Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PEMBUATAN SEDIAAN MITOSIS BAWANG MERAH (Allium cepa)


METODE SQUASH (PENCETAN)

Kelompok 06

Inarotun Nufus (17030244040)


Riski Nur Arifiani P.N. (17030244063)
Widdi Ayu Rahmawati (17030244069)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroteknik merupakan suatu ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau
bagian dari suatu jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah. Pengamatan dan penelaahan
tersebut umumnya menggunakan bantuan mikroskop karena pada objek yang akan
diamati dan ditelaah memiliki ukuran yang mikrokopis yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Banyak metode dalam mikroteknik, diantaranya metode geser, metode
ulas dan squash atau pejetan (Fransisca, 2012).
Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan preparat
yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau kaca preparat
dengan menggunakan karet pensil. Preparat pejetan biasanya digunakan untuk melihat
proses mitosis pada akar bawang. Mitosis merupakan pembelahan sel yang mana sel
anakannya memiliki sifat yang sama dengan induk selnya. Tahapan dalam pembelahan
mitosis ialah profase, metafase, anafase dan telofase (Hidayah, 2012).
Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam
dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus-menerus. Mitosis terjadi
di dalam sel somatik yang bersifat meristematik. Mitosis biasanya diikuti dengan
pembelahan sel yang disebut dengan sitokenesis yang mana sel akan terpisah menjadi
dua. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan praktikum preparat segar mitosis
(Farra, 2013).
Berdasarkan uraian singkat diatas guna menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai pembuatan preparat dengan metode squash atau pemijatan pada akar bawang
merah maka dilakukan praktikum ini.

B. Tujuan Manfaat
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengamati tahapan-tahapan
pembelahan sel mitosis yang tampak pada sediaan bawang merah, serta terampil dalam
membuat sediaan mitosis tumbuhan dengan metode remasan (squash).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Tumbuhan mengalami pembelahan sel secara tidak langsung yang disebut juga dengan
mitosis. Mitosis adalah pembelahan duplikasi dimana sel memproduksi dirinya sendiri dengan
jumlah kromosom sel induk. Mitosis mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui
pembelahan inti dari sel somatis secara berturut turut. Peristiwa ini terjadi bersama-sama dengan
pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel dan memiliki peran penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan hampir semua organisme (Hidayah, 2012).
Fase mitosis pada bawang merah terlihat jelas sehingga menjadikan bawang merah
sebagai bahan yang ideal dalam pengamatan mitosis. Bawang merah mudah dalam pembuatan
preparatnya. Pengamatan yang dilakukan ialah teknik squash pada ujung akar bawang
merah (Imaniar, dkk., 2014).
Pembuatan sediaan mitosis menggunakan metode squash. Ujung akar tanaman dipotong
dan kemudian dimasukkan ke dalam larutan fiksatif. Ujung akar tanaman merupakan bahan yang
ideal dalam pengamatan pembelahan sel secara mitosis (Ernawiati, 2007).
Pengamatan ukuran sel ujung akar pada metafase dengan cara mengambil dari bagian
ujung akar yang aktif tumbuh pada tanaman berumur 15 hari sepanjang 1-1,5 millimeter dari
ujung akar. Preparat dibuat dengan metode squash (pencet) dengan media gliserin
(untukmenjagaposisipreparat). Squash digunakan mengamati proses pada ujung akar (Haryanti,
dkk., 2009).
Pertumbuhan akar tidak akan terjadi apabila seluruh tunas dihilangkan atau dalam
keadaan istirahat. Pembelahan sel yang terjadi pada titik tumbuh ujung-ujung akar tergantung
pada prsediaan karbohidrat yang cukup. Pembelahan tersebut dapat diamati dengan membuat
preparat menggunakan metode squash (Hayati, dkk., 2012).
Akar berperan penting pada saat tanaman merespons kekurangan air dengan cara
mengurangi laju transpirasi untuk menghemat air. Kebutuhan air pada tanaman dapat terpenuhi
dengan adanya penyerapan air oleh akar. Kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi
turgor sel sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel (Farra, 2013).
Kemampuan organisme untuk memproduksi jenisnya merupakan salah satu karakteristik
yang paling bisa membedakan antara makhluk hidup dan makhluk mati. Kemampuan yang unik
untuk menghasilkan keturunan ini, seperti semua fungsi biologis memiliki dasar seluler
(Campbell, dkk.,2008).
Makhluk hidup tingkat tinggi, sel somatik (sel tubuh), kecuali sel kelamin mengandung
satu sel kromosom yang berasal dari induk betina bentuknya serupa dengan yang berasal dari
induk betina. Maka sepasang kromosom tersebut disebut dengan kromosom homolog. Oleh
karena itu jumlah kromosom dalam sel tubuh dinamakn diploid (2n). Sel kelamin (gamet) hanya
mengandung separuh dari jumlah kromosom yang terdapat dalam sel somatik, karena itu jumlah
kromosom dalam gamet dinamakan haploid (n). Satu sel kromosom haploid dari satu spesies
dinamakan genom (Suryo, 2001).
Setiap makhluk hidup terjadi mulai dari sebuah sel tunggal yang disebut zigot, akan tetapi
perbesaran dan perbanyakan dari sel tunggal itu sangat diperlukan agar makhluk itu mencapai
ukuran yang semestinya. Pembelahan sel lengkap dibedakan atas dua proses yaitu: pembelahan
inti sel (karyokinesis) dan pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Makhluk yang membiak secara
seksual mengenal dua macam pembelahan inti, yaitu pembelahan biasa (mitosis) dan pembelahan
reduksi (meiosis) (Suryo, 2001).
Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana informasi
genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti warna dan
soma yang berarti badan Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer / kinekthor yang
merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung
kromonema & gen berjumlah dua buah (sepasang). Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa
kromosom merupakan alat transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar
bersegregasi menurut hukum Mendel, sedangkan Masitah (2008) menjelaskan bahwa kromosom
adalah susunan beraturan yang mengandung DNA yang berbentuk seperti rantai panjang. Setiap
kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya oleh beberapa
kriteria, termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut sentromer yang
memberi kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda, kehadiran dan posisi
bidang (area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau kromomer. Selain itu, adanya
perpanjangan arus pada terminal dan material kromatin yang disebut satelit, dan sebagainya
(Ernawiati, 2007).
Proses pertumbuhan tumbuhan berada pada ujung akar dan apeks batang pada bagian
meristem. Proses pembelahan sel dimulai dengan pembelahan intinya dan selanjutnya terjadi
pembelahan sel. Pembelahan sel secara mitosis pembelahan inti selnya telah didahului dengan
terjadinya beberapa perubahan yang sangat pentingyaitu terbentuknya kromosom dalam inti sel
selama berlangsungnya proses pembelahan tersebut. Menurut Suryo (2001) fase pada mitosis
terdiri dari interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase.

