Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

Pengamatan Kromosom Akar Bawang Merah (Allium cepa)

Disusun oleh :

Corry Sepvia Br. Pasaribu (8176174006)


Pendidikan Biologi Kelas B

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel merupakan unit terkecil penyusun tubuh makhluk hidup yang dapat mengalami

perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangbiakan sel (reproduksi sel) ada dua macam,

yaitu secara mitosis dan meiosis. Reproduksi sel merupakan salah satu ciri utama makhluk

hidup. Pada makhluk hidup bersel satu atau uniseluler, proses ini bertujuan sama seperti

tujuan perkembangbiakan, yaitu menghindari kepunahan. Adapun pada makhluk hidup bersel

banyak atau multiseluler, reproduksi sel bertujuan untuk memperbaiki jaringan tubuh yang

rusak, pertumbuhan, dan perkembangan sel. Semua aktifitas makhluk hidup termasuk

reproduksi sel, selalu membutuhkan energi. Energi ini diperolehdari proses oksidasi zat-zat

makanan yang akan menghasilkan adenosin tri-phosphat (ATP), ATP tersebut dihasilkan

selama proses glikolisis dan daur krebs.

Teori sel menyatakan bahwa setiap sel penyusun makhluk hidup berasal dari sel

sebelumnya. Proses terjadinya sel baru dari sel induknya disebut dengan pembelahan sel,

yang berdasarkan beberapa perbedaan pokoknya dikelompokkan menjadi mitosis dan

meiosis. Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatis (sangat

aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel anak dengan komponen yang sama

dan identik dengan komponen induknya. Pada saat sel aktif membelah, kromosom akan

relative mudah diamati dengan hanya memperlakukan sel-sel tersebut dengan metode fiksasi

dan pewarnaan yang sederhana.

Kromosom memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan


suatu makhluk hidup, karena kromosom merupakan alat pengangkutan bagi gen
– gen yang akan dipindahkan dari suatu sel induk ke sel anakannya, dari
generasi yang satu ke generasi yang lainnya. Pengamatan terhadap perilaku
kromosom sama pentingnya dengan mempelajari struktur kromosom. Perilaku
atau aktivitas kromosom dapat terlihat dalam siklus sel, termasuk didalamnya
adalah pembelahan sel (mitosis atau meiosis). Analisis kromosom, baik mitosis
maupun meiosis merupakan langkah awal yang dapat dilaksanakan untuk
mempelajari kromosom. Bawang merah adalah salah satu tanaman yang mudah
untuk diamati kromosomnya. Pentingnya pengamatan kromosom mahkluk
hidup secara langsung guna menambah pengetahuan dan pengalaman
mahasiswa sebagai calon guru kelak perlu dilakukan

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang akan dikaji pada penelitian
ini berupa:
a. Berapakah total jumlah dan ukuran kromosom tanaman Allium cepa?
b. Bagaimanakah bentuk kromosom tanaman Allium cepa?
c. Bagaimankah kariotipe kromosom tanaman Allium cepa?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
a. mengetahui jumlah dan ukuran kromosom tanaman Allium cepa
b. mengidentifikasi bentuk kromosom tanaman Allium cepa
c. menyusun kariotipe kromosom tanaman Allium cepa

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk mengamati dan menyusun karakterisasi
kromosom tanaman Allium cepa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana informasi genetik
dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti warna dan soma
yang berarti badan Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer / kinekthor yang
merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung
kromonema & gen berjumlah dua buah (sepasang). Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa
kromosom merupakan alat transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar
bersegregasi menurut hukum Mendel, sedangkan Masitah (2008) menjelaskan bahwa
kromosom adalah susunan beraturan yang mengandung DNA yang berbentuk seperti rantai
panjang. Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya
oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut
sentromer yang memberi kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda,
kehadiran dan posisi bidang (area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau
kromomer. Selain itu, adanya perpanjangan arus pada terminal dan material kromatin yang
disebut satelit, dan sebagainya (Suprihati et.al., 2007).

Kromosom memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu makhluk
hidup, karena kromosom merupakan alat pengangkutan bagi gen – gen yang akan
dipindahkan dari suatu sel induk ke sel anakannya, dari generasi yang satu ke generasi yang
lainnya. Pengamatan terhadap perilaku kromosom sama pentingnya dengan mempelajari
struktur kromosom. Perilaku atau aktivitas kromosom dapat terlihat dalam siklus sel,
termasuk didalamnya adalah pembelahan sel (mitosis atau meiosis). Analisis kromosom, baik
mitosis maupun meiosis merupakan langkah awal yang dapat dilaksanakan untuk
mempelajari kromosom

Tumbuhan pada masa awal perkembangan mengalami pertumbuhan sangat banyak,


tumbuhan mengalami pembelahan sel secara tidak langsung yang disebut juga dengan mitosis
(setjo,2004). Mitosis adalah pembelahan duplikasi dimana sel memproduksi dirinya sendiri
dengan jumlah kromosom sel induk. Mitosis mempertahankan pasangan kromosom yang
sama melalui pembelahan inti dari sel somatis secara berturut turut. Peristiwa ini terjadi
bersama-sama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel dan memiliki
peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan hampir semua organisme.mitosis
memiliki beberapa tahapan meliputi profase metafase, anafase, dan telofase. Terjadi pada
ujung akar, yang mengalami pembelahan awal, mitosis terjadi dalam sel somatik yang
bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama yang sedang tumbuh (ujung akar dan
ujung batang), mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai beberapa
jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus menerus.

Proses mitosis ini terjadi bersama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar
inti sel. Pada mitosis setiap induk yang diploid (2n) akan menghasilkan dua buah sel anakan
yang masing-masing tetap diploid serta memiliki sifat keturunan yang sama dengan sel
induknya. Proses terjadinya mitosis terbagi ke dalam 5 fase, yaitu interfase, profase,
metafase, anafase dan telofase.

1. Interfase
Inti sel Nampak keruh dan tampak benang- benang kromatin yang halus.

2. Profase

Benang-benang kromatin memendek dan menebal.Terbentuklah kromosam. Tiap kromosom


membelah dan memanjang membentuk kromatid, membrane inti mulai menghilang

3. Metaphase

Kromosom- kromosom menempatkan diri di bidang tengah dari sel. Ciri utama fase ini
adalah terbentuknya gelendong pembelahan, gelendong pembelahan ini dibentuk oleh
mikrotubula.Gelendong ini membentuk kutub-kutub pembelahan tempat sentromer
mikrotubula bertumpu.

4. Anafase

Sentromer membelah dan kedua kromatid memisahkan diri dan bergerak menuju kutub dari
sel yang berlawanan. Tiap kromatid hasil pembelahan itu memiliki sifat yang sama dengan
sel induknya, sejak saat itu kromatid-kromatid tersebut menjadi kromosom baru.

5. Telofase

Di tiap kutub sel terbentuk stel kromosom yang identik.Selaput gelendong inti lenyap dan
dinding inti terbentuk lagi. Kemudian plasma sel terbagi lagi menjadi dua bagian, proses
tersebut dikenal sebagai sitokinesis. Pada sel tumbuhan sitokinesis ditandai dengan
terbentuknya dinding pemisah di tengah- tengah sel.

Kromosom Bawang

Kromosom antar tanaman berbeda antara yang satu dan yang lainnya.Baik dari bentuk,
jumlah, dan panjangnya. Allium cepa memiliki jumlah kromosom 2n = 16 (Sastrosumarjo,
2006). Hal ini sangat membantu dalam mempelajari analisis mitosis pada tanaman, karena
jumlahnya yang tidak terlalu banyak, memiliki ukuran kromosom yang besar dan cukup
mudah untuk dibuat preparatnya. Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan salah
satu anggota dari familia Liliaceae.Tanaman ini merupakan tanaman semusim dan memiliki
umbi yang berlapis.Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder
berongga.Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang
berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis.Umbi bawang merah
terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu.Umbi bawang merah bukan
merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas. Bawang merah merupakan salah satu
komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif
.Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang
berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional.Bawang merah juga
merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan di Jawa Tengah yang mempunyai prospek
cukup baik dalam pengembangan agribisnis.Hal ini dapat dilihat pada status usaha taninya,
oleh petani khususnya di daerah sentra produksi seperti di Kabupaten Brebes bawang merah
telah lama diusahakan sebagai usaha tani yang bersifat komersial.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada 17, 18, 24, 25 Mei 2018 di Laboratorium Biologi
Universitas Negeri Medan. Pembuatan sediaan pertama kali dilakukan pada hari Kamis, 17
Mei 2018 pukul 14.00-17.00 WIB. Sedangkan pengamatan kromosom dilakukan pada hari
Jumat, 18 Mei 2018 pukul 10.00-14.00 WIB. Pembuatan sediaan kedua dilakukan pada hari
Kamis, 24 Mei 2018 pukul 08.00-12.00 WIB. Sedangkan pengamatan kromosom dilakukan
pada hari Jumat, 25 Mei 2018 pukul 10.00-14.00 WIB

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar tanaman bawang merah.
Bawang merah didapat dari pasar tradisional Medan, Sumatera Utara. Bahan lain yang
digunakan untuk analisis kromosom antara lain: larutan HCl 1 N, aquades, larutan aceto-
orcein 2%, asam asetat glasial 45% , es batu, dan gliserin.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan antara lain: pinset, botol flakon, kuas, gelas preparat, gelas
penutup, penggaris, label, penangas air, petridisk, mikroskop cahaya dan kamera.

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Analisis Kromosom
a. Penyiapan bahan tanaman
Bawang merah terlebih dahulu direndam dengan menggunakan air selama 2-3 hari,
sampai akar muncul. Ujung akar yang meristimatis pada bawang merah digunakan sebagai
bahan pembuatan sediaan (preparat) pengamatan kromosom.
b. Pembuatan sediaan
1. Pra perlakuan
Bahan diambil dari ujung akar yang meristematis ± 5 mm. Ujung akar digunakan
sebagai bahan pembuatan sediaan karena ujung akar merupakan organ paling meristem yang
berkaitan dengan fungsinya sebagai alat pencari unsur hara yang selalu membelah untuk
bergerak mencari unsur hara (Setyawan dan Sutikno, 2000).
2. Pencucian
Cuci ujung akar yang kotor dengan menggunakan aquades. Masukkan ujung akar ke
dalam botol flakon kemudian teteskan aquades, aduk , lalu buang aquadesnya. Ulangi
sebanayak 3 kali.
3. Fiksasi
Aquades dibuang, diganti dengan asam asetat glasial 45% dan disimpan dalam es
bersuhu 50C selama 15 menit.
4. Pencucian
Asam asetat glasial 45% dibuang dan akar dicuci kembali dengan menggunakan
aquades sebanyak 3 kali
5. Hidrolisis
Hidrolisis dilakukan untuk mendapatkan sel-sel yang menyebar dalam pengamatan
kromosom dengan cara melarutkan lamela tengah sel-sel meristematis yang belum kuat
perlekatan (Jahier et al., 1996; Setyawan dan Sutikno, 2000). Hidrolisis dilakukan dengan
merendam akar zodia ke dalam larutan HCl 1N dan disimpan dalam pemanas bersuhu (± 60
0
C) selama kurang lebih 2 menit, kemudian dicuci dengan akuades 3 kali.
5. Pewarnaan
Pewarnaan kromosom dilakukan dengan merendam bahan dalam larutan aceto-orcein
2% selama 24 jam pada suhu 5─10°C. Aceto-orcein sangat cocok untuk ujung akar karena
penetrasinya cepat dan tahan lama dalam penyimpanan.
6. Squashing (Pemencetan)
Bagian ujung akar meristematis diambil (± 0,5 mm) dan diletakkan pada gelas
preparat. Bahan ditetesi dengan gliserin dan ditutup dengan gelas penutup kemudian dipencet
(squash) dengan menggunakan penghapus. Preparat ini selanjutnya digunakan untuk
pengamatan sifat-sifat morfologi kromosom.
7. Pengamatan
Pengamatan menggunakan mikroskop cahaya. Gambar hasil pengamatan dipotret
dengan menggunakan kamera hp Samsung J5 prime yang berkekuatan 13 MP. Selanjutnya
gambar kromosom tersebut dicetak dan diamati untuk pengamatan jumlah dan morfologi
kromosom.

3.4 Variabel Pengamatan


3.4.1 Variabel Pengamatan Kromosom
a. Jumlah kromosom
Kromosom yang tampak pada pengamatan dengan mikroskop dipotret dan dari hasil
cetakan dapat dihitung jumlah kromosomnya.
b. Ukuran kromosom
Ukuran kromosom terdiri atas panjang lengan panjang (q) dan panjang lengan pendek
(p) dan panjang total (q + p). Pengukuran panjang kromosom dilakukan berdasarkan skala
objek mikrometer.
c. Bentuk kromosom
Bentuk kromosom ditentukan berdasarkan rasio lengan kromosom (r = q / p).
Penggolongan bentuk kromosom mengikuti cara Ciupercescu et al. (1990) cit. Parjanto et al.
(2003).
d. Kariotipe
Kariotipe adalah susunan kromosom berurutan dari ukuran terpanjang sampai
terpendek sebagai kariotipe. Penyusunan kariotipe dilakukan dengan memasangkan
kromosom homolog yang ditentukan berdasarkan kemiripan ukuran dan bentuk kromosom
(Parjanto et al.,2003).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Kromosom


4.1.2 Pengamatan I
Kromosom bawang merah tidak dapat ditemukan dengan jelas selama proses
pengamatan kromosom pertama kali dengan menggunakan perbesaarn 400 x (Gbr.1; Gbr.2;
Gbr.3). Peneliti menggunakan 3 sampel akar bawang merah dan tidak bisa melihat kromosom
pada ketiga sampel. Peneliti tidak dapat melihat bentuk sel akar bawang merah dengan jelas
pada sampel 1 (Gbr.1).

Gbr. 1 Hasil pewarnaan kromosom akar bawang sampel 1


Gbr 4.1 Hasil pewarnaan akar bawang merah sampel 2

Pada sampel 2, peneliti dapat melihat bentuk sel akar tanaman zodia, tetapi tidak
menemukan kromosom pada sel tersebut. Sel akar tanaman zodia berbentuk kubus. Pada
bagian dalam sel, peneliti dapat melihat bintik-bintak hitam (Gbr.2). Kemungkinan besar,
bintik hitam tersebut adalah kromosom yang memendek. Winarto (2011) mengatakan bahwa
pada sel-sel kalus tanaman Anthurium yang diteliti, kromosom terlihat berupa titik-titik ungu
yang tersebar dan kurang jelas. Penelitian Cavallini dan Lupi (2006) pada bunga matahari
menyebutkan bahwa kondisi ini disebut dengan mosaik kromosom (aneusomary) (Winarto,
2011). Posisi sel yang sedang mengalami mitosis juga sulit dideteksi karena sel – sel akar
tanaman zodia juga tersusun rapat, tanpa adanya ruang kosong. Sel yang sedang mengalami
mitosis hanya ditandai dengan keberadaan bintik hitam(mosaik kromosom).

Gbr 4.2 Hasil pewarnaan sampel 2 akar tanaman zodia


(tanda panah : bintik hitam)
Pada sampel 3, peneliti dapat melihat sel akar tanaman zodia yang berbentuk kubus
(Gbr.3) sama seperti pada Gbr.2. Keberadaan kromosom pada sampel ini juga tidak dapat
dideteksi dengan jelas. Kromosom hanya berupa bintik-bintik hitam (mosaik kromosom)

Gbr 4.3 Hasil pewarnaan sampel 3 akar tanaman Zodia


(tanda panah:bintik hitam samar-samar)

4.2 Pembahasan
Kromosom biasanya dapat terlihat dengan jelas dalam sel pada fase metafase jika sel
tersebut sedang mengalami mitosis (Winarto, 2011). Tidak terlihatnya kromosom dengan
jelas pada penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu keterbatasan alat dan bahan
serta human eror. Peneliti hanya menggunakan mikroskop cahaya dengan bantuan kamera hp
Samsung J5 Prime. Kekuatan pixel kamera hp tersebut kurang jelas dalam menangkap
gambar hasil perbesaarn mikroskop. Kemudian tidak adanya refrigerator (diganti
menggunakan es batu), tidak adanya pra perlakuan dengan merendam akar tanaman zodia
selama 24 jam , dan tanggal expired beberapa bahan juga berkontribusi dalam tidak
terlihatnya kromosom pada penelitian ini. Dengan demikian, tujuan penelitian ini untuk
mengetahui jumlah, bentuk dan kariotipe kromosom tanaman zodia tidak tercapai. Peneliti
perlu mengulang kembali penelitian ini dengan menggunakan alat dan bahan yang lebih
bagus dana lengkap.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kromosom tidak tampak jelas dalam penelitian ini. Kromosom hanya tampak berupa
bintik-bintik hitam dalam sel yang disebut mosaik kromosom, sehingga pengamatan jumlah,
bentuk dan kariotipe tanaman zodia tidak dapat dilakukan.

5.2 Saran
Penelitian ini perlu dilakukan kembali dengan persiapan alat dan bahan yang lebih
bagus dan lengkap. Sebab, penelitian ini berguna dalam melengkapi pustaka genom tanaman
asli Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Albert, B.,D. Bray, J.Lewis, M. Raff, K. Robert, and J. D.Watson.1994. Biologi


Molekular Sel, edisi kedua, Jilid I. Alih Bahasa oleh Alex Tri Kantjono W.
PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. Halaman 278-281.
Asliah , Syahribulan, Gemini A. 2008. Efektivitas Ekstrak Tanaman Zodia
(Evodia suaveolens) Pada Berbagai konsentrasi Repellent Menghisap
Darah Nyamuk Aedes aegypti. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA.
Universitas Hasanudin.
Budiasih, K. Sri. 2011. Pemanfaatan Beberapa Tanaman yang Berpotensi sebagai
Bahan Anti Nyamuk. Makalah Program PPM, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Dinata, A. 2015. Tanaman Pengusir Nyamuk. Online. Tersedia:
(http://www.Toekangkeboen.com/pengusir nyamuk.htm.diakses 22 Mei
2018).
Ernita. 2009. Pembuatan Krim Cair Dan Uji Aktivitas Anti Nyamuk Dari Ekstrak
Zodia (Evodia hortensis J.R. G.Frost). Fakultas Farmasi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Gozali, Dolih, Musfiroh I., Mutakin, Kartika A. 2009. Uji Aktivitas Antinyamuk
dari Ekstrak Daun Zodia (Evodia suaveolens) terhadap Nyamuk Culex
fatigan Dalam Sediaan.Jurnal Farmaka, 7:3.
Haryanto, F.F. 2010. Analisis Kromosom dan Stomata Tanaman Salak Bali
(Salacca zalacca var. amboinensis (Becc.) Mogea), Salak Padang
Sidempuan (S. sumatrana (Becc.) Dan Salak Jawa (S. zalacca var. zalacca (Becc)
Mogea)). Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Isrianto, P.L. 2016. Bisnis Usaha Perbanyakan Tanaman Zodia (Evodia
suaveolens) Sebagai Tanaman Pengusir Nyamuk di Kota
Surabaya.INOVASI, XVIII(2).
Parjanto, S. Muljopawiro., Artama, W., dan Purwantoro A. 2003. Kariotipe
Kromosom Salak. Jurnal Zuriat. 2: 21-28
Kardinan, A. 2004. Tanaman Pengusir Nyamuk. Tabloid Sinar Tani. Online .
Tersedia : www.litbang.deptan.go.id. dikutip tanggal 5 Juni 2018
Rahayu,Resti, Mairawita, Satni E.P. 2008. Sosialisasi dan Aplikasi Penggunaan
Beberapa Tanaman Pengusir Nyamuk Masyarakat kota Padang Di Daerah Yang
Rentan Terkena Penyakit Demam Berdarah (DBD).Fakultas MIPA. Universitas
Andalas.
Setyawan dan Sutikno. 2000. Karyotipe Kromosom pada Allium sativum
(Bawang Putih) dan Pisum sativum (Kacang Kapri). Biology FMIPA
UNS. Surakarta. Jurnal BioSmart. 1 : 14 - 20.
Tjitrosoepomo, G. 2000. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Wibowo, Sara Gustia dan Endang Puji Astutik.2015. Preferensi Oviposisi
Nyamuk Aedes aegypti Terhadap ekstrak Daun Yang Berpotensi Sebagai
Atraktan. Balaba Vol 11 No.01.
Widiarti, Heriyanto B, Boewono DT. 2011. Peta Resistensi Vektor DBD Aedes
aegypti Terhadap Insektisida Kelompok Organofosfat, Karbanat, dan
Pirethroid di Provinsi Jateng dan Daerah Istimewah Yogyakarta. Bul.
Penelit. Kesehat; 39 (4): 176-89.
Winarto, B. 2011. Pewarnaan Kromosom dan Pemanfaatannya dalam Penentuan
Tingkat Ploidi Eksplan Hasil Kultur Anter Anthurium. J. Hort. 21(2):113-
123

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Teori sel menyatakan bahwa setiap sel penyusun makhluk hidup berasal dari sel
sebelumnya. Proses terjadinya sel baru dari sel induknya disebut dengan pembelahan sel,
yang berdasarkan beberapa perbedaan pokoknya dikelompokkan menjadi mitosis dan
meiosis.
Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatis (sangat
aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel anak dengan komponen yang sama
dan identik dengan komponen induknya.
Pada saat sel aktif membelah, kromosom akan relative mudah diamati dengan hanya
memperlakukan sel-sel tersebut dengan metode fiksasi dan pewarnaan yang sederhana.

Bahan standar yang biasa digunakan dalam pengamatan mitosis adalah sel-sel ujung
bawang merah (Allium ascalonicum), sedangkan untuk pengamatan meiosis seringkali
digunakan kotak sari atau bakal biji tanaman Lily. Kelebihan dari bahan-bahan tersebut
adalah selain komposisi dinding selnya yang tersusun atas lapisan senyawa-senyawa yang
relatif mudah ditembus oleh larutan fiksatif dan pewarna juga jumlah kromosomnya tidak
terlalu banyak, sehingga pengamatan terhadap masing-masing fase yang sedang berlangsung
relatif mudah dilakukan.
Sel merupakan unit terkecil penyusun tubuh makhluk hidup yang dapat mengalami
perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangbiakan sel (reproduksi sel) ada dua macam,
yaitu secara mitosis dan meiosis. Reproduksi sel merupakan salah satu ciri utama makhluk
hidup. Pada makhluk hidup bersel satu atau uniseluler, proses ini bertujuan sama seperti
tujuan perkembangbiakan, yaitu menghindari kepunahan. Adapun pada makhluk hidup bersel
banyak atau multiseluler, reproduksi sel bertujuan untuk memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak, pertumbuhan, dan perkembangan sel. Semua aktifitas makhluk hidup termasuk
reproduksi sel, selalu membutuhkan energi. Energi ini diperolehdari proses oksidasi zat-zat
makanan yang akan menghasilkan adenosin tri-phosphat (ATP). ATP tersebut dihasilkan
selama proses glikolisis dan daur krebs.
Setiap organisme berupaya agar jenisnya tetap lestari dengan cara melakukan
reproduksi. Tubuh makhluk hidup dapat menjadi besar karena ada penambahan jumlah sel di
dalam tubuhnya. Sel-sel hasil penambahan tersebut berasal dari reproduksi sel. Sel baru
tersebut terbentuk dengan diawali oleh pembelahan inti lebih dahulu yang dapat dilihat dari
perubahan kedudukan kromosomnya.
Ditinjau dari jumlah kromosom pada sel baru (sel anak), dibedakan dua tipe
pembelahan sel, yaitu mitosis dan meiosis. Secara garis besar, terdapat perbedaan yang nyata
antara mitosis dengan meiosis, yaitu :
1. Pembelahan mitosis
a. Terjadi pada sel somatik.
b. Sel anak mengandung jumlah kromosom sama banyaknya dengan jumlah kromosom sel
induk, yaitu 2n.
c. Terbentuk dua sel anak dari satu sel induk.
d. Pada tahap metaphase, setiap kromosom yang terdiri dari atas dua kromatid berjajar pada
bidang ekuator.
e. Hanya terjadi satu kali pembelahan.
f. Berfungsi :
- untuk pertumbuhan
- pengganti sel yang rusak
- menjaga agar faktor genetik tetap.
2. Pembelahan meiosis
a. Terjadi pada gonad (alat reproduksi) ketika membentuk gamet.
b. Sel anak mengandung setengah jumlah kromosom sel induk atau haploid (n).
c. Terbentuk empat sel anak dari satu sel induk.
d. Pada tahap metaphase, setiap sepasang kromosom homolog yang terdiri dari empat kromatid
berjajar pada bidang ekuator.
e. Terjadi dua kali pembelahan, yaitu meiosis 1 dan meiosis 2.
f. Berfungsi untuk menjaga agar jumlah kromosom tidak berlipat ganda apabila terjadi fusi
gamet jantan dan betina sehingga kelangsungan spesies terjaga.

B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengamati pembelahan sel secara mitosis pada ujung
akar bawang merah (Allium ascalonicum).

II. BAHAN DAN ALAT

A. Bahan
- Ujung akar bawang merah (Allium ascalonicum)
- Larutan 0,002 M 8-Hydroxychinolin
- Larutan 45% asam asetat
- Larutan 1 N HCL
- Larutan Aseto Orcelin

B. Alat
- Cawan Petri
- Pinset
- Api Bunsen
- Gelas preparat
- Mikroskop
- Tabung reaksi
- Kuteks
- Kapas
- Tissue
- Alat tulis

III. PROSEDUR KERJA

1. Ujung akar bawang merah dipotong dan dimasukkan ke dalam larutan 0,002 M 8-
Hydroxychinolin dan disimpan di dalam ruangan gelap dengan suhu 20oC selama 1 jam.
2. Fiksasi terhadap ujung akar bawang merah dilakukan dengan larutan 45% asam asetat selama
10 menit kemudian dimaserasi dalam larutan 1 N HCL + 45% asam asetat (3:1) pada suhu
600C kurang lebih 2-3 menit.
3. Bahan dipindahkan ke atas gelas preparat yang telah ditetesi aseto orcelin kemudian ditutup
dengan gelas penutup, lalu dilakukan peremasan bahan dengan hati-hati (squashing).
Selanjutnya dilewatkan diatas nyala api Bunsen.
4. Preparat diamati di bawah mikroskop
- Dicatat perbesaran yang digunakan.
- Dicari dan diamati fase-fase mitosis pada preparat yang dibuat, lalu digambar masing-
masing fase tersebut.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Pengamatan kromosom (pembelahan mitosis) pada ujung akar bawang merah :

Anda mungkin juga menyukai