Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK TUMBUHAN

PERCOBAAN II

METODE SQUASH

NAMA : SRI WAHYUNI

NIM : H41114504

KELOMPOK : VII (TUJUH)

ASISTEN : SARTIKA SARI

HARI/TANGGAL : JUMAT/4 MARET 2016

LABORATORIUM BOTANI JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mikroteknik merupakan suatu ilmu atau seni mempersiapkan organ,

jaringan atau bagian dari suatu jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah.

Pengamatan dan penelaahan tersebut umumnya menggunakan bantuan mikroskop

karena pada objek yang akan diamati dan ditelaah memiliki ukuran yang

mikrokopis yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Banyak metode dalam

mikroteknik, diantaranya metode geser, metode ulas dan squash atau pejetan

(Fransisca, 2012).

Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan

preparat yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau

kaca preparat dengan menggunakan karet pensil. Preparat pejetan biasanya

digunakan untuk melihat proses mitosis pada akar bawang. Mitosis merupakan

pembelahan sel yang mana sel anakannya memiliki sifat yang sama dengan induk

selnya. Tahapan dalam pembelahan mitosis ialah profase, metafase, anafase dan

telofase (Hidayah, 2012).

Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai

beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus-

menerus. Mitosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik. Mitosis

biasanya diikuti dengan pembelahan sel yang disebut dengan sitokenesis yang

mana sel akan terpisah menjadi dua. Berdasarkan latar belakang di atas, maka

dilakukan praktikum preparat segar mitosis (Farra, 2013).

Berdasarkan uraian singkat diatas guna menambah wawasan dan


pengetahuan mengenai pembuatan preparat dengan metode squash atau pemijatan

pada akar bawang merah maka dilakukan praktikum ini.

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk melihat tahapan-tahapan

pembelahan mitosis pada bawang merah.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada hari Jumat, 4 Maret 2016 pukul

14.00-18.00 WITA bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan mengalami pembelahan sel secara tidak langsung yang disebut

juga dengan mitosis. Mitosis adalah pembelahan duplikasi dimana sel

memproduksi dirinya sendiri dengan jumlah kromosom sel induk. Mitosis

mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel

somatis secara berturut turut. Peristiwa ini terjadi bersama-sama dengan

pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar  inti sel dan memiliki peran

penting dalam pertumbuhan dan perkembangan hampir semua organisme

(Hidayah, 2012).

Fase mitosis pada bawang merah terlihat jelas sehingga menjadikan

bawang merah sebagai bahan yang ideal dalam pengamatan mitosis. Bawang

merah juga memiliki kemudahan dalam pembuatan preparatnya. Pengamatan yang

dilakukan ialah teknik squash pada ujung akar bawang merah

(Imaniar, dkk., 2014).

Pembuatan sediaan mitosis menggunakan metode squash. Ujung akar

tanaman dipotong dan kemudian dimasukkan ke dalam larutan fiksatif. Ujung

akar tanaman merupakan bahan yang ideal dalam pengamatan pembelahan sel

secara mitosis (Ernawiati, 2007).

Pengamatan ukuran sel ujung akar pada metafase dengan cara mengambil

dari bagian ujung akar yang aktif tumbuh pada tanaman berumur 15 hari

sepanjang 1-1,5 mm dari ujung akar. Preparat dibuat dengan metode squash

(pencet) dengan media gliserin. Metode squash merupakan metode yang biasa

digunakan dalam mengamati proses pada ujung akar (Haryanti, dkk., 2009).
Pertumbuhan akar tidak akan terjadi apabila seluruh tunas dihilangkan

atau dalam keadaan istirahat. Pembelahan sel yang terjadi pada titik tumbuh

ujung-ujung akar tergantung pada prsediaan karbohidrat yang cukup. Pembelahan

tersebut dapat diamati dengan membuat preparat menggunakan metode squash

(Hayati, dkk., 2012).

Akar berperan penting pada saat tanaman merespons kekurangan air

dengan cara mengurangi laju transpirasi untuk menghemat air. Kebutuhan air pada

tanaman dapat terpenuhi dengan adanya penyerapan air oleh akar. Kekurangan air

pada tanaman akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan sel (Farra, 2013).

Kemampuan organisme untuk memproduksi jenisnya merupakan salah

satu karakteristik yang paling bisa membedakan antara makhluk hidup dan

makhluk mati. Kemampuan yang unik untuk menghasilkan keturunan ini, seperti

semua fungsi biologis memiliki dasar seluler (Campbell, dkk., 2008).

Makhluk hidup tingkat tinggi, sel somatik (sel tubuh), kecuali sel

kelamin mengandung satu sel kromosom yang berasal dari induk betina

bentuknya serupa dengan yang berasal dari induk betina. Maka sepasang

kromosom tersebut disebut dengan kromosom homolog. Oleh karena itu jumlah

kromosom dalam sel tubuh dinamakn diploid (2n). Sel kelamin (gamet) hanya

mengandung separuh dari jumlah kromosom yang terdapat dalam sel somatik,

karena itu jumlah kromosom dalam gamet dinamakan haploid (n). Satu sel

kromosom haploid dari satu spesies dinamakan genom (Suryo, 2001).

         Setiap makhluk hidup terjadi mulai dari sebuah sel tunggal yang disebut

zigot, akan tetapi perbesaran dan perbanyakan dari sel tunggal itu sangat

diperlukan agar makhluk itu mencapai ukuran yang semestinya. Pembelahan sel
lengkap dibedakan atas dua proses yaitu: pembelahan inti sel (karyokinesis) dan

pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Makhluk yang membiak secara seksual

mengenal dua macam pembelahan inti, yaitu pembelahan biasa (mitosis) dan

pembelahan reduksi (meiosis) (Suryo, 2001).

Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di

mana informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata

khroma yang berarti warna dan soma yang berarti badan Kromosom terdiri atas

dua bagian, yaitu sentromer / kinekthor yang merupakan pusat kromosom

berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung kromonema & gen

berjumlah dua buah (sepasang). Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa

kromosom merupakan alat transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang

sebagian besar bersegregasi menurut hukum Mendel, sedangkan Masitah (2008)

menjelaskan bahwa kromosom adalah susunan beraturan yang mengandung DNA

yang berbentuk seperti rantai panjang. Setiap kromosom dalam genom biasanya

dapat dibedakan satu dengan yang lainnya oleh beberapa kriteria, termasuk

panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut sentromer yang

memberi kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda, kehadiran

dan posisi bidang (area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau

kromomer. Selain itu, adanya perpanjangan arus pada terminal dan material

kromatin yang disebut satelit, dan sebagainya (Ernawiati, 2007).

Proses pertumbuhan tumbuhan berada pada ujung akar dan apeks batang

pada bagian meristem. Proses pembelahan sel dimulai dengan pembelahan intinya

dan selanjutnya terjadi pembelahan sel. Pembelahan sel secara mitosis

pembelahan inti selnya telah didahului dengan terjadinya beberapa perubahan

yang sangat pentingyaitu terbentuknya kromosom dalam inti sel selama


berlangsungnya proses pembelahan tersebut.

Menurut Suryo (2001) fase pada mitosis terdiri dari interfase, profase,

metafase, anafase, dan  telofase.

Gambar 1. Tahapan pembelahan Mitosis


http://lindabios.wordpress.com

a.       Interfase

Interfase atau stadium istirahat dalam siklus sel termasuk fase yang

berlangsung lama karena pada tahap ini berlangsung fungsi metabolisme dan

pembentukan dan sintesis DNA. Maka sebenarnya kurang tepat juga jika dikatan

bahwa interfase merupakan fase istirahat, karena sebenarnya pada fase ini sel

bekerja dengan sangat berat. Interfase dibedakan lagi menjadi tiga fase, yaitu:

b.      Profase

Pada fase profase, terjadi pemadatan (kondensasi) dan penebalan

kromosom. kromosom menjadi memendek dan menjadi tebal, bentuknya

memanjang dan letaknya secara random di tengah – tengah sel, terlihat menjadi

dua untai kromatid yang yang letaknya sangat berdekatan dan dihubungkan oleh

sebuah sentromer. Mendekati akhir profase, nukleolus dan membran nukleus

menghilang dan terbentuk benang – benang spindel.

c.       Metafase

Pada fase ini, setiap individu kromosom yang telah menjadi dua kromatid

bergerak menuju bidang equator. Benang – benang gelendong melekat pada


sentromer setiap kromosom. Terjadi kondensasi dan penebalan yang maksimal

pada fase ini. Sehingga kromosom terlihat lebih pendek dan tebal dibandingkan

pada fase lainnya. Selain itu, kromosom juga terlihat sejajar di tengah – tengah

equator. Sehingga sangat baik dilakukan analisis kariotipe pada fase ini. Analisis

kariotipe dapat dimanfaatkan untuk:

1) analisis taksonomi yang berhubungan dengan klasifikasi mahluk hidup.

2) analisis galur substitusi dari monosomik atau polisomik, dan

3) untuk studi reorganisasi kromosomal.

d.      Anafase

Fase ini dimulai ketika setiap pasang kromatid dari tiap – tiap pasang

kromosom berpisah, masing – masing kromatid bergerak menuju ke kutub yang

berlawanan. Pemisahan ini dimulai dari membelahnya sentromer. Sentromer yang

telah membelah kemudian ditarik oleh benang gelendong ke kutub yang

berlawanan bersama dengan kromatidnya. Pergerakan kromosom ke kutub diikuti

pula oleh bergeraknya organel – organel dan bahan sel lainnya. Ciri khusus yang

terlihat pada saat anafase adalah kromosom terlihat seperti huruf V atau J dengan

ujung yang bersentromer mengarah ke arah kutub. Pada saat ini, jumlah

kromosom menjadi dua kali lipat lebih banyak.

e.       Telofase

Pada fase ini, membran nukleus terbentuk kembali, kromosom mulai

mengendur dan nukleolus terlihat kembali. Sel membelah menjadi dua yang

diikuti oleh terbentuknya dinding sel baru yang berasal dari bahan dinding sel

yang lama, retikulum endoplasma, atau bahan baru yang lainnya. Pembelahan ini

juga membagi sitoplasma menjadi dua. Pada akhir dari fase ini, terbentuk dua sel

anakan yang identik dan memiliki jumlah kromosom yang sama dengan tetuanya.
BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol sampel,

erlenmeyer, tabung ukur, pipet tetes, pipet skala, pinset, silet, kaki tiga, asbes dan

penggaris.

III.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akar tanaman

bawang merah Allium cepa, Asam acetat, aquades, alkohol, HCL, acetokarmin,

selotip, safranin dan tissue.

III.3 Cara Kerja

Cara kerja dari percobaan ini adalah:

1. Menyediakan semua alat-alat yang akan digunakan di laboratorium dan

membuat larutan-larutan yang diperlukan.

2. Memotong akar Allium cepa sepanjang 0,5 cm.

3. Melakukan fiksasi dengan memakai larutan alkohol dan asam asetat dengan

perbandingan 3:1 selama 1 jam, setelah itu mencucinya 3 kali.

4. Merendam objek ke dalam larutan HCL, kemudian tutup dengan kapas /

tissue dan lakukan pemanasan dengan aquadest selama 8 menit, selama 3 kali.

5. Merendam objek ke dalam safranin selama 3 menit. Setelah itu mencucinya 3

kali.

6. Meletakkan objek pada objek glass dengan memijat objek.

7. Mengamati objek di bawah mikroskop.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Preparat squash akar bawang merah Allium cepa.

Gambar 1. Penampang melintang akar bawang merah Allium cepa

Keterangan :

1. tahapan mitosis

2. Pewarna safranin
3. Jaringan

IV.2 Pembahasan

Praktikum yang berjudul Pembuatan Preparat Squash ini bertujuan untuk

membuat preparat untuk mengamati pembelahan mitosis pada akar Bawang

Merah Allium cepa dan untuk menghitung jumlah kromosomnya. 

Percobaan ini menggunakan tanaman bawang merah karena bawang

merupakan salah satu tanaman yang sangat mudah diamati tahapan mitosisnya

karena bisa langsung diamati dengan bantuan mikroskop dan tahapan pembelahan

selnya dapat terlihat jelas. Bagian yang akan diamati adalah ujung akar karena
pada ujung akar merupakan bagian meristem yang masih berkembang dengan

baik sehingga masih mudah untuk diamati.

Langkah pertama yang kami lakukan adalah mengecambahkan akar

Bawang Merah Allium cepa. Penumbuhan akar dilakukan di dalam gelas plastik

yang berisi air dengan cara menusuk bagian tengah bawang merah secara

horizontal sedemikian rupa sehingga hanya bagian akarnya saja yang menyentuh

air dan ditunggu selama kurang lebih 1 minggu dengan asumsi bahwa akar

bawang sudah muncul.

Setelah selama kurang lebih 1 minggu, akar Bawang Merah Allium cepa

telah muncul. Kamipun mengambil akar Bawang Merah Allium cepa. Selanjutnya

memotong akar Bawang Merah Allium cepa dengan panjang ± 0,5 cm.