1) Interfase

Interfase atau stadium istirahat dalam siklus sel termasuk fase yang berlangsung
lama karena pada tahap ini berlangsung fungsi metabolisme dan pembentukan dan sintesis
DNA. Maka sebenarnya kurang tepat juga jika dikatan bahwa interfase merupakan fase
istirahat, karena sebenarnya pada fase ini sel bekerja dengan sangat berat.
2) Profase

Pada fase profase, terjadi pemadatan (kondensasi) dan penebalan kromosom.


kromosom menjadi memendek dan menjadi tebal, bentuknya memanjang dan letaknya
secara random di tengah – tengah sel, terlihat menjadi dua untai kromatid yang yang
letaknya sangat berdekatan dan dihubungkan oleh sebuah sentromer. Mendekati akhir
profase, nukleolus dan membran nukleus menghilang dan terbentuk benang – benang
spindle.

3) Metafase

Pada fase ini, setiap individu kromosom yang telah menjadi dua kromatid
bergerak menuju bidang equator. Benang – benang gelendong melekat pada sentromer
setiap kromosom. Terjadi kondensasi dan penebalan yang maksimal pada fase ini.
Sehingga kromosom terlihat lebih pendek dan tebal dibandingkan pada fase lainnya.
Selain itu, kromosom juga terlihat sejajar di tengah – tengah equator. Sehingga sangat
baik dilakukan analisis kariotipe pada fase ini. Analisis kariotipe dapat dimanfaatkan
untuk:
1) analisis taksonomi yang berhubungan dengan klasifikasi mahluk hidup.
2) analisis galur substitusi dari monosomik atau polisomik, dan
3) untuk studi reorganisasi kromosomal.

4) Anafase

Fase ini dimulai ketika setiap pasang kromatid dari tiap – tiap pasang kromosom
berpisah, masing – masing kromatid bergerak menuju ke kutub yang berlawanan.
Pemisahan ini dimulai dari membelahnya sentromer. Sentromer yang telah membelah
kemudian ditarik oleh benang gelendong ke kutub yang berlawanan bersama dengan
kromatidnya. Pergerakan kromosom ke kutub diikuti pula oleh bergeraknya organel –
organel dan bahan sel lainnya. Ciri khusus yang terlihat pada saat anafase adalah
kromosom terlihat seperti huruf V atau J dengan ujung yang bersentromer mengarah ke
arah kutub. Pada saat ini, jumlah kromosom menjadi dua kali lipat lebih banyak.

5) Telofase
Pada fase ini, membran nukleus terbentuk kembali, kromosom mulai mengendur
dan nukleolus terlihat kembali. Sel membelah menjadi dua yang diikuti oleh terbentuknya
dinding sel baru yang berasal dari bahan dinding sel yang lama, retikulum endoplasma,
atau bahan baru yang lainnya. Pembelahan ini juga membagi sitoplasma menjadi dua.
Pada akhir dari fase ini, terbentuk dua sel anakan yang identik dan memiliki jumlah
kromosom yang sama dengan tetuanya

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian sediaan squash bawang merah dilakukan pada hari rabu tanggal 18
September 2019, di Laboratorium Mikroteknik, Gedung C10 Jurusan Biologi, FMIPA,
UNESA.

B. Alat dan Bahan


 Akar bawang merah  Gelas arloji
 Larutan Fiksatif Farmer  Pipet tetes
 Larutan Hidrolisis (HCl 5N)  Pinset
 Whitman’s hematoxylin  Kaca objek dank aca penutup
 Akuades  Mikroskop cahaya
 Entellan  Kertas tisu
 Silet

C. Prosedur Kerja

1. Fiksasi ujung akar dengan larutan Farmer


2. Washing dengan akuades selama 2x25 menit

3. Hidrolisis dengan memasukkan ar dalam HCl 5N selama 20 menit


4. Washing kembali dengan akuades selama 10 menit

5. Staining dengan Whitman’s hematoxylin selama 20 menit


6. Letakkan akar di atas gelas objek
7. Teteskan satu tetes entellen/mounting, media pada akar yang sudah terwarnai

8. Letakkan cover glass diatas akar


9. Squash/pencet
10. Biarkan hingga entellen mongering
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Sediaan bawang merah dengan menggunakan metode squash terlihat tahap


mitosis yaitu telophase.

B. Pembahasan

Praktikum yang berjudul Pembuatan Preparat Squash ini bertujuan untuk


membuat preparat untuk mengamati pembelahan mitosis pada akar Bawang MerahAllium
cepa dan untuk menghitung jumlah kromosomnya.
Percobaan ini menggunakan tanaman bawang merah karena bawang merupakan
salah satu tanaman yang sangat mudah diamati tahapan mitosisnya karena bisa langsung
diamati dengan bantuan mikroskop dan tahapan pembelahan selnya dapat terlihat jelas.
Bagian yang akan diamati adalah ujung akar karena pada ujung akar merupakan bagian
meristem yang masih berkembang dengan baik sehingga masih mudah untuk diamati.
Preparat squash akar bawang merahmenunjukkan adanya fase pembelahan yang
teramati yaitu fase telofase. Pada sediaan bawang merah terlihat bahwa sel terlihat
menjadi dua yang diikuti oleh terbentuknya dinding sel yang baru berasal dari bahan
dinding sel yang lama. Telofase merupakan tahap terkahir dalam proses mitosis yang
akan terbentuk dua sel anakan yang identik.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan yaitu pembuatan sediaan mitosis pada
Allium cepa menggunakan metode squash. Ujung akar tanaman dipotong dan kemudian
dimasukkan ke dalam larutan fiksatif. Ujung akar tanaman merupakan bahan yang ideal
dalam pengamatan pembelahan sel secara mitosis. Sehingga didapatkan tahap telofase
pada praktikum kali ini.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece J.B., Michael L.C., 2008, Biologi jilid 1 edisi kelima, Erlangga, Jakarta.
Ernawiati, E., 2007, Efek Antimitosis Ekstrak Umbi Kembang Sungsang (Gloriosa superb Linn.)
terhadap Pembelahan Sel Akar Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.),
Jurnal Sains MIPA, 13 (1) : 35-38.
Farra, 2013, Pembuatan Preparat Mitosis Akar Bawang Merah dan Bawang Putih,
http://ketemukata.wordpress.com, Diakses pada hari Senin, tanggal 14 Maret 2016 pukul
21.00 WITA.
Fransisca, 2012, Pembuatan Preparat Squash, www.fransiscaveni.blogspot.com, Diakses pada
hari Senin, tanggal 14 Maret 2016 pukul 21.10 WITA.
Haryanti, S., Hastuti, R.B., Setiari, N. dan Banowo, A., 2009, Pengaruh Kolkisin terhadap
Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein Biji Tanaman Kacang Hijau
(Vigna radiata (L) Wilczek), Jurnal Penelitian sains dan Teknologi, 10 (2) : 112-120.
Hayati, E., Sabaruddin dan Rahmawati, 2012, Pengaruh Jumlah Mata Tunas dan Komposisi
Media Tanam terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Jarak Pagar (Jatropha
Curcas L.), Jurnal Agrista, 16 (3) : 129-134.
Hidayah, 2012, Pembuatan Preparat Squash pada Akar Bawang (Allium cepa),
www.uruzukuyo.blogspot.com, Diakses pada hari Senin, tanggal 14 Maret 2016 pukul
22.03 WITA.
Imaniar, E.F. dan Pharmawati, M., 2014, Kerusakan Kromosom Bawang Merah (Allium cepa)
Akibat Perendaman dengan Etidium Bromida, Jurnal Simbiosis, 2 (2) : 173-183.
Suryo, 2001, Genetika Manusia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai