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel. Mitosis umumnya diikuti oleh
sitokinesis yang membagi sitoplasma dan membran sel. Proses ini menghasilkan
dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi organel dan komponen sel yang
sama, serta bertujuan untuk mempertahankan pasangan kromosom yang sama
melalui pembelahan inti secara berturut-turut. Proses mitosis terjadi di dalam sel
somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama sel-sel yang
sedang tumbuh (ujung akar dan ujung batang) (Muhlisyah et al., 2014)
Menurut Crowder (2006) dalam pembelahan mitosis terdiri dari fase interfase,
profase, metafase, anafase, telofase. Setiap fase mitosis dalam prosesnya terdapat
ciri masing-masing.
1. Interfase
Interfase dalam bidang genetika merupakan tahap yang paling penting dari
mitosis karena terjadinya sintesis ADN, menuju replikasi kromosom dan sintesis
protein. Tahap ini gen mengganda dan berfungsi pada akhir tahap G2 sel
mengalami mitosis dan sitokinesis.
2. Profase
Kromosom di dalam sel mengalami pengkerutan dan menjadi tebal serta
pemendekan disebabkan dari berpilinnya kromosom. Terlihat dua sister
kromatid dan kromosom tampak rangkap dua, dan kromatid-kromatid
dihubungkan oleh sentromer. Nukleus menjadi kabur dan hilang pada akhir
profase yang mengakibatkan selaput inti menghilang. Benang gelendong mulai
terbentuk dan kromosom bergerak ke tengah
3. Metafase
Benang-benang gelendong menjadi jelas pada permulaan metafase dan teratur
seperti kumparan. Benang terdiri dari serabut protein halus yang terbuat dari
mikrotubulus yang sangat kecil. Masing-masing kromosom terletak berbaris
pada bidang ekuator. Sentromer melekat pada benang gelendong dan terdapat
pula beberapa benang gelendong mencapai kutub tanpa melekat pada sentromer.
Fase metafase berakhir ketika sentromer membelah dan masing-masing
kromatid menjadi kromosom tunggal.
4. Anafase
Terdapat dua sister kromatid yangbergerak ke arah kutub yang berlawanan.
Sentromer tertarik karena kontraksi dari benang gelendong. Penyebaran
kromosom dan ADN yang seragam di dalam sel. Anafase adalah fase yang
terpendek dari fase-fase mitotik. Akhir fase anafase yaitu sekat sel mulai
terbentuk dekat bidang ekuator.
5. Telofase
Benang-benang gelendong hilang, dimana selaput inti dan nukleolus terbentuk
kembali. Sekat sel terbentuk kembali dan sel membelah menjadi dua sel anak.
Terjadi sitoinesis (pembelahan sitoplasma), semua benda-benda dalam
sitoplasma membelah dan pindah ke dalam sel anak.

3. Fungsi Hidroxychinolin, CH3COOH, HCl, Aceto Orcein, Akar Bawang


Merah, dan Api Bunsen

Studi mitosis dapat menggunakan ujung akar, ujung batang, primordia daun,
petala muda, ovulum muda dan kalus. Namun biasanya digunakan ujung akar
karena mudah tumbuh dan seragam. Sifat kromosom sel mitosis secara morfologi
lebih stabil dibandingkan meiosis, karena struktur penanda seperti satelit,
penyempitan, letak sentromer dan panjang lengan lebih jelas. Menurut
Anggarwulan et al., (1999) menyatakan bahwa waktu optimum untuk pemotongan
akar bawang merah ketika pukul 9 pagi.
Tumbuhan mengalami pembelahan pada dasarnya untuk mempertahankan
vaiertasnya (reproduksi), selain itu alasan yang lainnya adalah untuk pertumbuhan,
perbaikan. Makhluk hidup dapat tumbuh karena sel-selnya bertambah banyak.
Apabila semakin banyak sel dalam suatu mahluk hidup maka semakin besar (Alwi,
2016). Menurut Purnamaningsih (2015) faktor penting yang mendukung program
pertanian adalah pengadaan bibit bermutu, seragam, dan diperoleh dalam jumlah
yanng banyak. Bibit tersebut sulut dipenuhi jika dilakukan secara konvensional.
Upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan ilmu genetika tumbuhan
seperti kultur jaringan. Penggadaan biakan dalam kultur jaringan dapat dilakukan
melalui jalur organegenesis yang melibatkan sel somtaik pada tanaman. Pengguaan
embrio somatik dapat mempercepat keberhasilan dengan peluang transformasi
yang lebih tinggi karena embrio somatik dapat berasal dari satu sel somataik.
Penggunaan bawang merah dalam kegiatan pengamatan fase-fase mitosis
memiliki keunggulan yakni harganya murah, mudah dalam penyimpanan serta
penanganannya, ujung akarnya cocok digunakan untuk evaluasi mikroskopik pada
level kromosomal, serta memiliki kondisi sitologis yang bagus dalam selnya.
Penggunaan bawang merah juga memiliki keunggulan yakni memiliki ukuran
kromosom yang besar, sudah diketahui rentang waktu mitosisnya, dan mudah
didapat (Raja, 2015). Bawang merah dapat dijadikan sebagai model untuk studi
mekanisme mutagenesis pada kromosom yang diinduksi oleh bahan kimia seperti
etidium bromida. Jumlah kromosom yang tidak terlalu banyak yaitu 2n=16 serta
fase mitosis yang jelas terlihat menjadikan bawang merah ideal digunakan dalam
mempelajari kerusakan kromosom pada tanaman, selain itu kromosom bawang
merah memiliki ukuran yang besar dan cukup mudah untuk dibuat preparatnya
(Imaniar dan Pharmawati, 2014).
HCl atau asam sulfat merupakan pelarut organik yang digunakan pada saat
proses maserasi.
Tahapan fiksasi akar bawang merah dengan menggunakan larutan asam asetat
glasial (CH3COOH 45%. Penggunaan asam asetat sebagai larutan fiksatif bertujuan
agar mempermudah penetrasi serta menghasilkan ion-ion yang mempermudah
pengikatan dengan reagen yang lain. Selain itu, asam asetat mampu menonaktifkan
enzim-enzim dalam sel. Setelah fiksasi adalah maserasi dengan cara merendam
akar bawang merah ke dalam larutan HCl 1N. Larutan HCl tersebut berfungsi untuk
menghidrolisis dinding sel agar menjadi lunak dan mudah dipejet pada saat
pembuatan preparat pejetan (squash). Penggunaan larutan HCl juga bertujuan untuk
menghilangkan RNA dari sel . Selama proses maserasi dengan merendam larutan
HCl 1N juga diinkubasi pada oven dengan suhu 55°C selama 5 menit dengan tujuan
untuk meningkatkan laju reaksi hidrolisis oleh HCl pada proses maserasi (Abidin,
2014). Menurut Muhliasyah (2014) HCl digunakan sebagai larutan maserasi pada
proses pengamatan sel atau jaringan. HCl berfungsi untuk meluruhkan dinding
lamela tengah tumbuhan. Lamela terdiri atas pektin yang merupakan lapisan
penyusun awal dinding sel.
Setalah dimaserasi, maka sampel akar bawang merah diberi pewarna aceto
orcein. Proses pewarnaan ini bertujuan untuk mewarnai kromosom agar nampak
jelas ketika dilakukan pengamatan fase-fase mitosis. Jenis tanaman menghasilkan
pewarnaan yang lebih bagus dengan menggunakan aceto orcein bila dibandingkan
dengan pewarna fuelgen. Pewarna tersebut sangat baik digunakan pada tanaman
dengan jumlah kromosom yang sedikit. Kromosom akan terwarnai dengan jelas dan
sitoplasma nampak jelas. Proses pewarnaan berlangsung setelah itu dilakukan
proses pejetan untuk proses pengamatan sel-sel akar bawang merah. Hasil pejetan
yang diperoleh dalam pengamatan antara lain ditemukan fase profase, prometafase,
metafase, anafase, dan telofase (Winarto, 2011). Setelah diwarnai dengan larutan
aceto orcein, preparat dilewatkan pada api bunsen agar, cairan pada preparat
menguap sehingga mudah diamati.

4. Pengertian Kromosom dan Metode Squash

Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana


informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma
yang berarti warna dan soma yang berarti badan Kromosom terdiri atas dua bagian,
yaitu sentromer / kinekthor yang merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan
lengan kromosom yang mengandung kromonema & gen berjumlah dua buah
(sepasang). Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa kromosom merupakan alat
transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar bersegregasi
menurut hukum Mendel (Sastrosumarjo, 2006). Metode squash yaitu metode untuk
mendapatkan suatu preparat dengan cara meremas suatu potongan jaringan atau
suatu organisme secara keseluruhan, sehingga didapatkan suatu media yang tipis
yang mudah diamati. Squash bertujuan untuk menipiskan sel agar sel menyebar
(Hartati et al., 2014).
Berdasarkan hasil praktikum pengamatan perilaku kromosom,didapatkan fase-
fase pembelahan mitosis yang cukup jelas. Berikut fase mitosis hasil pengamatan
dan perbandingan dengan literatur.
1. Fase Profase

Gambar 1. Profase berdasarkan Gambar 2.Profase berdasarkan


Pengamatan literatur (Raja et al., 2015)

Gambar

Tahap pertama pembelahan mitosis yaitu profase kita dapat melihat jelas fase
profase yang terjadi pada sel akar bawang merah. Berdasarkan hasil praktikum pada
tahap profase akar bawang merah terlihat berwarna agak merah tua, mulai terlihat
terurai. Berdasarkan hasil pengamatan Raja (2015) pada tahap profase akar bawang
merah, diperoleh kromosombewarna merah keungu-unguan.
2. Fase Metafase

Gambar 3. Metafase berdasarkan


Pengamatan
Tahap kedua pembelahan mitosis yaitu metafase kita dapat melihat serat
gelondong yang terlihat jelas. Berdasarkan hasil praktikum pada tahap profase akar
bawang merah, dapat terlihat kromosom pada garis ekuator berkumpul menuju satu
garis tengah dengan warna merah tua. Berdasarkan hasil pengamtan dari Raja et al.,
(2015) diperoleh kromosom dengan warna ungu ditengah sel dan garis akuator pada
satu garis.
3. Fase Anafase

Gambar 5. Anafase Gambar 6. Anafase berdasarkan


berdasarakn pengamatan literatur (Raja et al., 2015)
literatur (Raja
Tahap ketiga yaitu anafase kita dapat melihat kromosom et al.,
anakan 2015)
mulai berpisah.
Berdasarakan hasil praktikum pada tahap anafase akar bawang merah terlihat
kromosom dengan bentuk seperti akan berpisah menuju kutub masing-masing
namun belum secara sempurna. Berdasarkan pengamatan Raja et al.,(2015)
diperoleh bentuk kromosom yang sudah berpisah secara sempurna, kromosom
sudah tidak lagi ada yang menyatu, namun masih dalam satu dinding sel.
4. Fase Telofase

Gambar 7. Telofase Gambar 8. Telofase berdasarkan


berdasarkan pengamatan literatur (Raja et al., 2015)

Tahap yang terakhir dari pembelahan mitosis adalah telofase. Berdasarkan


hasil praktikum pada tahap telofase akar bawang merah terlihat bentuk kromosom
sudah berpisah satu sama lain, namun masih dalam sdinsing sel. Berdasarkan hasil
pengamtan dari Raja et al., (2015) kromosom sudah berpisah secara sempurna,
namun masih dalam satu dinding sel dan sudah berada di kutub ynag berbeda.
Setiap tahap ini alur pembelahan sangat jelas terlihat yang menyatakan
pembelahan mitosis akar bawang merah berlangsung antara pukul 08.00-09.00
WIB dimana tahapan prometafase (tahapan antara profase dan metafase) banyak
terbentuk pada pukul 08.15 WIB. Jumlah kromosom pada akar bawang merah
berjumlah 16 kromosom dan pengamatan pembelahan sel mitosis akar bawang
merah menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x. .Hal ini sesuai dengan
pendapat Sumadi (2007) dan Fajrina (2012) bahwa proses pembelahan sel terdiri
dari fase profase, metafase, anafase dan telofase dapat dilihat dengan ketelitian dan
kecermatan tinggi pada saat mengamati dengan menggunakan mikroskop.
Menurut Imaniar (2014) yang mempengaruhi gagalnya pengamatan ini dikarenakan
sel rusak akibat dari penekanan pada saat menghancurkan ujung akar bawang merah
terlalu keras, penggunaan preparat dengan jumlah kromosom yang banyak juga
mempengaruhi.
Menurut pengetahuan yang penulis ketahui, pembelahan sel pada bawang
merah dapat dilihat karena dinding yang dimilki bawang merah tidak terlalu tebal.
Hal tersebut dapat diluruhkan dengan proses maserasi yang dilakukan sebelum
proses pengamatan di bawah mikroskop. Setiap fase yang berlangsung di
pembelahan sel terdapat karakteristik sendiri-sendiri yang dapat mempermudah
dalam pengidentifikasian fase. Seperti contoh pada fase metafase dimana semua
kromosom berjajar horizontal menghadap bidang ekuotar. Bukan hanya di fase
metfase disema fase yang berlangsung pasti terdapat ciri masing-masing.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelahan sel pada dasarnya terjadi pada inti sel. Terdapat beberapa macam
dengan ciri-ciri yang berbeda-beda. Perilaku yang dilihat pada praktikum adalah
fase profase, metafase, anafase, dan telofase. Ciri-ciri profase adalah adanya
kromatid yang masih utuh, sentromer, benang spindle, dan dinding sel. Ciri-ciri
metafase benang spindle, dinding sel, dan kromosom. Ciri-ciri anafase adalah
dinding sel, benang spindle, kromatid yang mulai memisah menuju daerah kutub.
Telofase memiliki ciri berupa kromatid, membran sel, lengkungan (menjadi dua).

B. Saran

Praktikum tentang perilaku kromosom sebaiknya dilakukan secara teliti dan


sesuai dengan prosedur kerja yang ditentukan agar sesuai dengan hasil yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., A. 2014. Studi indeks mitosis bawang untuk pembuatan media
pembelajaran preparat mitosis. Jurnal Biologi Edukasi. 3(3) : 571-
579
Alwi, M., A. 2016. Studi fikasi 2 minggu awal histoteknik. Laporan Penelitian.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta.

Anggarwulan, E., Etikawati., Setyawan., A., D. 1999. Karyotipe kromosom pada


tanaman bawang budidaya (Genus Allium; Familia
Amaryllidaceae). BioSMART. 1 (2): 13-19.
Campbell, N.A., dan J. B. Reece. 2007. Biologi. Terj. Dari Biology, oleh Damaring
Tyas Wulandari. Penerbit Erlangga. Jakarta

Crowder, L.V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. .


Yogyakarta
Fajrina, Anzharni. 2012. Penggandaan kromosom dan pertumbuhan somaklonal
sndalas (Morus macroura Miq. var macroura) yang diperlakukan
dengan kolkisin. Jurnal Biologi.1(1).

Imaniar, E., F., dan Pharmawati, Made. 2014. Kerusakan bawang merah (llium cepa
L.) akibat perendaman dengan eridium bromida. Jurnal Simbiosis.
2(2): 173-183

Miranti, I., P. 2010. Pengolahan jaringan untuk penelitian hewan. Media Medika
Muda (2): 1-4.

Muhlisyah, Nurul., Muthiadin., Wahidah, B. F., Aziz.,I.R. 2014. Preparasi


kromosomfase mitosis markisa ungu (Passiflora edulis) varietas
Edulis Sulawesi Selatan. Biogenesis. 2(1):48-55
Purnamaningsih, Ragapadmi. 2015. Regenerasi tanaman melalui embriogenesis
somatik dan beberapa gen yang mengendalikannya. Buletin
AgroBio. 5(2):51-58

Raja, P.,D., Kriswiyanti, dan Ni Nyoman Darsini. 2015. Indeks mitosis ujung akar
kecambah cabe besar (Capsicum annuum L.) setelah perlakuan
suspensi Trichoderma sp. Jurnal Biologi. 19(2)

Sastrosumarjo, S., Yudiwanti, S. I. Aisyah, S. Sujiprihati, M. Syukur, R. Yunianti.


2006. Panduan Laboratorium,. Dalam S. Sastrosumarjo (Ed.)
Sitogenetika Tanaman. Bogor. IPB Press.
Sitepu, B., H., Ginitng., S. dan Mariati . 2013. Respon pertumbuhan dan produksi
bawang merah (Allium ascalonicum L. Var. Tuktuk) asal biji
terhadap pemberian pupuk kalium dan jarak Tanam. Jurnal Online
Agroteknologi. 1 (3) : 711-724.
Sumadi dan Marianti, A. 2007. Biologi Sel. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Suprihati, D., Elimasni, E. Sabri. 2007. Identifikasi karyotipe terung belanda


(Solanum betaceum Cav.) kultivar Brastagi Sumatera Utara. Jurnal
Biologi Sumatera Utara. 2(1): 7 – 11.

Suryo. 1998. Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta


Winarto, B. 2011. Pewarnaan kromosom dan pemanfaatannya dalam penentuan
tingkat ploidi eksplan hasil kultur anter anthurium. J. Hort. 21(2):
113-123
Wulandari, Arum dan Wijaya, Tofan. 2015. Analisis kromosom tanaman jati
(Tectona grandis Lf). dengan metode pewarnaan. Jurnal Silvikultur
Tropika. 6(1) : 49-54.

Yatim, W. 1986. Genetika. Tarsito. Bandung


LAMPIRAN

5.1. Lampiran Foto Praktikum


5.3. Lampiran Pustaka

Anda mungkin juga menyukai