Potongan-potongan akar  Bawang Merah Allium cepa kemudian difiksasi

dengan larutan alcohol absolute dan asam asetat glacial dengan perbandingan 3: 1.

Fiksasi ini dimaksudkan agar kondisi fisiologis potongan akar Bawang Merah

Allium cepa stabil untuk jangka waktu tertentu sama dengan kondisi saat

dipotong. selanjutnya potongan akar Bawang Merah Allium cepa dicuci

menggunakan air sebanyak 3 kali pencucian. Hal ini dimaksudkan supaya

potongan akar Bawang Merah Allium cepa bersih dari bahan fiksatif. Pencucian

menggunakan air dikarenakan bahan fiksatif yaitu alkohol absolut dan asam asetat

glacial larut dalam air. Potongan akar dimasukkan ke dalam 1 ml HCl yang ada

dalam botol vlacon sampai terendam. Kemudian ditutup dengan kapas dan

dipanaskan dalam penangas air selama ± 8 menit dengan suhu 50-60˚ C. Fungsi

HCl yaitu untuk melunakkan  sel agar mudah disquash saat pembuatan preparat

nantinya. HCl akan melarutkan pectin maupun selulose yang ada pada dinding sel

sehingga sel menjadi lunak. Sedangkan fungsi pemanasan yaitu untuk


mempercepat reaksi pelunakan sel dimana suhu yang digunakan selama

pemanasan yakni berkisar antara 50-60 C yang merupakan suhu optimal

terjadinya reaksi. Jika lebih dari 60 C maka akan terjadi kerusakan komponen sel

sedangkan bila di bawah 50 C maka reaksi berjalan lambat.Selanjutnya kami

mencuci potongan akar sesudah dipanaskan sebanyak 3 kali pencucian. Hal ini

mempunyai fungsi sama dengan pencucian sebelumnya yakni untuk

membersihkan HCl 1ml. Selain itu, pencucian dimaksudkan agar dalam langkah

selanjutnya dalam pewarnaan lebih sempurna. Langkah berikutnya yaitu

mewarnai potongan akar yang telah dicuci dengan safranin. Pewarnaan

dimaksudkan agar sel-sel yang akan diamati terlihat karena jika tidak diwarnai

maka akan transparan sehingga sulit diamati di bawah mikroskop. Perendaman

menggunakan asetocarmin selama 3 menit dimaksudkan agar proses pewarnaan

berjalan sempurna. Penggunaan  bahan pewarna acetocarmin supaya dapat

memberi warna pada benang-benang kromatin. Hal ini berhubungan dengan

tujuan pembuatan preparat yaitu untuk mengamati pembelahan mitosis yang

terjadi pada ujung akar Bawang Merah Allium cepa. Dengan adanya pewarnaan

menggunakan safranin, bagian ujung akar yang aktif membelah akan berwarna

lebih tua dibandingkan sel-sel yang telah terdiferensiasi.  kemudian di cuci dengan

menggunakan air sebanyak 3 kali pencucian. Hal ini dimaksudkan untuk

mengurangi kepekatan bahan pewarna sehingga pada bagian ujung akar yang akan

diamati dapat terlihat, yakni tidak terlalu pekat karena warna merah. Selanjutnya,

ujung akar yang berwarna merah tua dipotong karena pada bagian inilah terdapat

sel-sel yang aktif membelah. Karena aktivitas pembelahannya maka banyak

benang-benang kromatin yang terwarnai oleh safranin. Bagian ujung akar yang

berwarna hitam ini diletakkan pada gelas benda kemudian ditutup dengan gelas
penutup. Langkah terakhir adalah menekan gelas penutup dengan kuku agar

diperoleh lapisan tipis yang mudah untuk diamati di bawah mikroskop. 

Pengamatan kali ini kami tidak dapat melihat kromosom maupun tahapan

mitosis yang terdapat pada inti sel, hal ini dikarenakan keterbatasan alat yang

kami gunakan serta waktu yang tidak pas untuk melakukan praktikum ini. Pada

praktikum kali ini, praktikan menyadari bahwa adanya kekurangan dalam

pelaksanaan prosedur, sehingga hasil pengamatan yang praktikan lakukan kurang

maksimal diantaranya seperti kesalahan pada proses pengerjaan dan keterbatasan

alat serta bahan yang digunakan.

Kelebihan dari metode squash ini yaitu dapat melihat tahap pembelahan

mitosis pada tumbuhan dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, tapi

dibalik kelebihan terdapat pula kekurangan menggunakan metode squash yaitu

alat serta bahan yang kurang lengkap sehingga tidak dapat membuat preparat

secara maksimal.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan yaitu Metode yang

digunakan untuk membuat preparat ujung akar Bawang Merah Allium cepa yakni

metode squash. Metode ini merupakan metode penekanan pada preparat ujung

akar sehingga diperoleh lapisan tipis preparat yang memudahkan untuk diamati di

bawah mikroskop. Dan diketahui bahwa ada 4 tahapan pada pembelahan mitosis

yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase.

V.2 Saran

Sebaiknya bahan larutan dapat disediakan lebih lengkap lagi dan

mikroskop sebaiknya diperbanyak agar praktikan dapat melihat hasil objek

dengan tenang tanpa keributan.


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece J.B., Michael L.,C., 2008. Biologi jilid 1 edisi kelima.
Erlangga. Jakarta.

Ernawiati, E., 2007. Efek Antimitosis Ekstrak Umbi Kembang Sungsang


(Gloriosa superb Linn.) terhadap Pembelahan Sel Akar Tanaman Cabai
Merah (Capsicum annum L.). Jurnal Sains MIPA, 13 (1) : 35-38.

Farra, 2013. Pembuatan Preparat Mitosis Akar Bawang Merah dan Bawang
Putih. http://ketemukata.wordpress.com. Diakses pada hari Sabtu tanggal 5
Maret 2016 pukul 19.00 WITA.

Fransisca, 2012. Pembuatan Preparat Squash. www.fransiscaveni.blogspot.com.


Diakses pada hari Sabtu tanggal 5 Maret 2016 pukul 19.00 WITA.

Haryanti, S., Hastuti, R.B., Setiari, N. dan Banowo, A., 2009. Pengaruh Kolkisin
terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein Biji
Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata (L) Wilczek. Jurnal Penelitian sains
dan Teknologi, 10 (2) : 112-120.

Hayati, E. Sabaruddin dan Rahmawati, 2012. Pengaruh Jumlah Mata Tunas dan
Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Jarak
Pagar (Jatropha Curcas L.). Jurnal Agrista, 16 (3) : 129-134.

Hidayah, 2012. Pembuatan Preparat Squash Akar Bawang.


www.uruzukuyo.blogspot.com. Diakses pada hari Sabtu tanggal 5 Maret
2016 pukul 19.00 WITA.

Imaniar, E.F. dan Pharmawati, M., 2014. Kerusakan Kromosom Bawang Merah
(Allium cepa) Akibat Perendaman dengan Etidium Bromida. Jurnal
Simbiosis, 2 (2) : 173-183.

Suryo, 2001. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece J.B., Michael L.,C., 2008. Biologi jilid 1 edisi kelima.
Erlangga. Jakarta.

Ernawiati, E., 2007. Efek Antimitosis Ekstrak Umbi Kembang Sungsang


(Gloriosa superb Linn.) terhadap Pembelahan Sel Akar Tanaman Cabai
Merah (Capsicum annum L.), Jurnal Sains MIPA, 13 (1) : 35-38.

Farra, 2013. Pembuatan Preparat Mitosis Akar Bawang Merah dan Bawang
Putih. http://ketemukata.wordpress.com. Diakses pada hari Sabtu tanggal 5
Maret 2016 pukul 19.00 WITA.

Fransisca, 2012. Pembuatan Preparat Squash. www.fransiscaveni.blogspot.com.


Diakses pada hari Sabtu tanggal 5 Maret 2016 pukul 19.00 WITA.

Haryanti, S., Hastuti, R.B., Setiari, N. dan Banowo, A., 2009. Pengaruh Kolkisin
terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein Biji
Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata (L) Wilczek, Jurnal Penelitian sains
dan Teknologi, 10 (2) : 112-120.

Hayati, E. Sabaruddin dan Rahmawati, 2012. Pengaruh Jumlah Mata Tunas dan
Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Jarak
Pagar (Jatropha Curcas L.), Jurnal Agrista, 16 (3) : 129-134.

Hidayah, 2012. Pembuatan Preparat Squash Akar Bawang.


www.uruzukuyo.blogspot.com. Diakses pada hari Sabtu tanggal 5 Maret
2016 pukul 19.00 WITA.

Imaniar, E.F. dan Pharmawati, M., 2014. Kerusakan Kromosom Bawang Merah
(Allium cepa) Akibat Perendaman dengan Etidium Bromida, Jurnal
Simbiosis, 2 (2) : 173-183.

Suryo, 2001. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai